5.5.7 Prasarana Pengelolaan Air Limbah (SPAL dan IPLT

Sumber: Rencana Strategis DLH 2016-2021 Kabupaten Sintang, Analisis Penyusun, 2021

Fasilitas tempat pemrosesan di Kabupaten Sintang terkonsentrasi di dan di sekitar Kecamatan Sintang. Hal ini menjadi salah satu penyebab rendahnya timbunan sampah yang diangkut pada tahun 2018 dan 2019 sebesar 36,23% dan 37,51% (Laporan KLHS, 2021) yang dihambat oleh jarak yang tinggi dan kondisi jalan yang buruk. Walaupun begitu, menurut analisis kebutuhan menurut jumlah penduduk, prasarana pemrosesan sampah di Kabupaten Sintang pada tahun 2020 dan 2045 sudah memadai. Saat ini terdapat TPA Nenak di Kecamatan Sungai Tebelian dan direncanakan akan dibangun TPA Jerora 1 di Kecamatan Sintang. Namun menurut ketua DLH Kabupaten Sintang, Edy Harmaini, kondisi TPA Nenak saat ini (2021) sudah 80% penuh dan diperkirakan hanya dapat 1.5 tahun lagi sedangkan pembangunan TPA Jerora 1 masih belum ada kepastian karena direncanakan akan dibangun kantor gubernur Kapuas Raya di dekat lokasi pembangunan. Hal tersebut menandakan diperlukan adanya suatu intervensi dalam sistem pengolahan sampah di Kabupaten Sintang.

5.5.7 Prasarana Pengelolaan Air Limbah (SPAL dan IPLT)

Kabupaten Sintang memiliki permasalahan sistem pengolahan air limbah (SPAL) dimana belum tersedianya sarana pengolahan limbah cair yang memenuhi standar dan belum adanya pemisahan antara limbah cair domestik dengan air hujan (SPKP 2020-2024). Sesuai dengan LPSE Kabupaten Sintang, SPAL di wilayahnya berada di dalam tahap pengesahan tender konstruksi pada tahun 2021 yang berada di bawah naungan dinas kesehatan. Walaupun belum terdapat SPAL umum, sudah terdapat SPAL individu di tiap rumah sakit dan industri yang diatur dalam Peraturan Bupati No 18 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Izin Pembuangan Limbah Cair di Kabupaten Sintang. Sedangkan dalam pengadaan instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT) belum terdapat informasi lebih lanjut sejak rapat konsultasi publik tentang penyusunan AMDAL pada tahun 2019 silam (sintang.go.id).