
1 minute read
Dian Sirajuddin

FESTIVAL INTERNASIONAL TORAJA
Advertisement
SPeKTaKULeR
Dian Sirajuddin Ketua Sanggar Sirajuddin/Koreografer. Tinggal di Sungguminasa.
Masa Pandemi covid-19 di Indonesia belum belum berlalu. dalam kondisi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kegiatan budaya tak bisa diberangus. Sepertinya terus berlari tanpa kenal lesu. Toraja menggeliat, membuat panggung Pertunjukan dengan label Toraja International Festival (TIF) digelar di Buntu Pempon Malakiri Toraja Utara 4 September 2021, sekali pun dengan aturan/protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah tetap diberlalukan. Seni Tradsisi tetap hidup di keadaan sulit sekalipun seperti di masa epidemik covid-19. Banyak prediksi bahwa seni tradsisional lumpuh kalau tidak didapat di katakan “terbunuh” oleh kondisi yang memprihatinkan. Namun kegiatan tersebut yang merupakan salah satu kegiatan promosi pariwisata didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, bekerjasama dengan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintahan Kabupaten Toraja Utara, diselenggarahkan Lokaswara Project dengan profesional dan apik. Toraja International Festival di tahun 2021 teselenggarah di tahun ke-9. Namun berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal dan turis mancanegara, tahun ini terselenggarah hanya dihadiri oleh Bupati Toraja Utara dengan Jajaran, beberapa utusan dari Kemenparekraf, masyarakat lokal dan para pendukung acara. Festival ini dilaksanakan secara off air. Untuk masyarakat luas bisa menyaksikan Festival yang memukau ini secara umum di chanel Youtube “Lokaswara Project” diluncurkan tanggal 12 September 2021 mulai pukul 19.00 WIB. Keindahan alam Malakiri yang masih hijau dan asri, deretan Tongkonan yang megah ibarat satria Toraja berdiri kokoh. Sesekali terdengar sesekali suara Tedong Bonga yang melenguh memanggil yang mendengar seperti mengantarkan kembali ke kehidupan jaman dulu kala. Salah satu yang membuat beda Toraja International Festival (TIF) 2021, ketimbang tahun-tahuin sebelumnya, meski penyelenggaraan sebelumnya di lokasi pariwisata di kabupaten yang sama, seperti Lolai dan Kete’ Kesu. Panggung di tengah-tengah desa Buntu Pempon ditata dengan sederhana namun apik dan mengangumkan serta pencahayaan yang luar biasa menjadikan panggung festival itu menjadi spektakuler, klasik dan sakral. Dari festival ini dapat belajar bahwa hal yang sederhana bila diberi sukma ia akan hidup dalam bahasa dan karakternya sendiri. Tentu pengkaryaan Festival Internasional Toraja tak lepas dari pemikiran seorang penggagas Franki Raden, hingga dapat bertahan TIF sampai saat ini. Saya sebagai talent yang menyaksikan langsung betapa megahnya pelaksanaan Festival tahunan ini, sangat membagakan dan membuat yang menyaksikan takjub,, terhibur dan terpesona akan beragamnya budaya di Indonesia, khususnya keunikan Toraya Maelo (Toraja Elok, Toraja Jelita) Penonton yang hadir disunguhkan pertunjukan