Majalah HIMMAH No. 01/Thn. L/2017 – Buruh Lemah Semakin Dilemahkan

Page 8

Proletar

T

Oleh: Fahmi Ahmad B.

homas Malthus, seorang ekonom pada abad ke 18 pernah mencetuskan hukum populasi. Terlepas dari kontroversinya teori Malthus yang menganggap bahwa kaum miskin hanya sebagai beban, perlu dicatat juga bahwa omongan Malthus adalah sebuah fakta. Takdir umat manusia dengan kondisi populasi yang berlebihan kini, akan berkembang pesat melebihi pangannya sendiri, begitu kata Malthus. Kondisi timpang ini membuat manusia saling berebut kuasa. Di balik gedung megah yang ditempati konglomerat, disitu pula ada nestapa pekerja bangunan dengan cucuran keringatnya. Kemewahan beriringan dengan kesengsaraan. Dari sini terlihat, bahwa umat manusia tak bisa lepas dari adanya kelas. Semuanya ditentukan oleh kelas. Kaya, miskin, terdidik, bodoh. Masih di abad yang sama, filusuf sekaliber Karl Marx pun menggambarkan relasi kelas melalui analisis materialisme dialektika historisnya. Bahwa masyarakat yang ada sekarang adalah bentukan sejarah perjuangan kelas. Di benua Eropa, Marx mencoba melukiskan kisah pertentangan antara kaum borjuis, feodal, dan proletar. Coba melirik pula ke India. Kastakasta macam brahma, ksatria, waisya, dan sudra, menjadi cerita tersendiri dalam bab-bab sejarahnya. Drama itu dielaborasi menjadi sebuah percikan-percikan pertentangan. 6

Tak pelak, itu pula yang terjadi di Indonesia. Di negeri gemah ripah loh jinawi yang Pram sebut sebagai Bumi Manusia ini, relasi produksi antara kaum penjajah dan yang terjajah, antara kolonial dan pribumi menjadi tonggak baku sejarahnya juga. Atau lihat saja tatkala Tan Malaka menggambarkan sejarah penjajahan Indonesia, “Hongi-hongi cultuur stelsel, monopoli stelsel dan gencatan pajak yang takkan ada ampunnya,” kata Tan. Begitu pula yang terjadi di berbagai bangsa dan negara lainnya. Nampaknya kelas juga yang melandasi saling hajar sana hajar sini, perang, rampok, jajah, musnahkan, singkirkan, juga lenyapkan. Karena seiring bertambah tuanya usia bumi kita, bertambah rusak juga seisinya. Diperparah pula dengan kondisi yang tidak berimbang antara pertumbuhan jumlah populasi manusia dan sumber daya yang tersedia. Saling rebut sumber daya, kuasa, menjadi cerita yang tak ada habisnya. Adalah proletar yang menjadi kaum terasing di pinggir jalan, korban kelas atas. Pemain peran yang digambarkan sebagai sosok tanpa alat produksi, tak punya apa-apa selain tenaga. Sialnya lagi, sumber tenaganya pun dijadikan komoditas, lewat tarik ulur si tangan tak hampa, begitu ekonom menyebutnya. Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh akademisi dari Inggris, John Molyneux, sebagai ciri khusus kapitalisme. Bahwa dalam kapitalisme, tenaga kerja menjadi barang dagangan.

H I M M A H E d i s i 0 1 /T h n . L / M E I 2 0 1 7


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.