3 minute read

MUSEUMLOG CILIKDI MUSEUM MAKASSAR

Foto bersama Kepala SD Layang Bertingkat Hj. Lili Suratin, S.Pd.,M.Pd., dengan muridnya

tersebut dinilai aman. Pihak Diknas menambah jumlah hingga hari ini sudah hampir seratus persen jumlah sekolah melakukannya walau jumlah siswa masih dibatasi. Tingkat SD, pembelajaran tatap muka baru dimulai pekan pertama Nopember lalu, setelah melewati serangkaian survei serta konsultasi dengan tim Covid-19 serta turunnya pandemi dari level empat ke level dua. Selanjutnya dinyatakan Makassar masuk zona hijau. Diknas Makassar mengizinkan sejumlah SD melaksanakan pembelajaran tatap muka, meski tetap terbatas dan bergilir untuk setiap tingkatan kelas. SD Layang Bertingkat Makassar berlokasi di jalan Tinumbu, masuk PTM disambut hangat murid dan orang tuanya. Mulai pk 06.30 sudah berkumpul depan pintu sekolah dikawal orang tuanya. Mereka tampak begitu gembira bertemu dengan teman-temannya, ada yang berangkulan, saling selfy, demikian juga sesama orang tua murid, tak mau ketinggalan mereka bercerita tentang kegiatannya selama pandemi . Di kelas, ibu guru dengan mengucapkan selamat datang pada murid dan memberikan himbauan untuk tetap menjaga protokol kesehatan. Suara ibu guru tidak seperti biasanya, ada kesan terharu melihat murid- murid yang 19 bulan tak pernah ditatapnya, sehingga qada kerinduan "pecah". Diperbolehkan kembali belajar di ruang-ruang kelas masyarakat menyambutnya dengan antusias, sangat mengharukan ketika mengantar anaknya ke sekolah tempat mereka berjuang menuju tercapainya masa depan yang cerah. Wakil dari Diknas kota Makassar yang memantau memberikan sambutan pada upacara terbuka di lapangan, agar murid-murid senantiasa tetap mematuhi protokl kesehatan dalam proses pembelajaran. Diharap para orang tua tidak bergerombol dan tertib saat antar jemput anaknya di sekolah.[] (Achmadi Haruna)

Advertisement

MUSEUMLOG CILIK DI MUSEUM MAKASSAR

Upaya untuk lebih memberikan pengetahuan tentang benda benda kuno terhadap murid Sekolah dasar telah dilaksanan oleh museum kota Makassar dengan kegiatan bertajuk Menciptakan Museolog Cilik. Sedikitnya ada delapan sekolah dasar yang diwakili setiap SD enam orang hadir diruang museum untuk diberikan pemahaman tentang fungsi museum sedang setiap Kelompok SD diberikan koleksi berupa patung terbuat dari tanah yang selanjut diminta memberikan ulasan dari apa yang di telitinya pada patung yang disiapkan panitia.

Salah satu peserta dari sekolah Dasar inpres Layang bertingkat yang ditemui pembinanya Ismail S.Pd,mengakui kalau kegiatan sangat pantas diberi apresiasi karena mengantar dan memberikan ilmu spesifik yakni bidang permuseuman.” Kegiatan cukup menarik karena merangsang analisa murid untuk akan benda - benda kuno.Kita harapkan ini dilakukan secara berkesinambunga “ ungkapnya saat ditemui Majalah Macca didepan kantor museum kota Makassar. Sementara dari panitia menjelaskan apa yang dilaksankan merupakan bagian dari pada program Dinas kebudayaan untuk menumbuh kembangkan pengetahuan dari murid sekolah dasar. Adapun yang ikut diantaranya, SD Mangkura satu,dua,tiga SD Telkom, SD Sudirman dan SD inpres bertingkat layang yang berdomisili dijalan Tinumbu . Yang membahagiakan para peserta, seluruh murid diberikan perlengkapan belajar dan kostum bertuliskan Museum Kota Makassar. [] (Achmadi Haruna)

IRWAN PARAWANSA KARAENG SILA

GURU, PETINJU, SENIMAN

Namanya sangat dikenal di kalangan siswa dan guru SMA 1 Makassar, orang tua siswa pun demikian, kadang meminta nomor handphonenya hanya untuk bisa berkomunikasi ikhwal keamanan anaknya di sekolah. Irwan Parawansa, guru mata pelajaran sejarah, perawakannya tinggi besar, sepintas orang bisa keliru melihatnya dan menganggapnya sebagai bodyguard karena memang postur dan gaya jalannya mirip bodyguard, bahkan dengan mengenakan kacamata hitam dan batik khas Solo, orang mengira dia pasukan khusus Pengamanan Presiden (Paspampres). Lelaki kelahiran Makassar, 19 April 1962 ini punya masa lalu yang unik, saat masih remaja ia menekuni olahraga tinju, bergabung di sasana Rajawali Boxing Club (RBC) dipimpin Atong, dari tahun 1981 sampai 1985. Tahun 1989 Irwan menapak dunia baru, sejak dinyatakan lolos seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) ia mengikuti pra jabatan, setelah itu ditempatkan di Kota Pare-pare dan diperbantukan di SMA Nasional, sekolah swasta milik Yayasan Nasional yang dipimpin Andi Dagong. 1995 Irwan dipindahkan ke Makassar atas disposisi surat Kakanwil Depdikbud, Drs. Aminuddin Mahmud kepada Kormin Kanwil Depdikbud dan pindah tugas mengajar di SMA Negeri 1 Makassar bidang study sejarah. Irwan dikenal dikalangan seniman Makassar, sejak masa remaja aktif berkecimpung di dunia teater, bergabung di Teater Tiga dan Teater Tambora.

“Biarkan hidup ini mengalir bak air di sungai, mengikuti kelokan dan curam, membentur batu dan batang kayu. Kelak, akan sampai jua ke muara.” Inilah prinsip hidup Irwan, adik kandung H. Indar Parawansa Karaeng Beta, suami dari Hj Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Timur, sehingga semua yang dianggap membebani perasaannya bisa dihadapi dengan tabah dan tawakkal. Sifat pendiam dan sabar menjadi kesan pertama jika kita baru mengenalnya. Namun sifat tenang itu seketika bisa berubah menjadi badai tatkala harga dirinya mulai terusik. (Kiblat M. Said)

This article is from: