7.3
Inefisiensi Mobilitas - Maharany Dewi Effendi (19/443539/TK/48735) 7.3.1
Latar Belakang Rendahnya kualitas infrastruktur transportasi masih menjadi isu di berbagai daerah di Indonesia, terutama daerah-daerah terpencil. Padahal, infrastruktur transportasi ini yang menjadi tulang punggung dalam pembangunan daerah. Contohnya Kabupaten Sintang yang masih memiliki kualitas infrastruktur transportasi tergolong rendah. Dari seluruh jaringan jalan yang terdapat di Kabupaten Sintang, hanya 20% yang sudah berupa perkerasan aspal dan sisanya masih berupa jalan tanah. Berdasarkan hasil Forum Group Discussion (FGD) bersama pihak Bappeda Kabupaten Sintang, buruknya kondisi jalan Kabupaten Sintang menghambat operasional transportasi umum pada wilayah ini sehingga masyarakat Kabupaten Sintang mayoritas terpaksa harus menggunakan transportasi pribadi. Tidak hanya itu, kondisi jalan pada Kabupaten Sintang juga mengakibatkan masyarakat Kabupaten Sintang terpaksa menggunakan transportasi air sebagai prasarana transportasi umum mereka. Akan tetapi, transportasi air ini tergolong mahal untuk digunakan sebagai pengangkut manusia maupun barang. Selain itu, penggunaan transportasi air ini sering terkendala akibat adanya pasang-surut air sungai. Jika airnya terlalu surut, terutama pada saat musim kemarau, maka mereka tidak bisa menggunakan transportasi air ini sama sekali. Kondisi tersebut sangat memengaruhi tingkat kemiskinan Kabupaten Sintang. Hal ini dapat dibuktikan melalui data tingkat kemiskinan Kabupaten Sintang yang tergolong tinggi walaupun pendapatan dan pengeluaran Kabupaten Sintang terus meningkat. Selain itu, kondisi tersebut juga memengaruhi kualitas SDM Kabupaten Sintang. Hal ini dapat dibuktikan melalui data bahwa tingkat IPM Kabupaten Sintang berada di peringkat ke-7 dari 14 kota/kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat. Jika dibiarkan, kondisi ini juga dapat menjadikan Kabupaten Sintang mengalami transport poverty sebab dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya penduduk Kabupaten Sintang tidak memiliki pilihan moda transportasi yang dapat mencapai tujuan mereka sehingga mereka perlu menghabiskan banyak waktu untuk bepergian dan menyebabkan time poverty ataupun social exclusion (Lucas et al., 2016). Kondisi ini dapat memperlihatkan bahwa transportasi lekat
320