Pra Festival Budaya To Berru 2021
Kuratorial Tata Kelola Festival Yudhistira Sukatanya, Seniman dan penulis. Tinggal di Makassar
Workshop Kuratorial Tata Kelola Festival di Ikuti 50 peserta dari Komunitas Kesenian Barru. (Foto: Dok.)
P
embukaan Workshop Pra Event yang mengelaborasi topik “Kuratorial Tata Kelola Festival” pada tanggal 12 hingga 14 September 2021, di pulau Dutungan Palanro, Kecamatan Mallusetasi, Barru. menampilkan narasumber Heru Hikayat- Kurator dari Plafform Indonesiana, Jakarta, Badaruddin Amir-Seniman, Eddy Thamrin – Budayawan - dan Ida Nurwahidah - Dosen UNM dilanjutkan dengan Workshop Tari dan Iringan Musik Tradisional di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Barru menghadirkan narasumber Abdi Bashit-Seniman tari, Muhammad Agung-Praktisi tari, Sukmawati –Aseti, Andi Ihsan-Dosen UNM dan Rahma-Kurator FBtB Dosen UNM. Di hadapan 50-an putera-puteri berpakaian putih hitam, peserta workshop yang menempati ruang resto seluas 10 X 12 meter Kepala Dinas Pendidikan Barru Andi Adnan Azis, S.STP., M.si menyampaikan apresiasi yang tinggi pada pelaksana kegiatan ini. Ia berharap agar seluruh pihak yang terlibat sungguh16 | Macca No. 2/Oktober 2021
sungguh memanfaatkan kesempatan ini sebagai ajang untuk meningkatkan kapabilitas dan kompetensi sumber daya manusia sekaligus menjalin kolaborasi di komunitas Pemuda Barru guna memperkokoh persatuan masyarakat, dan melestarikan budaya. Sekda Barru Dr.Ir.Andi Abustan.,Msi dalam sambutannya mengingatkan pentingnya merawat riwayat sejarah dan kekayaan nilai budaya Barru. Dengan demikian sekaligus membangun karater yang siap merawat keIndonesiaan yang memiliki kekayaan ragam budaya. Barru memang mempunyai riwayat sejarah yang panjang dalam lintas budaya Sulawesi Selatan. Saat menelusuri riwayatnya maka dapat ditemukan nama Colliq Pujie atau Retna Kencana Colliq Pujié Arung Pancana Toa Matinroé ri Tucaé adalah adalah putri dari La Rumpang, Raja kerajaan Tanete. Colliq Pujie inilah yang dikenal sebagai perempuan tekun penyalin dan penyunting 12 jilid yang terdiri dari 300.000-an bait naskah I Lagaligo atas desakan permintaan Mathes-Misionaris berkebangsaan Belanda yang sangat tertarik pada naskah I Lagaligo. Berdasarkan pertimbangan akan hasil karyanya tersebut maka Pemerintah memberi gelar Datu Tanete
