5 minute read

SENI BUDAYA TAK TAMPAK DI MATA PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

Evaluasi Dinas Kebudayaan Kota Makassar

Kritik keras terus bergulir terhadap perhatian pemerintah pada bidang kebudayaan dan Kesenian, pihak-pihak yang selama ini bergelut di dua dunia di atas, baik secara kelompok maupun individu menilai sangat lemah perhatian lembaga pemerintah akan pertumbuhan, pengembangan, pelestarian terlebih masalah partisipasi/bantuan akan kegiatan yang dilakukan. “Bosan berhubungan dengan lembaga. kami, entah sudah berapa kali melaksanakan kegiatan mereka tak punya respont. Makanya saat ini setiap kami lakukan kegiatan baik dalam materi pengembangan atau pelestarian budaya maupun penampilan kegiatan kesenian, tak lagi terkordinasi dengan pemerintah yang mengurus budaya dan kesenian. Percuma,” H. Muis, ketua kelompok seni di Kecamatan Tallo-Makassar. Di kecamatan Tallo, selain banyak sanggar seni dan kelompok kesenian tradisional juga hadir beberapa cagar budaya dan kuburan yang merupakan taman purbakala namun tampaknya juga kurang perhatian, dan peninggalan taman bersejarah ini tak perduli, “Kuburan yang ada di Tallo tidak bisa disangkal sebagai sumber daya budaya dan saya pikir ini bisa dilestarikan dengan serius untuk menggali misteri yang ada buat generasi milenial saat ini “ sebut dengan nada serius. Nada sumbang yang terus mengguyur pemerintah yang mengurus bidang kebudayaan juga datang dari tokoh masyarakat Ujung Tanah, Iksan yang juga dikenal sebagai pekerja LSM. Menurutnya, kelompok yang ada dan melakukan kegiatan secara rutin seperti sanggar seni tari, teater dan sastra umumnya jalan sendiri. “ Tak ada dukungan pihak pemerintah. Hadir saja dalam sebuah kegiatan bila diundang tak pernah hadir, dengan alasan sibuk dan sejumlah lagi alasannya. Sangat lucu jika lembaga pemerintah melakukan kegiatan untuk mereka sangat mengharapkan kedatangan sanggar-sanggar seni untuk memeriahkan acaranya. Idealnya personil lembaga kebudayaan dan kesenian perlu dievaluasi,“ tandas Iksan yang juga dikenal tokoh pemuda dikalangan Kampung Gusung- Sabutung Kecamatan Ujung Tanah. Kegiatan kesenian dan Budaya yang dilaksanakan pemerintah sangat bernuansa kepentingan semata, artinya tidak lebih hanya sebuah pencitraan untuk mempertahankan kekuasaannya akibatnya yang menikmati para mereka sendiri sementara kelompok seni dan para pekerja/pelestari budaya, hanya menempel dalam setiap kegiatan . “ Jangankan kelompok seni dan sanggar di kecamatan, kegiatan seniman-seniman kreatif yang bergabung di Dewan Kesenian Makassar (DKM) dan komunitas lainnya berjalan sendiri, tanpa melibatkan pemerintah. Saya sering hadir dalam setiap kegiatan pentas atau pagelan. Tidak sebarispun sambutan pemerintah dari Dinas kebudayaan kota Makassar,” ujar Iksan salah seorang pekerja seni yang pada HUT 414 Makassar telah menggelar Pesta Rakyat dengan memamerkan kue-kue tradisional dirangkaikan peringatan Maulid nabi Muhammad Saw. Dra. Nurbiyah M.Hum., dari Balai pelestarian cagar budaya berkata, tidak lemah perhatian pemerintah untuk hal kebudayaan yang mungkin perlu dievaluasi volume perhatiannya. Khusus untuk pelestarian cagar budaya, kami terus dan berusaha mengerling segala cagar budaya yang ada untuk menjaga kelestariannya. Bahkan sampai di pelosok

Advertisement

Dra. Nurbiya, M.Hum. Ikhsan (Pekerja seni) Hasan, S.Pd.

terpencil tim pelayanan kami tetap turun menyaksikan, artinya kami bekerja dan memberi perhatian akan hal budaya. Jika dinilai masih kurang, tentunya sebagai kritikan atau saran kami terima dan berusaha merumuskan kegiatan yang lebih efektif dilapangan. Sejatinya soal Pelestarian Cagar Budaya masyarakat tidak bisa lepas, mereka juga harus ikut serta mendukung dari program pemerinta. ”Pelestarian harus dua arah,“ kata Nurbiyah yang ditemui di Pameran Kearsipan dan benda kuno yang diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel. Mengapa? Umumnya di Sulsel ini sebagai cagar budaya yang sudah ditetapkan berada di perkampungan yang kurang layak, karenanya sangat perlu pelibatan masyarakat dalam Pelestariannya. Kita juga tak henti melakukan sosialisasi pada warga agar punga rasa memiliki akan cagar budaya.” Terus terang kondisi ini masih memprihatinkan.Masih sangat rendah kecintaan sebagian warga akan pentingnya menjaga budaya sebagai sejarah dan petunjuk untuk generasi akan datang “ ungkap Dra. Nurbiyah M.Hum. [] (Achmadi Haruna)

teropong LA mAccA

ULANG TAHUN, KOPI & TARIPANG

Dalam peringatan hari ulang tahun kota Makassar ke 414, Dany Pomanto (DP) menghimbau jajarannya bersama warga untuk melaksanakan kegiatan peringatan di wilayahnya. DP menyebutnya silaturahmi perangkat kelurahan, RW,RT bersama masyarakat kong-kow minum kopi, diskusi kecil sambil mencicipi Taripang. Ajakan Walikota, malah disebutkan silaturahim 1000 lorong sambil menghidangkan kue tradisional. Macca yang turun dilapangan pada hari itu, tampaknya tidak terjadi kegiatan seperti yang diharapkan. Mungkin kemampuan dana untuk menyiapkan lagi kempes di beberapa kelurahan akibat pandemi. Ada yang ditemukan Macca dalam memeriahkan Hari ulang’tahun di wilayah di Ujung Tanah, kelurahan Gusung jus… Dari bisik-bisik yang sempat direkam Macca, kelurahan agaknya malu hati mengajak langsung warganya, soalnya mereka tidak punya dana dan kegiatan ditanggung sendiri oleh kekurahan yang selanjutnya dikucurkan ke RWdan RT, untuk buat kegiatan peringatan, tapi semua ini terkendala sebab biayanya lagi tidak ada.” Jangankan untuk biaya komsumsi kue tradisional, kostum adat yang dihimbau setiap personil lurah mengenakan dihari itu harus ditanggung sendiri, jadi jika ada kelurahan yang lorongnya sepi di HUT 414, jangan terlalu divonnis tidak berpartisi Bijaknya pemerintah juga dapat mengerti akan kondisi perangkatnya dibawah akan seretnya soal dana dalam membiayai kegiatan dilapangan. Semoga.[]

REGENERASI PENARI PAKARENA KERAJAAN GOWA

Baghawan Kinayungan, Koreografer dan Pengamat Seni. Tinggal di Makassar

Melestarikan tidak untuk memusiumkan (baca: memenjarakan). Salah pengertian dari sebuah wacana memang sedang marak terjadi di negeri ini, sehingga kata melestarikan sering dipandang bagi sebuah kesenian khususnya “seni tari” akan terjebak masuk dalam kategori statis beku. Para ahli seni selalu berhati-hati dalam mengungkap kembali dan menstransformasikan baik bentuk, tekhnik, pola penyajian dan fungsinya. Tujuan utama melestarikan seni adalah agar seni tersebut dapat bertahan dari kepunahan, sehingga tapak sejarah budaya dapat terus dipelajari dan diketahui oleh generasi muda bangsa. Secara alami seni tradisi akan berubah sesuai perkembangan pola pikir, perilaku pendukungnya dan situasi sosial yang melingkupinya.

Tari Pakarena Sere Jaga Nigandang

Mengikuti dan mengamati sebuah pembelajaran tari Pakarena Sere Jaga Nigandang pada tanggal 15 s/d 16 Nopember 2021 di Hall sebuah hotel ternama di Makassar tepatnya di kawasan pantai Losari menimbulkan sebuah perenungan. Banyak jenis tari Pakarena tetapi mengapa justru tari Pakarena Sere Jaga Nigandang, sebuah tari kerajaan yang sakral dan mistis yang diajarkan dalam kemasan program Workshop. Pakarena bekembang sejak abad ke-14 Masehi, sebagai representasi Dewa-Dewi yang berada di dunia atas sedang turun kedunia bawah yang dihuni manusia untuk mengajarkan kehidupan duniawi. Menyatunya dua dunia untuk sebuah keseimbangan upacara daur ulang kehidupan disimbolkan dengan tarian perempuan berjumlah 12 penari. Pakarena Sere Jaga Nigandang adalah tari upacara yang selalu digelar di Balla’ Lompoa Istana Gowa Sulawesi Selatan. Tarian tersebut telah direkonstruksi oleh maestro tari istana yang bernama Daeng Manda kemudian diteliti oleh Nurlina Syahrir seorang akademisi, pakar tari dan penari Pakarena istana Gowa. Upaya pelestarian secara tradisional dan akademik sepertinya telah dipersiapkan oleh para ahli tari istana tersebut. Sebuah kerja bareng yang menarik antara Anrong Guru (Empu) dengan pakar seni Universitas Negeri Makassar. Sehari penuh para penari muda dari berbagai kabupaten di wilayah propinsi Sulawesi Selatan yang telah lulus audisi dengan semangat dan intensitas tinggi mengikuti pembelajaran tari istana yang disampaikan oleh Nurlina Syahrir dan dikawal langsung Daeng Manda yang pada saat ini terpaksa harus duduk di kursi Roda. Gerak mengalun lembut diiringan

This article is from: