KOFFIE HUIS
WARKOP NEDERLANDER “Verboden voor Inlander”
S
ekitar tahun 1940-an, bagi tuan-tuan dan nyonya Belanda yang tinggal di Makassar mengenal Koffie Huis. Sebuah tempat yang sering menjadi pilihan utama untuk minum kopi bersantai dan bercengkerama. Terlebih sepulang nonton pertunjukan kesenian di Societeit de Harmonie yang disebut juga di Gedung Panti Penghibur. Mereka berjalan kaki ke Koffie Huis yang letaknya kurang dari seratus meter ke arah barat, menyeberang jalan ke depan bagian utara Fort Rotterdam, melintasi Wilhelmina Park. Selain cukup santai, tempat ini juga sangat eksklusif. Inlander -- sebutan bagi orang pribumi, jangan coba mendekati tempat tersebut, apalagi mau masuk dan ikut menikmati udara sejuk angin pantai Losari yang berhembus semilir tanpa penghalang. Pasti kena hardik. Sebab persis di depan gerbang Koffie Huis tersebut jelas dipancangkan tulisan Verboden Voor Inlander. Di tempat itu ada Swimming Poll, juga dikenal dengan nama Zwembad Harmoni. Di kolam permandian inilah orang-orang Belanda mandi-mandi. Itulah sebabnya terkadang ada saja anak pribumi yang mencoba mengitip Belanda mandi dari pohon Johar yang banyak tumbuh di sekitarnya. Tiga puluhan tahun berselang, tempat mandi itu kemudian dikembangkan menjadi tempat rekreasi bertaraf internasional. Taman Ria namanya. Kemudian berubah menjadi kolam renang
Tirta Samudra, terakhir dinamai Taman Bahari dan Restauran. Direkturnya Mursalim Majid. Berjalan seiring dengan waktu Koffie Huis kemudian berubah menjadi Bar & Restauran Taman Bahari. Dengan beubah fungsi menjadi bar, tempat hiburan bagi orang dewasa. Gedung Bar & Restaurant Taman Bahari kini hanya tinggal kenangan. Sesudah Taman Bahari bubar, di gedung tersebut menjadi sekretariat Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulawesi Selatan, sebelum pindah ke Sudiang. Kini eks lokasi Taman Bahari hanya tersisa satu lokasi yang ditempati oleh sebuah perusahaan tambak udang. Kemudian terbetik kabar akan dibangun hotel berbintang. Tak ada lagi pohon Johar. Sebagian bangunan dan gedung yang yang pernah punya sejarah panjang itu, sudah dibongkar, karena Latief Coorporation berencana mendirikan sebuah hotel lengkap dengan supermaketnya, Hyat Regency. Namun rencana itu kandas akibat resesi ekonomi di tahun 1998. Hingga di awal milenium 2000 belum ada tanda-tanda rencana itu akan terwujud. Padahal sebelumnya PT Pelabuhan Indonesia IV berencana akan membangun Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar dilokasi itu. Sayang tidak jadi, karena waktu itu, Pemda Kota Madya Ujungpandang (sekarang Kota Makassar) dibangunlah Rumah Toko (ruko) tempat itu. [] (goen)
Koffie Huis, Tirta Samudera, Taman Bahari dan menjadi rumah toko (ruko). (Foto Goenawan Monoharto). 6 | Macca No. 4/ Desember 2021