Majalah Halal Review edisi 01/Januari/2025

Page 1


Alhamdulillah tahun ini majalah HALAL REVIEW memasuki tahun kedua sejak pertama kali terbit pada Januari 2024 lalu. Kami bersyukur semakin banyak insan halal Indonesia yang menjadi pembaca setia majalah HALAL REVIEW. Hal ini tentu tak lepas dari komitmen kami untuk menyajikan tulisan-tulisan yang menarik dan relevan terkait perkembangan bisnis halal di Indonesia. Semoga di tahun 2025 ini, majalah HALAL REVIEW dapat terus memberikan kontribusi positif dalam membangun kesadaran akan pentingnya produk, dan gaya hidup halal di era modern.

Pembaca Budiman, pada edisi awal 2025 ini majalah HALAL REVIEW mengulas strategi kampanye halal untuk meningkatkan kesadaran konsumen akan pentingnya produk halal sebagai topik utama. Di tengah kesadaran masyarakat yang masih belum merata terhadap produk halal, penting dilakukan kampanye halal agar masyarakat teredukasi mengenai manfaat halal bagi individu, komunitas dan lingkungan.

Dalam topik utama ini diulas bagaimana strategi kampanye halal yang dapat berjalan dengan efektif dan berkelanjutan sehingga secara signifikan

dapat meningkatkan kesadaran masyarakat. Kemudian apa saja dampak yang didapat dengan adanya kampanye halal, dan bagaimana strategi Pemerintah maupun perusahaan dalam melakukan kampanye halal, juga menjadi bahasan topik utama edisi ini.

Selain topik utama, kami juga menyajikan topik lain yang tak kalah menarik. Topik tersebut di antaranya sosok Nurhayati Subakat, pelopor kosmetik halal di Indonesia, yang sukses membesarkan Wardah sebagai merek kosmetik terbaik di Indonesia sekaligus sebagai merek lokal yang mampu mengalahkan produk multinasional.

Topik berikutnya yang juga menarik adalah bagaimana bisnis dijalankan tidak hanya berdampak pada sustainability, tapi ada dimensi lain yang kita sebut sebagai berkah. Tulisan dengan judul Stiker Tomat dan Keberkahan dalam Komunikasi ini menjelaskan detail apa itu dimensi berkah dalam pemasaran produk halal. Semoga bermanfaat.

Anang Ghozali Editor in Chief

Pelopor Kosmetik Halal di Indonesia

Nurhayati Subakat adalah sosok inspiratif bagi banyak perempuan Indonesia untuk bermimpi besar dan berani melakukan perubahan besar, baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas.

Nurhayati merupakan Pendiri & Komisaris

Utama Paragon Corp, perusahaan kecantikan lokal yang menjadi pelopor konsep kosmetik halal terbesar di Indonesia. Dirinya dinilai sukses menjalankan bisnis kosmetiknya dengan gaya manajemen yang mumpuni dan strategi pemasaran yang efektif untuk meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan bisnis.

Dengan latar belakang pendidikan farmasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB). Wanita kelahiran 1950 ini berhasil memanfaatkan pengetahuannya untuk menciptakan produk kecantikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi sesuai pula dengan nilainilai masyarakat Indonesia.

Perjalanan Nurhayati menuju kesuksesan berawal dari industri rumahan bernama PT Pusaka Tradisi Ibu yang dirikan pada 1985. Produk pertamanya adalah hair care yang diperuntukkan bagi salon dengan jenama ‘Putri’. Namun di tengah usahanya yang berkembang, ia harus mengalami kejadian pahit. Lima tahun berjalan, rumah sekaligus kantor dan tempat produksinya dilanda kebakaran yang nyaris menghancurkan usahanya.

Semangat pantang menyerah dan kepedulian terhadap para karyawan membuat Nurhayati bangkit kembali dan melanjutkan usahanya. Bahkan di tahun 1995, ia meluncurkan Wardah sebagai produk kosmetik halal pertama di Indonesia, untuk menjawab kebutuhan muslimah

yang ingin tampil cantik tanpa meninggalkan prinsip kehalalan.

Seiring waktu, Paragon Corp semakin berkembang dan kini telah memiliki puluhan kantor cabang di Indonesia dan Malaysia. Tak hanya itu di bawah kepemimpinan Nurhayati, Paragon Corp menjelma menjadi pemimpin pasar kosmetik Indonesia dengan pangsa pasar 30,6% (Nielsen, 2021), yang angkanya sangat signifikan dibandingkan kompetitor baik dari perusahaan multinasional maupun lokal.

Tak hanya itu, merek-merek di bawah Paragon Corp, seperti Wardah, Make Over, Tavi, OMG, Emina, Putri, Kahf, Biodef serta 6 brand lainnya secara konsisten meraih penghargaan sebagai merek kosmetik terbaik di Indonesia. Bahkan, Wardah menjadi top beauty brand di Asia Tenggara (Campaign Asia, 2024) dan menjadi satu-satunya merek Indonesia yang dibahas di Harvard Business Review pada 2019 sebagai merek lokal yang mampu mengalahkan produk multinasional.

Majalah HALAL REVIEW berkesempatan untuk mewawancarai Nurhayati yang berbagi cerita bagaimana membangun Paragon Corp hingga menjadi raksasa kosmetik di Indonesia dan perannya menjadi salah satu tokoh penting dalam pengembangan kosmetik halal di dalam negeri maupun global.

Ceritakan bagaimana Anda merintis usaha kosmetik Wardah?

Pertimbangan meluncurkan Wardah karena masukan teman dari Pesantren Hidayatullah untuk membuat produk kosmetik halal bagi para muslimah. Kala itu produk kosmetik mayoritas adalah impor dan belum ada yang mempertimbangkan kehalalannya, padahal muslimah memerlukan produk kosmetik yang terjamin halal agar tenang digunakan seharihari, termasuk ketika beribadah karena kosmetik melekat pada diri mereka.

Awal peluncurannya ternyata Wardah tidak langsung sukses, sebab kenyataannya muslimah di pesantren tidak menggunakan produk kosmetik. Alhasil, target pasar dan strategi pun diubah dengan mencari distributor melalui iklan di media regional. Dari situ, didapat dua distributor Multi Level Marketing (MLM) Syariah.

Krisis moneter di tahun 1998 membuka peluang baru. Banyak masyarakat yang bergabung dengan MLM untuk menopang ekonomi, dan hal ini mendorong pertumbuhan penjualan Wardah.

Namun, perjalanan Paragon tidak selalu mulus terutama di tahun 2004, di mana kanal penjualan MLM Syariah menurun karena konflik internal. Menyikapi kondisi yang ada, perusahaan pun mulai mencari kesempatan lain melalui kanal ritel.

Strategi tersebut membuahkan hasil, karena membuat produk Wardah sangat mudah ditemui oleh konsumen di mana pun berada sekarang. Hingga kini Wardah didistribusikan melalui 43 kantor cabang Paragon di Indonesia dan Malaysia, dengan jumlah karyawan lebih dari 15.000 orang.

Apa dasar pemikiran menjadikan halal sebagai diferensiasi Wardah?

Halal sebagai diferensiasi lahir dari kebutuhan yang belum terakomodasi di industri kosmetik. Di tahun 1990-an, belum ada produk kosmetik maupun personal care halal, baik merek lokal maupun global yang beredar di Indonesia. Hal ini menimbulkan keraguan bagi muslimah. Adanya Wardah sebagai produk kosmetik halal menjawab kegelisahan ini, termasuk memastikan produk aman digunakan, bahkan saat beribadah.

Nurhayati Subakat
Pendiri dan Komisaris Utama PT Paragon Technology and Innovation
Foto: Istimewa

Kami memaknai halal tidak hanya untuk umat muslim saja, melainkan sangat universal. Lantaran halal sendiri merupakan standar kualitas, menunjukkan keamanan produk untuk konsumen maupun bagi alam. Dalam standar halal, suatu produk tidak hanya bahan bakunya yang harus aman, tetapi juga setiap proses yang menyertai pembuatannya, bahkan hingga produk sampai ke tangan konsumen.

Sejauh mana halal menjadi value dalam pengembangan bisnis perusahaan?

Halal merupakan faktor higienis bagi Paragon dalam menjalankan bisnisnya, tidak terbatas tentang label dan sertifikasi, tetapi juga diterapkan dari perancangan hingga distribusi produk. Dengan menjaga nilai halal, kami berharap dapat memenuhi kebutuhan pasar dan memperkuat kepercayaan masyarakat.

Sebagai upaya untuk terus menghadirkan solusi yang lebih baik bagi konsumen, kami juga menerapkan consumer-driven innovation dengan menerapkan hasil riset dan teknologi terbaru seperti genomic technology, neuroscience technology dan microbiome technology dalam pengembangan produk.

Bagaimana Anda menjadikan halal sebagai budaya perusahaan?

Halal lifestyle yang Paragon bawa dalam merek-mereknya merupakan turunan dari tujuan

perusahaan, yaitu For the Greater Good, for Life. Ini berarti memberi manfaat bagi manusia dan lingkungan, sesuai konsep rahmatan lil alamin Tujuan tersebut tidak hanya muncul dari pendiri Paragon saja, tapi juga hadir dari diri Paragonian (karyawan Paragon), sehingga implementasinya dalam budaya perusahaan dapat dilakukan secara menyeluruh.

Untuk menanamkan budaya ini, perusahaan mendukung dengan infrastruktur, sistem kerja, dan teladan dari para pemimpin. Sebagai pemimpin, Kami memastikan prinsip ini terus dikomunikasikan. Bahkan top manajemen selalu menyampaikan prinsip-prinsip tersebut, agar Paragonian selalu teringatkan kembali dan menjadi afirmasi positif bagi mereka.

Bagaimana mengkomunikasikan halal sehingga melekat pada brand image Wardah?

Halal bagi Wardah bukan sekedar strategi komunikasi, tetapi sudah menjadi DNA. Tantangan yang dihadapi justru bagaimana menceritakan konsep halal yang menyeluruh ini kepada masyarakat luas, baik itu kepada masyarakat muslim maupun nonmuslim. Pasalnya, persepsi halal di masyarakat masih cukup sempit, karena hanya dianggap milik masyarakat muslim atau untuk makanan saja.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait makna halal dan pentingnya menggunakan produk halal. Wardah sejak awal banyak melakukan edukasi ke komunitas-komunitas, menggunakan berbagi kanal informasi yang ada, baik itu media digital, media konvensional, maupun offline activation.

Cara mengkomunikasikannya pun disesuaikan dengan persona dari masing-masing kanal, karena kanal komunikasi yang efektif tidak bertumpu pada satu kanal saja.

Seberapa siap Wardah menghadapi kewajiban sertifikasi halal produk kosmetik di tahun 2026?

Paragon sebagai perusahaan yang telah memiliki Sertifikat Halal dan menjadi pionir perusahaan kosmetik halal, secara konsisten menerapkan Sistem Jaminan Produk Halal untuk menjamin kontinuitas dalam menghasilkan produk

halal mulai dari penyediaan sumber daya manusia yang kompeten, seleksi bahan baku yang memenuhi persyaratan halal, menjaga proses produksi mulai dari penyimpanan, pengolahan, pengemasan hingga distribusi produk terbebas dari kontaminasi najis yang dapat merusak kehalalan produk.

Sebelum diterbitkannya regulasi ini, Paragon telah mendapatkan rekognisi dengan dinobatkannya Wardah sebagai pelopor merek kosmetik halal Indonesia sejak tahun 1999 dari World Halal Council. Dengan ditetapkannya regulasi halal kami akan selalu berupaya untuk dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan mempertahankan sertifikat halal yang telah diperoleh.

Apa kunci sukses membangun Wardah hingga sebesar sekarang?

Kunci sukses dalam membangun Wardah terletak pada kemampuan beradaptasi dan relevan dengan kebutuhan konsumen, khususnya generasi muda. Melalui rebranding yang menekankan nilainilai modern, progresif, namun tetap sesuai dengan prinsip inti seperti kesederhanaan dan halal, Wardah berhasil menciptakan koneksi yang mendalam dengan konsumen muda yang sadar sosial.

Kami berkomitmen untuk menciptakan produk yang tidak hanya berkualitas tinggi tetapi juga memiliki cerita yang relevan dengan konsumen, sehingga dapat menciptakan hubungan emosional yang lebih kuat. Wardah aktif bekerja sama dengan brand ambassador dan key opinion leader (KOL) yang inspiratif dan mempromosikan nilai-nilai pemberdayaan, bahwasanya Wardah bukan hanya sekadar merek kecantikan, tetapi juga simbol pencapaian dan autentisitas.

Selain itu, Paragon memiliki pusat penelitian dan pengembangan (R&D) kosmetik terbesar di Asia Tenggara dengan teknologi terkini, yang menjadi pusat berbagai inovasi produk. Dengan kekuatan R&D ini, kami mampu memadukan bahanbahan lokal dengan teknologi global, sehingga menghasilkan produk inovatif yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Bagaimana regenerasi kepemimpinan di Wardah?

Paragon merupakan family-owned business dan bersifat privat. Sejak pertama berdiri, kami memiliki tujuan untuk bisa memberikan kebermanfaatan kepada sekitar dan bercita-cita agar bisa menjadi perusahaan yang berkelanjutan sehingga bisa terus memberikan manfaat lebih banyak lagi.

Sejak tahun 2019 di dalam family office telah dipersiapkan untuk dilakukan suksesi dari generasi pertama (pendiri), ke generasi kedua yang bertujuan untuk mengembangkan kapabilitas generasi lanjut. selain berfokus pada suksesi di dalam keluarga, kami juga berkomitmen pada people development untuk Paragonian agar bisa menjadi pemimpinpemimpin yang andal di masa depan.

Kesuksesan Paragon dalam regenerasi kepemimpinan tidak lepas dari prinsip untuk bertumbuh bersama masyarakat, yang menjadi ekosistem utama bagi Paragon. Konsumen, stakeholder, dan masyarakat, memainkan peran penting dalam mendukung keberlanjutan perusahaan. Sebabnya regenerasi kepemimpinan yang dilakukan tidak hanya berfokus pada internal perusahaan tetapi selaras pula dengan komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat, utamanya di bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan.  (Mohamad)

Stiker Tomat dan Keberkahan dalam Komunikasi

Apabila keberkahan menjadi inti pengembangan strategi bisnis, khususnya komunikasi, maka kita tidak hanya mengejar sustainability,tapi lebih dari itu, eternity.

Tomat putih itu ternyata hanya stiker. Bukan ekstraksi, atau apalah namanya, dari buah bernutrisi tinggi yang dipercaya bisa mencerahkan kulit dan menghalangi penuaan dini. Saya, malah baru tahu kalau ada tomat yang warnanya putih. Sejak kecil mata saya yang terbiasa menjelajah pasar becek di kota sejuk penghasil sayur, Salatiga, hanya tahu tomat warnanya merah, hijau dan kuning. Mungkin ini yang ada di pikiran banyak orang. Jika tomat saja bisa diputihkan, apalagi kulit, bisa menjadi cerah seperti white beauty, impian para wanita. Ditambah dengan pesona para live streamer yang membujuk merayu, pagi siang dan malam, maka terbelilah kosmetik viral itu. Namun sayang, tomat putihnya hanya stiker.

Overclaim, sejak jaman dulu kala adalah permasalahan etika bisnis yang paling sering ditemui. Pedagang memberikan informasi tentang kualitas produk dengan dilebih-lebihkan, tidak sesuai dengan aslinya. Memang sulit dibuktikan, dan pastilah berujung pada percekcokan atau debat yang tidak mudah diselesaikan. Pedagang mangga harum manis, misalkan mengatakan mangganya harum dan manis sangat. “Kalau tidak manis kembalikan saja ke sini”, katanya. Namun manis itu relatif. Sehingga ketika konsumen kemudian membeli dan tidak puas, meminta pertanggungjawaban. Pedagang bisa menjawab, “rasa segini sudah manis buat saya.” Nah kemudian muncullah konflik.

Dr. Wahyu T. Setyobudi, MM. ATP, CPM
Peneliti Global Business Marketing, Binus Business School
Foto: Istimewa

Tidak berbohong, belum berarti jujur. Baginda Rasulullah menekankan dalam banyak kesempatan bahwa pebisnis perlu mengutamakan sifat jujur. Beliau sendiri, diberikan gelar Al-Amin, sebagai penghormatan atas sifat jujur terpercaya. Bukan sekali dua kali, Baginda Rasul menunjukkan konsistensi teladan kejujuran tersebut dalam berbagai lawatan dagangnya. Setelah masa kenabian, banyak perintah yang diberikan untuk berlaku adil dan tidak berbohong. Beliau pernah bersabda, dalam riwayat yang dinukil Imam Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah, “Mengapa engkau tidak meletakkan di bagian atas agar orang-orang dapat melihatnya. Barang siapa yang melakukan penipuan, ia tidak termasuk golonganku.”

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kejujuran dalam berbisnis. Tujuan utama berbisnis bukan hanya sekedar mencari profit. John Elkinton pada tahun 1997 dalam bukunya Cannibal With Forks, telah mengartikulasikan tujuan bisnis berkelanjutan sebagai tripple bottom line yang juga dikenal dengan 3P, Profit, People, Planet Bisnis harus bisa menghasilkan profit yang menyejahterakan masyarakat, termasuk karyawan dan seluruh stakeholder sembari merawat kelestarian alam. Konsep bisnis Islam sudah jauh lebih maju dari itu. Dalam cara pandang Islam yang rohmatan lil alamin, bisnis bukan hanya memperhatikan 3P yang berdampak pada sustainability, tapi ada dimensi lain, yang kita sebut sebagai Berkah.

Keberkahan adalah manfaat sebesarnya dari produk yang bisa dinikmati di dunia dan diteruskan hingga ke akhirat. Imam Ghozali menyebutnya sebagai bertambahnya kebaikan. Dengan demikian menjadi jelas bahwa apabila keberkahan menjadi inti pengembangan strategi bisnis, khususnya komunikasi, maka kita tidak hanya mengejar sustainability, tapi lebih dari itu, eternity. Kehidupan yang kekal dunia akhirat. Seorang pebisnis halal menyadari benar bahwa seluruh strategi bisnis, desain komunikasi, janji-janji yang diberikan pada pelanggan akan dipertanggungjawabkan di pengadilan yang Maha Mulia. Usaha adalah modal bagi perjalanan abadi selepas dunia.

“Mengapa engkau tidak meletakkan di bagian atas agar orang-orang dapat melihatnya. Barang siapa yang melakukan penipuan, ia tidak termasuk golonganku.”

(H.R. Bukhari-Muslim)

Oleh karenanya, dalam pemasaran produk halal, tujuan komunikasi memiliki dimensi yang lebih luas daripada pemasaran produk konvensional. Beberapa dimensi tersebut adalah dimensi bisnis, edukasi, responsibility, komunitas, ajak, dan hubungan jangka panjang, disingkat BERKAH. Mari kita kupas beberapa dimensi tersebut secara lebih mendalam.

Dimensi pertama, Bisnis, tentu jelaslah bahwa usaha pemasaran mesti mendatangkan keuntungan atau profit. Oleh sebab itu komunikasi diusahakan mampu menjangkau target pasar seluasnya, dan mampu menggerakkan target tersebut untuk membeli produk kita. Untuk itu dibutuhkan upaya terintegrasi yang sistematis mulai dari analisis keinginan pasar, kemudian respons terhadap pesan dan channel yang efektif. Melalui analisa dan strategi yang tepat, upaya komunikasi dapat menembus persetujuan pelanggan dan akhirnya membangun preferensi terhadap merek halal kita. Biasanya seorang pemasar yang ulung memiliki kemampuan yang mumpuni untuk memberikan sugesti dan persuasi yang kuat kepada konsumen. Namun demikian seiring dengan kemampuan persuasi tersebut, dibutuhkan tanggung jawab.

Demikianlah dimensi yang kedua ini muncul, dimensi Edukasi. Usaha pemasaran diharapkan mampu mengelevasi kemampuan masyarakat dalam menjalankan kesehariannya. Sebagai contoh, di Indonesia, tingkat literasi masyarakat dapat dikatakan masih rendah. Skor PISA menempatkan Indonesia di urutan 69 dari 81 negara. Bahkan survei UNESCO menyatakan minat baca Indonesia sangat rendah setara 0.001%

yang artinya hanya 1 dari 1000 orang yang rajin membaca. Saya curiga jangan-jangan kita termasuk yang 999 itu.

Maka pemasar tidak boleh memanfaatkan rendahnya literasi ini justru untuk menipu, mengambil manfaat sebesarnya. Kita punya tanggung jawab untuk menjelaskan, meningkatkan pengetahuan masyarakat. Alangkah indahnya jika pemakai kosmetik, kemudian belajar tentang anatomi dan kesehatan kulit dari produk kosmetik. Konsumen makanan halal belajar bagaimana kandungan gizi dan konsep-konsep organik dari konsep komunikasi perusahaan makanan, dan lain sebagainya.

Berikutnya dimensi Responsibility, atau tanggung jawab. Pemasar produk halal perlu yakin benar terhadap hasil penggunaan produk kepada pelanggan dan bertanggung jawab apabila ada efek samping atau hal yang tidak sesuai. Misalkan dalam aplikasi kosmetik yang memerlukan treatment khusus, pengusaha tidak boleh berlepas tangan, menyerahkan semuanya kepada konsumen yang memiliki pemahaman dan kondisi situasional yang berbeda-beda. Tanggung jawab menyebabkan kita selalu berhati-hati dalam mengembangkan produk dan menyalurkannya kepada pasar.

Basis dari konsep Islam adalah jamaah, yang kita bisa terjemahkan dengan Komunitas. Pemasaran

halal meninggikan aspek membangun komunitas yang loyal. Komunikasi perlu dibangun untuk menarik konsumen-konsumen halal dalam satu komunitas yang dapat saling menguatkan, saling mendukung. Saya maksudkan dalam hal ini, adanya dialog antara konsumen dengan konsumen. Dialog multiarah merupakan ciri khas pengembangan komunikasi di era digital, yaitu ketika konsumen memiliki kendali atas media yang egosentris.

Fungsi komunikasi pemasaran yang berikutnya adalah dimensi Ajak, atau syiar. Mengingat ajaran Islam merupakan kebaikan universal, maka pebisnis halal perlu menempatkan dirinya sebagai representasi dari ajaran Islam. Produk yang halal semestinya mencontohkan kebersihan, kesehatan, kerapian, dan hal-hal baik lainnya yang diwantiwanti oleh Baginda Nabi. Sebuah Rumah Sakit Islam, harus, sekali lagi harus, lebih bersih, lebih kompeten, lebih ramah, dari rumah sakit yang tidak menggunakan nama Islam. Terakhir, jika semua elemen komunikasi berkah tersebut dijalankan, kita bisa mengharapkan Hubungan Jangka Panjang dengan konsumen. Ini yang menjadi tujuan utama kita. Bersama-sama menuju keberkahan.

Demikianlah, tulisan pendek ini menjadi otokritik sekaligus pengingat kepada kita semua bahwa deklarasi halal perlu diiringi dengan usaha terus menerus untuk menjalankan prinsip syariah secara menyeluruh dan berkelanjutan. Salam semangat, salam pembaharu.

Perkembangan Industri Perbankan Syariah Indonesia

Bagaimana Pemerintah mendorong kemajuan bank syariah yang saat ini marketshare-nya masih kecil dibanding bank konvensional?

Ekonomi syariah telah hadir dalam tatanan ekonomi global dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah Islam dalam setiap kegiatan ekonomi dan keuangannya. Kehadirannya diproyeksikan akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini didukung pula dengan populasi muslim serta tren Halal Lifestyle yang terus meningkat. Tak hanya terkait dengan keuangan maupun perbankan, namun ekonomi syariah juga mencakup sektor industri halal, seperti makanan, fashion, serta wisata ramah muslim. Ekonomi syariah ini tak hanya untuk masyarakat muslim saja, namun juga dapat menyasar keseluruhan secara global.

Keuangan syariah (Islamic Finance) terus mengalami pertumbuhan pesat di dunia. Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2023/24 menerangkan bahwa pada tahun 2021/2022 total aset keuangan syariah global diperkirakan mencapai US$3,96 triliun. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 17% dari tahun 2020/2021 dengan nilai sebesar nilai US$3,37 triliun. Dari data tersebut, diperkirakan total aset keuangan syariah akan mencapai US$5,94 triliun pada tahun 2025/2026 dengan proyeksi tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 9%. Hal ini dapat mencerminkan minat masyarakat terhadap layanan keuangan syariah semakin meningkat.

Peran serta dari negara-negara dengan mayoritas penduduk Islam juga tak dapat dipungkiri dalam pertumbuhan ekonomi syariah global. Dari total aset keuangan syariah yang diperkirakan mencapai US$3,96 triliun, dengan negara-negara seperti Iran, Arab Saudi, dan Malaysia sebagai kontribusi terbesar. Dapat dilihat pada ilustrasi diatas, Iran, Saudi Arabia, dan Malaysia menjadi Top 3 negara dengan total aset terbesar. Indonesia sendiri berada pada posisi 7 dengan total aset sebesar US$139 miliar. Indonesia memiliki potensi yang besar dengan penduduknya yang mayoritas beragama Islam. Indonesia mampu menciptakan pasar yang luas untuk produk keuangan syariah.

Ekonomi Syariah Indonesia

Ekonomi dan keuangan syariah Indonesia secara umum relatif membaik. Hal ini ditunjukkan dari Global Islamic Economy Indicator (GIEI) Indonesia berada pada peringkat ketiga dengan perolehan skor sebesar 80,1. Indonesia berhasil naik 1 peringkat dari tahun sebelumnya. GIEI sendiri menunjukkan peringkat negara-negara yang memiliki ekosistem untuk mendukung pertumbuhan ekonomi syariah. Adapun yang menjadi kriterianya, antara lain Islamic Finance, Halal Food, Muslim-friendly Travel, Modest Fashion, Media & Recreation, dan Halal Pharma & Cosmetics.

Global Islamic Banking Assets merujuk pada total nilai aset yang dimiliki oleh bank-bank di seluruh dunia yang beroperasi menggunakan prinsip-prinsip syariah. Terlihat adanya kenaikan yang signifikan sebesar 140% dalam satu dekade terakhir (2012-2022). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan layanan perbankan syariah semakin diminati di kalangan masyarakat. Dengan menggunakan prinsip syariah, banyak nasabah merasa lebih nyaman dan aman dalam menggunakan jasa layanan bank syariah tersebut. Dengan adanya sistem syariah, hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dapat dihindari. Dari data tersebut, juga menunjukkan kepercayaan masyarakat yang semakin besar terhadap sektor perbankan syariah secara global.

Berdasarkan data Laporan

Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia Tahun 2023 yang dikeluarkan oleh OJK, market share keuangan syariah sebesar 10,95% dan konvensional 89,05%. Meskipun perbankan syariah masih memegang porsi yang lebih kecil, namun sebagai negara dengan populasi muslim yang besar, Indonesia memiliki potensi besar untuk memperluas pasar keuangan syariah. Jika dibandingkan dalam 5 tahun ke belakang, pertumbuhan aset keuangan syariah Indonesia terus mengalami peningkatan.

Pada tahun 2023, aset perbankan syariah Indonesia mencapai Rp892,17 triliun. Jumlah tersebut meningkat 11,21% dibandingkan tahun 2022. Jika dilihat selama 5 tahun ke belakang, jumlah aset perbankan terus meningkat. Meskipun market share-nya masih kalah jauh dibandingkan bank konvensional, namun potensi perbankan syariah di Indonesia akan terus tumbuh. Apalagi didorong oleh pertumbuhan populasi muslim serta semakin banyaknya masyarakat yang mulai mencari alternatif perbankan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah.

Dilansir dari Siaran Pers “Mendorong Potensi Pengembangan Perbankan Syariah ‘OJK Mengajar’ Di UIN Syarif Hidayatullah” pada tahun 2023,

kecilnya pangsa pasar bank syariah di Indonesia tidak terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi dalam perkembangannya. Tantangan tersebut meliputi rendahnya tingkat literasi dan inklusi perbankan syariah, skala bisnis yang masih relatif kecil dan kurangnya diferensiasi model bisnis dan produk, kontribusi dan dampak perbankan syariah pada pembangunan ekonomi dan sosial masih rendah, serta diperlukannya penguatan penerapan prinsip syariah.

OJK terus berupaya untuk mengembangkan industri perbankan syariah dengan memaksimalkan keunikan dan keunggulan yang dimiliki dibandingkan dengan produk perbankan konvensional. Dalam siaran pers tersebut, OJK memaparkan berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama para pemangku kepentingan (stakeholders), antara lain:

1. Perbaikan struktur industri perbankan syariah melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS).

2. Penguatan karakteristik perbankan syariah yang lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis.

3. Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank syariah sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan meningkatkan competitiveness.

4. Peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah (termasuk industri halal) dapat dilayani secara optimal.

5. Peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial (social value) melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam.  (Audia)

Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, memiliki potensi besar untuk menjadi pusat industri halal global. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, sekitar 87% di antaranya adalah muslim, maka kebutuhan terhadap produk halal diperkirakan akan terus meningkat. Pasar halal tidak hanya mencakup makanan dan minuman, tetapi juga meliputi sektor kosmetik, farmasi, pariwisata, dan jasa keuangan. Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan target menjadi pemain utama dalam industri halal melalui sertifikasi yang lebih luas dan promosi produk halal di pasar internasional.

Bagi konsumen muslim, produk halal memiliki makna yang mendalam. Dalam Islam, halal bukan hanya tentang makanan yang boleh dikonsumsi, tetapi juga mencerminkan prinsip kebersihan, kesehatan, dan etika. Produk yang memiliki sertifikasi halal memberikan rasa aman dan nyaman kepada konsumen karena telah melalui proses yang memenuhi standar keagamaan dan higienis. Selain itu, produk halal juga semakin diminati oleh konsumen non-muslim karena identik dengan kualitas dan kebersihan yang tinggi.

Meski mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim, kesadaran terhadap pentingnya produk halal masih bervariasi. Sebagian masyarakat sudah peduli atau sangat peduli dengan kehalalan produk yang mereka konsumsi. Sebagian masyarakat lain kesadaran ini masih relatif rendah. Banyak konsumen yang tidak mengetahui bagaimana cara memeriksa sertifikasi halal suatu produk atau menganggap semua produk yang dijual di Indonesia otomatis halal. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan kampanye yang lebih intensif untuk menggugah kesadaran konsumen terhadap halal.

Strategi Kampanye Halal

Kampanye halal merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya produk halal serta memberikan edukasi mengenai manfaatnya bagi individu, komunitas, dan lingkungan. Kampanye halal dapat dilakukan melalui berbagai channel media baik media sosial maupun media lainnya.

Media sosial adalah alat yang sangat efektif untuk menyebarkan informasi dengan cepat dan luas. Konten kreatif seperti video pendek, infografis, dan cerita inspiratif tentang manfaat produk halal dapat menarik perhatian audiens. Selain itu, kolaborasi dengan influencer yang memiliki basis pengikut yang kuat juga dapat memperluas jangkauan kampanye. Sementara acara seperti pameran produk halal maupun seminar atau lokakarya dapat menjadi platform yang baik untuk mempromosikan halal. Dalam acara ini, produsen dapat memamerkan produk halal mereka, sedangkan para ahli dapat memberikan pemaparan tentang pentingnya halal dari sudut pandang agama, kesehatan, dan ekonomi.

Sebagaimana yang dilakukan oleh BPJPH dalam upaya sosialisasi sertifikasi halal agar dapat dipahami oleh berbagai kalangan, lembaga ini melakukan pendekatan melalui berbagai metode, seperti seminar, pelatihan, lokakarya, serta kampanye halal yang tersebar di seluruh Indonesia. Kampanye ini tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga memberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk mendaftar langsung sertifikasi halal melalui berbagai program yang diselenggarakan secara nasional.

Kampanye halal ini tidak saja dilakukan oleh Pemerintah, lembaga pendidikan hingga perusahaan juga turut mengedukasi dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap produk halal. Melalui program edukasi dan pendampingan, Pusat Halal Universitas Airlangga membantu pelaku usaha memahami proses sertifikasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya produk halal. “Kami aktif memberikan edukasi di berbagai daerah, bahkan ke pelosok-pelosok seperti Tabalong di Kalimantan Selatan, NTB, dan Balikpapan,” ungkap Abdul Rahem, Ketua Pusat Halal Universitas Airlangga.

Sementara itu, perusahaan seperti PT Unilever Indonesia dalam mengomunikasikan produk halal kepada konsumen atau masyarakat luas, perusahaan consumer goods ini menggunakan berbagai platform, mulai dari media sosial hingga kampanye offline, serta menjalin kolaborasi

dengan lembaga terkait untuk membangun citra sebagai merek yang tidak hanya mengedepankan kualitas, tetapi juga integritas dalam memproduksi produk halal. Selain itu, Unilever turut melibatkan konsumennya dalam proses edukasi agar dapat memperkuat posisi sebagai pemimpin pasar produk halal Indonesia.

Dampak Kampanye Halal

Kampanye halal ini perlu dilakukan untuk memastikan konsumen mendapatkan akses ke produk yang sesuai dengan prinsip syariat Islam. Kampanye halal juga membantu memperkenalkan sertifikasi halal kepada masyarakat luas sehingga mereka dapat membuat pilihan yang lebih dipahami. Dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan produk halal, maka industri halal dapat berkembang lebih pesat serta menciptakan peluang bisnis baru.

Kampanye halal tidak hanya bermanfaat bagi konsumen muslim, tetapi juga mempromosikan etika produksi dan distribusi yang lebih baik, yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan mempromosikan produk halal, negara dapat meningkatkan citra sebagai pusat produsen halal global, menarik investor dan wisatawan dari berbagai negara.

Adanya komitmen Pemerintah untuk mendorong industri halal melalui berbagai kebijakan, seperti mewajibkan sertifikasi halal bagi produk tertentu dan mempromosikan halal sebagai bagian dari gaya hidup, tentu dukungan ini akan memberikan landasan yang kuat bagi kampanye halal.

Kampanye halal akan efektif dengan adanya kemajuan teknologi digital, seperti aplikasi seluler dan media sosial. Teknologi ini memberikan alat yang efektif untuk menyebarkan informasi tentang halal. Konsumen dapat dengan mudah memeriksa status halal suatu produk atau mendapatkan informasi tentang manfaat produk halal melalui platform digital. Sejalan dengan itu, pelaku usaha semakin menyadari pentingnya sertifikasi halal

untuk meningkatkan daya saing produk mereka. Kolaborasi kampanye halal antara pemerintah dengan pelaku usaha dapat menghasilkan dampak yang lebih besar, baik dalam meningkatkan kesadaran konsumen maupun memperluas pasar produk halal.

Kampanye halal bukan sekadar upaya untuk meningkatkan penjualan produk, tetapi juga langkah penting dalam membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjalani gaya hidup yang sesuai dengan prinsip-prinsip halal. Dengan strategi yang tepat, seperti edukasi melalui media sosial, keterlibatan komunitas lokal, dan penggunaan teknologi, kampanye halal dapat menjadi gerakan yang efektif dan berkelanjutan. Kesadaran yang meningkat akan membawa manfaat tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan, menciptakan lingkungan yang lebih sehat, bersih, dan bermartabat.

Strategi Meningkatkan Kepatuhan Sertifikasi

Halal di Indonesia

Melalui pendekatan regulasi yang diperbarui dan sosialisasi intensif, BPJPH terus berupaya memastikan sertifikasi halal menjadi pilar utama dalam mendukung pertumbuhan produk halal di Indonesia.

JDrs. Mohammad Zen, MM.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Publik

Foto: Istimewa

aminan produk halal telah menjadi salah satu prioritas pemerintah Indonesia dalam memastikan keamanan dan kenyamanan konsumen, sekaligus meningkatkan daya saing produk di pasar domestik maupun antarbangsa. Sebagai lembaga yang diberi mandat untuk menyelenggarakan Jaminan Produk Halal (JPH), Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) terus memperkuat upayanya melalui kebijakan dan program strategis.

Salah satu langkah penting yang diambil adalah pemberlakuan kebijakan wajib halal bagi pelaku usaha. Kebijakan ini diharapkan tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumen akan produk yang halal, tetapi juga mendorong pelaku usaha untuk lebih kompetitif di pasar global. “Pelaku usaha sudah mulai paham dengan pentingnya kebijakan wajib halal, tetapi masih ada sebagian yang belum memahami prosedur dan biaya sertifikasi,” ungkap Kepala Bagian Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Publik BPJPH, Mohammad Zen.

Untuk memberikan kejelasan lebih lanjut, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 42 Tahun 2024 sebagai pembaruan dari regulasi sebelumnya. Salah satu poin penting dalam peraturan ini adalah pengunduran tenggat waktu kewajiban sertifikasi halal bagi usaha mikro dan kecil dari Oktober 2024 menjadi Oktober 2026. Kebijakan ini memberikan waktu tambahan bagi usaha kecil untuk mempersiapkan diri tanpa mengurangi komitmen mereka terhadap sertifikasi halal.

Namun, perjalanan menuju kepatuhan penuh masih menemui tantangan. Minimnya pemahaman sebagian pelaku usaha, terutama pelaku usaha mikro dan kecil, terhadap prosedur dan biaya sertifikasi halal menjadi kendala utama. Dengan latar belakang ini, BPJPH terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi agar sertifikasi halal dapat diakses secara merata oleh semua lapisan usaha.

Sosialisasi Kebijakan: Upaya Strategis BPJPH

Sebagai upaya memastikan sertifikasi halal dapat diakses dan dipahami oleh berbagai kalangan, BPJPH telah melakukan sosialisasi kebijakan secara masif dan strategis. Pendekatan ini dilakukan melalui berbagai metode, seperti seminar, pelatihan, lokakarya, serta kampanye halal yang tersebar di ribuan lokasi di seluruh Indonesia. Kampanye ini tidak hanya bersifat edukatif, tetapi juga memberikan kesempatan kepada pelaku usaha untuk mendaftar langsung sertifikasi halal melalui berbagai program yang diselenggarakan secara nasional.

Salah satu program utama BPJPH adalah Kampanye Wajib Halal Oktober (WHO) 2024, yang melibatkan 5.040 titik sosialisasi dan pendaftaran langsung di 405 lokasi di 27 provinsi. Program ini juga mencakup pengawasan terpadu di sektor hulu, seperti Rumah Potong Hewan dan Unggas (RPH/U), serta pelaksanaan kampanye sertifikasi halal di 3.000 desa wisata. “Melalui kampanye mandatory halal yang melibatkan ribuan titik ini, BPJPH telah berhasil menciptakan rekor MURI dan mendapatkan penghargaan nasional,” jelas Mohammad.

Selain itu, BPJPH menjalin kolaborasi erat dengan 10 kementerian/lembaga untuk mempercepat proses sertifikasi halal, termasuk pembentukan

80 Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) dengan lebih dari 1.000 auditor halal, membentuk 279 Lembaga Pendamping Proses Produk Halal (LP3H) dengan sekitar 106.366 Pendamping Proses Produk Halal (P3H), serta melatih 13.766 penyelia halal, hingga memaksimalkan publikasi melalui kanal media arus utama, sehingga BPJPH dinobatkan menjadi Lembaga Negara Terpopuler tahun 2024 dari media Jawa Post serta penghargaan Detikcom Award 2024 sebagai Lembaga Inovatif Penggerak Ekosistem Halal. Dalam konteks sosialisasi secara internasional, BPJPH berhasil meraih penghargaan bergengsi seperti GIFA Award 2024 di Maladewa.

Dalam keterlibatannya secara aktif di panggung internasional, BPJH selain menyelenggarakan forum internasional di dalam negeri seperti IHD dan H20, juga turut menghadiri berbagai macam forum terkait halal di luar negeri baik bilateral, regional, sub regional maupun forum global. Di forum bilateral, BPJPH bertemu dengan beberapa negara secara bilateral di antaranya dalam forum CEPA, dengan beberapa negara. Di forum regional, BPJPH turut hadir dalam pertemuan INA-LAC, dan Working Grup Halal ASEAN (AWGHF). Dalam pertemuan sub regional, BPJPH aktif di pertemuan IMT GT pada working grup HAPAS dan BIMP EAGA. Tahun 2024 lalu BPJPH bahkan menjadi chairman dalam pertemuan WGHAPAS di Langkawi, Malaysia. Sementara dalam pertemuan global BPJPH turut

Aplikasi SIHALAL Ditujukan Untuk Memudahkan
Pelaku Usaha Dalam Mengurus Sertifikasi Halal
Foto: Istimewa

hadir dalam pertemuan WTO, SMIIC, MIHAS, serta forum global lainnya.

Masih dalam tataran internasional, aksi BPJPH dalam inisiatif global seperti pertunjukan keliling fesyen halal di lima negara, sosialisasi terhadap lembaga halal luar negeri melalui Forum International Halal Dialogue (IHD), dan penyelenggaraan Forum Halal 20 setiap tahun. Semua program tersebut menjadi bukti komitmen BPJPH dalam memperkenalkan produk halal Indonesia ke kancah internasional. Forum Halal 20 mulai tahun 2022 mengundang 104 LHLN dari 40 negara, di tahun 2023 diikuti oleh 118 LHLN dari 44 negara, tahun 2024 dihadiri oleh 151 LHLN dari 46 Negara. Langkah-langkah ini menegaskan peran BPJPH sebagai garda depan pemerintah Indonesia dalam membangun ekosistem halal yang kuat, baik di dalam negeri maupun di pasar global.

Kolaborasi dan Tantangan Menuju Ekosistem

Halal yang Kuat

Membangun ekosistem halal yang kuat di Indonesia membutuhkan kolaborasi yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pelaku usaha, pemerintah daerah, perguruan tinggi, hingga lembaga halal luar negeri. BPJPH menyadari pentingnya sinergi ini untuk memastikan bahwa kebijakan dan program sertifikasi halal dapat diterapkan secara luas dan merata. “BPJPH

melibatkan pelaku usaha, organisasi masyarakat, dan lembaga halal luar negeri untuk memberikan pemahaman lebih dalam tentang proses sertifikasi halal,” jelas Mohammad.

Namun, perjalanan ini bukan tanpa tantangan. Salah satu kendala utama adalah minimnya pengetahuan sebagian pelaku usaha mikro dan kecil terkait pentingnya sertifikasi halal dan prosedur yang harus diikuti. Tantangan lainnya adalah menjangkau wilayah terpencil yang memiliki akses terbatas terhadap informasi dan layanan sertifikasi. “Untuk mengatasi kendala tersebut, BPJPH terus memperluas akses informasi melalui pelantar digital, meningkatkan kapasitas LPH, dan memberikan pelatihan intensif kepada pendamping halal,” tambah Mohammad.

Meskipun menghadapi berbagai hambatan, program sertifikasi halal telah membuahkan hasil yang signifikan. Hingga Januari 2025, BPJPH telah menerbitkan 2.104.119 sertifikat halal, mencakup 5.779.352 produk, terutama dalam sektor makanan dan minuman. Sertifikasi ini tidak hanya dipandang sebagai kewajiban, tetapi juga menjadi strategi bisnis yang meningkatkan daya tarik dan kepercayaan konsumen. Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi dan upaya strategis BPJPH mampu mendorong pertumbuhan industri halal yang berkelanjutan di Indonesia.

(Andika)

Salah Satu Program Wajib Halal Oktober 2024, dari BPJPH
untuk Pelaku Usaha Sektor Hulu Penghasil Daging
Foto: Istimewa

Peran Strategis Pusat Halal UNAIR dalam Penguatan Kesadaran Halal

Komunikasi dan kampanye produk halal semakin menjadi elemen kunci dalam strategi bisnis perusahaan dan UMKM di Indonesia, didorong oleh kesadaran konsumen dan dukungan pemerintah.

Dalam beberapa tahun terakhir, tren kampanye produk halal semakin menonjol di Indonesia. Produk halal tidak lagi sekadar memenuhi kewajiban religius, tetapi telah menjadi pilar penting dalam strategi komunikasi dan pemasaran perusahaan. Sertifikasi halal kini dipandang sebagai simbol kualitas, keamanan, dan kepercayaan yang diakui tidak hanya di pasar domestik tetapi juga antarbangsa. Dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk memimpin pasar halal global.

Menurut Abdul Rahem, Ketua Pusat Halal Universitas Airlangga, tren ini mencerminkan

pergeseran persepsi masyarakat dan pelaku usaha terhadap halal. “Halal itu ada di bagian terakhir dari semua proses produksi, sehingga semua memenuhi syarat dulu baru halal. Artinya, halal itu jauh lebih unggul daripada yang belum halal,” ujar Rahem, menekankan bagaimana konsumen semakin cermat memilih produk bersertifikasi halal.

Secara global, sertifikasi halal telah menjadi elemen penting dalam daya saing produk. Bahkan negara-negara yang mayoritas penduduknya non-muslim, seperti Korea Selatan dan Inggris, aktif memasarkan produk halal untuk ekspor. Di Indonesia, penerapan kewajiban sertifikasi halal

Dr. Abdul Rahem, M. Kes., Apt Ketua Pusat Halal Airlangga Foto: Istimewa

“Masyarakat sudah semakin kritis. Ketika masuk ke swalayan atau mal, mereka mencari produk dengan label halal. Hal ini juga yang mendorong pelaku usaha untuk semakin gencar memasarkan produknya yang bersertifikat halal”

yang diatur oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Produk Halal (BPJPH) semakin mempertegas posisi halal sebagai komponen vital dalam perekonomian. Meski demikian, tantangan besar masih menghadang, termasuk kurangnya edukasi masyarakat dan keterbatasan sumber daya di sektor UMKM.

Peran Strategis dan Tantangan Kampanye Halal di Indonesia

Komunikasi halal telah berkembang menjadi kebutuhan strategis bagi pelaku usaha di Indonesia. Di tengah meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya produk halal, perusahaan menghadapi tekanan pasar untuk tidak hanya memproduksi barang yang sesuai dengan standar halal tetapi juga mengomunikasikannya secara mangkus.

Menurut Rahem, komunikasi halal adalah kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. “Bukan sekadar merupakan kewajiban untuk memasarkan halal, tetapi pelaku usaha sudah menganggap ini sebagai kebutuhan,” ujarnya, menggarisbawahi bagaimana konsumen semakin cermat dalam memilih produk bersertifikat halal.

Kampanye produk halal yang dilakukan perusahaan telah terbukti mampu meningkatkan kesadaran masyarakat. Sertifikasi halal sering kali dianggap sebagai jaminan kualitas, keamanan, dan kepatuhan terhadap standar agama. Hal ini memberikan pengaruh signifikan pada preferensi konsumen muslim. “Masyarakat sudah semakin kritis. Ketika masuk ke swalayan atau mal, mereka mencari produk dengan label halal. Hal ini juga yang mendorong pelaku usaha untuk semakin gencar memasarkan produknya yang bersertifikat halal,” jelas Rahem.

Meskipun demikian, efektivitas kampanye ini bergantung pada jangkauan dan intensitasnya. Informasi yang disebarluaskan melalui media sosial, iklan televisi, atau pelantar digital lainnya berperan penting dalam menciptakan resonansi di kalangan konsumen.

Namun, tidak semua pelaku usaha memiliki sumber daya yang sama untuk mengembangkan kampanye komunikasi halal. Usaha mikro secara khusus, menghadapi tantangan signifikan akibat keterbatasan dana dan akses terhadap fasilitas sertifikasi. Rahem menyoroti perlunya pendekatan kreatif untuk mengatasi kendala ini. “Usaha mikro dapat memanfaatkan mekanisme deklarasi mandiri yang difasilitasi oleh pemerintah atau pihak ketiga, seperti Kementerian Perindustrian dan lembaga lokal. Dengan ini, mereka tidak perlu membayar biaya besar, tetapi perlu pendamping untuk memastikan bahan dan prosesnya memenuhi standar halal,” jelasnya.

Solusi kampanye mangkus untuk usaha mikro juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan pelantar gratis, seperti media sosial, atau melalui kolaborasi dengan komunitas lokal dan lembaga halal. Dengan cara ini, UMKM dapat tetap bersaing dalam memasarkan produknya kepada konsumen yang semakin peduli pada aspek halal. Apa pun, sinergi antara pelaku usaha, pemerintah, dan lembaga pendamping sangat diperlukan untuk memastikan keberlanjutan dan keberhasilan kampanye halal di seluruh sektor.

Sinergi Pemerintah dan Lembaga Halal dalam Mendorong Kesadaran Halal

Pemerintah memiliki peran krusial dalam mendorong sertifikasi dan pemasaran produk halal di Indonesia. Kebijakan seperti kewajiban sertifikasi halal untuk makanan, minuman, dan jasa penyembelihan yang diatur oleh BPJPH menunjukkan komitmen pemerintah dalam memperkuat ekosistem halal.

Selain itu, berbagai program fasilitasi telah diinisiasi untuk mendukung UMKM, seperti mekanisme deklarasi mandiri (self-declare) yang memungkinkan usaha mikro mendapatkan sertifikasi halal tanpa biaya besar. Rahem

menyatakan bahwa pemerintah telah memberikan perhatian, meskipun tantangannya masih besar. “Untuk usaha mikro, pemerintah sudah menyediakan mekanisme fasilitasi. Persoalannya bukan biaya lagi, tetapi apakah pelaku usaha mau memanfaatkan peluang ini,” jelasnya.

Pusat Halal Universitas Airlangga, sebagai salah satu lembaga halal terkemuka, juga memainkan peran penting dalam mendukung kebijakan ini. Melalui program edukasi dan pendampingan, Pusat Halal Universitas Airlangga membantu pelaku usaha memahami proses sertifikasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya produk halal.

“Kami turun ke lapangan untuk mendampingi UMKM, membantu mereka menyiapkan dokumen dan proses agar siap diaudit. Selain itu, kami aktif memberikan edukasi di berbagai daerah, bahkan ke pelosok-pelosok seperti Tabalong di Kalimantan

Selatan, NTB, dan Balikpapan,” ujar Rahem. Pendampingan ini mencakup pelatihan kepada pelaku UMKM serta pendamping lokal, seperti yang dilakukan pada 100 UMKM di Tabalong, yang kemudian berhasil mendapatkan sertifikasi halal.

Sinergi antara pemerintah, lembaga halal, dan pelaku usaha menjadi kunci keberhasilan strategi ini. Regulasi pemerintah perlu didukung oleh pelaksanaan di lapangan yang konsisten, yang mana lembaga seperti Pusat Halal Universitas Airlangga dapat berperan sebagai penghubung antara kebijakan dan implementasi. Sementara itu, pelaku usaha juga diharapkan lebih proaktif memanfaatkan fasilitas dan panduan yang telah disediakan. Dengan kerja sama yang solid, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan kesadaran halal secara nasional, tetapi juga memperkuat posisinya di pasar halal global. 

(Andika Priyandana)

Pelatihan Pendamping Proses Produk Halal diselenggarakan oleh Lembaga Pendamping PPH Universitas Airlangga Foto: Istimewa

Komunikasi & Inovasi, Dua Strategi Unilever dalam Halal Branding

Permintaan produk halal mengalami lonjakan di tingkat global, dunia industri pun menaruh perhatian pada pangsa pasar ini. Melalui strategi komunikasi halal yang tepat, Unilever Indonesia telah meneguhkan dirinya sebagai pilihan yang tepat bagi konsumen halal dengan beragam produknya.

Unilever Indonesia telah tumbuh bersama masyarakat Indonesia sejak kehadirannya pada 5 Desember 1933. Melalui ragam pilihan produknya, Unilever senantiasa membersamai konsumen Indonesia dengan kualitas, keamanan, dan kehalalannya.

Banto Twiseno, Head of Consumer and Market Insight Unilever Indonesia, menjelaskan perjalanan Unilever Indonesia dan upayanya menjaga kepercayaan konsumen di Indonesia. “Beroperasi selama 91 tahun dan tumbuh bersama masyarakat Indonesia, kami selalu memastikan bahwa seluruh

produk kami dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi konsumen Indonesia. Salah satunya dengan memastikan kualitas, keamanan, termasuk kehalalan produk, merupakan prioritas utama yang tidak pernah kami kompromikan,” jelasnya.

Perusahaan yang sebelumnya bernama Lever’s Zeepfabrieken NV ini, telah sejak awal berkomitmen pada kehalalan produknya. Banto menambahkan Unilever Indonesia sebagai salah satu perusahaan FMCG pertama yang pabriknya mendapatkan sertifikasi Sistem Jaminan Halal (SJH) dari MUI pada tahun 1994. Jauh sebelum halal menjadi mandatory.

PT Unilever Indonesia Tbk. memahami preferensi halal bagi 90% konsumen muslim di Indonesia sangat menentukan cara mereka dalam memilih produk-produk keseharian. “Sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk produk-produk yang mengedepankan halal,” ungkap Banto.

Strategi Komunikasi & Inovasi Halal

Komitmen pada kehalalan perlu dikomunikasi kan dengan baik dan transparan, sehingga konsumen dapat merasa yakin tatkala memilih produk. Bagi Unilever Indonesia, halal telah menjadi bagian integral dari komunikasi brand. “Kehalalan produk bukan hanya menjadi salah satu faktor pembeda, tetapi juga menjadi elemen penting

Banto Twiseno Head of CMI Unilever Indonesia Foto: Istimewa

dalam membangun hubungan yang lebih kuat dan berkelanjutan dengan pasar,” terang Banto.

“Sertifikasi halal telah menjadi bagian integral dari strategi komunikasi brand Unilever Indonesia untuk membangun kredibilitas dan loyalitas konsumen, khususnya konsumen muslim,” lanjutnya lagi.

Perusahaan yang resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 11 Januari 1982 tersebut, telah berkomitmen pada penerapan Sistem Jaminan Produk Halal/SJPH dari hulu hingga hilir. Meliputi penetapan kebijakan halal, penunjukan tim manajemen halal, serta pelatihan halal khususnya untuk tim yang menangani aktivitas kritis seperti tim R&D, procurement, quality, production dan warehouse. Kemudian dilanjutkan dengan pengendalian bahan, proses produksi halal, dan produk, disertai adanya pengawasan dan evaluasi untuk memastikan bahwa pelaksanaan SJPH sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan.

Tak berhenti di situ, Unilever Indonesia menyadari potensi dan kebutuhan konsumen halal yang berkembang, karenanya Unilever juga fokus pada inovasi untuk menjawab kebutuhan dan perkembangan tren konsumen muslim Indonesia.

Melalui pendekatan inovasi berbasis literasi Islam, ragam produk berhasil diluncurkan dan merebut hati konsumen muslim, seperti Pepsodent Siwak, Lux Hijab Series Zaitun dan Madu, Vaseline Hijab Bright, Sunsilk Hijab, Lifebuoy Tin dan Zaitun,

dan Rexona Hijab Natural Peach & Mint Cool.

Komitmen dan inovasi halal Unilever Indonesia telah berhasil menaklukkan pasar halal, tak heran banyak penghargaan berhasil diraih. Selain sebagai perusahaan pertama yang meraih sertifikasi SJH MUI (1994), Unilever Indonesia juga berhasil meraih penghargaan LPPOM MUI Halal Award untuk kategori Longlife Achievement dan Favorite Halal Brand pada tahun 2023. Beberapa brand Unilever Indonesia dari kategori Food & Beverage, Personal Care, dan Home Care, juga berhasil menyabet Top Halal Awards di 2023 dan 2024.

“Apresiasi ini semakin mengukuhkan komitmen Unilever Indonesia untuk terus konsisten mengambil bagian dalam promosi dan sosialisasi produk halal, serta mengedukasi masyarakat untuk memilih produk yang aman dan juga halal,” jelas Banto.

Maksimalkan Ragam Channel

Keberhasilan komunikasi halal Unilever Indonesia, juga tak lepas dari kemahirannya memaksimalkan ragam kanal yang tersedia. Salah satunya penjualan tatap muka (personal selling), yang memungkinkan adanya interaksi langsung dengan konsumen seraya memberikan penjelasan mengenai produk halal secara lengkap.

Perkembangan dunia digital turut pula dimanfaatkan dengan optimal. Pada kanal ini peranan Gen Z tak bisa dipandang sebelah mata.

Unilever Mengadakan Seminar & Pelatihan Santri Berseri Unilever Indonesia, Membangun Generasi Santri Percaya Diri Foto: Istimewa

Sebagai kelompok audiens yang mendominasi sepertiga populasi Indonesia, Gen Z juga sangat lekat dengan teknologi digital. Beberapa tren di dunia digital lahir dari generasi ini dan turut mempengaruhi populasi secara keseluruhan. Komunikasi melalui kolaborasi dengan influencer di media sosial jadi cara untuk mendekatkan brand dengan mereka.

Selain digital minded, Gen Z juga sangat mementingkan kualitas dari produk-produk yang digunakan, serta kaitannya dengan isu sosial dan keberlanjutan. Pendekatan komunikasi dengan berbagai program dan kampanye yang memberikan dampak positif terhadap masyarakat dan lingkungan, dapat menarik konsumen kalangan Gen Z.

“Untuk itu, kami memastikan produk-produk kami menjawab kebutuhan generasi tersebut dengan tepat, termasuk memaksimalkan strategi komunikasi dan pemasaran berbasis teknologi digital yang lekat dengan keseharian mereka,” papar Banto.

Sebagai perusahaan yang berkomitmen bertumbuh bersama masyarakat Indonesia, Unilever Indonesia juga berinovasi melalui beragam program

edukasi kesehatan hingga lingkungan, yang selaras dengan value dari produk personal care maupun nutrisi. Seperti kolaborasi bersama Pemerintah dan institusi pendidikan (Pesantren) dalam program Pondok Pesantren Sehat (Santri Berseri), program Pesantren Hijau, program Water Harvesting di Pesantren. Melalui program-program tersebut Unilever Indonesia berupaya mewujudkan generasi masa depan yang lebih sehat, dengan menekankan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan serta konsumsi makanan bergizi seimbang.

“Unilever Indonesia telah mengadakan/ mengawal berbagai program yang mendorong komunitas muslim menjadi lebih berdaya, sehat dan sejahtera, di antaranya; Gerakan Masjid Bersih, Pepsodent Sahur Amal, dan Kampanye Rexona Hijab #RayakanGerakmu,” tambah Banto.

Komitmen Kuat Pada Halal

Dalam perjalanannya, upaya komunikasi dan kampanye produk halal yang dilakukan Unilever Indonesia bukan berarti tanpa rintangan dan hambatan. Beberapa hal seperti perbedaan persepsi tentang halal, proses sertifikasi yang panjang, kompetensi pasar, serta perubahan regulasi, menjadi tantangan yang kerap ditemui. “Namun, dengan strategi yang tepat, Perusahaan berharap dapat mengatasi tantangan ini dan membangun kepercayaan serta loyalitas konsumen terhadap produk halal kami,” papar Banto optimis.

Banto juga menegaskan komitmen kuat Unilever Indonesia untuk dapat terus memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dan mendukung program-program pemerintah dalam memajukan perekonomian bangsa, salah satunya melalui sektor industri halal yang sejalan dengan implementasi Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia (MEKSI).

“Kami berharap dapat memelopori sebuah sinergi yang lebih kuat antara pemerintah, pihak swasta dan organisasi kemasyarakatan dalam bergotong-royong wujudkan perekonomian syariah dan industri halal yang lebih maju, inklusif serta mampu menembus level global,” pungkasnya. 

(Anidah)

Unilever Menerima Penghargaan Untuk
Beberapa Brand di TOP Halal Award 2024
Foto: Istimewa

Pikat Konsumen Halal

Lewat

Komunikasi Brand yang Efektif dan Kreatif

Brandingjadi elemen kunci dalam keberhasilan produk di pasar.

Berinvestasi pada halalbrandingmenjadikan Azarine semakin dikenal dan dipercaya konsumen.

Mengawali tahun 2025, Azarine hadir dengan tampilan website baru. Penyegaran tersebut jadi bagian dari teknik digital marketing untuk menggaet konsumen. Tak hanya itu, melalui rebranding design, packaging, aneka teknik promosi dan tren, Azarine memastikan produknya hadir dan menjadi pilihan di pasar produk kecantikan.

Tren produk kecantikan halal memang kian bersinar di Indonesia. Bahkan pengguna produk kecantikan halal di negeri ini menempati peringkat kedua terbesar di dunia setelah India. Dalam laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE), Dinar Standard mencatat belanja produk kecantikan halal di Indonesia mencapai US$5,4 miliar, atau lebih dari 85 triliun rupiah pada 2022, dan diperkirakan akan mencapai US$129 miliar pada tahun 2027. Tak salah jika Indonesia jadi pasar halal potensial untuk produk kecantikan.

Dhita Algha Pratama, mengungkap produk dengan logo halal lebih diminati masyarakat Indonesia.

Geliat industri produk kecantikan dalam negeri juga menoreh capaian positif. Dalam laporan SGIE 2023 Indonesia berhasil naik 3 peringkat ke posisi 5 untuk kategori obat-obatan dan kosmetik halal. Semakin banyaknya brand produk kecantikan lokal yang bersertifikat halal, menandakan sambutan positif dari dunia industri akan kebutuhan produk halal.

Azarine, sebagai salah satu brand produk kecantikan lokal dari PT Wahana Kosmetika Indonesia, telah menempatkan diri sebagai brand bersertifikat halal. Marketing Manager Azarine,

“Potensi pasar halal bukan hanya tentang agama, namun memberikan rasa aman dan nyaman kepada konsumen untuk memilih produk. Apalagi sekarang Azarine mulai merambah pasar ekspor yang tentunya logo halal juga penting untuk pasar halal dan memiliki potensi yang besar,” ungkapnya.

Pentingnya Branding dan Komunikasi Halal

Meski potensi pasar produk kecantikan halal sangat besar, industri ini merupakan sektor yang sangat kompetitif. Persepsi terhadap produk dan lifestyle yang berkembang di masyarakat turut memengaruhi keputusan konsumen. Karenanya halal branding jadi faktor yang penting dalam strategi pemasaran.

Produk Azarine tersertifikasi halal Foto: Istimewa

Halal branding telah dipahami sebagai elemen penting keberhasilan produk di pasaran. Seiring dengan kebutuhan pasar halal yang meningkat, perkembangan regulasi halal pun turut mendorong banyak perusahaan berinvestasi pada halal branding. Namun upaya tersebut perlu dibarengi dengan strategi komunikasi yang mumpuni, sehingga brand mampu menyampaikan pesan, value, dan identitasnya kepada konsumen.

Logo halal menjadi bentuk komunikasi sederhana yang menegaskan produk-produk Azarine telah melalui serangkaian proses sertifikasi, sehingga terjamin kehalalannya. Dhita menjelaskan strategi komunikasi halal yang dilakukan Azarine salah satunya melalui pencantuman logo halal di semua kemasan produknya.

“Semua produk Azarine memiliki logo dan sertifikasi halal untuk kebaikan kita semua. Agar semua customer Azarine merasa aman dan memercayai produk Azarine melalui semua kandungan halal yang terdapat di produk-produk Azarine, lalu dilakukan pengujian untuk halal. Apabila produk Azarine sudah tersertifikasi halal, maka Azarine akan menyertakan logo halal di setiap packaging produknya dan memberikan informasi melalui media sosial Azarine,” jelas Dhita.

Tak hanya logo halal, bentuk komunikasi lain juga dilakukan Azarine seperti informasi halal produk di website, konten, dan profil semua akun media sosialnya.

“Azarine mengomunikasikan halal pada target market Azarine melalui berbagai konten, serta informasi yang disampaikan pada saat live streaming yang dilakukan oleh Azarine. Selain itu, Azarine juga mencantumkan logo halal pada website resmi Azarine sehingga masyarakat luas mengetahui bahwa produk Azarine telah tersertifikasi halal,” ungkap Dhita menambahkan.

Kaum milenial sebagai target pasar Azarine juga tak luput dari perhatian, yakni dengan menggaet beberapa brand ambassador yang digemari kaum milenial seperti Prilly Latuconsina dan Angga Yunanda. Bahkan Azarine juga bekerja sama dengan ikon terkenal Korea Selatan seperti Red Velvet, dan Lee Minho, dan karakter internasional

seperti Marvel dan BT21 yang menjadi kegemaran kaum milenial.

Meski kewajiban sertifikat halal untuk produk kosmetik masih akan berlaku di Oktober 2026 mendatang, Azarine sebagai brand yang concern pada pasar halal telah memastikan posisinya sejak kemunculannya pada tahun 2002.

Upaya Azarine untuk menjaga kepercayaan konsumen halal berbuah manis dengan diraihnya Top Halal Award 2023 untuk produk Sunscreen. Sebagai produk gunaan harian yang senantiasa diaplikasikan langsung ke kulit, Azarine memahami pentingnya sertifikat halal bagi konsumen muslim.

Tak salah Azarine meraih skor tinggi dalam survei Top Halal Research yang diadakan IHATEC Marketing Research pada tahun 2023. Survei tersebut menjadi dasar diraihnya Top Halal Award untuk produk sunscreen Azarine.

Raihan prestasi tersebut juga menjadi sarana komunikasi halal Azarine ke internal perusahaan. Selain mengapresiasi kerja sama tim yang solid, Azarine juga memastikan setiap bagian menyadari peran pentingnya dalam penjaminan produk halal di internal perusahaan melalui majalah untuk internal. “Azarine memiliki majalah internal yang berjudul “Be Ur Best”, pada Vol 1 edisi Januari 2024 diberitakan bahwa Azarine meraih penghargaan

Top Halal Award,” ungkap Dhita.

Alhasil melalui komunikasi halal brand yang efektif dan kreatif, Azarine dapat membangun reputasi positif dan menjalin hubungan jangka panjang dengan konsumen.

Pada Aplikasi X Azarine Juga Menyampaikan Kehalalan Produknya Melalui Informasi di Profil Foto: Istimewa (Anidah)

Halal Bagian dari Kebijakan Perusahaan

Cimory tak hanya fokus pada kualitas, tetapi juga berupaya menjangkau konsumen lebih luas dengan menawarkan produk yang aman dan halal.

Cimory semakin mendapat tempat tersendiri di hati keluarga Indonesia. Sejak berkiprah di industri makanan dan minuman pada tahun 2006, merek yang terbentuk dari akronim Cisarua Mountain Dairy tersebut telah dikenal dan dipercaya oleh masyarakat luas sebagai produk olahan susu berkualitas tinggi, bergizi dan bernilai tambah.

Pamungkas Bayu, Director Manufacturing PT Cisarua Mountain Dairy Tbk, menceritakan, awal masuk Cimory ke bisnis olahan susu dimulai dengan memasarkan produk susu pasteurisasi yang diperoleh dari Koperasi Giri Tani melalui restoran yang dimiliki Cimory, kemudian berkembang ke produk yogurt drink.

“Produk susu umur simpannya pendek hanya 7 hari. Oleh sebab itu, Cimory mulai berinovasi untuk

memperpanjang umur produk susu melalui produk yogurt drink, yang diproduksi sampai saat ini. Hal ini menjadikan produk susu tersebut memiliki nilai tambah, memiliki umur simpan yang panjang dan menjadi minuman kesehatan yang penuh nutrisi,” ujarnya.

Pemasarannya pun masih terbatas di jaringan restoran yang dimiliki Cimory, yakni Cimory Mountain View, dan Cimory Riverside. Selanjutnya merambah ke bisnis ritel dengan masuk ke supermarket dan minimarket meski belum terlalu besar. Selain itu mengandalkan Miss Cimory yang dipercaya untuk menjadi agen Cimory, sekaligus sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi lokal dan perempuan.

Setelah hampir dua dekade, Bayu menilai kini Cimory telah berkembang pesat. Produk yogurt

Training Halal Karyawan Cimory Group, Menguatkan Komitmen
Dalam Menghadirkan Produk Halal Berkualitas Tinggi
Foto: Istimewa

dan susu yang dihasilkan berhasil mendominasi di beberapa jaringan minimarket Tanah Air. Didukung dengan fasilitas manufaktur di berbagai lokasi strategis di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, Cimory mampu memenuhi kebutuhan pasar tradisional dan modern.

“Saat ini jumlah Miss Cimory sudah mencapai sekitar 6.000 orang yang tersebar di Jawa, Sumatera dan Bali. Mereka bertugas terjun langsung menemui konsumen ataupun calon konsumen, dengan mendatangi rumahrumah,” sebut Bayu.

Fokus pada Inovasi

Di kategori produk olahan susu, Cimory menghasilkan produk yogurt, susu UHT, dan susu pasteurisasi. Di mana setiap produk yang dikembangkan sangat berfokus pada inovasi. Hal ini terlihat dari banyaknya varian produk dan rasa yang dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan dan selera pasar.

Cimory juga menghadirkan terobosan dengan menghadirkan yogurt Squeeze di tahun 2020, yang menjadikannya sebagai pelopor dalam kemasan pouch di kategori yogurt. Sekaligus menjadi cara baru menikmati yogurt dengan cepat dan praktis tanpa harus menggunakan sendok ataupun mangkok.

Yogurt Squeeze menawarkan rasa yang mild dan creamy, dengan tingkat keasaman yang nyaman diterima konsumen. Sehingga konsumen dari kalangan anak-anak hingga dewasa lebih tertarik mengonsumsi yogurt secara reguler.

Tak berhenti di situ, Cimory juga menghadirkan yogurt Stick yang lebih terjangkau di tahun 2023 dan Squeeze Bites dengan nata de coco di penghujung tahun 2024. Produk ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sekaligus memberikan sensasi rasa yang memuaskan bagi konsumen, terutama anak muda yang gemar ngemil

Langkah tersebut menunjukkan komitmen perusahaan untuk terus berinovasi, menjaga daya saing, dan memperkuat posisi sebagai pemimpin pasar di industri makanan dan minuman. “Inovasi produk sejalan dengan nilai–nilai perusahaan, yakni agile, result-oriented, collaborative (ARC). Dalam hal ini kami berinisiatif dan tanggap akan kebutuhan konsumen dan menciptakan produk yang diinginkan, serta berkolaborasi di internal untuk menghasilkan solusi yang dapat diterima mereka,” jelas Bayu.

Ragam Kemasan Produk Cimory, Menyajikan Kualitas dan Kepraktisan untuk Konsumen

Foto: Istimewa

Halal Sebagai Syarat Peluncuran Produk Baru

Komitmen Cimory terhadap kualitas tidak hanya tercermin dalam inovasi produk, tetapi juga dalam kepatuhan terhadap standar halal. Perusahaan memastikan seluruh rantai produksinya memenuhi sertifikasi halal, mulai dari bahan baku hingga proses pengemasan. Hal ini menjadi keunggulan kompetitif yang memperkuat posisi Cimory di pasar.

“Kami telah melakukan sertifikasi halal sejak pertama kali produk Cimory dipasarkan. Kehalalan merupakan elemen fundamental dalam strategi pemasaran, sebab di negara mayoritas muslim seperti Indonesia, kehalalan produk menjadi elemen penting dalam menjaga kepercayaan konsumen,” ungkap Bayu.

Menurut Bayu, halal seperti halnya keamanan pangan dan kualitas, telah menjadi bagian dari kebijakan perusahaan. Seluruh proses bisnis wajib mengikuti aturan dan kaidah halal, termasuk para pemasok bahan baku, yang harus memastikan kehalalan mulai dari bahan baku hingga proses produksi. Bahkan sebelum trial produksi, pemasok akan diaudit oleh Cimory.

Cimory juga aktif mengomunikasikan kehalalan produk, baik kepada internal maupun eksternal. Untuk internal, perusahaan mengadakan pelatihan tentang halal setiap dua bulan sekali, dilengkapi dengan kuis dan pemasangan banner untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya halal di lingkungan kerja.

“Kami memiliki tim halal khusus yang terdiri

dari lintas fungsi, mencakup produksi, teknisi, komersial, dan pergudangan untuk memastikan penerapan kaidah halal dan sistem jaminan produk halal berjalan dengan baik dari pabrik, distributor hingga logistik,” terang Bayu.

Secara eksternal, kehalalan produk dikomunikasi kan melalui pencantuman nomor sertifikasi halal dan logo halal di kemasan produk Cimory, sehingga konsumen merasa lebih yakin bahwa produk tersebut telah melalui proses penilaian sesuai standar yang ditetapkan oleh lembaga sertifikasi halal resmi.

Logo halal juga memudahkan konsumen untuk langsung mengidentifikasi produk yang sesuai dengan prinsip kehalalan, serta berfungsi sebagai bentuk transparansi terhadap konsumen. “Pencantuman nomor sertifikasi halal dan logo halal di kemasan menjadi salah satu syarat sebelum produk baru diluncurkan,” sebut Bayu.

Tidak hanya memenuhi kebutuhan konsumen di dalam negeri, Bayu melihat sertifikasi halal juga diperlukan ketika melakukan ekspor. Pasalnya, beberapa negara tujuan, khususnya yang berpopulasi muslim mensyaratkan produk halal untuk masuk ke negaranya dengan ditandai dengan bukti fisik dalam bentuk sertifikat halal.

“Produk Cimory sudah diekspor ke beberapa negara Asia Tenggara, meliputi Filipina, Malaysia, Vietnam. Halal body Indonesia lebih baik dari negara lain, dan diterima semua negara. Ini sangat membantu karena tidak perlu mengganti kemasan, cukup menggunakan bilingual, bahasa Indonesia dan Inggris,” jelasnya. 

Ragam Kemasan Produk Cimory, Menyajikan Kualitas dan Kepraktisan untuk Konsumen
Foto: Istimewa (Mohamad)

Komitmen Terhadap Kehalalan dan Keberkahan

Sertifikasi halal di Brunei Darussalam mencerminkan komitmen negara terhadap standar kehalalan yang tinggi, memberikan jaminan kepada konsumen lokal dan internasional.

Proses sertifikasi halal di Brunei Darussalam dijalankan dengan pengawasan ketat oleh pemerintah melalui Jabatan Hal Ehwal Syariah (JHE). Lembaga ini bertanggung jawab memastikan standar halal yang diterapkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, sekaligus memenuhi persyaratan teknis modern. Dengan tugas yang mencakup pengembangan kebijakan, inspeksi, hingga pemberian sertifikat halal, JHE memainkan peran sentral dalam membangun sistem yang kredibel dan diakui secara internasional (mora.gov. bn, n.d.).

Komitmen Brunei terhadap kehalalan bukan hanya sebatas pemenuhan kebutuhan religius, tetapi juga mencerminkan identitas nasional yang kuat. Hal ini menjadi bagian dari strategi negara untuk mempromosikan keberlanjutan

dan kesejahteraan masyarakat. Dalam setiap tahapannya, pemerintah memastikan bahwa sertifikasi halal membawa manfaat ekonomi dan sosial yang luas, seperti mendukung industri lokal, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing produk Brunei di pasar global.

Selain itu, Brunei memanfaatkan posisi strategisnya di kawasan ASEAN untuk memperkuat perannya dalam perdagangan halal internasional. Sebagai pemain kunci, negara ini berkomitmen menjaga integritas produk halal melalui inovasi, kualitas, dan transparansi dalam proses sertifikasi. Brunei tidak hanya melayani pasar lokal tetapi juga menjadi pusat kepercayaan bagi konsumen global yang mencari produk halal berkualitas tinggi (mora. gov.bn, n.d.).

Kerjasama Halal Brunei - Filipina Foto: Istimewa

Tahapan

Proses Sertifikasi Halal di Brunei Darussalam

Sumber: Kementerian Hal Ehwal Ugama, Brunei Darussalam

Proses sertifikasi halal di Brunei Darussalam mencakup serangkaian langkah mulai dari pendaftaran hingga pengawasan yang melibatkan pengawasan ketat oleh lembaga terkait, khususnya JHE dan Jawatankuasa Pemeriksaan Sijil Halal & Label Halal (AJKP) (mora.gov.bn, n.d.).

Tahapan pertama adalah pengajuan dokumen oleh pelaku usaha. Produsen atau distributor yang ingin mendapatkan sertifikat halal harus mengajukan permohonan resmi kepada JHE.

Dokumen yang diperlukan meliputi informasi rinci tentang bahan baku, proses produksi, fasilitas manufaktur, dan daftar pemasok. Setiap bahan yang digunakan harus disertai sertifikat halal atau dokumen pendukung yang membuktikan kehalalannya. Proses ini bertujuan memastikan transparansi sejak awal.

Setelah pengajuan, JHE melakukan audit lapangan dan pemeriksaan bahan baku. Audit ini mencakup kunjungan langsung ke lokasi produksi untuk menilai kebersihan, prosedur manufaktur, dan kemungkinan kontaminasi silang. Pemeriksaan bahan baku juga menjadi fokus utama, dengan pengujian laboratorium dilakukan jika diperlukan untuk memastikan bahan tersebut tidak mengandung unsur haram atau najis.

Selanjutnya, produk yang diajukan dievaluasi oleh panel ahli Syariah dan teknis. Panel ini terdiri dari ulama dan pakar di bidang teknologi pangan, kimia, atau farmasi, tergantung pada jenis produk. Ahli syariah memastikan semua aspek produksi memenuhi hukum Islam, sementara ahli teknis mengevaluasi kesesuaian dengan standar industri dan keselamatan konsumen. Jika memenuhi semua persyaratan, sertifikat halal diterbitkan.

Namun, sertifikasi tidak berhenti pada penerbitan dokumen. Audit reguler dan kontrol kualitas dilakukan secara berkala untuk memastikan kepatuhan berkelanjutan. JHE dapat melakukan inspeksi mendadak, menguji ulang produk di pasar, atau meninjau kembali pemasok bahan baku.

Dampak dan Manfaat Sertifikasi Halal

Bagi Industri dan Konsumen

Sertifikasi halal di Brunei Darussalam memberikan dampak signifikan bagi industri dan konsumen, baik di tingkat lokal maupun antarbangsa. Salah satu manfaat utama adalah meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk-produk Brunei Darussalam yang memiliki label halal. Di dalam negeri, sertifikasi ini memberikan rasa tenang kepada masyarakat Muslim yang menjadi mayoritas penduduk Brunei, memastikan bahwa setiap produk yang dikonsumsi sesuai dengan prinsip syariah. Sementara itu, di pasar internasional, label halal Brunei menjadi

simbol integritas dan kualitas, memberikan keunggulan kompetitif bagi produk lokal dalam bersaing di pasar global.

Kepercayaan ini tidak hanya terbatas pada produk pangan, tetapi juga meluas ke sektor lain dengan barang-barang produksi yang bersifat oral. Sedangkan, sertifikasi halal untuk produk kesehatan non oral, seperti produk kosmetik, bahan habis pakai dan jasa (logistik) bersifat sukarela. Produk-produk dengan sertifikasi halal dari Brunei diakui memiliki standar yang tinggi, sehingga menarik minat konsumen non-Muslim yang juga menghargai kualitas dan kebersihan yang terjamin.

Selain membangun kepercayaan, sertifikasi halal juga mendorong pertumbuhan industri halal. Brunei melihat peluang besar dalam pengembangan sektor ini, khususnya produkproduk pangan seperti makanan dan minuman pada khususnya, dan produk-produk non oral kosmetik, hingga obat yang tidak bersifat oral pada umumnya. Dengan dukungan pemerintah, pelaku usaha di Brunei didorong untuk memanfaatkan sertifikasi halal sebagai alat untuk memasuki pasar baru, terutama di negara-negara mayoritas Muslim. Sebagai contoh, perusahaan makanan dan minuman seperti Golden Corporation telah berhasil menembus pasar internasional dengan

Komitmen Brunei terhadap kehalalan bukan hanya sebatas pemenuhan kebutuhan religius, tetapi juga mencerminkan identitas nasional yang kuat.

produk seafood halal, sementara sektor kosmetik di Brunei mulai berkembang dengan produk berbasis alami yang tersertifikasi halal.

Lebih dari itu, Brunei aktif berperan dalam memperluas ekosistem halal global. Sebagai anggota ASEAN, Brunei memanfaatkan hubungan regional untuk memperkuat posisi industri halal di kawasan ini. Kolaborasi dengan negara-negara tetangga dilakukan melalui harmonisasi standar halal, seperti yang terlihat dalam kesepakatan bersama dengan Malaysia dan Indonesia di bawah ASEAN Halal Food Standards. Peningkatan perdagangan antarnegara juga didorong melalui inisiatif seperti Brunei Halal Showcase (BruHAS), yang mempertemukan pelaku industri halal dari berbagai negara. Selain itu, Brunei terlibat dalam pengembangan pelantar bersama, seperti pertukaran data halal antara Brunei dan Singapura untuk mempermudah verifikasi produk lintas negara.

Dengan strategi yang terintegrasi dan contoh nyata kolaborasi internasional, sertifikasi halal tidak hanya memberikan manfaat ekonomi melalui peningkatan ekspor dan pertumbuhan industri, tetapi juga memperkuat identitas Brunei sebagai negara yang menjunjung tinggi prinsip kehalalan dan keberlanjutan. 

(Andika Priyandana)

Halal Fair 2024

Halal Fair 2024 sukses digelar pada 6-8

Desember di Hall 1-2 ICE BSD Tangerang, menampilkan 150 exhibitor memamerkan berbagai produk halal. Di Halal Fair pengunjung disajikan berbagai eksplorasi kuliner, serta terdapat talk show inspiratif, seminar bisnis, parenting & education talk, sharing muamalah hingga hadiah menarik seperti umroh.

Halal Fair juga berkolaborasi dengan RIHLA, rangkaian kajian Islam yang dikemas kreatif dalam konsep seminar yang memadukan narasi, visualisasi dan multimedia, serta film pendek dan tilawah. Tidak ketinggalan bagi pengunjung keluarga, terdapat RIHLA Kids Halal Play Park, arena bermain edukatif untuk anak-anak yang menambah daya tarik acara yang juga dimeriahkan oleh sejumlah public figure dan 12 Asatidz.

Project Director WPCitra, Satrio Sukur, mengungkapkan Halal Fair kali ini hadir dengan skala yang lebih besar, bersanding dengan Halal Indonesia International Trade Show (HIITS). Dengan partisipasi negara seperti Mesir, Malaysia, Australia, dan Tunisia, acara ini berhasil memperkuat jejaring bisnis UMKM halal ke pasar global, sejalan dengan visi menjadikan Indonesia sebagai pusat halal dunia. Halal Fair 2024 kali ini juga merupakan acara puncak dari serangkaian event yang telah

diselenggarakan di Jakarta dan Yogjakarta, sehingga acara ini lebih menonjolkan nuansa festival yang memberikan suasana liburan akhir tahun.

Kepala BPJPH Ahmad Haikal Hasan menyampaikan apresiasinya terhadap Halal Fair yang sejak 2019 konsisten meningkatkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya sertifikasi halal. Ia menegaskan, sertifikasi halal kini menjadi kebutuhan utama konsumen sekaligus alat penting untuk ekspansi pasar global.

“Halal Fair bisa menjadi wahana memperkuat ekosistem bisnis halal dan gaya hidup halal yang terintegrasi, mulai dari keluarga, komunitas hingga lingkup yang lebih luas yaitu mancanegara,” ungkap Satrio.

Terdapat sejumlah program talk show menarik dan solutif untuk pelaku bisnis yang ingin menjajal pasar ekspor Malaysia dan Australia, langsung dari praktisi bisnisnya. Di antaranya talk show rahasia sukses ekspor produk halal ke Australia yang menghadirkan atase Perdagangan RI di Canberra, Agus Haris Setiawan. Kemudian, talk show mengupas tips menembus pasar Malaysia dan Mesir, serta beberapa informasi dari narasumber praktisi bisnis yang berbagi pengalaman dan bisa menjadi mitra bisnis. 

Acara Puncak Halal Fair 2024 Diselenggarakan di ICE BSD
pada 6-8 Desember 2024
Foto: Istimewa
(Tiara)

Women Festive dan Halalmove Expo

Acara Women Festive dan Halalmove Expo 2024 sukses digelar di Taman Mini Indonesia

Indah, Jakarta Timur, pada 28-29 Desember 2024 dari pagi pukul 09.00-20.00 WIB disambut antusias tinggi oleh publik, menjadikannya salah satu acara akhir taun yang banyak dinantikan terutama untuk kaum wanita.

Fenita Arie, selaku founder Women Festive mengungkapkan “Alhamdulillah antusias publik terhadap Women Festive ini sangat besar, terbukti lebih dari 4.500 orang terdaftar untuk mengikuti acara ini yang terbagi dalam sesi sharing ilmu bersama 5 narasumber di antaranya Ustazah Ayu Naylul Muna Al Munawwar, Ustazah Zulaikha Muhammad, Bunda Elly Risman, Ustazah Qotrunnada Syathiry, dan Ummu Khadijah Peggy Melati Sukma”.

Women Festive dan Halalmove Expo merupakan salah satu program unggulan dari PT. Fajar Anugrah Media (FAM Corp). Dipimpin oleh selebritas Arie

Untung, perusahaan ini berperan aktif sebagai penggerak dan penghubung antara berbagai komunitas, pelaku bisnis di industri halal, ulama/ ustaz, serta masyarakat yang peduli terhadap gaya hidup halal.

“Alhamdulillah pada Women Festive dan Halalmove Expo diramaikan lebih dari 91 peserta exhibitor yang ikut aktif ambil bagian acara ini, terdiri dari lebih 72 brand dari beragam industri halal yang ikut serta dalam pameran Halalmove Expo akhir tahun ini,” kata Arie Untung.

FAMCorp memiliki visi agar Halalmove dan Women Festive menjadi platform yang berperan aktif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat. Acara ini diharapkan mampu menjawab kebutuhan gaya hidup halal yang semakin berkembang di Indonesia, sekaligus memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh masyarakat untuk maju dan berkembang bersama. 

Women Festive dan Halalmove Expo 2024 dihadiri oleh Ribuan Pengunjung
Foto: Dok RRI (Tiara)

The Melaka International Halal Festival (MIHF) 2024

Melaka Halal Festival 2024 (MIHF’24), yang diadakan pada 20-22 Desember 2024, di Melaka International Trade Centre (MITC), Ayer Keroh, Malaysia, sukses menarik 25.000 pengunjung dari berbagai negara. Festival ini dirancang tidak hanya untuk merayakan kekayaan budaya dan keragaman kuliner halal tetapi juga untuk menjadi platform utama peluang bisnis di industri halal global yang berkembang pesat.

Junaidah Ishak, Presiden Asosiasi Desainer Malaysia, menyatakan bahwa MIHF 2024 tidak hanya menjadi ajang bagi desainer lokal untuk memamerkan karya mereka tetapi juga memperkuat posisi Melaka sebagai pusat mode halal internasional. “Acara ini menjadi panggung penting bagi para desainer untuk menonjolkan kreativitas mereka dalam konsep busana sopan dan elegan,” ujarnya. Kehadiran istri Yang di-Pertua Negeri Melaka, Toh Puan Dr. Asmah Ab Rahman, semakin menambah kemeriahan rangkaian acara.

Dengan 450 stan pameran dari berbagai pelaku industri lokal dan internasional, MIHF 2024 juga menghadirkan berbagai program seperti seminar sertifikasi halal, promosi produk, peragaan busana sederhana, dan sesi pertemuan bisnis. Salah satu acara utama, International Modest Fashion Show, menampilkan 48 koleksi rancangan desainer dari Singapura, Indonesia, dan Malaysia,

memperlihatkan tren mode sopan yang elegan dan inovatif.

Festival ini memberikan kesempatan unik bagi pelaku usaha untuk memperluas jaringan, memahami tren konsumen, serta menjalin kemitraan strategis. Lokakarya dan seminar membekali peserta dengan wawasan berharga tentang sertifikasi halal, pengembangan produk, dan strategi pemasaran yang efektif, serta membuka jalan untuk pertumbuhan bisnis di pasar halal yang kompetitif.

Selain itu, festival ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang gaya hidup halal, meningkatkan kesadaran konsumen, dan memperkuat potensi pasar halal. Melalui berbagai program dan pameran, MIHF’24 mempromosikan warisan budaya Malaysia dan memperluas dampak industri halal di sektor mode, kuliner, kosmetik, hingga layanan kesehatan.

Bersamaan dengan Tahun Kunjungan Malaka 2024, MIHF 2024 tidak hanya mendorong pariwisata lokal tetapi juga memperkuat posisi Melaka sebagai pusat internasional industri halal. Dengan meningkatnya permintaan global akan produk halal, festival ini menjadi momentum strategis bagi pelaku bisnis untuk menjangkau pasar baru dan memanfaatkan tren gaya hidup halal yang terus berkembang. 

(Tiara)

Malaysia International Halal Festival 2024 Foto: Istimewa

Halal Expo Istanbul 2024

Istanbul kembali menjadi pusat perhatian dunia dengan terselenggaranya Halal Expo Istanbul 2024 yang berlangsung pada 27-30 November 2024 di Istanbul Expo Center, Yeşilköy. Acara bergengsi ini sukses menarik lebih dari 500 peserta pameran dan ribuan pengunjung dari berbagai penjuru dunia.

Dengan tema “Empowering Halal for a Sustainable Future”, pameran ini menampilkan inovasi dan produk unggulan dari berbagai sektor, seperti makanan, kosmetik, farmasi, hingga pariwisata halal. Pelaku usaha dari berbagai negara memanfaatkan momentum ini untuk memamerkan produk terbaik mereka dan menjajaki peluang kolaborasi lintas negara.

Acara ini juga dimeriahkan dengan talk show inspiratif dan diskusi panel bersama pembicara terkemuka, termasuk ahli sertifikasi halal, ekonom, dan pelaku usaha. Mereka berbagi wawasan mendalam tentang tren terbaru dalam industri halal. Pameran produk inovatif turut menghadirkan beragam produk halal, mulai dari makanan olahan, kosmetik ramah lingkungan, hingga layanan pariwisata berstandar halal internasional. Tak kalah menarik, business matching sessions yang diadakan selama acara ini menghasilkan ribuan pertemuan bisnis dengan potensi kolaborasi strategis antara pelaku usaha lokal dan global.

Tahun ini, Halal Expo Istanbul kembali membuktikan posisinya sebagai platform unggulan dalam mendorong pengakuan produk halal di pasar global. Acara ini tidak hanya menarik perhatian pelaku industri, tetapi juga menjadi ajang penting bagi negara-negara dengan populasi muslim besar untuk memamerkan kekuatan industri halalnya.

Indonesia turut mengambil peran aktif dalam Halal Expo Istanbul 2024 melalui Paviliun Indonesia

yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian. Paviliun ini menghadirkan 12 pelaku industri dari berbagai sektor, seperti makanan, minuman, farmasi, kosmetik, tekstil, alas kaki, hingga kawasan industri. Beberapa perusahaan yang turut berpartisipasi antara lain PT Kapal Api, PT Cinquer Agro Nusantara, PT Bintan Inti Industrial Estate, PT Formosa Ingredient Factory, Tbk., CV Realsa Natural, PT RM Deltasari Indah, PT Lestari Jaya Bangsa, PT Priskila Prima Makmur, PT Surabaya Indah Permai, PT Venamon, PT Binabusana Internusa, dan PT Jayatama Selaras.

Dalam pameran ini, Paviliun Indonesia menjadi salah satu lokasi yang paling diminati. Lebih dari 3.000 pengunjung, termasuk Menteri Perdagangan Turki, perwakilan negara, serta pengusaha dari Malaysia, UEA, Arab Saudi, dan banyak negara lainnya, juga memberikan apresiasi pada Indonesia. Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang juga mengungkapkan bahwa Paviliun Indonesia mendapat respons positif melalui kegiatan eksibisi, business forum, dan business matching.  (Tiara)

Misleading Klaim Halal Restoran

Sertifikasi halal jadi satu bentuk komunikasi yang efektif. Konsumen dapat merasa yakin tatkala memilih produk atau jasa karena adanya penjaminan halal. Namun masih ditemui pelaku usaha restoran yang mengelabui konsumen dengan klaim halal sepihak. Seperti apa seharusnya konsumen bersikap, dan adakah sanksi bagi pelaku usaha semacam itu?

Per 18 Oktober 2024, sertifikasi halal telah diwajibkan. Layaknya regulasi yang mandatory, penerapan wajib halal akan diiringi konsekuensi bagi produsen yang belum mengurusnya, yaitu sanksi berupa peringatan tertulis, denda administrasi, hingga penarikan produk dari peredaran.

Namun hingga wajib halal tahap pertama diberlakukan masih didapati produk yang belum memiliki sertifikat halal. Hingga bulan Oktober 2024, BPJPH telah memberikan sertifikasi halal untuk 5,3 juta produk. Jumlah tersebut masih jauh dari yang ditargetkan yaitu 10.000 sertifikat halal.

Sebagai objek penahapan pertama wajib halal, restoran merupakan layanan penyedia jasa boga yang diwajibkan memiliki sertifikat halal pada 2024. Sayangnya masih banyak jenis usaha ini yang belum mengurus sertifikat halalnya. Banyak dari konsumen yang telah aware dengan regulasi halal, tak segan menanyakan langsung status halal restoran dan mendapati jawaban yang bernada klaim sepihak. Misalnya pihak restoran menyatakan hanya menggunakan bahan halal, namun tidak bisa menunjukkan sertifikat halal restorannya. Istilah “No Pork, No Lard, No Alcohol” dan “Pending halal certification” juga tak segan digunakan untuk klaim halal sepihak.

Upaya klaim lainnya berupa penyalahgunaan sertifikat halal dari bahan-bahan yang digunakan dalam menu masakan. Sertifikat halal dari produk kecap, saus, tepung, minuman kemasan dan lainnya disematkan pada unggahan media sosial restoran untuk mengklaim status halal dari restorannya. Padahal keduanya jelas berbeda.

Termasuk menempelkan logo halal pada buku menu, tanpa didahului proses sertifikasi halal. Parahnya konsumen mendapati menu non halal ada dalam daftar menu restoran dengan logo halal palsu.

Efek klaim halal sepihak tak main-main, konsumen dapat tergiring persepsi yang salah tentang sertifikasi halal. Misleading informasi

yang ditemui di restoran mengaburkan makna sesungguhnya dari sertifikat halal, dan menghilangkan kepercayaan konsumen pada label halal.

Halal tidak dapat lagi diklaim secara sepihak. Indonesia telah mengaturnya sebagai kewajiban yang melekat pada semua produk/jasa yang diperjualbelikan di negeri ini, baik produk lokal maupun impor.

Regulasi mendefinisikan sertifikat halal sebagai pengakuan kehalalan suatu produk/jasa yang diterbitkan oleh BPJPH berdasarkan fatwa halal tertulis atau penetapan kehalalan produk oleh MUI, MUI Provinsi, MUI Kabupaten/Kota, Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh, atau Komite Fatwa Produk Halal.

Untuk memperolehnya pelaku usaha perlu memenuhi persyaratan perizinan usaha, menerapkan Sistem Jaminan Produk Halal/SJPH, dan audit oleh Lembaga Pemeriksa Halal/LPH. Sertifikat halal hanya bisa dikantongi tatkala persyaratan dan proses tersebut dilalui dan dinyatakan halal oleh pihak berwenang. Karenanya pelaku usaha tidak diperbolehkan memasang logo halal secara sepihak, termasuk mengklaim halal dengan istilah yang dapat menimbulkan persepsi salah di konsumen halal.

Sertifikat Halal untuk Restoran

Sertifikat halal restoran berbeda dengan produk. Restoran dikategorikan ke dalam produk penyediaan makanan dan minuman dengan pengolahan, termasuk di dalamnya restoran, kantin, rumah makan, kedai makanan hingga penyedia jasa boga atau katering. Kategori tersebut masuk ke dalam tahap pertama wajib halal yang diatur dalam Keputusan Menteri Agama/KMA Nomor 748 Tahun 2021. Skala usaha restoran termasuk ke dalam jenis usaha menengah, karenanya prosedur sertifikasi halal diajukan melalui prosedur sertifikasi reguler, tidak bisa melalui jalur self-declare.

Mengapa restoran perlu disertifikasi halal?

Apakah tidak cukup jika restoran menggunakan bahan-bahan yang telah memiliki sertifikat halalnya?

Jawabannya tentu tidak sederhana. Sertifikasi

halal perlu dilakukan karena dalam prosesnya restoran tak lepas dari beberapa titik kritis halal. Titik kritis pertama dapat berasal dari penggunaan produk segar asal hewan yaitu hasil sembelihan yang belum tersertifikasi halal. Misalnya daging & unggas yang tidak disembelih sesuai aturan Islam, padahal hasil sembelihan merupakan bahan kritis yang wajib bersertifikat halal. Bahan tambahan pangan seperti seasoning, aneka kecap dan saus impor yang belum berlabel halal, wine sebagai bahan marinasi daging/ayam/ikan, serta campuran khamr pada dessert dan variasi minuman koktail juga menjadi titik kritis di restoran. Jenis bahan tersebut tidak tercantum dalam menu dan menjadi bagian rahasia dapur yang tidak mudah diketahui konsumen, kecuali oleh auditor halal. Berbeda dengan produk jadi, yang komposisinya wajib dicantumkan dalam kemasan.

Titik kritis kedua, fasilitas produksi dan alat makan yang bercampur antara menu yang halal dan non-halal. Bisa jadi restoran telah memiliki menu halal dan non halal sebelum disertifikasi. Tak jarang menu non halal tersebut telah dikenal sebagai signature dish restoran yang banyak peminatnya. Tanpa sertifikat halal restoran tidak dapat dijamin tak ada kontaminasi silang dari bahan haram saat memasak, maupun dari alat penyajian makanan.

Dalam bahasa regulasi, restoran didefinisikan sebagai jenis usaha yang menyajikan makanan

dan minuman untuk dikonsumsi di dalam tempat usahanya/melayani makan di tempat serta melayani pesanan di luar tempat usaha, bertempat di sebagian atau seluruh bangunan permanen, dilengkapi dengan jasa pelayanan meliputi memasak dan menyajikan sesuai pesanan. Restoran dapat berupa restoran konvensional pada umumnya dan restoran siap saji yang dikelola secara profesional dengan struktur manajerial yang jelas. Dalam hal ini termasuk restoran waralaba dan restoran yang memiliki cabang. Definisi tersebut tercantum dalam Keputusan Kepala BPJPH 78/2023.

Sehingga sertifikat halal untuk restoran tak hanya mencakup status halal dari bahan-bahan yang digunakan saja, namun juga termasuk pengecekan fasilitas produksi, hingga fasilitas pelayanan. Menampilkan sertifikat produk bahan tidak dapat menggantikan kewajiban sertifikat halal untuk restoran. Upaya pengelabuan tersebut patut dilaporkan dan ditindak tegas sebagai upaya melindungi konsumen muslim.

Restoran yang telah mendapat sertifikat halal artinya telah memenuhi semua kriteria dalam SJPH mulai dari bahan, proses produksi, produk, sumber daya, yang menjaga kesinambungan proses produk halal sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan BPJPH. Artinya konsumen dapat merasa yakin restoran tersebut hanya memproduksi menu yang halal. Restoran yang belum memiliki sertifikat halal, memang bukan berarti produknya tidak halal, hanya saja belum ada penjaminan dari BPJPH selaku regulator halal di Indonesia.

Tips Memastikan Produk/Jasa Halal

Misleading dan pemalsuan logo halal

merupakan hal yang serius dan perlu ditindak dengan tegas. Konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan produk yang aman dan sesuai dengan keyakinannya. Hak tersebut dilindungi oleh undang-undang. Pelanggaran terhadapnya diancam sanksi administratif dan pidana. Dalam hal ini faktor pengawasan memegang peranan penting.

Konsumen dapat berperan dalam mengawasi penggunaan label halal dengan cara;

1. Periksa label halal pada kemasan produk atau area strategis restoran, biasanya logo halal restoran dipasang pada papan nama restoran, dan di pintu masuk. Sebagai tambahan, restoran juga dapat memajang kebijakan halal di area yang dapat terlihat oleh pengunjung.

2. Periksa nomor sertifikat halal. Nomor ini terletak di bagian bawah label halal. Jika diperlukan periksa nomor tersebut pada laman resmi BPJPH sebagai upaya otentikasinya.

3. Bertanya langsung ke pihak restoran. Restoran yang menghormati hak konsumen, tak segan akan memberikan informasi status sertifikat halalnya. Jika konsumen mendapati jawaban mengambang, lebih baik dijauhi karena sesuatu yang belum jelas adalah syubhat.

4. Melaporkan jika menemukan pelanggaran sertifikat halal, seperti label palsu, penempatan label tanpa proses sertifikasi, dan semacamnya.

Sertifikasi halal didasarkan pada prinsip zero tolerance, karena halal dan haram telah jelas statusnya dalam Islam. Sehingga tidak ada tempat untuk klaim halal abal-abal. Sebagaimana hadis Rasulullah SAW;

Dari Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir RA berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya. Barang siapa yang menghindari perkara syubhat (samarsamar), maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barang siapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram.” (HR Bukhari).

 (Anidah)

Suarakan Gaya Hidup Halal

Melalui konten yang informatif dan menarik, Dian Widayanti mengedukasi masyarakat tentang manfaat konsumsi produk halal dan kehalalan sebagai bagian dari gaya hidup Islami.

Peran influencer dalam perkembangan industri halal di Indonesia sangat signifikan. Seperti dilakukan Dian Widayanti yang dikenal sebagai halal lifestyle enthusiast. Dirinya dinilai cukup berpengaruh di media sosial, berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya produk halal dan gaya hidup halal, serta mendorong tren halal melalui konten–konten informatif dan menarik yang dibagikannya.

“Informasi yang disampaikan bisa dipertanggungjawabkan sebab diperoleh dari website resmi halal.go.id dan halalmui.org ataupun bertanya langsung ke produsennya mengenai status kehalalan suatu produk,” beber Dian.

Aktif mengedukasi tentang halal, diawali Dian yang menjalankan usaha kuliner berbasis katering pada 7 tahun lalu. Kala itu, dia melihat banyak pemasok bahan baku untuk katering di hotel berbintang masih belum mengutamakan bahan baku dan proses halal dalam produksinya.

“Sangat ironis di negara yang mayoritas muslim, masih banyak masyarakat yang menyepelekan kehalalan dari makanan. Dari situ mulai tergerak untuk berbagi informasi di media sosial tentang halal karena pada kenyataannya masih banyak yang belum tahu dan kemudian secara pelan–pelan mengedukasi tentang halal–haram,” tuturnya.

Dian menambahkan media sosial sangat membantu meningkatkan literasi halal kepada masyarakat, mengingat di era digital ini hampir setiap orang memiliki media sosial dan tipikal pengguna di Indonesia suka membagikan kembali (reshare) informasi yang mereka baru tahu dan konten yang bermanfaat.

“Media sosial sangat power full dalam membantu memperluas jangkauan dan mempercepat penyebaran segala informasi yang terkait halal. Termasuk mendorong dan menggerakkan pelaku usaha agar mau melakukan sertifikasi halal,” ungkapnya.

Dian juga berkolaborasi dengan konten kreator lainnya untuk perkembangan halal di Indonesia, dengan mengangkat isu–isu seputar halal. Semisal, saat Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) mengeluarkan sertifikat halal yang aneh, seperti wine halal, tuak halal, bir halal, tuyul halal, dan sebagainya.

Dian Widayanti Influencer/Halal Lifestyle Enthusiast Foto: Istimewa

“Lingkup sertifikasi halal tidak hanya sebatas makanan halal saja, tetapi makanan harus thayyib. Jadi makanan yang bersertifikat halal, tidak hanya diperbolehkan dalam agama Islam, tapi (juga) makanan yang bersih, layak, sehat, dan, aman untuk tubuh.”

“Kalau melihat fatwa MUI tidak diperbolehkan menyamakan sesuatu kebatilan dan kekufuran. Alhamdulillah, dengan upaya yang dilakukan produk–produk dengan nama–nama aneh tersebut bisa di-take down oleh BPJPH,” ujarnya.

Label Halal Jadi Acuan Pembelian

Dian mengemukakan para influencer memiliki peran besar sebagai salah satu penggerak utama dalam mendorong tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memilih produk

halal. Kehadiran mereka mampu membangun citra positif terhadap produk halal sebagai sesuatu yang modern, berkualitas, dan sesuai dengan nilai-nilai syariah.

Ini terlihat dari perkembangan halal sekarang yang sudah makin meningkat dibandingkan 5 tahun lalu. Kini banyak orang yang peduli dan bertanya tentang halal, dan bagaimana produk halal, khususnya makanan halal diproduksi. Selain itu, sudah banyak restoran yang menyediakan makanan halal dan mengantongi sertifikat halal, seiring dengan meningkatnya permintaan produk halal. Bahkan halal yang merupakan kewajiban muslim sekarang sudah menjadi lifestyle bagi masyarakat Indonesia.

Tidak hanya bagi kalangan muslim, nonmuslim pun mulai menyukai produk halal karena dinilai natural, sehat, aman dan higienis. “Halal lifestyle tidak hanya terkait makanan saja, tetapi juga produk apa saja yang dikonsumsi, digunakan dan melekat di tubuh kita, seperti obat-obatan, personal care, skincare, pakaian, dan lainnya,” terang Dian.

Menginspirasi di Halal Indonesia
International Industry Expo, Dian Widayanti
Jadi Narasumber Talk Show
Foto: Istimewa

Guna memberikan jaminan produk halal, penting bagi produsen makanan dan minuman, barang gunaan serta restoran untuk mencantumkan label halal di kemasan ataupun tempat usaha. Sebab label halal dapat menjadi acuan pertama ketika melihat produk dan tempat makan, yang dapat menghilangkan keraguan konsumen dan membuat semakin yakin atas produk yang dibeli dan konsumsi.

Dian menambahkan label halal merupakan bukti bahwa produk telah mendapatkan pengakuan dan sertifikat halal dari BPJPH. Alhasil, tidak hanya penting bagi konsumen, tetapi juga bagi pelaku usaha. Karena adanya label halal suatu produk akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, yang pada akhirnya dapat meningkatkan penjualan.

“Lingkup sertifikasi halal tidak hanya sebatas makanan halal saja, tetapi makanan harus thayyib. Jadi makanan yang bersertifikat halal, tidak hanya diperbolehkan dalam agama Islam, tapi (juga) makanan yang bersih, layak, sehat, dan, aman untuk tubuh,” ucapnya.

Pasca wajib halal diterapkan, produk makanan dan minuman, termasuk yang disajikan di restoran perlu segera diurus sertifikat halalnya.

Walaupun tidak memiliki sertifikasi halal bukan berarti haram. Namun dengan adanya sertifikasi halal tentu akan lebih meyakinkan dan membuat para konsumen tenang, karena semakin maraknya bahan-bahan non halal yang digunakan oleh sekitar kita akibat ketidaktahuan para pelaku usaha.

Sebagai pelaku bisnis katering, Dian mengaku usahanya pun sudah mengantongi sertifikat halal sejak beberapa tahun lalu, dan sekarang sedang tahap konversi ke sertifikat BPJPH dari yang awal masa berlakunya setiap 4 tahun menjadi seumur hidup.

“Dalam menjaga kehalalan produk, kami mengikuti dan menjalankan semua persyaratan yang tertuang dalam Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH). Keuntungan memiliki sertifikat halal, pelaku usaha kuliner jadi tahu cara menjaga konsistensi kehalalan bahan baku, proses produksi hingga penyajian makanan,” tutupnya. 

(Mohamad)

Dian Widayanti Ajak Konsumen Lebih Sadar di Talk show bertema Yakin Halal Yuk, Kupas Tuntas Bersama Ahlinya. Foto: Istimewa
Dian Widayanti Raih Penghargaan Inspiring Muslimah Award untuk ketegori Halal Culionary pada Muslimah Creative Day 2024. Foto: Istimewa

Social Media Monitoring dapat digunakan untuk mengetahui berbagai isu yang dikemukakan di berbagai media online maupun media sosial sehingga perusahaan dapat melakukan antisipasi jika ada keluhan negatif tentang produk atau layanan mereka. Jika terdapat ungkapan kepuasan dari konsumen, Social Media Monitoring bisa digunakan pula sebagai media promosi untuk menaikkan image layanan produk.

Perusahaan perlu menekankan pentingnya monitoring percakapan (positif/negatif) dari berbagai media sosial agar bisa lebih memahami perilaku pelanggan atau calon pelanggan mereka.

Jenis-Jenis Social Media Monitoring

Monitoring Mention Analisis Sentimen

Monitoring Brand

Monitoring

Jumlah Pengikut

Riset Kata Kunci

Monitoring Hashtag

Monitoring Trend

Wordcloud

TOP 10 Positive or Negative

Deteksi Bot (Robot)

SNA (Social Network Analyser)

Asosiasi (Association Rule Mining)

Mengenal Kriteria SJPH; Komitmen & Tanggung Jawab

SJPH merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya, dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produk halal (PPH).

Sertifikat halal telah menjadi kewajiban. Setiap produk/jasa yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia wajib memiliki sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), terkecuali untuk produk yang memang non-halal. Kewajiban halal ini mulai diberlakukan sejak 18 Oktober 2024.

Sertifikat halal merupakan pengakuan status kehalalan suatu produk oleh lembaga yang berwenang, berdasarkan fatwa halal atau penetapan kehalalan produk. Sertifikat halal diperoleh setelah melalui serangkaian proses mulai dari pendaftaran, pemeriksaan, penetapan fatwa halal, hingga pemberian sertifikat halal. Karenanya tak cukup bahan baku dan proses yang

halal saja, pemenuhan terhadap standar halal pun menjadi kewajiban. Pelaku usaha yang akan mengajukan sertifikasi halal wajib menerapkan Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH), sebagai salah satu prasyaratnya.

Penerapan SJPH oleh pelaku usaha akan menjamin proses yang berlangsung di fasilitas produksi memenuhi kaidah halal. SJPH juga menjadi acuan tatkala auditor halal mengaudit implementasi jaminan halal. Sehingga penerapan standar halal dan penilaiannya mengacu pada standar yang sama.

Pentingnya Komitmen & Tanggung Jawab

SJPH merupakan suatu sistem yang terintegrasi

yang disusun, diterapkan dan dipelihara untuk mengatur bahan, proses produksi, produk, sumber daya, dan prosedur dalam rangka menjaga kesinambungan proses produk halal (PPH). SJPH adalah bagian sistem manajemen perusahaan yang berfokus pada penjaminan penerapan aspek halal di semua lini produksi, yang perlu didokumentasikan untuk menjamin implementasinya tetap konsisten.

Kriteria SJPH sebagaimana diatur dalam Kepkaban 20/2023, dibangun atas lima kerangka prinsip dasar (arkan al-halal); 1) Komitmen & Tanggung Jawab, 2) Proses Produk Halal (PPH), 3) Bahan, 4) Produk, dan 5) Pemantauan & Evaluasi. Kriteria tersebut mencakup semua tahapan dalam produksi produk halal, mulai dari bahan, proses produksi, sampai dengan penanganan produk akhir. Seluruh kriteria dalam SJPH wajib dipenuhi oleh pelaku usaha apabila ingin memperoleh sertifikat halal untuk produknya.

Implementasi sistem manajemen apa pun di dalam suatu perusahaan mutlak membutuhkan komitmen dan tanggung jawab manajemen (dalam hal ini pelaku usaha). Merekalah yang akan menakhodai jalannya sistem yang diimplementasikan. Karenanya komitmen dan tanggung jawab menjadi kriteria pertama yang harus dipenuhi. SJPH sebagai sebuah sistem yang menjamin penerapan aspek halal mewajibkan perusahaan/pelaku usaha untuk menetapkan komitmen dan tanggung jawabnya dalam penerapan SJPH secara konsisten.

Komitmen dan tanggung jawab dalam SJPH melingkupi 3 hal; Kebijakan halal, Sumber daya manusia/SDM, dan Pembinaan SDM.

Kebijakan Halal

Bentuk komitmen dan tanggung jawab pelaku usaha dituangkan secara tertulis dalam Kebijakan Halal. Filosofinya kebijakan halal merupakan janji yang harus ditepati pelaku usaha untuk memelihara standar halal.

Kebijakan halal sedikitnya memuat komitmen penggunaan bahan halal yang diproses melalui PPH, dan didukung ketersediaan sumber daya manusia dan sarana prasarana sesuai standar halal.

Di samping itu kebijakan halal juga perlu memuat pernyataan kepatuhan terhadap regulasi JPH.

Tak kalah penting kebijakan halal juga perlu dikomunikasikan baik ke internal perusahaan maupun eksternal. Komunikasi halal di internal penting untuk memastikan semua personil dan bagian di dalam organisasi memahami dan berkomitmen untuk menerapkannya.

Komunikasi eksternal berupa label halal pada kemasan produk atau pemasangan kebijakan halal di dalam restoran, menjadi bentuk komunikasi penting kepada konsumen. Kebijakan halal bisa juga dibagikan dalam unggahan di situs atau akun media sosial perusahaan untuk jangkauan yang lebih luas.

Sementara bentuk komunikasi dengan rekanan pelaku usaha diwujudkan misalnya dengan sosialisasi kebijakan halal perusahaan melalui media email, pengisian kuesioner, hingga audit langsung ke pemasok. Tujuannya agar pihak ketiga mematuhi persyaratan halal saat bekerja sama dengan pelaku usaha halal.

Menyiapkan SDM Halal

Tatkala kebijakan halal telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan dalam bentuk tindakan. Salah satunya dengan penyediaan SDM yang memadai untuk penyusunan, penerapan, dan perbaikan berkelanjutan SJPH.

Pelaku usaha wajib untuk menyediakan minimal 1 orang Penyelia Halal sebagai bentuk komitmen dalam pelaksanaan PPH. Penyelia Halal wajib beragama Islam, karena menjadi person in charge pemenuhan standar halal dalam proses produksi, menentukan tindakan perbaikan dan pencegahan apabila ditemukan ketidaksesuaian PPH dengan kriteria standar halal, dan mendampingi auditor halal pada saat pemeriksaan. Keberadaannya sangat penting sebagai jaminan terlaksananya komitmen halal dalam proses produksi di perusahaan.

Penyelia halal dapat berasal dari perusahaan ataupun kerja sama dengan pihak lain. Bagi pelaku UMK, penyelia halal dapat berasal dari lembaga halal center atau organisasi kemasyarakatan. Sedangkan bagi perusahaan luar negeri, penyelia halal dapat berasal dari importir atau perusahaan perwakilannya di Indonesia.

Perusahaan wajib memenuhi kompetensi penyelia halal melalui pelatihan dan sertifikasinya. Dalam hal ini prosedur kompetensi personil perlu ditetapkan, dan sumber pendanaan pelatihan dan

sertifikasi juga mutlak dianggarkan secara berkala.

Penerapan SJPH pastinya melibatkan semua unsur di perusahaan. Perusahaan dapat membentuk Tim Manajemen Halal, yang merupakan perwakilan dari tiap fungsi departemen, misalnya dari purchasing, produksi, quality, hingga logistik. Perusahaan harus memastikan semua personel yang terlibat penerapan SJPH turut menjaga integritas Jaminan Produk Halal di semua lini. Komitmen terhadap kesinambungan penerapan SJPH tersebut terwujud dalam pemberian pelatihan halal kepada personil karyawan.

Pelatihan SJPH dapat dilaksanakan oleh provider pelatihan halal yang telah diakui oleh BPJPH, dan diprioritaskan untuk penyelia halal. Selanjutnya personil yang telah mengikuti pelatihan di eksternal, dapat memberikan materi pelatihan SJPH kepada karyawan lainnya di perusahaan. Harapannya semua personil memiliki pemahaman yang memadai terkait dengan implementasi SJPH, dan konsisten menerapkannya di masing-masing bagian dalam perusahaan.

Pelatihan SJPH dan penyelia halal merupakan bagian dari upaya penjagaan manajemen terhadap implementasi SJPH. Kegiatan pelatihan perlu diagendakan secara berkala untuk memenuhi kualifikasi personil halal dari waktu ke waktu, dan bukti pelaksanaannya wajib didokumentasikan dan disimpan.  (Anidah)

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.