
2 minute read
ULANG TAHUN, KOPI & TARIPANG
musik pakarena secara langsung oleh para pemusik muda usia membuat suasana sangat berbeda di hotel tersebut. Panitia dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Sulawesi Selatan memberi alasan mengapa pembelajaran dilakukan di hotel berbintang, karena pada saat ini Istana Balla` Lompoa sedang dalam renovasi. Pembelajaran lintas tiga generasi ternyata tidak mudah dan membutuhkan kesabaran. Teknik tari klasik yang berkualitas tinggi, harus berpadu dengan hentakan ganrang yang keras terkendali disertai nyanyian khusus Pakarena Sere Jaga Nigandang sangat sulit dikuasahi oleh peserta workshop tersebut. Hal ini tampak seringnya Daeng Manda dan Nurlina Syahrir berkali kali memberikan instruksi dan evaluasi khususnya dalam hal teknik, tempo dan intensitas. Tidak mudah para generasi muda tersebut untuk menguasai tari istana yang berdurasi sekitar 45 s/d 60 menit. Dengan demikian para pelatih memutuskan untuk tahap awal dibatasi hanya memberikan materi separuh dan pola dasarnya saja, dengan durasi 20 s/d 30 menit.
Regenerasi Untuk Generasi yang Berubah
Advertisement
Sebuah kontradiksi perilaku dan kejiwaan saat para generasi millenial tersebut mengikuti pembelajaran Pakarena Sere Jaga Nigandang, tari upacara kerajaan Gowa. Di era industri 4.0 menuntut serba cepat baik dalam pemikiran maupun perilaku, karena bagi siapapun yang tidak dapat bergerak cepat akan tertinggal dan kehilangan kesempatan. Dari peristiwa perubahan kehidupan modern dan dikendalikan oleh tekhnologi mutakhir, semua perilaku diukur dan dibatasi dengan waktu. Seperti para pekerja pabrik, kalau tidak cepat maka kerjanya akan dinilai lambat dan biasanya akan berdampak pada penghasilan bulanan atau mingguannya. Dengan demikian, dunia cepat sangat berpengaruh pada kehidupan para millenial yang harus menyesuaikan diri untuk bergerak cepat. Perilaku kerja cepat juga berpengaruh pada karya-karya tari ciptaan baru yang dapat dilihat pada ivent festival atau lomba tari tradisi. Karena dibatasi oleh waktu yang singkat dan harus menunjukan aspek variasi ragam gerak, aspek isi dan makna simbolis yang harus disampaikan, maka karya karya tersebut masuk dalam tempo cepat. Banyak kritikus berpendapat bahwa cipta tari baru jaman sekarang tak ubahnya senam aerobik yang dalam penampilannya tanpa ekspresi estetis dan rasa. Sebuah pertanyaan mendasar bagi peserta worksop tari Pakarena Sere Jaga Nigandang yang mayoritas generasi millennial. Tersiksakah perasaannya sewaktu harus menguasai tarian dalam tempo sangat lambat sedangkan musik tarinya dalam tempo cepat dan keras. Perang batin-lah yang terjadi karena sebagian besar para penari tersebut bergerak men-cepat seperti yang diutarakan oleh Nurlina Syahrir. Pembelajaran melambat dari Pakarena ini sangat menarik, karena dapat berfungsi sebagai penyeimbang dalam perilaku kehidupan sehari-hari agar menjadi generasi muda yang penuh
Suasana woorksop tari Pakarena Sere Jaga Nigadang yang dibawakan Maestro/ Anrong Guru Dr. Nurlina Syahrir M.Hum. (Foto Bahgawan Kinayungan.)