Majalah Apresiasi Edisi VI

Page 20

Opini

Buku, Gerakan, dan Komunitas Toto Priyono Pegiat literasi yang sedang bermukim di Cilacap. Kerap menulis untuk media komunitas.

B

uku bukan saja akan menjadi barang kesenian, tetapi juga menjadi barang yang dapat memantik pemikiran manusia. Anak-anak muda itu yang berkumpul sembari membaca, bukan hanya menjadi pemuda yang berbeda, tetapi selalu akan menjadi pemuda yang “beda” dalam menjadi pemuda. Membaca berarti menenggelami fenomena dunia kapan pun masanya. Cerita malam minggu Komunitas Mengkaji Pustaka di sana dengan kopdar lapakannya. Ruang terbuka hijau sebagai tempat konsep perpustakaan jalanan yang mereka gelar bukan saja untuk memanjakan anggota komunitasnya dengan koleksi buku bacaannya, tapi juga disediakan untuk masyarakat yang ingin membaca. Semangat menularkan virus literasi merupakan satu dari tidak terbatasnya tujuan-tujuan mereka, Komunitas Mengkaji Pustaka, supaya masyarakat lebih gemar membaca. Simpul-simpul keramaian di kota Cilacap merupakan tempat mereka melapakkan semua koleksi buku-bukunya. Tetapi minat baca masyarakat yang masih rendah tidak menutup mata mereka untuk tetap melapak; menjajakan dan berharap buku koleksinya yang dialasi dengan spanduk itu dibaca masyarakat. Membaca berbagai buku di lapakan itu gratis atau tidak dipungut biaya sepeserpun. Memang semangat membaca di balik gempitanya hiburan di sana—termasuk kemajuan teknologi sendiri—menjadi kecil peluangnya. Membaca saat ini memang bukan gaya hidup yang populer bagi pemuda. Membaca, popularitasnya masih di bawah pemuda-pemuda yang malam minggunya nongkrong dengan sepeda motornya, mobilnya, bahkan gantangan-gantangan burungnya. 18

Tetapi, dengan hobi; apakah hobi itu mempunyai kelas—di mana ada yang lebih berkelas dari hobi-hobi tersebut? Tentu tidak ada hobi yang tidak mempunyai kelas. Semua hobi sejatinya adalah berkelas. Oleh karenanya, hobi selalu ditunggu oleh mereka yang ingin mengobati kesuntukan hidupnya sebagai hiburan dan pengisi waktu luang merefresh kembali sepaneng-nya jalan pikiran sebagai manusia di abad ke-21. Karena akhirnya manusia hanya dipaksa bagaimana menjadi bahagia menjalani hidup ini dengan sumber daya yang ada, termasuk melayani hobi-hobinya sendiri untuk tidak terasing sebagai manusia. Dengan melayani hobi itu sendiri, mereka bukan hanya bahagia dengan bukunya, motornya, atau mobilnya sendiri. Namun kepuasan terhadap apa yang disenanginya itu bukan saja menambah wawasan dalam pergaulannya, tetapi juga pertemanannya melalui hobi-hobinya tersebut sebagai bingkai kehidupan manusia. Komunitas Mengkaji Pustaka Cilacap sendiri berdiri tahun 2017 yang lalu. Tentu kelatahan berkembangnya konsep perpustakaan jalanan di setiap kota besar seperti Bandung, Surabaya, dan Jogjakarta membawa modal komunitas Mengkaji Pustaka Cilacap dalam mempioneri semangat berliterasi khususnya di kota Cilacap. Masih rendahnya minat baca masyarakat sendiri tidak menyurutkan mereka untuk tetap melapak apa pun kondisinya. Mereka percaya bahwa “buku” sebagai media pengetahuan manusia dalam membuka cakrawala ilmu pengetahuan tentang dunia haruslah tetap dibaca—apa pun karya dari buku-buku tersebut. Koleksi buku Komunitas Mengkaji Pustaka sendiri bukan hanya buku-buku


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Majalah Apresiasi Edisi VI by LPM Apresiasi - Issuu