2 minute read

LORONG, BUKU & SASTRA

ironisnya justru beliau mengaku lama tidak tatap muka dengan sang penulis dan titip salam buat Ahmadi Haruna." Ini saya jadi terperangah, lho ini karya lahir tanpa pernah wawancara atau komunikasi " ungkap Aswar. Data diperoleh Media Macca, karya karya puisi Ahmadi Haruna, pekerja yang dikenal tak pernah lelah ini telah banyak menghiasi ruang kerja dan rumah pejabat, tokoh masyarakat dan manusia - manusia berprestasi yang menurut kepala sang penyair layak untuk di - puisikan.Bahkan ada dua puisi yang dipajang di ruang kerja DP, jln Amirullah adalah buah karya Ahmadi Haruna. Untuk dimaklumi, wilayah Ujungtanah sebelum pemekaran memiliki 12 Kelurahan, kini tinggal sembilan dengan jumlah penduduk jurang lebih 36 ribu dengan mata pencaharian sebagian besar melaut dan wiraswasta.[] (Ahmadi Haruna)

Ada banyak kisah warga di lorong layak dijadikan buku. Hubungan antartetangga, aktivitas anakanak bermain, kegiatan ibu-ibu yang menumbuhkan kepedulian warga, serta suasana kehidupan sosial lainnya, bisa jadi ide penulisan buku. Hal itu mengemuka dalam diskusi menyambut usia Kota Makassar ke-414 tahun bertema “Buku, Lorong, dan Kota”, di Lorong Daeng Jakking, Kelurahan Parangtambung, Kecamatan Tamalate, Sabtu, 6 November 2021. Diskusi diadakan oleh Komunitas Anak Pelangi (K-Apel), Anak Pelangi Institut, dan Komunitas Puisi (KoPi) Makassar,

Advertisement

Ide diskusi ini dari buku “Green Tea dan Bunga” karya Rahman Rumaday. Ada tiga tema bahasan dalam buku yang ditulis berdasarkan postingan-postingan di medsos ini, yakni spiritualitas, cinta, dan kepedulian. Dalam buku itu, kegiatan K-Apel juga dibahas. Bang Maman, begitu founder K-Apel ini akrab disapa, mengaku berani membukukan tulisannya karena mendapat motivasi. Itu pula yang jadi alasan, mengapa diskusi dilakukan, agar ibu-ibu lorong mau menuangkan pengalamannya. Peserta kegiatan memang didominasi oleh ibu-ibu binaan K-Apel. Selain Rahman Rumaday sebagai pemantik diskusi, hadir Dr Fadli Andi Natsif, akademisi dan penulis, Rusdin Tompo, penulis buku dan penggiat literasi, serta Nurul Septiani, pegiat sosial dan relawan Think Survive. Kegiatan dipandu oleh Suriati Tubi, yang dikenal sebagai penggerak lorong. Nurul Septiani, menilai bahwa dalam buku “Green Tea dan Bunga”, penulis mendorong dan menggugah kita untuk bertindak. Bukan sekadar berpikir tapi harus ada tindakan nyata untuk melakukan perubahan. Menurutnya, penulis mengingatkan kita bahwa sebagai makhluk sosial, kita saling tergantung dan saling membutuhkan. Tergambar dari materi tulisannya yang banyak membahas tentang silaturahmi, tolongmenolong, kepedulian, dan keberpihakan. Fadli Andi Natsif mengutip firman Tuhan dalam Alquran, yang menyatakan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu. Karena itu, penting untuk kita membaca. Bahkan, ada perintah membaca, Iqra, yang merupakan inti literasi. Dengan membaca, menurutnya, seseorang akan bertambah wawasan dan dapat bersikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Dosen UIN Alauddin, Makassar, ini mengaku selalu membeli buku dan membawa buku. Di beranda Facebook-nya dia pernah menulis, dirinya merupakan pembeli buku, penulis buku, pembaca buku, dan sekali-kali menjual buku. Katanya, dia termasuk dosen yang selalu menganjurkan mahasiswa membeli buku. Supaya mahasiswa punya kebiasaan membaca dan kaya referensi. Penikmat kopi yang tumbuh dan besar di lorong ini, mengapresiasi buku “Green Tea dan Bunga”. Menurutnya, buku yang ditulis dari postingan di beranda Facebook ini perlu ditiru. Karena banyak postingan kita yang bagus dan layak didokumentasikan menjadi buku.

This article is from: