
4 minute read
Perkembangan Industri Perbankan Syariah Indonesia
Bagaimana Pemerintah mendorong kemajuan bank syariah yang saat ini marketshare-nya masih kecil dibanding bank konvensional?
Ekonomi syariah telah hadir dalam tatanan ekonomi global dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah Islam dalam setiap kegiatan ekonomi dan keuangannya. Kehadirannya diproyeksikan akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini didukung pula dengan populasi muslim serta tren Halal Lifestyle yang terus meningkat. Tak hanya terkait dengan keuangan maupun perbankan, namun ekonomi syariah juga mencakup sektor industri halal, seperti makanan, fashion, serta wisata ramah muslim. Ekonomi syariah ini tak hanya untuk masyarakat muslim saja, namun juga dapat menyasar keseluruhan secara global.
Keuangan syariah (Islamic Finance) terus mengalami pertumbuhan pesat di dunia. Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) 2023/24 menerangkan bahwa pada tahun 2021/2022 total aset keuangan syariah global diperkirakan mencapai US$3,96 triliun. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 17% dari tahun 2020/2021 dengan nilai sebesar nilai US$3,37 triliun. Dari data tersebut, diperkirakan total aset keuangan syariah akan mencapai US$5,94 triliun pada tahun 2025/2026 dengan proyeksi tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 9%. Hal ini dapat mencerminkan minat masyarakat terhadap layanan keuangan syariah semakin meningkat.
Peran serta dari negara-negara dengan mayoritas penduduk Islam juga tak dapat dipungkiri dalam pertumbuhan ekonomi syariah global. Dari total aset keuangan syariah yang diperkirakan mencapai US$3,96 triliun, dengan negara-negara seperti Iran, Arab Saudi, dan Malaysia sebagai kontribusi terbesar. Dapat dilihat pada ilustrasi diatas, Iran, Saudi Arabia, dan Malaysia menjadi Top 3 negara dengan total aset terbesar. Indonesia sendiri berada pada posisi 7 dengan total aset sebesar US$139 miliar. Indonesia memiliki potensi yang besar dengan penduduknya yang mayoritas beragama Islam. Indonesia mampu menciptakan pasar yang luas untuk produk keuangan syariah.
Ekonomi Syariah Indonesia
Ekonomi dan keuangan syariah Indonesia secara umum relatif membaik. Hal ini ditunjukkan dari Global Islamic Economy Indicator (GIEI) Indonesia berada pada peringkat ketiga dengan perolehan skor sebesar 80,1. Indonesia berhasil naik 1 peringkat dari tahun sebelumnya. GIEI sendiri menunjukkan peringkat negara-negara yang memiliki ekosistem untuk mendukung pertumbuhan ekonomi syariah. Adapun yang menjadi kriterianya, antara lain Islamic Finance, Halal Food, Muslim-friendly Travel, Modest Fashion, Media & Recreation, dan Halal Pharma & Cosmetics.

Global Islamic Banking Assets merujuk pada total nilai aset yang dimiliki oleh bank-bank di seluruh dunia yang beroperasi menggunakan prinsip-prinsip syariah. Terlihat adanya kenaikan yang signifikan sebesar 140% dalam satu dekade terakhir (2012-2022). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan layanan perbankan syariah semakin diminati di kalangan masyarakat. Dengan menggunakan prinsip syariah, banyak nasabah merasa lebih nyaman dan aman dalam menggunakan jasa layanan bank syariah tersebut. Dengan adanya sistem syariah, hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam dapat dihindari. Dari data tersebut, juga menunjukkan kepercayaan masyarakat yang semakin besar terhadap sektor perbankan syariah secara global.
Berdasarkan data Laporan Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia Tahun 2023 yang dikeluarkan oleh OJK, market share keuangan syariah sebesar 10,95% dan konvensional 89,05%. Meskipun perbankan syariah masih memegang porsi yang lebih kecil, namun sebagai negara dengan populasi muslim yang besar, Indonesia memiliki potensi besar untuk memperluas pasar keuangan syariah. Jika dibandingkan dalam 5 tahun ke belakang, pertumbuhan aset keuangan syariah Indonesia terus mengalami peningkatan.
Pada tahun 2023, aset perbankan syariah Indonesia mencapai Rp892,17 triliun. Jumlah tersebut meningkat 11,21% dibandingkan tahun 2022. Jika dilihat selama 5 tahun ke belakang, jumlah aset perbankan terus meningkat. Meskipun market share-nya masih kalah jauh dibandingkan bank konvensional, namun potensi perbankan syariah di Indonesia akan terus tumbuh. Apalagi didorong oleh pertumbuhan populasi muslim serta semakin banyaknya masyarakat yang mulai mencari alternatif perbankan yang sesuai dengan nilai-nilai syariah.
Dilansir dari Siaran Pers “Mendorong Potensi Pengembangan Perbankan Syariah ‘OJK Mengajar’ Di UIN Syarif Hidayatullah” pada tahun 2023, kecilnya pangsa pasar bank syariah di Indonesia tidak terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi dalam perkembangannya. Tantangan tersebut meliputi rendahnya tingkat literasi dan inklusi perbankan syariah, skala bisnis yang masih relatif kecil dan kurangnya diferensiasi model bisnis dan produk, kontribusi dan dampak perbankan syariah pada pembangunan ekonomi dan sosial masih rendah, serta diperlukannya penguatan penerapan prinsip syariah.

OJK terus berupaya untuk mengembangkan industri perbankan syariah dengan memaksimalkan keunikan dan keunggulan yang dimiliki dibandingkan dengan produk perbankan konvensional. Dalam siaran pers tersebut, OJK memaparkan berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama para pemangku kepentingan (stakeholders), antara lain:
1. Perbaikan struktur industri perbankan syariah melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS).
2. Penguatan karakteristik perbankan syariah yang lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis.
3. Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank syariah sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan meningkatkan competitiveness.
4. Peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah (termasuk industri halal) dapat dilayani secara optimal.
5. Peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial (social value) melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam. (Audia)