6 minute read

Berbasis Kelestarian Lingkungan Hidup

beranda depan yang Kultural, Liveable, Accessible, dan Mandiri berbasis pembangunan tangguh dan lestari pada tahun 2045”, bagaimanakah celah/gap atas pemanfaatan yang terjadi saat ini, dengan kelestarian lingkungan hidup yang ingin dicapai.

7.7.2 Kerangka Berpikir

Advertisement

Gambar 7. 55 Kerangka Berpikir Isu Strategis Pengembangan dan Pengelolaan Agrikultur Berbasis Kelestarian Lingkungan Hidup

Sumber: Analisis Penyusun, 2021

7.7.3 Kajian Literatur

Untuk mencapai tujuan perencanaan Kabupaten Sintang, memerlukan pengoptimalan pemanfaatan dan pengelolaan terutama pada sektor unggulan yakni sektor agrikultur. Agrikultur adalah perolehan bahan pangan dengan cara memanfaatkan sumber daya hayati yang ada demi memenuhi kebutuhan hidup. Dimana sektor-sektor yang ada didalamnya yakni 1. Tanaman pangan 2. Perkebunan

3. Kehutanan

4. Peternakan, dan 5. Perikanan

Sektor agrikultur ini masih menjadi salah satu kunci dari kekuatan ekonomi Indonesia (Sahuddin, S, 2019). Di Kabupaten Sintang sendiri sektor agrikultur yang kerap menjadi sorotan adalah perkebunan sawit. Perkebunan

sawit menjadi salah satu pemanfaatan yang dirasa perlu memiliki perhatian lebih atas dampak eksternal maupun internal yang diberikan, agar dapat mendukung kelestarian yang ingin dicapai. Mitchell, Setiawan, dan Rahmi (2000) menyatakan bahwa konsep pelestarian lingkungan modern mesti berisikan upaya pemanfaatan lingkungan sekaligus memelihara keberlanjutannya. Salah satu paket strategi mempertahankan kelestarian lingkungan adalah:

a. Memperkuat kapasitas perencanaan lokal dengan memasukkan aspek konservasi ke dalam perencanaan spasial b. Rasionalisasi hak-hak atas sumberdaya, seperti hak atas tanah, dan c. Pengembangan area lokal.

Sektor agrikultur di Kabupaten Sintang merupakan sektor basis perekonomian di wilayah tersebut. Kegiatan basis (basic activities) adalah kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang-jasa yang mampu diekspor untuk memenuhi permintaan pasar ke luar wilayah ekonomi masyarakatnya atau memasarkan barang-jasa kepada konsumen dari luar yang datang ke wilayah ekonomi masyarakatnya. Semakin banyak jenis kegiatan basis, semakin banyak arus uang yang masuk ke wilayah. Permintaan yang lebih tinggi yang berasal dari luar wilayah memaksa penambahan kapasitas produksi melalui beragam cara seperti ekstensifikasi dan intensifikasi. Penambahan kapasitas produksi pada gilirannya akan menciptakan efek berganda kegiatan ekonomi dalam wilayah (John, 1978).

7.7.4 Kajian Dokumen

7.7.4.1 RPJPD Kabupaten Sintang 2006-2025

Visi pembangunan Kabupaten Sintang 2006–2025, yaitu “Kabupaten Sintang Maju, Mandiri dan Sejahtera Tahun 2025”. Isu ini perlu dipertimbangkan dimana dikatakan bahwa dalam proses produksi berkembang keterpaduan antar sektor, terutama sektor pertanian, industri, dan perdagangan, serta pemanfaatan sumber daya alam secara rasional, efisien dan berwawasan lingkungan. Lembaga dan pranata ekonominya telah tersusun dan tertata, serta

berfungsi dengan baik sehingga mendukung perekonomian daerah yang efisien dengan produktivitas yang tinggi. Daerah yang maju umumnya adalah daerah yang perekonomiannya stabil. Menjadi tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah Daerah selama kurun waktu 20 tahun mendatang untuk mewujudkan perekonomian yang maju berlandaskan perluasan investasi berbasis agribisnis dan pengembangan UMKM, dan Peningkatan kegiatan industri dilakukan melalui pengembangan sub sistem industri hilir berbasis hasil pertanian dan perkebunan, mengembangkan industri penunjang termasuk industri kecil dan menengah untuk memperkuat diversifikasi produk industri, serta memperkuat basis produk industri daerah.

7.7.4.2 RPJMD Kabupaten Sintang 2016-2021

Visi pembangunan Kabupaten Sintang pada RPJMD yakni “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Sintang yang Cerdas, Sehat, Maju, Religius, dan Sejahtera didukung Penerapan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih pada Tahun 2021”. Dimana dikatakan akan dilakukannya perwujudan fungsi-fungsi kegiatan pendukung Kawasan Agropolitan, sebagai pusat kegiatan di Kawasan Perdesaan yang terintegrasi dengan Kawasan Perkotaan. Sebagai programnya, terdapat juga pengembangan agropolitan yang meliputi Kecamatan Kayan Hilir, Kecamatan Dedai, dan Kecamatan Sungai Tebelian. Isu kelestarian lingkungan hidup bahkan disebutkan yakni kabut asap dan kebakaran hutan dan lahan masih sering terjadi di Kabupaten Sintang. Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan, terbatasnya jarak pandang, rusaknya keseimbangan ekosistem dan berkurangnya keanekaragaman hayati. Disebutkan juga isu lainnya yakni kurangnya kesadaran masyarakat mengelola lingkungan hidup secara lestari.

7.7.4.3 RTRW Kabupaten Sintang 2016-2036

Penataan ruang Kabupaten Sintang pada RTRW 2016-2036 bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah Kabupaten Sintang yang aman, nyaman, produktif dan berkualitas menuju kabupaten mandiri, demokratis, dan sejahtera berbasis pertanian, perkebunan dan pariwisata yang didukung oleh sistem permukiman dan pengelolaan sumberdaya yang berdaya saing dan berkelanjutan, serta pengembangan kawasan perbatasan negara sebagai beranda

depan. Disebutkan strategi peningkatan pengelolaan pertanian, perkebunan dan pariwisata sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi wilayah, peningkatan pengelolaan kawasan lindung, kawasan budidaya dan sumberdaya secara berkelanjutan, peningkatan pengelolaan ruang yang berbasis mitigasi bencana. Sedangkan strategi peningkatan pengelolaan pertanian, perkebunan dan pariwisata sebagai penggerak utama pembangunan ekonomi wilayah yakni menyelenggarakan prinsip produksi bersih dan kelestarian lingkungan.

7.7.5 Metode Penelitian

7.7.5.1 Metode Overlay

Metode ini digunakan pada saat melihat potensi sumber daya alam terutama sektor agrikultur yang ada di Kabupaten Sintang melalui proses menumpukkan atau tumpang tindih beberapa peta sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan sektor agrikultur mulai dari tanaman pangan hingga perikanan.

7.7.5.2 Metode Benchmarking

Metode ini digunakan untuk membandingkan dan mengukur celah yang belum tercapai dari implementasi atau kondisi saat ini terkait agrikultur yang terjadi di Kabupaten Sintang dengan tolak ukur atau standar yang sesuai dengan visi perencanaan pembangunan Kabupaten Sintang.

7.7.5.3 Metode SWOT

Metode SWOT digunakan untuk mengetahui kinerja pemanfaatan dan pengelolaan Sektor Agrikultur Kabupaten Sintang saat ini berdasarkan faktor internal yang dimiliki seperti kekuatan dan kelemahan serta faktor eksternal yang dihadapi seperti peluang dan ancaman dari berbagai aspek, dengan menganalisis strength, weakness, opportunity, dan threat dari pemanfaatan dan pengelolaan berbasis lingkungan hidup di Kabupaten Sintang.

7.7.6 Hasil Pembahasan

7.7.6.1 Hasil Temuan dan Analisis

1. Kondisi Agrikultur

Pemanfaatan lahan agrikultur di Kabupaten Sitang dapat tergambarkan pada analisis neraca sumber daya alam yang sudah dilakukan sebelumnya.

Tabel 7. 65 Kondisi dan Potensi Agrikultur di Kabupaten Sintang

Sumber: Analisis Penyusun, 2021

Pemanfaatan lahan agrikultur terluas dimiliki oleh sektor perkebunan dan pertanian pangan dengan produktivitas masing-masing adalah 4,06 Ton/Ha dan 2,5 Ton/Ha. Produktivitas tertinggi dipegang oleh hortikultura biofarmaka walaupun memiliki luasan pemanfaatan lahan yang sangat kecil. Sektor hortikultura memiliki nilai produktivitas yang relatif tinggi dan harga jual yang cukup tinggi juga dibandingkan pertanian pangan. Luas cadangan lahan memberikan informasi besaran lahan maksimal yang dapat ditambahkan dalam pemanfaatannya sebagai lahan sesuai sumber daya alam tersebut. Ketika pengembangan dapat optimal, dengan pengalian harga jual atau valuasi moneternya akan sangat tinggi.

Peran sektor agrikultur perlu dilihat melalui PDRB per sektor di Kabupaten Sintang. Berikut ini PDRB ADHK Kabupaten Sintang 2020:

Tabel 7. 66 Kontribusi Agrikultur dalam PDRB Kabupaten Sintang

Sumber: Analisis Penyusun, 2021 Dari tabel tersebut dapat terlihat sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan di dalamnya memberikan kontribusi PDRB paling besar di Kabupaten Sintang. Pada analisis perekonomian wilayah yang sudah dilakukan pula, sektor pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan di dalamnya menjadi sektor basis dan sektor unggulan. Dari sini kita ketahui potensi akan pengembangan sektor tersebut sangatlah besar.

Luasnya perkebunan kelapa sawit menjadikan dalam prosesnya membutuhkan pengelolaan secara baik. Kabupaten Sintang memiliki salah satu program yakni Rencana Aksi Daerah Kelapa Sawit Berkelanjutan. Rencana Aksi Daerah Kelapa Sawit Berkelanjutan merupakan bentuk komitmen Kabupaten Sintang terhadap realisasi target kelapa sawit berkelanjutan. RADKSB didukung dan diimplementasikan oleh seluruh pemangku kepentingan di Sintang. Tujuan dirumuskannya dokumen ini adalah sebagai pedoman bagi pemerintah dan stakeholder terkait dalam perencanaan dan pengembangan kebijakan serta program terkait perkebunan kelapa sawit. Peraturan tersebut telah disahkan pada Desember, 2018 oleh Bupati Sintang dan berlaku selama 5 tahun (2018-2023). Saat ini masih dalam tahap implementasi dengan

penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan per-tahunnya disertai monitoring dan evaluasi setiap tahunnya.

7.7.6.2 Permasalahan

Agrikultur di Kabupaten Sintang terlalu berfokus pada pengembangan perkebunan kelapa sawit, dimana sektor lainnya dengan potensi tinggi kurang mendapatkan sorotan dari pemerintah daerah. Pada implementasi program kelapa sawit berkelanjutan pun, terjadi konflik tenurial seperti tumpang tindih kebun swadaya masyarakat dengan izin perkebunan, pekebun plasma belum mendapatkan lahan plasma, areal HGU terlantar, dll. Meningkatnya perkebunan kelapa sawit skala besar menyebabkan konversi lahan gambut yang menjadi sumber utama emisi gas rumah kaca serta masalah kesulitan air bersih. UUCK yang sangat berfokus pada peningkatan iklim investasi dan pembangunan juga patut dikhawatirkan. Minimnya pendampingan petani dalam praktik budidaya kelapa sawit berkelanjutan menjadi salah satu penyebab menurunnya nilai moneter kelapa sawit. Merucut ke sawit, produktivitasnya rendah, harga kurang tinggi, guna lahan banyak, dampak eksternalitas (sawit bikin banjir kekeringan kok bisa dll) padahal bisa buat yg lain yg produktivitas dan harga jual tinggi

7.7.6.3 Analisis Benchmarking

Dari 48 perusahaan kelapa sawit, hanya ada dua perusahan bersertifikasi ISPO, dan 2 perusahaan bersertifikasi RSPO. Padahal dengan sertifikasi RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil) hasil panen dapat dijual ke internasional dengan harga tinggi. Sebagaimana sertifikasi RSPO, jaminan kelestarian lingkungan hidup ditekankan seperti perlindungan aliran air, penerapan sistem drainase, pengelolaan limbah yang dihasilkan, tidak berada di kawasan lindung, dll. Berikut ini merupakan skema RSPO:

This article is from: