6 minute read

M. Arifin Zaidin Aco Karumpa

BAHASA DAN DEMOKRATISASI PUISI

M. Arifin Zaidin Universitas Terbuka. Tinggal di Makassar Aco Karumpa Unismuh. Tinggal di Makassar

Advertisement

Ketika kita menginterpretasi sebuah karya sastra, maka pikiran kita akan berpikir tentang bahasa retorika, bahasa kiasan, dan unsur-unsur pembangun karya sastra puisi padahal karya sastra puisi tidak akan pernah tercipta jika tidak dibangun melalui sintaksis, morfologi, fonologi, dan aspek semantik. Itulah sebabnya tulisan hasil penelitian ini menjadi penting untuk ditulis dan dibaca. Puisi soneta “Senja” mempunyai romantika persahabatan dengan manusia dan lingkungannya yang diuntai dengan unsur-unsur pembangun puisi, yakni unsur-unsur intrinsik. Hal ini menjadi penting diungkapkan agar penikmat sastra atau pembaca dapat memahami bagaimana seorang penyair Sanusi Pane mengekspresikan puisi soneta “Senja” dalam bentuk ekspresi tulisan. Salah bukti persahabatan dengan alam dan lingkungan sekitarnya dalam pengungkapan “Malam turun perlahanlahan// Damai sentosa hening tenang, // Sunyi senyap alam sekarang,// Pengungkapan puisi soneta “Senja” merupakan salah satu bentuk keingintahuan fungsi sastranya melalui analisis struktur kebahasaan yang melekat pada soneta “Senja” dan analisis ini masih kurang dilakukan oleh para peneliti susastra. Nilai-nilai karakter yang tersirat dalam puisi soneta “Senja” menjadi penting untuk dikaji karena nilai-nilai karakter sudah merupakan tatanan kehidupan yang harus diimplementasikan dalam kehidupan yang dijalini manusia. Kesadaran akan manfaat nilai-nilai karakter yang baik yang ada dalam diri sendiri akan terdorong untuk menyukai dan mencintai nilai-nilai karakter yang kemudian dengan kesadaran sendiri akan mengaplikasikannya dengan baik dan terus-menerus dalam kehidupan.

Kata Dalam “Senja”.

56 kata dalam puisi soneta “Senja”, kemudian ke-56 kata tersebut diidentifikasi jenis kata apa yang digunakan oleh Sanusi Pane. 56 kata yang digunakan untuk menggerakkan atau menyalurkan gagasan yang akan disampaikan kepada orang. Tiap kata memiliki jiwa dan setiap anggota masyarakat harus memiliki jiwa untuk menggerakkan orang lain dari kata-kata yang digunakannya, keterangan, dan kata sambung. Unsur sintaksis dalam subkata dasar, kata berimbuhan, kata ulang berimbuhan, kata depan, kata keterangan, dan kata sambung puisi soneta “Senja” karya Sanusi Pane dapat kita lihat kata-kata //malam// termenung//perlahan-lahan//di kebun// seperti//karena//.

Sastrawan Sanusi Pane (foto: dok)

frasa Dalam “Senja”

Frasa adalah kelompok kata yang tidak melebihi batas fungsi. Artinya, frasa tidak menduduki fungsi subjek, predikat, objek, keterangan (SPOK). Penggunaan frasa dalam puisi soneta “Senja”, dapat kita lihat pada frasa//Malam turun//Damai sentosa// Hening tenang// Sunyi senyap//Suara angina//

Menutup kuntum//Dalam sarang//Rasa dihukum// Sukma sunyi//Hati rindu//Diikat adat//.

Klausa Dalam “Senja”

Klausa yang dimanfaatkan Sanusi Pane dalam puisi soneta “Senja”, misalnya konstruksi //bunga di kebun// dan //burung termenung//. Konstruksi bunga di kebun adalah sebuah klausa karena hubungan komponen bunga dan komponen di kebun bersifat predikatif preposisi. Demikian halnya konstruksi burung termenung. Burung pengisi fungsi subjek dan termenung pengisi fungsi predikat.

aspek: Morfologi

Morfem bebas dalam “Senja”, yakni kata malam, turun, damai , sentosa, hening , tenang, sunyi, senyap, alam , sukma ,sunyi, suara, angina, Morfem terikat dalam Senja”, yaitu termenung, mengingat, me-mandang, menutup, dihukum. Awalan ter- dalam kata termenung, me- dalam kata menginat, me- dalam kata memandang, me- dalam kata menutup, dan di- dalam kata dihukum. morfem bebas dan morfem terikat.

aspek: fonologi

Aspek fonologi dalam “senja” terdapat dalam bait pertama, yaitu: //Malam turun perlahan-lahan/ Damai sentosa hening tenang/Sunyi senyap alam sekarang/Suara angin tertahan-tahan//Larik (1) pada perlahan-lahan terdapat sugesti yang memperlihatkan perjalanan terbenamnya matahari secara perlahanlahan yang melahirkan perubahan suasana menjadi damai sentosa hening tenang. Kemudian larik (4) suara angin tertahan-tahan memberikan sugesti alam yang sepi, tidak ada kehidupan yang damai dan angin pun enggan menerpa dedaunan. Pada bait//Bunga di kebun menutup kuntum/Lalu tidur di dalam duka/ Burung termenung mengingat suka,/Dalam sarang rasa dihukum//. Larik (5) pada frasa //menutup kuntum// dan larik (8) pada frasa //rasa dihukum//. Refleksi bunyi yang digambarkan adalah tidak terjadi adaptasi dunia luar dengan sugesti antara suka dan duka. Permainan bunyi //menutup kuntum//dan //rasa dihukum// sebagai suatu proses fonologis yang memberikan makna untuh dan estetika yang dinamis.

aspek: Semantik Makna Leksikal dan gramatikal

Puisi “Senja” dibangun kurang lebih 35 kata leksikal, misalnya: sunyi, senyap, alam, sukma, sunyi. Makna gramatikal, misalnya kata termenung, terkenang,

Makna Denotasi dan Konotasi

Puisi Senja diperkaya dengan makna denotasi, misalnya //bunga//burung/duka/dan sebagainya, sedang makna konotasi terdapat pada// malam turun/suara angina/, menutup kuntum/,dan burung termenung//. Konsistensi penggunaan aspek semantic menjadi perhatian penyairnya.

Karakter dalam “Senja”

Puisi soneta “Senja” Sanusia Pane masih sangat dengan nilai pendidikan karakter

o Peduli Lingkungan Lingkungan alam merefleksikan kedamaian, kegembiraan, dan sumber inspirasi kemanusiaan yang tidak pernah kering, seperti digambarkan //Malam turun perlahan-lahan/Damai sentosa hening tenang/ Sunyi senyap alam sekarang/Suara angin tertahantahan//.

o Kreatif Lingkungan alam menjanjikan kehidupan yang lebih variatif dengan sudut pandang kreativitas yang dimiliki seseorang, seperti diekspresikan//Bunga di kebun menutup kuntum// terkait dengan waktu, dan // Burung termenung mengingat suka// terkait dengan pilihan penyair membangun kreatif cipta sastra puisi.

o Disiplin Perilaku disiplin diwujudkan dalam //Diam takut menanti malam/Terkenang aku akan rupawan/ Akan adinda diikat adat//. Disituasikan sebagai atmosper bangkitkan kepercayaan diri, cinta kasih, damai dalam semua aspek kehidupan.

o Kejujuran Kejujuran diekspresikan dalam// Sukma sunyi seprti dahsyat/Lemah lesu karena rawan/Hati rindu memandang alam//. Ada kejujuran yang disiratkan bahwa sesuatu yang berlalu dalam konteks yang tidak menyenangkan jangan dijadikan beban kehidupan karena semua itu terjadi karena kehendak-Nya.

o Demokratis Demokratisasi tergambar dalam// Diam takut menanti malam,// Terkenang aku akan rupawan// Akan adinda diikat adat”. Cinta, ada di relung-relung

o Religi Seseorang yang percaya pada kebesaran Ilahi dan ciptaan-Nya. Digambarkan dalam// Malam turun perlahan-lahan/Damai sentosa hening tenang//. Pengakuan yang dalam dan lahir dari sanubari bahwa Allah Swt Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Kasih dan Penyayang.

o Cinta Damai dan Toleransi Gambaran cinta damai dan toleransi direfleksikan dalam larik puisi //malam turun perlahan-lahan/damai sentosa hening tenang//. Hembusan sasana angin yang sejuk seperti digambarkan dalam larik,// sunyi senyap alam sekarang/suara angin tertahan-tahan//. Sangat luar biasa karena dapat merepresentasikan dengan kebutuhan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk lainnya yang terintegrasi dengan baik antara satu nilai karakter dengan karakter lainnya dalam membentuk satu kesatuan makna. Tifografi puisi soneta “Senja” berbentuk vertikal. 56 kata, 14 baris, dan 4 bait. Bait pertama terdiri atas 14 kata, bait kedua 18 kata, bait ketiga 12 kata, dan bait keempat 12 kata. Unsur sintaksis mencakup kata, kata dasar, kata jadian, kata ulang, kata depan, kata keterangan, dan kata sambung, serta frase, dan klausa. Unsur sintaksis dalam puisi soneta “Senja” Karya Sanusi Pane saling terintegrasi dan membentuk satu kesatuan makna Unsur morfologi mencakup morfem, morfem bebas dan terikat, morfem fungsional dan tuturuan dalam puisi soneta “Senja” Karya Sanusi Pane saling terintegrasi dan membentuk satu kesatuan makna Unsur fonologi dengan berbagai sugesti dari dinamikan bunyi ujaran dalam puisi soneta “Senja” Karya Sanusi Pane saling terintegrasi dan membentuk satu kesatuan makna. Unsur semantik meliputi makna, makna leksikal dan gramatikal, makna denotasi dan konotasi, dan makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam puisi soneta “Senja” Karya Sanusi Pane saling terintegrasi dan membentuk satu kesatuan makna. Nilai-nilai karakter yang muncul puisi soneta “Senja” Karya Sanusi Pane yaitu nilai karakter peduli lingkungan, jiwa kreatif, disiplin, kejujuran, demokratis, religi, cinta damai, dan toleransi saling terintegrasi dan membentuk satu kesatuan makna (berbagai sumber).

A. Joharniati S.Pd.

PUISI MAMPU MENGANTAR KITA HAPPY

Saya tidak begitu ahli menulis puisi juga kurang mampu menafsirkan sebuah karya sastra, meski karena panitia dan pembawa materi dalam pelatihan mengantar saya dalam rongga puisi untuk menulis dan tampil membaca puisi , maka sayapun melakukannya. Dan ternyata menulis dan baca cukup mengasyikkan dan membawa suasana happy dalam jiwa kita, “ ternyata sangat menyenangkan menggumuli dunia seni Sastra” jelas A. Joharniati, S.Pd. Ditemui usai mengikuti pelatihan cipta baca puisi di SLB Negeri 1 Makassar, tempat mereka mengabdi selaku tenaga pengajar, dia bertutur lebih jauh, bahwasanya pelatihan bidang seni sangat lebih menarik untuk ditinggikan volume pelatihannya, seperti pelatihan mendongeng, cara menulis cerpen, bahkan seni teater juga penting, agar guru bisa lebih expresif disaat menghadapi murid dan siswa dikelas.Apalagi sekolah SLB negeri 1, merupakan sekolah penggerak yang harus tentunya punya plus dibanding sekolah lain yang belum berhasil sebagai sekolah penggerak.” Kegiatan apapun yang dilaksanakan sangatlah urgent dilakukan disekolah sebagai jembatan untuk meraih prestasi yang berkualitas” tandasnya. Iapun dengan gamblang menyebut dengan latihan menulis dan baca puisi terasa perasaan jadi happy dan imun kita jadi normal, artinya dengan dekat dengan seni olah rasa dan tubuh kita boleh enjoy dan tertawa dan seperti kebanyakan refrensi dengan banyak melakukan kreatifitas yang bermuara pada kepuasan bathin, hidup kita jadi penuh suka. “ Inilah sekelumit manfaat mengikuti Pelatihan Cipta Baca Puisi “ ujar A. Joharniati menutup perbincangan. (Ahmadi Haruna). []

This article is from: