Laporan Akhir Studio Perancangan dan Pembangunan Kota

Kata pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya Laporan tugas besar Paseban Heritage Tourism di wilayah studi Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dapat diselesaikan sebagai salah satu produk akhir dari tugas besar Mata Kuliah Studio Perancangan dan Pembangunan Kota S1 Perencanaan Wilayah dan Kota. Penyusun menyadari bahwa tidak lepas dalam proses penyusunan tugas besar ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1.

Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayat-Nya

2.

Ibu Diah Intan Kusumo Dewi, S.T., M.Eng. dan Ibu Dr.Ing. Wakhidah Kurniawati, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing kelompok B2.1 yang telah memberikan bimbingan, masukan, kritik dan motivasi selama proses penyusunan laporan ini.

3.

Seluruh tim dosen Mata Kuliah Studio Perancangan dan Pembangunan Kota yang telah memberikan masukan dan kritikan, serta informasi dan data dalam penyusunan laporan ini.

4.

Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan motivasi

5.

Teman – teman anggota kelompok B2.1 yang bekerja sama dan memberikan semangat, motivasi antara satu sama lain.

6.

Pihak instansi yang telah memberikan informasi dan data baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan tugas besar ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu dalam pembangunan di masa yang akan datang. Kami berharap penyusunan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dan bagi kepentingan pengembangan dalam ilmu perencanaan wilayah dan kota.

Semarang, 26 Juni 2020

TIM STUDIO B2.1

BAB 1— PENDAHULUAN

1



Analisis Kriteria Tak Terukur



Latar Belakang



Analisis Kriteria Terukur



Diagram Alur Perencanaan



Analisis Elemen Estetika



Tujuan dan Sasaran



Analisis Citra Kota



Ruang Lingkup

BAB 6— HASIL DESAIN

BAB 2— KAJIAN TEORI

8



106

Urban Design Guide Lines Kawasan



Rural Tourism

Paseban Heritage Tourism



Sustainable Rural Tourism



Struktur Peruntukan Lahan



Heritage Tourism



Intensitas Pemanfaatan Lahan



Tata Bangunan



Sistem Ruang Terbuka dan Tata

BAB 3— PROFIL LOKASI PERANCANGAN 

12

Positioning Lokasi Perancangan Terhadap Kabupaten Klaten

Hijau 

Sistem Sirkulasi dan Jalur



Lokasi Perancangan



Analisis Skoring Justifikasi



Sistem Prasarana dan Utilitas

Deliniasi



SitePlan



Potensi Lokasi Perancangan



Perspektif



Masalah Lokasi Perancangan

BAB 7— MANAJEMEN PEMBANGUNAN



Isu Lokasi Perancangan

KAWASAN

BAB 4— KONSEP DESAIN

Penghubung

20



Manajemen Pengelolaan

126



Justifikasi Pemilihan Konsep



Logical Framework



Indikator Konsep



Konsep Manajemen Pengelolaan

BAB 5— ANALISA PERANCANGAN KAWASAN

Kawasan 28



Linear Responsibility



Analisis Karakteristik Aktivitas



Analisis Stakeholder



Analisis Karakteristik Pengguna



CPM dan Network Planning Analysis



Analisis Kebutuhan Ruang



Pembiayaan Kawasan



Hubungan Antar Ruang



Konsep Pembiyaan Pembangunan



Organisasi Ruang



Analisis Tapak



Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi



Zoning



Analisis Kelayakan Finansial



Analisis Infrastruktur

PENUTUP



Analisis Elemen Rancang Kota

DAFTAR PUSTAKA

Kawasan

LAMPIRAN

Gambar 1 Peta Administrasi Kabupaten Klaten 5 Gambar 2 Peta Administrasi Kecamatan Bayat 6 Gambar 3 Peta Administrasi Desa Paseban 6 Gambar 4 Peta Deliniasi Lokasi Perancangan 7

Gambar 5. Peta Orientasi Lokasi 14 Gambar 6. Peta Deliniasi Lokasi Perancangan 15 Gambar 7. Peta Potensi Kawasan Perancangan 17 Gambar 8. Peta Masalah Kawasan Perancangan 18 Gambar 9. Bagan Penentuan Isu Perancangan 19 Gambar 10. Penggunaan Ruang Kawasan Makam Sunan Giri saat Hari Biasa dan Libur 23

Gambar 11. Penggunaan Ruang Kawasan Makam Sunan Giri saat Malam Selawe 24 Gambar 12. Penggunaan Ruang Kawasan Makam Sunan Giri saat Haul Sunan 24 Gambar 13. Rute Integrasi Wisata Peninggalan Sunan Pandanaran 27 Gambar 14. Bagan Hubungan Antar Ruang 37 Gambar 15. Bagan Organisasi Ruang 37 Gambar 16 Siteplan Kawasan Paseban Heritage Tourism 108

Gambar 17 Siteplan Zona Kawasan Perancangan Paseban Heritage Tourism 109 Gambar 18 Visualisasi Struktur Peruntukan Lahan Mikro 110 Gambar 19 Visualisasi Performance Struktur Peruntukan Lahan Mikro 111 Gambar 20 Visualisasi Prescrptive KDB Intensitas Pemanfaatan Lahan 112 Gambar 21 Visualisasi Prescrptive KLB Intensitas Pemanfaatan Lahan 113 Gambar 22 Visualisasi Prescrptive GSB Intensitas Pemanfaatan Lahan 114

Gambar 23 Visualisasi Prescrptive Tata Bangunan 115 Gambar 24 Visualisasi Prescrptive Sistem Ruang Terbuka Publik 116 Gambar 25 Visualisasi Prescrptive Tata Hijau 117 Gambar 26 Visualisasi Prescrptive dan Performance Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan 118 Gambar 27 Visualisasi Prescrptive dan Performance Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum dan Pribadi 119 Gambar 28 Visualisasi Prescrptive dan Performance Sistem Sirkulasi Pejalan Kaki dan Sepeda 120

Gambar 29 Visualisasi Prescrptive dan Performance Tata Kualitas Lingkungan 121 Gambar 30 Visualisasi Prescrptive dan Performance Sistem Prasarana dan Utilitas bagian 1 122 Gambar 31 Visualisasi Prescrptive dan Performance Sistem Prasarana dan Utilitas bagian 2 123 Gambar 32. Peta Tahapan Pembangunan Kawasan Perancangan Desa Paseban berdasarkan Zoning 130 Gambar 33. Peta Pembagian Konsep Pengelolaan 139 Gambar 34 Diagram Critical Path Method 161

Gambar 35 Cash Flow dan Payback Period PPCP 183 Gambar 36 Cash Flow dan Payback Period BOO 190

Tabel 1. Analisis Skoring Justifikasi 16 Tabel 2. Potensi Kawasan Perancangan 17 Tabel 3. Masalah Kawasan Perancangan 18 Tabel 4. Karakteristik Aktivitas 30

Tabel 5. Proyeksi Jumlah Penduduk 32 Tabel 6. Proyeksi Jumlah Wisatawan 32 Tabel 7. Kebutuhan Ruang 33 Tabel 8 Logical Framework 131 Tabel 9 Justifikasi Konsep BOO 135 Tabel 10. Justifikasi Konsep PPCP 136

Tabel 11. Analisis Linear Responsibilty 140 Tabel 12. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Makam Sunan Pandanaran 143 Tabel 13. Analisis Stakeholder Eksisting Zona Makam Sunan Pandanaran 144 Tabel 14. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran 145 Tabel 15. Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran 145 Tabel 16. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Masjid Golo 146

Tabel 17. Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran 146 Tabel 18. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Masjid Golo 147 Tabel 19 . Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran 147 Tabel 20. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Sendang Maerakoco 148 Tabel 21 . Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran 148 Tabel 22. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Sendang Maerakoco 149

Tabel 23. Analisis Stakeholder Rencana Zona Sendang Maerakoco 150 Tabel 24. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Makam Pangeran Wuragil 151 Tabel 25. Analisis Stakeholder Eksisting Zona Makam Pangeran Wuragil 151 Tabel 26. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Makam Pangeran Wuragil 152 Tabel 27. Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Pangeran Wuragil 152 Tabel 28. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Penginapan 153

Tabel 29. Analisis Stakeholder Eksisting Zona Penginapan 153 Tabel 30. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Penginapan 153 Tabel 31. Analisis Stakeholder Rencana Zona Penginapan 154 Tabel 32. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Permukiman 154 Tabel 33 Analisis Stakeholder Eksisting Zona Permukiman 155 Tabel 34. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Permukiman 155

Tabel .35 Analisis Stakeholder Rencana Zona Permukiman 156 Tabel 36. Analisis Network Planning Analysis 157

Tabel 37 Cost Financial PPCP 162 Tabel 38 Benefit Financial PPCP 177 Tabel 39 Analisis Kelayakan Finansial PPCP 182 Tabel 40 Cost Financial BOO 184

Tabel 41 Benefit Financial BOO 188 Tabel 42 Analisis Kelayakan Finansial BOO 189 Tabel 43 Cost Sosial Ekonomi PPCP 191 Tabel 44 Benefit Sosial Ekonomi PPCP 196 Tabel 45 Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi PPCP 199 Tabel 46 Cost Sosial Ekonomi BOO 200

Tabel 47 Benefit Sosial Ekonomi BOO 201 Tabel 48 Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi BOO 202









Sunan Pandanaran merupakan salah satu murid Sunan Kalijaga. Beliau merupakan seorang Bupati Semarang. Beliau menyebarkan agama Islam di daerah Bayat.

Seiring berjalannya waktu, sektor pariwisata mengalami perkembangan yang cukup pesat untuk dinikmati setiap orang. Saat ini banyak jenis wisata yang disuguhkan, salah satunya adalah wisata pedesaan atau rural tourism. Rural tourism biasanya merupakan wisata yang terletak di kawasan pedesaan dengan menyuguhkan potensi-potensi lokal. Laju perkembangan wisata jenis tersebut cukup pesat karena potensi sekecil apapun jika dikelola dengan maksimal dapat mendatangkan wisatawan.

Namun, perkembangan wisata yang pesat dengan diikuti oleh kunjungan wisatawan dalam jumlah besar (mass tourism), terkadang dapat menjadi ancaman bagi kebrerlangsungan pariwisata dan kehidupan masyarakat sekitar. Ancaman yang timbul dari kedua hal tersebut dapat berupa kerusakan alam, polusi yang menyebabkan degredasi lingkungan, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu pengembangan pariwisata perlu direncanakan melalui suatu perencanaan yang sesuai dengan potensi dan masalah yang ada. Namun rencana yang telah dibuat juga harus diikuti oleh kegiatan untuk merealisasikan rencana yang ada yaitu kegiatan perancangan. Perancangan kota atau urban design adalah kelanjutan perencanaan kota sebab bagaimanapun hasil perencanaan kota belum dapat diimplementasikan tanpa adanya rancangan desain dari rencana yang disusun (Shirvani, 1985).

Salah satu konsep yang dapat diterapkan dalam merencanakan maupun merancang kawasan wisata pedesaan adalah Sustainable Rural Tourism. Konsep ini pada intinya merencanakan maupun merancang wisata pedesaan agar dapat menjadi pariwisata yang berkelanjutan.

Pariwisata berkelanjutan (UNWTO, 2005) sendiri adalah pariwisata yang memperhitungkan sepenuhnya ekonomi, sosial, dan lingkungan pada masa ini dan masa depan serta menangani kebutuhan pengunjung, industri, lingkungan serta masyarakat sekitar.

Salah satu kawasan wisata yang mengalami fenomana seperti ini adalah Kawasan Wisata Makam Sunan Pandanaran, yang merupakan rural tourism yang menyajikan nilai historis.

Kawasan perancangan yang dipilih dimana terletak di Desa Paseban Kecamatan Bayat dan berlokasi dekat dengan permukiman masyarakat yang memiliki karakteristik masyarakat desa.

Setiap tahunnya kawasan ini didatangi oleh banyak pengunjung sehingga dapat membawa perubahan yang dapat mengancam keberlanjutan baik dari segi lingkungan, ekonomi, maupun sosial budaya yang ada

Justifikasi Elemen-elemen Perancangan dan Pembangunan Kota Deliniasi Kawasan Perancangan

Identifikasi Isu, Potensi dan Permasalahan

Review Literatur

Penyusunan Konsep Desain Perancangan

Best Practice

Analisis Kawasan Perancangan

Analisis Pengguna, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

Analisis Infrastruktur

Analisis Kriteria Terukur

Analisis Elemen Rancang Kota

Analisis Tapak

Analisis Citra Kota Zoning

Analisis Estetika

Analisis Kriteria Tak Terukur

Siteplan

Amplop Bangunan

Urban Design Guidelines (UDGL) Manajemen Pembangunan Kawasan

tujuan Pembuatan laporan akhir ini bertujuan untuk mengetahui profil lokasi perancangan, rumusan masalah, arahan perancangan, dan manajemen Kawasan Makam Sunan Pandanaran.

sasaran 1.

Mengetahui profil termasuk positioning lokasi perancangan terhadap Kabupaten Klaten.

2.

Menentukan deliniasi kawasan perancangan beserta justifikasinya.

3.

Mengidentifikasi isu, potensi, dan masalah di kawasan perancangan.

4.

Merumuskan konsep desain perancangan dan manajemen sesuai dengan isu kawasan perancangan dan konsep Sustainable Rural Tourism.

5.

Menganalisis aktivitas, pengguna, menghitung kebutuhan ruang, hubungan kelompok antar ruang, serta organisasi ruang

6.

Menganalisis tapak dan zoning kawasan

7.

Menganalisis elemen- elemen rancang kota, kriteria tak terukur, kriteria terukur, citra kota, dan elemen estetika

8.

Menentukan desain rancangan pada Kawasan perancangan dengan menerapkan konsep Sustainable Rural Tourism

9.

Menyusun (UDGL)

Urban

10.

Menyusun kawasan

manajemen

Design

Guideline

pembangunan

ruang lingkup wilayah ruang lingkup Kabupaten Klaten 1.

Luas Kabupaten Klaten: 65.560 Ha

2.

Termasuk dalam Karesidenan Subosukowonosraten

3.

Kabupaten Klaten merupakan salah satu lumbung padi Indonesia.

4.

Memiliki potensi pariwisata, khususnya pada rural tourism Gambar 1. Peta Administrasi Kabupaten Klaten

Sumber: Bappeda Kabupaten Klaten, 2014

ruang lingkup Kecamatan Bayat 1.

Luas Kecamatan Bayat: 3.943 Ha

2.

Kecamatan Bayat memiliki fungsi sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan

3.

Sesuai dengan RTRW Kabupaten Klaten 2011-2031, Kecamatan Bayat memiliki potensi dalam pariwisata.

4.

Pertanian bukanlah salah satu sektor unggulan di Kecamatan Bayat, sehingga sektor pariwisata ditingkatkan agar masyarakar tidak selalu bergantung pada hasil pertanian.

Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Bayat

Sumber: Bappeda Kabupaten Klaten, 2014

ruang lingkup Desa Paseban 1.

Desa Paseban difungsikan sebagai Ibukota Kecamatan Bayat

2.

Desa Paseban memiliki potensi pada kebudayaan serta objek wisata.

3.

Kebudayaan yag ada di Desa Paseban adalah kerajinan budaya.

4.

Objek wisata di Desa Paseban yang menjadi daya tarik adalah kawasan Makam Sunan Pandanaran.

Gambar 3. Peta Administrasi Desa Paseban

Sumber: Bappeda Kabupaten Klaten, 2014

1.

Luas kawasan perancangan: 49 Ha

2.

Luas ruang terbangun lebih besar daripada ruang terbuka.

3.

Kawasan perancangan memiliki berbagai objek wisata religi.

4.

Kawasan perancangan juga memiliki Kawasan Cagar Budaya Pandanaran.

5.

Budaya yang dilestarikan di kawasan deliniasi adalah kerajinan gerabah.

6.

Kawasan deliniasi dilewati oleh Jalan Kolektor Sekunder, sehingga kawasan deliniasi mudah untuk dicapai.

Gambar 4. Peta Deliniasi Lokasi Perancangan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok B2, 2020

Ruang lingkup substansi Ruang lingkup substansi dalam laporan akhir ini adalah justifikasi dan deliniasi kawasan perancangan, profil kawasan perancangan, konsep desain perancangan, dan manajemen yang didasarkan dari konsep Sustainable Rural Tourism, analisis-analisis perancangan kawasan, hasil desain dan manajemen pembangunan kawasan. Profil kawasan perancangan sendiri menyangkut potensi, masalah dan isu yang ada dalam kawasan perancangan.







Sunan Pandanaran mempunyai nama lain yaitu Sunan Tembayat, karena beliau menyebarkan agama Islam dengan cara Patembayatan atau musyawarah. Sunan Pandanaran mengadakan pertemuan-pertemuan dengan masyarakat untuk membicarakan masalah agama Islam. Itulah awal mula kecamatan ini diberi nama BAYAT

Wisata pedesaan adalah berbagai atraksi dan kegiatan yang dilakukan di daerah pertanian atau non-perkotaan. Karakteristik utama dari rural tourism adalah ruang terbuka yang luas, tingkat pengembangan pariwisata yang rendah, dan kesempatan bagi wisatawan untuk langsung merasaka lingkungan alam dan pertanian (Irshad, 2010).

Rural tourism memiliki kriteria sebagai berikut (Lane, 1994): 1.

Terletak di kawasan pedesaan.

2.

Rural secara fungsional- ruang terbuka, kontak dengan alam, peninggalan, masyarakat tradisional, dan praktek tradisional.

3.

4.

Rural dalam skala- baik permukiman maupun bangunan- dan, oleh karena itu, biasanya berskala kecil.

Karakternya tradisional, perkembangannya perlahan dan secara organik, dan terkoneksi dengan keluargakeluarga lokal Ini akan sangat sering dikendalikan secara lokal dan dikembangkan untuk kebaikan jangka panjang daerah tersebut.

Faktor/kondisi yang paling penting untuk pengembangan pariwisata yang sukses di daerah pedesaan (rural tourism) menurut Wilson dkk, (2001): 1.

paket wisata yang lengkap,

2.

kepemimpinan masyarakat yang baik,

3.

dukungan dan partisipasi pemerintah daerah,

4.

cukup dana pariwisata,

5.

perencanaan strategis,

6.

koordinasi dan kerjasama antar pelaku bisnis dan kepemimpinan lokal,

7.

koordinasi dan kerja sama antara pengusaha pariwisata pedesaan,

8.

informasi dan bantuan teknis untuk pengembangan dan promosi pariwisata,

9.

biro konvensi dan pengunjung yang baik, dan (10) tersebar luas dukungan masyarakat untuk pariwisata.

untuk

pengembangan

Rural Tourism memiliki banyak manfaat potensial termasuk pertumbuhan lapangan

kerja, perluasan basis ekonomi, kembalinya populasi, peningkatan sosial, dan revitalisasi kerajinan lokal dan lain-lain.

Beberapa tipe rural tourism adalah heritage/cultural heritage tourism , nature based tourism/ecotourism, dan agri-tourism. Heritage tourism merujuk pada perjalanan waktu luang dengan tujuan utama untuk merasakan tempat atau kegiatan yang menggambarkan masa lalu.

Nature based tourism merujuk pada proses mengunjungi alam dengan tujuan menikmati pemandangan, termasuk cagar alam dan taman margasatwa. Lalu, agri-tourism merujuk pada kegiatan mengunjungi usaha pertanian dengan tujuan untuk kesenangan, edukasi, atau terlibat aktif dalam aktivitas pertanian (Irshad, 2010).

Kriteria aspek pariwisata berkelanjutan (Tseng dkk, 2018) adalah keadilan sosial, kontrol lokal, kesejahteraan masyarakat, budaya kekayaan, budaya tamu, budaya pariwisata, produksi berkelanjutan, manajemen teknologi, manajemen kualitas, kapasitas ekonomi, kemakmuran lokal, kualitas pekerjaan, integritas fisik, keanekaragaman hayati, efisiensi sumber daya, lingkungan bersih, sistem transportasi lokal yang berkelanjutan, adopsi standar lingkungan, pembagian informasi, berbagi pengetahuan, sinkronisasi keputusan, praktik yang lebih transparan, penyelarasan insentif, dan aktivitas lintas fungsional.

Sustainable rural tourism atau pariwisata

pedesaan yang berkelanjutan memiliki tujuan (Lane, 1994): 1.

Menjaga budaya dan komunitas setempat.

2.

Menjaga landskap dan habitat.

3.

Menjaga ekonomi pedesaan.

4.

Menjaga industri pariwisata dimana dapat bertahan dalam jangka panjang (promosi sukses dan memberikan pengalaman liburan yang memuaskan).

5.

karakter

dari

Mengembangkan pemahaman yang cukup, kepemimpinan dan visi diantara pembuat keputusan pada kawasan bahwa mereka menyadari bahaya dari terlalu bergantung pada kegiatan pariwisata dan terus bekerja untuk mencapai keseimbangan dan keberagaman ekonomi pedesaan.

Menurut National Trust for Historic Preservation (2010), Cultural Heritage Tourism didefiniskkan sebagai perjalanan untuk merasakan tempat, artefak, dan aktivitas yang benar-benar menggambarkan cerita (sejarah) dan orang-orang masa lalu dan sekarang, termasuk cultural historic dan natural resource.

Lalu menurut Partners for Livable Communities (2014), Cultural Heritage Tourism adalah aplikasi terkoordinasi dan mendukung satu sama lain antara budaya, peninggalan dan sumberdaya pariwisata untuk meningkatkan kualitas hidup komunitas secara keseluruhan.

Heritage Tourism mampu meningkatkan

ekonomi, menyediakan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, peningkatan penghasilan dan pajak daerah, peningkatan nilai sosial, memperkuat identitas kawasan, memelihara kebudayaan, dll (Umi Yuliati, Amad Saeroji, Yusana Sasanti Dadtun. 2016).

Sustainable rural tourism memiliki prinsip dasar, menurut UNWTO, sebagai berikut: 1.

Memenuhi kepuasan wisatawan dan masyarakat.

2.

Pemanfaatan SDA secara optimal.

3.

Menghormati budaya lokal yang dimiliki masyarakat.

4.

Memberi keuntungan sosial ekonomi untuk semua stakeholder.

5.

Monitoring berkala pada proses implementasi dan semua dampak yang mungkin muncul.

6.

Patisipasi semua stakeholder.

Menurut Ardika (2015), wisatawan yang mengunjungi situs sejarah dan atraksi budaya pada umumnya memiliki pendidikan tinggi, pendapatan lebih banyak, tinggal lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih banyak dibandingkan dengan jenis wisatawan pada umumnya.

Mereka biasanya akan mengunjungi (Partners for Livable Communities, 2014): 1.

Atraksi sejarah, landmark.

monumen

2.

Museum, galeri seni, atau teater.

3.

Festival, konser, pertunjukan.

4.

Permukiman atau komunitas penting secara budaya.

atau

atau

pertunjukan-

yang



    

Lokasi masjid sebagai salah satu tempat beribadah Sunan Pandanaran saat itu berada di Bukit Jiwo.

Lokasi tersebut memberikan arti tenang dan tinggi.

Kata paseban berasal dari kata seba, yang dalam bahasa jawa berarti menghadap. Jadi, Paseban adalah tempat yang digunakan untuk menghadap Tuhan.

Gambar 5. Peta Orientasi Lokasi

Sumber: Analisis Kelompok B21, 2020

makro

meso

1.

1.

Desa Paseban adalah ibukota Kecamatan Bayat, sebagai pusat pelayanan untuk Kecamatan Bayat.

2.

Desa Paseban memiliki fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa.

3.

Desa Paseban memiliki daya tarik wisata berupa Makam Sunan Pandanaran.

2.

3.

Kabupaten Klaten merupakan salah satu bagian dari wilayah Subosukawonosraten yang memiliki peran sebagai salah satu penyuplai beras nasional.

Kabupaten Klaten difungsikan sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), sedangkan Kecamatan Bayat yang berfungsi sebagai sistem perkotaan PPK, yaitu kawasan pusat pelayanan skala antar kecamatan.

Kecamatan Bayat unggul di sektor nonpertanian.

Kecamatan Bayat memiliki potensi industri kreatif, seperti kain tenun, batik tulis, batik kayu, dan gerabah.

mikro 1.

Wilayah perancangan berada di Desa Paseban dengan luas sebesar 49 Ha.

2.

Kawasan perancangan memiliki objek wisata unggulan yaitu Makam Sunan Pandanaran, sehingga dapat meningkatkan sektor perdagangan.

Kawasan perancangan berada di Desa Paseban dengan luas kawasan sebesar 49 Ha. Kawasan tersebut memiliki batas sebagai berikut: 1.

Utara: Jalan lingkungan

2.

Timur: Sungai Dengkeng

3.

Barat: Bukit Jiwo

4.

Selatan: Jalan Kolektor Sekunder, yaitu Jalan Raya Bayat

Gambar 6. Peta Deliniasi Lokasi Perancangan Sumber: Analisis Kelompok B21, 2020

justifikasi deliniasi 1.

2.

Makam Sunan Pandanaran 3. merupakan objek wisata unggulan di Kabupaten Klaten pada tahun 2018. Berdasarkan data pengunjung objek wisata Kabupaten Klaten tahun 2013-2018 DISBUDPARPORA, pengunjung Makam Sunan 4.

Pandanaran pada tahun 2018 sebanyak 141.200 jiwa atau 34% dari jumlah total pengujung objek wisata di Kabupaten Klaten.

Terdapat wisata jejak sejarah 5. berupa beberapa situs yang bisa dipelajari, antara lain Masjid Golo (didirikan oleh Sunan Pandanaran), Sendang Maerokoco, serta Makam Pangeran Wuragil (cucu Sunan Pandanaran).

Masjid Golo pada tahun 2010 ditetapkan menjadi Bangunan Cagar Budaya (BCB) yang dilindungi UndangUndang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya.

Aksesibilitas menuju Makam Sunan Pandanaran mudah karena dapat melewati jalan kolektor yang merupakan batas selatan kawasan perancangan, yaitu Jalan Raya Bayat.

Luas kawasan perancangan adalah sebesar 49 Ha, dengan pertimbangan kawasan merupakan pusat yang berkembang di sekitar wisata objek, yaitu Makam Sunan Pandanaran.

Tabel 1. Analisis Skoring Justifikasi

Aspek Tourism (Cooper, 2000); Pembobotan Aspek (Febrianingrum,2017)

Attraction

Nama Desa

Accessibility

Amenities

Ancillary

Jumlah

Skor

Bobot

Nilai

Skor

Bobot

Nilai

Skor

Bobot

Nilai

Skor

Bobot

Nilai

Paseban

4

0.25

1

4

0.18

0.72

4

0.21

0.84

4

0.14

0.56

3.12

Beluk

1

0.25

0.25

4

0.18

0.72

4

0.21

0.84

4

0.14

0.56

2.37

Ngerangan

3

0.25

0.75

1

0.18

0.18

4

0.21

0.84

3

0.14

0.42

2.19

Banyuripan

1

0.25

0.25

4

0.18

0.72

3

0.21

0.63

4

0.14

0.56

2.16

Kebon

3

0.25

0.75

3

0.18

0.54

2

0.21

0.42

3

0.14

0.42

2.13

Jarum

2

0.25

0.5

3

0.18

0.54

2

0.21

0.42

4

0.14

0.56

2.02

Gununggajah

3

0.25

0.75

2

0.18

0.36

1

0.21

0.21

3

0.14

0.42

1.74

Krakitan

4

0.25

1

1

0.18

0.18

1

0.21

0.21

2

0.14

0.28

1.67

Dukuh

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

2

0.21

0.42

2

0.14

0.28

1.31

Bogem

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

1

0.21

0.21

3

0.14

0.42

1.24

Jambakan

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

2

0.21

0.42

1

0.14

0.14

1.17

Tegalrejo

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

2

0.21

0.42

1

0.14

0.14

1.17

Talang

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

2

0.21

0.42

1

0.14

0.14

1.17

Nengahan

1

0.25

0.25

3

0.18

0.54

1

0.21

0.21

1

0.14

0.14

1.14

Krikilan

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

1

0.21

0.21

1

0.14

0.14

0.96

Tawangrejo

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

1

0.21

0.21

1

0.14

0.14

0.96

Wiro

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

1

0.21

0.21

1

0.14

0.14

0.96

Jotangan

1

0.25

0.25

2

0.18

0.36

1

0.21

0.21

1

0.14

0.14

0.96

Sumber: Hasil Analisis Kelompok B21, 2020

Gambar 7. Peta Potensi Kawasan Perancangan

Sumber: Analisis Kelompok B21, 2020 Tabel 2. Potensi Kawasan Perancangan

INDIKATOR

Ekonomi

Sosial Budaya

Lingkungan

POTENSI

1.

Makam Sunan Pandanaran merupakan wisata unggulan di Kecamatan Bayat, dengan jumlah pengunjung mencapai 141.200 per tahun

2.

Objek wisata Makam Sunan Pandanaran memiliki pasar seni, sehingga memungkinkan untuk membuka lapangan kerja baru untuk warga sekitar

1.

Terdapat peninggalan sejarah seperti Makam Sunan Pandanaran, Makam Pangeran Wuragil, dan Sendang Maerokoco

2.

Terdapat salah satu peningalan Sunan Pandanaran, yaitu Masjid Golo yang merupakan Bangunan Cagar Budaya (BCB), diatur oleh UU No. 1- tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya

3.

Adanya seni gerabah yang diturunkan secara turun temurun. Gerabah merupakan media Sunan Pandanaran untuk menyebarkan agama islam di Kecamatan Bayat

4.

Kebudayaan masih rutin dilakukan pada waktu-waktu tertentu, khususnya pada tanggal dan bulan yang dianggap sakral

1.

Terdapat Bukit Jiwo yang menjadi penyedia bahan baku untuk gerabah. Bukit Jiwo dapat dimanfaatkan khusus oleh warga setempat secara bebas.

Sumber: Analisis Kelompok B21, 2020

Gambar 8. Peta Masalah Kawasan Perancangan

Sumber: Analisis Kelompok B21, 2020 Tabel 3. Masalah Kawasan Perancangan

INDIKATOR

Ekonomi

Sosial Budaya

MASALAH

1.

Meskipun sudah disediakan pasar seni, tetapi masih banyak PKL yang berjualan di lahan parkir Makam Sunan Pandanaran.

1.

Belum ada kejelasan dalam kepengurusan objek wisata, sehingga objek wisata Makam Pangeran Wuragil dan Sendang maerokoco dibiarkan terbengkalai

2.

Belum dikembangkannya seni pembuatan gerabah sebagai atraksi wisata

3.

Objek wisata belum memiliki fasilitas untuk proses disinfektasi

4.

Minimnya pengetahuan mengenai sejarah keterkaitannya dengan objek wisata lainnya

5.

Belum adanya fasilitas untuk beristirahat untuk para pengunjung di jalur tangga

1.

Terjadi banjir di sepanjang Sungai Dengkeng karena adanya backwater dari Sungai Bengawan Solo, sehingga mengakibatkan jalan rusak dan aktivitas terhambat

2.

Belum ada alternatif lain dalam pemanfaatan bebas untuk tanah liat yang ada di Bukit Jiwo

3.

Jalan menuju objek wisata retak, berlubang, dan tidak memiliki lebar yang cukup untuk bus melakukan manuver.

Lingkungan

Sumber: Analisis Kelompok B21, 2020

Sunan

Pandanaran

serta

Berdasarkan potensi dan masalah yang ada dirumuskan isu atau permasalahan utama yaitu “Belum optimal dan terintegrasinya pengembangan sumber daya alam serta peninggalan masa sunan pandanaran sebagai potensi kawasan wisata di Desa Paseban”. Isu tersebut dikerucutkan dari tiga kelompok permasalahan yaitu kurangnya pengembangan potensi di kawasan perancangan, kurangnya fasilitas yang mendukung pariwisata, serta belum adanya alternatif pengganti bahan baku. Alur pikir penentuan isu dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Bagan Penentuan Isu Perancangan

Sumber: Analisis Kelompok B21, 2020





Penyebaran agama Islam oleh Sunan Pandanaran melaui media kerajinan seni gerabah yang sebelumnya sudah ada di kawasan Paseban.

Pembuatan gerabah secara miring merupakan salah satu upaya penerapan norma dalam agama islam mengenai pakaian tertutup yang dilakukan oleh perempuan pada masa itu.

Konsep yang akan dibawakan dalam perancangan kawasan adalah heritage tourism atau disebut juga wisata sejarah. Konsep ini diturunkan dari konsep besar yaitu Sustainble Rural Tourism dimana heritage tourism adalah salah satu tipe dari rural tourism dan merupakan wisata yang perlu dikelola secara berkelanjutan karena terkait peninggalan yang ditinggalkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Konteks heritage atau bersejarah pada kawasan perancangan adalah adanya Makam Sunan Pandanaran yang menjadi salah satu wisata sejarah karena merupakan makam tokoh bersejarah yaitu Sunan Pandanaran yang pada masa lampau mengajarkan islam di daerah Bayat. Selain itu juga karena adanya arsitektur masa lalu di Makam Sunan Pandanaran, misalnya gapura yang ukirannya memiliki gaya zaman Majapahit . Selain itu konteks sejarah juga dapat dilihat dari adanya sejarah budaya masyarakat berupa proses pembuatan gerabah yang sudah ada sejak masa lalu dan diteruskan dari generasi-generasi.

Gerabah Bayat sendiri memiliki kaitan dengan Sunan Pandanaran dimana gerabah digunakan sebagai media penyebaran islam oleh Sunan Pandanaran. Adanya sejarah yang saling terkait dan kuat di wilayah perancangan menjadikan konsep Heritage Tourism menjadi relevan di wilayah perancangan ini, dimana nantinya pengunjung akan disuguhi oleh arsitektur dan budaya yang bersejarah serta pengalaman mengunjung lokasi bersejarah yaitu Makam Sunan Pandanaran.

Sunan Pandanaran menyebarkan agama Islam dengan menggunakan budaya yang dapat diterima oleh masyarakat Bayat salah satunya adalah pembuatan gerabah.

Pembuatan gerabah di Bayat berbeda daripada pembuatan gerbah di daerah lain. Pembuatan gerabah dilakukan dengan posisi miring yang memudahkan pengerajin gerabah wanita yang menggunakan rok dalam pembuatannya.

Masjid Golo dibangun sekitar abad ke-16, berukuran 8 x 8 m dan telah mengalami renovasi dua kali. Yang pertama pada tahun 1980 oleh Departemen Agama dan Dinas Purbakala atau Depdikbud. Letak bangunan masjid 300 m dari makam Ki Ageng Pandanaran, persis di tepi jalan sebelah kiri dari arah Klaten ke Bayat dengan ketinggian lebih kurang 20 meter dari jalan. Masjid Golo merupakan bangunan bersejarah yang merupakan peninggalan Sunan Pandanaran. Masyarakat yang datang berziarah tidak semua mengetahui bahwa terdapat masjid yang merupakan peninggalan Sunan Pandanaan. Karena belum terdapat akses langsung menuju masjid darii letak makam dan keduanya dibatasi oleh permukiman.

Kajian Literatur Heritage Tourism merupakan konsep aktivitas wisata yang atraksinya berupa objek yang memiliki sejarah dan budaya lokal. Tujuan dari konsep wisata ini adalah menambah pengetahuan mengenai objek yang dituju (Yuliati dkk, 2016). Salah satu contoh konsep heritage tourism yang sudah diterapkan adalah di Kawasan Wisata Budaya Sunan Giri, Kota Gresik, dimana : a.

Ditetapkan sebagai potensi wisata budaya/sejarah dan alam (menurut RTBL) dimana memiliki luas 37,05 Ha.

b.

Terletak disekitar Makam Sunan Giri dan memiliki keterkaitan sejarah dengan Sunan Giri.

c.

Merupakan satu kesatuan wisata yang membentuk track perjalanan wisata meliputi, Makam Sunan Giri dan makam bersejarah lain, Situs Giri Kedaton, Parkir Sunan Giri, dan Telaga Pekat.

d.

Pengembangan yang telah dilakukan pada kawasan ini adalah penyediaan kelengkapan sarana-prasarana wisata dan pengembangan sektor indistri rumahan.

e.

Ruang di Makam Sunan Giri : parkir mobil & motor, toilet, tempat wudhu & cuci kaki, stand PKL, kantor yayasan Makam Sunan Giri, Makam utama Sunan Giri. kompleks masjid, pendopo, pasar wisata giri (Santoso dkk, 2014).

f.

Terdapat variasi penggunaan ruang di saat-saat tertentu misalnya hari-hari besar sebagai berikut.

Gambar 10. Penggunaan Ruang Kawasan Makam Sunan Giri saat Hari Biasa dan Libur

Sumber: Santoso dkk, 2014

Gambar 11. Penggunaan Ruang Kawasan Makam Sunan Giri saat Malam Selawe

Sumber: Santoso dkk, 2014

Gambar 12. Penggunaan Ruang Kawasan Makam Sunan Giri saat Haul Sunan

Sumber: Santoso dkk, 2014

Lalu dari aspek kepariwisataan menurut Cooper (1993) dalam Sugiama (2011), terdapat empat komponen yang harus dimiliki suatu obyek wisata, komponen tersebut yaitu : a.

Atraksi (attraction) merupakan produk utama dalam sebuah destinasi wisata. Atraksi ini berkaitan dengan what to do yaitu apa yang dapat dilakukan pada daya tarik wisata tersebut.

b.

Aksesibilitas (accessibilities) merupakan sarana dan infrastruktur untuk menuju daya tarik wisata. Akses jalan raya, ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu petunjuk jalan juga merupakan aspek yang penting bagi sebuah daya tarik wisata.

c.

Amenitas (amenities) merupakan segala fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di daya tarik wisata. Amenitas ini berkaitan dengan ketersediaan sarana akomodasi untuk menginap serta restoran atau warung untuk makan dan minum.

d.

Ancilliary, dimana terkait dengan keberadaan organisasi dan kelembagaan pengelolaan destinasi wisata.

Penerapan Konsep A.

Atraksi (attraction)

1)

Bentuk wisata menyusuri jejak sejarah Makam Sunan Pandanaran rute tersebut adalah Masjid Gholo – Makam Sunan Pandanaran – Makam Syekh Wuragil – Sendang Maerokoco (Pemandian Keluarga Sunan Pandanaran)

2)

Tujuan akhir pengunjung adalah pasar seni yang menjual oleh – oleh khas Kecamatan Bayat yaitu gerabah bayat dan batik.

3)

Sepanjang perjalan rute para pengunjung dapat menikmati secara langsung pembuatan gerabah miring yang dilakukan dihari hari tertentu di beberapa rumah masyarakat setempat

B.

Aksesibilitas (accessibilities) Untuk menuju kawasan selain bisa dengan mobil dan motor dapat juga dengan shuttle yang disediakan langsung dari lokasi parkir komunal berdekatan dengan kawasan perencanaan

C.

Amenitas (amenities) Penyediaan lokasi taman sebagai tempat istirahat pengunjung, penginapan, joglo peninggalan Sunan Pandanaran sebagai lokasi sarana hiburan di hari – hari tertentu, toilet dan fasilitas kesehatan serta akan di sediakan museum.

Penyediaan sarana kebersihan sebagai salah satu respon dari penyebaran virus Covid 19

D.

Ancilliary, Pengelolaan dilakukan oleh organisasi setempat yang dilakukan oleh BUMDes, Purbakala dan Instansi terkait

Pariwisata warisan budaya (heritage tourism) merupakan pariwisata yang memanfaatkan warisan atau peninggalan sejarah sebagai daya tarik wisata. Wisata heritage merupakan sebuah perjalanan yang dikemas dengan mengunjungi tempat yang dianggap mempunyai sejarah yang penting bagi sebuah daerah atau kota yang dapat menjadi daya tarik wisata. Di Desa Bayat terdapat potensi wisata yang dinilai dapat dikembangkan sebagai heritage tourism. Terdapat wisata jejak sejarah beberapa situs yang bisa dipelajari antara lain Masjid Golo yang dahulu diyakini dibangun di Gunung Jabalkat, sendang Maerokoco, Makam Pangeran Wuragil, hingga Makam Dadap Tulis. Makam Dadap Tulis adalah makam pertama Sunan Pandanaran. Kemudian, makamnya dipindah ke Cokro Kembang pada masa pemerintahan Sultan Agung. Kawasan heritage memiliki nilai sejarah yang tinggi dan dapat dinikmati hingga saat ini. Nilai sejarah yang terkandung merupakan sebuah keunikan dan karakter khas pada kawasan heritage. Keunikan dan karakter kawasan heritage tersebut berkaitan dengan sejarah perkembangan fisik sebuah kawasan.

Rencana pengembangan lokasi perancangan secara sederhana meliputi : 1. Sejarah dan situs budaya, yaitu Masjid Golo, Makam Sunan Pandanaran dan Pangeran Wuragil serta Sendang Maerakoco.

2. Pola kebudayaan yang memiliki ciri khas, seperti pengajian pada hari-hari tertentu.

3. Seni dan kerajinan tangan, yaitu gerabah.

4. Kegiatan ekonomi yang menjadi daya tarik wisatawan, seperti pembuatan gerabah.

5. Festival budaya serta museum dan fasilitas pendukung budaya, misalnya berupa museum sejarah terkait Sunan Pandanran.

6. Fasilitas wisata guna mendukung keberlangsungan ekologi Desa Paseban dan keberadaan situs warisan budaya tersebut.

7. Fasilitas kesehatan berupa titik titik lokasi penyemprotan disinfektan kepada pengunjung 8. Pengganti sumber daya tanah yang berad di Bukit Jiwo sebagai salah satu respon untuk keberlangsungan ekologi kawasan dengan tidak mengeksploitasi sumber daya yang ada

Lalu berdasarkan best practice Kawasan Wisata Makam Sunan Giri pengembangan yang dilakukan berupa pengintegrasian makam dan peninggalan yang lainnya menjadi satu kesatuan wisata yang terdiri dari Masjid Golo, Sendang Maerokoco, Makam Pangeran Wuragil, hingga makam pertama Sunan Pandanaran. Selanjutnya rute tersebut dilanjutkan ke kawasan Pasar Seni Desa Paseban. Rute atau track tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 13. Rute Integrasi Wisata Peninggalan Sunan Pandanaran

Sumber: Kelompok B21, 2020

Titik 1 merupakan Masjid Golo, titik 2 Makam Sunan Pandanaran, titik 3 Makam Pangeran Wuragil, titik 4 Sendang Merokoco, dan titik 5 Pasar Seni. Lalu terdapat rencana penyediaan kelengkapan dan perbaikan sarana-prasarana wisata dan pengembangan pembuatan gerabah oleh warga. Misalnya dalam bentuk pembenahan parkir mobil, motor dan bus, penambahan tempat wudhu & cuci kaki, pengadaan stand PKL dan kantor pengelola Makam Sunan Pandanaran, dan pengembangan pasar seni sebagai atraksi tambahan yang ada kaitannya dengan Sunan Pandanaran dan menjadi kawasan oleh –oleh serta terdapat kegiatan langsung pembuatan gerabah miring.













Terdapat Sendang Maerokoco yang letaknya tidak jauh dari lokasi Masjid Golo. Memiliki kedalamana 1.5 meter dahulu dijadikan tempat pemadian keluarga Sunan Pandanaran. Konon tempat Kyai Ageng Pandanaran menancapkan tongkatnya.

Aktivitas utama pada kawasan perancangan adalah aktivitas wisata, berupa wisata sejarah. Hal ini karena kawasan perancangan merupakan kawasan wisata Makam Sunan Pandanaran. Lalu karakterisrik aktivitas pada kawasan perancangan sebagai berikut.

Tabel 4. Karakteristik Aktivitas

Zona

Jenis Aktivitas

Bermukim Ibadah Belajar mengajar Kepemerintahan Kepemerintahan Hunian Umum Membeli sembako Pembuangan sampah Mengelola TPS 3R Menyimpan alat-alat daur ulang Menyimpan hasil pengelolaan sampah Mengelola area makam Menjaga tiket masuk untuk pengunjung Ziarah Bersuci Bersantai Menikmati pemandangan taman dan bersantai Beristirahat setelah menaiki tangga Metabolisme Beribadah Beristirahat dan tempat berkumpul Wisata Makam Menjual makanan dan minuman Sunan Jual beli oleh-oleh Pandanaran Jual beli bunga Buang Sampah Keamanan Kebersihan Memeriksa kesehatan dan membeli obatobatan Penyediaan jasa ojek Menjual batik dan hasil seni Pemberhentian dan menunggu kendaraan ke dan menuju area parkir Menarik uang Mengelola area masjid Menikmati pemandangan taman dan bersantai Wisata Buang Sampah Masjid Golo Kebersihan Bersuci Beribadah

Jenis Ruang Rumah Musholla SD Kantor Kelurahan BUMDes Warung/toko kelontong TPS 3R Kantor pengelola sampah Ruang penyimpanan alat Ruang penyimpanan produk Kantor pengelola Loket tiket Bangunan makam Tempat Wudhu Tempat duduk, gazebo Taman aktif dan ruang terbuka hijau Tempat duduk Toilet Mushola Pendopo Food court Pasar oleh-oleh Kios Bunga Tempat sampah Pos keamanan Ruang janitor

Posyandu Pangkalan ojek Pasar seni Halte ATM Center Ruang pengelola

Taman dan ruang terbuka hijau Tempat sampah Ruang janitor Tempat Wudhu Bangunan Masjid Golo

Zona

Jenis Aktivitas

Jenis Ruang

Mengelola area makam Ruang pengelola Menjaga tiket masuk untuk pengunjung Loket tiket Ziarah Bangunan makam Wisata Metabolisme Toilet Makam Bersuci Tempat Wudhu Pangeran Menikmati pemandangan taman dan Taman atau ruang terbuka hijau Wuragil bersantai Pengajian/sholawat Pendopo Buang Sampah Tempat sampah Kebersihan Ruang janitor Mengelola area sendang Ruang pengelola Rekreasi kebudayaan Sendang Maerokoco Menikmati pemandangan sendang dan Pendopo Payung bersantai Menikmati pemandangan sendang dan Pendopo Joglo bersantai Apresiasi budaya Open Theater Menyimpan barang-barang budaya Ruang Penyimpanan Maintenance Ruang Peralatan Bersuci Tempat wudhu Buang Sampah Tempat sampah Wisata Kebersihan Ruang janitor Sendang Maerokoco Metabolisme Toilet Produksi dan Demo Pembuatan Pasar gerabah Gerabah Memamerkan hasil gerabah Showroom Gerabah Menjual Produk Gerabah Pasar gerabah Rekreasi publik Kolam Hias Ibadah Masjd Mempelajari dan mengetahui sejarah Museum Parkir Mobil Tempat Parkir Pakir Masjid Tempat Parkir Pakir Komunal Wisatawan Tempat Parkir Sumber : Analisis Kelompok B21, 2020 Berhuni untuk sementara Homestay/penginapan Parkir Tempat parkir Bersantai Taman atau ruang terbuka hijau Penginapan Menjaga Penginapan Pos keamanan Kebersihan Ruang janitor Membeli sembako Warung/toko kelontong Sumber : Analisis Kelompok B21, 2020

Pada kawasan perancangan yang karaktersitiknya merupakan kawasan wisata, pengguna dalam kawasan ini pastilah para wisatawan. Namun, kawasan perancangan juga merupakan kawasan permukiman penduduk. Oleh karena itu dalam menganalisis pengguna dalam kawasan perancangan wisatawan dan penduduk yang ada perlu dianalisis.

Jumlah Penduduk Kawasan Data penuduk pada kawasan perancangan diambil dari data monografi Desa Paseban dan laju pertumbuhan penduduk diasumsikan sama dengan laju pertumbuhan penduduk Desa Paseban, yaitu 0,038 (4%). Maka, proyeksi penduduk pada 20 tahun mendatang pada kawasan perancangan adalah 3.858 jiwa.

Tabel 5. Proyeksi Jumlah Penduduk

Tahun 2015 2016 2017 2020 2025 2030 2035 2040

Jumlah (jiwa) 2598 2598 3085 1830 2205 2657 3202 3858

Sumber : Analisis Kelompok B21, 2020

Jumlah Pengunjung Wisata Berdasarkan data dari pengelola Makam Sunan Pananaran, jumlah pegnunjung pada Tahun 2013 sampai 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah. Tren pengunjung Makam Sunan Pandanaran dari Tahun 2013 - 2018 adalah tren positif atau cenderung meningkat dengan jumlah pengunjung terbanyak pada tahun 2015 kemudian turun di tahun 2016 dan 2017.

Jumlah pengunjung Makam Sunan Hal ini dikarenakan terdapat upaya Pandanaran diproyeksikan sampai tahun 2040 pembatasan jumlah wisatawan untuk menjaga menggunakan metode trendline atau keberadaan bangunan cagar budaya yang kecenderungan berdasarkan data-data di masa sudah tua dan rapuh. Pada tahun 2040, jumlah lalu. Setelah diproyesikan, jumlah pengunjung pengunjung diproyeksikan akan mencapai Makam Sunan Pandanaran mulai tahun 2020 150.895 jiwa. Komposisi wisatawan dilihat dari sampai 2040 akan mengalami tren positif atau kelompok umur, banyak dijumpai pada cenderung meningkat secara tidak signifikan. kelompok umur dewasa maupun tua.

Tabel 6. Proyeksi Jumlah Wisatawan

Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2020 2025 2030 2035 2040

Jumlah Pengunjung 126900 123100 152300 143300 126700 141200 132187 141652 145930 148762 150895

Sumber : Analisis Kelompok B21, 2020

Tabel 7. Kebutuhan Ruang

Zona

Jenis Aktivitas

Jenis Ruang

Jenis

Bermukim Ibadah Belajar mengajar

Rumah Penduduk Musholla Penduduk SD Penduduk Kantor Kelurahan Penduduk Kepemerintahan BUMDes Penduduk Warung/toko Membeli sembako Penduduk Hunian kelontong Umum Pembuangan sampah TPS 3R Penduduk Kantor pengelola Mengelola TPS 3R Penduduk sampah Ruang Menyimpan alat-alat daur ulang Penduduk penyimpanan alat Ruang Menyimpan hasil pengelolaan penyimpanan Penduduk sampah produk Total Sirkulasi (30%) Jumlah

Mengelola area masjid

Wisata Masjid Golo

Ruang pengelola Karyawan

Menikmati pemandangan taman dan Taman dan ruang Karyawan, bersantai terbuka hijau Pengunjung Karyawan, Buang Sampah Tempat sampah Pengunjung

Kebersihan Bersuci Beribadah

Ruang janitor

Karyawan

Karyawan, Pengunjung Bangunan Masjid Karyawan, Golo Pengunjung Total Sirkulasi (30%) Jumlah Tempat Wudhu

Standar Jumlah Luas total (luas x Keterangan Jumlah Jiwa Luas Unit unit)

Pengguna

3858 3858 3858 3858 3858

5

160 780 2080 140 140

576 2 1 1 1

92160 1560 2080 140 140

Rencana Rencana Eksisting Eksisting Eksisting

3858

650

3

1950

Rencana

3858

874

1

874

Rencana

3858

26

1

26

Rencana

3858

50

1

50

Rencana

3858

50

1

50

Rencana

Sumber

Survei Lapangan

99030 29709 128739

5

26

1

26

Rencana

3273

150

1

150

Rencana

3273

6

2

12

Rencana

5

44

1

44

Rencana

3273

6

4

23

Eksisting

3273

1000

1

1000

Eksisting

1255 377 1632

Nuefert Arsitek Data Best Practice Makam Sunan Giri Mujab, Syaiful. 2019. Resort Ekologis di Pantai Pasar Banggi Kabupaten Rembang Survei Lapangan

Zona

Jenis Aktivitas Mengelola area makam Menjaga tiket masuk pengunjung Bersuci Bersantai

Tempat Wudhu Tempat duduk, gazebo

Menikmati pemandangan taman Taman aktif dan bersantai terbuka hijau menaiki

dan

Toilet

Beribadah

Mushola

Beristirahat dan tempat Pendopo berkumpul Wisata Menjual makanan dan minuman Food court Makam Jual beli oleh-oleh Pasar oleh-oleh Sunan Kios Bunga Pandana Jual beli bunga Buang Sampah Tempat sampah ran Keamanan Pos keamanan

Menjual batik dan hasil seni

Ruang janitor dan

Posyandu Pangkalan ojek Pasar seni

Pemberhentian dan menunggu kendaraan ke dan menuju area Halte parkir

Menarik uang

Karyawan, Pengunjung

ruang

Pengunjung

Tempat duduk

Metabolisme

Kebersihan Memeriksa kesehatan membeli obat-obatan Penyediaan jasa ojek

Karyawan

Loket tiket Bangunan makam

setelah

Jenis

Kantor pengelola untuk

Ziarah

Beristirahat tangga

Pengguna

Jenis Ruang

Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan Karyawan Karyawan, Pengunjung Karyawan Karyawan, Pengunjung Pengunjung

ATM Center

Total Sirkulasi (30%) Jumlah

Penduduk, pengunjung

Standar Jumla Luas total Keterangan Jumlah Jiwa Luas h Unit (luas x unit)

Sumber

5

5

26

1

26

Eksisting

Nuefert Arsitek Data

3273

0

26

4

104

Eksisting

Kajian Akomodasi Wisata

1

4000

Eksisting

Survei Lapangan

8 3

47 72

Rencana Rencana

Survei Lapangn

Kusuma, Dyah. Perancangan Permukiman dan Rumah Tinggal Pengrajin Gerabah dengan Pendekatan Community Based Development. Design Thesis : Jurusan Arsitektur, Institur Teknologi Sepuluh Nopember

3273 3273

400 0 6 24

3273

146

1

146

Rencana

3273

7

4

28

Rencana

3273

29

14

402

Eksisting

3273

168

2

335

Eksisting

15

1

15

Eksisting

Survei Lapangan

3273 3273 3273 3273 3

425 272 272 6 16

17 28 5 4 2

7227 7615 1360 24 31

Rencana Rencana Rencana Rencana Rencana

Agung,Ahmad. Wisata Bahari Berbais Budidaya Ikan Kerapu di Kabupaten Tuban

10

44

2

88

Rencana

Best Practice Makam Sunan Giri Mujab, Syaiful. 2019. Resort Ekologis di Pantai Pasar Banggi Kabupaten Rembang

3273

78

4

312

Rencana

SNI 03-1733-2004

25

6

1

6

Eksisting

30

12

306

3580

Eksisting

3273

8

2

16

Rencana

Kep. Dirjen Perhubungan Darat No. 271/HK.105/DRJD/96

Rencana

Tika SE, Zulkifli H. Achmad (2012) Perancangan pusat kreativitas budaya Kabupaten Ende (NTT): Tema extending tradition. Undergraduate thesis, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

3273

3273

3858

0

4

4

16

25450 7635 33084

Survei Lapangan

Zona

Pengguna

Jenis Aktivitas

Jenis Ruang

Mengelola area sendang

Ruang pengelola

Karyawan

Rekreasi kebudayaan

Sendang Maerokoco

Karyawan, Pengunjung

Menikmati pemandangan sendang Pendopo Payung dan bersantai Menikmati pemandangan sendang Pendopo Joglo dan bersantai

Jenis

Standar

Jumlah

Jumlah Jiwa Luas Unit

Luas total (luas x Keterangan unit)

5

9

4

36

Rencana

3273

800

1

800

Eksisting

70

10

700

Eksisting

Pengunjung Pengunjung

3273

100

7

700

Eksisting

Karyawan, Pengunjung

3273

1200

1

1200

Rencana

Ruang Penyimpanan Karyawan

10

78

2

156

Rencana

Maintenance

Ruang Peralatan

10

26

2

52

Rencana

Bersuci

Tempat wudhu

3273

6

4

24

Rencana

3273

6

2

12

Rencana

5

44

1

44

Rencana

3273

29

2

58

Rencana

3273

300

2

600

Rencana

600

1

600

Rencana

300

2

600

Rencana

30

2

60

Rencana

300

1

300

Rencana

1200

1

1200

Rencana

400 200

1 1

400 200

Rencana Rencana

2500

1

2500 10242 3073 13315

Rencana

Apresiasi budaya Menyimpan budaya

Open Theater barang-barang

Buang Sampah Wisata Sendang Kebersihan Maerokoco Metabolisme

Tempat sampah Ruang janitor

Toilet

Produksi dan Demo Pembuatan Pasar gerabah Gerabah Memamerkan hasil gerabah

Showroom Gerabah

Menjual Produk Gerabah

Pasar gerabah

Rekreasi publik

Kolam Hias

Ibadah

Masjd

Mempelajari sejarah Parkir Mobil Pakir Masjid

dan

mengetahui

Pakir Komunal Wisatawan

Museum Tempat Parkir Tempat Parkir Tempat Parkir Total Sirkulasi (30%) Jumlah

Karyawan

Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Pengunjung Pengunjung Pengunjung

Sumber Nuefert Arsitek Survei Lapangan

Nuefert Arsitek Data

Best Practice Makam Sunan Giri

Zona

Jenis Aktivitas Berhuni untuk sementara Parkir

Penginapan

Bersantai Menjaga Penginapan Kebersihan Membeli sembako

Mengelola area makam Menjaga tiket masuk untuk pengunjung Ziarah

Metabolisme

Jenis Ruang Homestay/penginapan

Jenis Pengunjung Karyawan, Pengunjung

Tempat parkir Taman atau ruang terbuka hijau Pengunjung Pos keamanan Karyawan

Ruang janitor Warung/toko kelontong Total Sirkulasi (30%) Jumlah Ruang pengelola Loket tiket Bangunan makam

Toilet

Karyawan Pengunjung, penduduk

Karyawan Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung Karyawan, Pengunjung

Bersuci Wisata Tempat Wudhu Makam PanMenikmati pemandangan taman Taman atau ruang terbuka geran Pengunjung dan bersantai hijau Wuragil Karyawan, Pengajian/sholawat Pendopo Pengunjung Karyawan, Buang Sampah Tempat sampah Pengunjung Kebersihan

Ruang janitor

Standar Jumla Luas total h Jumla (luas x Jiwa Luas Unit h unit) 3273 7 195 126 24570

Pengguna

Karyawan

Keterangan

Sumber

Rencana

3273

50

30

1500

Rencana

3273

200

1

200

3273 3273

16 44

1 2

16 88

3273

650

8

5200

Rencana

Rencana Nuefert Arsitek Data

Mujab, Syaiful. 2019. ReRencana sort Ekologis di Pantai Rencana Pasar Banggi Kabupaten Rembang Rencana

5

26

1

31574 9472 41046 26

3273

26

1

26

Rencana

3273

1000

1

1000

Rencana

3273

29

2

57

Rencana

3273

6

4

23

Rencana

3273

150

1

150

Rencana

3273

75

6

450

Rencana

3273

6

2

12

Rencana

5

44

1

44

Total Sirkulasi (30%) Jumlah Total lahan yang terbangun Total Ruang Terbuka Luas Lahan Sumber : Analisis Kelompok B21, 2020

1789 537 2326 220141 269859 490000

Kajian Akomodasi Wisata

Best Practice Makam Sunan Giri Mujab, Syaiful. 2019.

Resort Ekologis di Pantai Rencana Pasar Banggi Kabupaten Rembang

Gambar 14. Bagan Hubungan Antar Ruang

Sumber : Analisis Kelompok B21, 2020

Gambar 15. Bagan Organisasi Ruang

Sumber : Analisis Kelompok B21, 2020

ANALISIS TAPAK

Kabupaten Klaten Terhadap Subosukawonosraten

Kabupaten Klaten merupakan salah satu bagian dari wilayah Subosukawonosraten yang memiliki peran sebagai salah satu penyuplai beras nasional. Selain itu, Kabupaten Klaten difungsikan sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah).

Kecamatan Bayat Terhadap Kabupaten Klaten

• Wilayah perencanaan berada di Kecamatan Bayat yangmana berfungsi sebagai sistem perkotaan PPK, dimana menjadi kawasan pusat pelayanan skala antar kecamatan.

• Kecamatan Bayat memiliki potensi industri kreatif, seperti kain tenun, batik tulis, batik kayu, dan gerabah. Produk industri kreatif tersebut sudah mencapai pasar internasional.

• Makam Sunan Pandanaran yang terletak di Kecamatan Bayat merupakan wisata religi utama di Kabupaten Klaten dan merupakan cagar budaya.

Desa Paseban Terhadap Kecamatan Bayat

•

•

•

Paseban adalah ibukota Kecamatan Bayat, sebagai pusat pelayanan untuk Kecamatan Bayat dan kecamatan disekitarnya. Desa Paseban memiliki fungsi sebagai kawasan pedagangan dan jasa.

Desa Paseban memiliki wisata religi, yaitu Makam Sunan Pandanaran dan Goa Maria Marganingsih. Makam Sunan mejadi daya tarik utama Kecamatan Bayat dan Kabupaten Klaten.

Desa Paseban juga memiliki potensi di sektor industri kreatif,, yaitu gerabah.

Wilayah Perancangan Terhadap Desa Paseban

• Wilayah perancangan berada di Desa Paseban dengan luas sebesar 49 Ha. Kawasan perancangan memiliki potensi pariwisata yang berupa Makam Sunan Pandanaran. Makam Sunan Pangandaran selalu ramai didatangi peziarah dari luar Bayat.

• Terdapat bangunan cagar budaya yaitu Kompleks Makam Sunan Pandanaran dan Masjid Gholo. Kedua bangunan tersebut termasuk peninggalan Sunan Pandanaran.

• Peninggalan Sunan Pandanaran yang lain adalah Makam Pangeran Wuragiil, dan Sendag Maerokoco.

DATA DAN ANALISIS

RESPON

• Kawasan perancangan dengan topografi datar (0-5%) dapat digunakan sebagai lahan terbangun seperti hunian, komersil, dan penginapan.

• Kawasan dengan kontur rapat (15-40%) digunakan sebagai kawasan wisata

Berdasarkan SNI Tata cara Perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan dimana kemiringan lereng maksimal pada 15% yang dapat dibangun.

1. Penempatan bangunan disesuaikan dengan kontur di Kawasan Bukit Jiwo. Untuk kawasan makam Sunan pandanaran yang akan tetap berada pada lokasi eksisting karena sebagai penghormatan pada Sunan Pandanaran 2. Peletakan bangunan untuk hunian, komersil, dan penginapan dilakukan pada zona yang aman yaitu dengan topografi datar (0-5%)

15-40%

5-15% 0-5%

RESPON

DATA DAN ANALISIS

Titik terendah : 112,5 mdpl (daerah-daerah dekat sungai) Titik tertinggi : 162,5 mdpl (Kompleks Makam Sunan Pandanaran)

Arah aliran air

• Kelerengan pada kawasan didominasi oleh kelerengan ladai, tetapi terdapat daerah berkontur disisi barat • Sungai yang berada di timur tapak menjadi badan air penerimaberada di kontur yang rendah sehingga air mengalir ke Sungai Dengkeng.

• Sunai Dengkeng merupakan sungai bertanggul sehingga sempadan sungainya selebar 3 m dari tepi luar tanggul.

water catchment area.

Daerah konservasi

• Aliran air bergerak dari Kawasan Makam Sunan Pandanaran  derah berkontur rendah di sisi timur  Sungai Dengkeng sebagai muara dan daerah disekitarnya (sejauh min. 3 m dari tepi luar kaki tanggul) menjadi daerah tangkapan airDearah konservasi.

• Drainase tersier (di sepanjang jalan lingkungan di kawasan)drainase sekunder (sepanjang jalan utama di kawasan perancangan)drainase primer (sepanjang jalan raya bayat dan jalan disamping sungai)Sungai Dengkeng

RESPON

DATA DAN ANALISIS

AKSESIBILITAS TINGGI

AKSESIBILITAS TINGGI

Aksesibilitas tinggi dilalui oleh hierarki jalan kolektor sekunder yaitu Jl. Bayat Raya yang merupakan jalan utama penghubung antar kecamatan

Pada kawasan beraksesibilitas tinggi akan direncanakan untuk kawasan perdagangan. Aktivitas perdagangan yang termasuk adalah perdagangan oleh-oleh, rumah makan dan pertokoan.

Aksesibilitas sedang dilalui oleh hierarki jalan lokal yang merupakan jalan penghubung antar desa

Sama halnya pada kawasan beraksesibilitas tinggi akan direncanakan untuk kawasan perdagangan.

Aktivitas perdagangan yang termasuk adalah perdagangan oleh-oleh, rumah makan dan pertokoan.

AKSESIBILITAS SEDANG

AKSESIBILITAS RENDAH

Aksesibilitas rendah dilalui oleh hierarki jalan lingkungan yang berada di dalam deliniasi. Aktivitas yang cocok berada pada kawasan beraksesibilitas rendah seperti hunian biasa dan penginapan

AKSESIBILITAS SEDANG

AKSESIBILITAS RENDAH

Pada kawasan beraksesibilitas rendah akan direncanakan untuk kawasan hunian. Hunian yang termasuk adalah hunian biasa dan homestay (penginapan).

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Sumer Kebisingan : Aktivitas pariwisata Makam Sunan Pandanaran

Sumber kebisingan berasal dari: 1.

Kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di hierarki jalan kolektor sekunder yaitu Jalan Bayat Raya 2.

Kendaraan pengangkut pengunjung pariwisata yang berupa rombongan yaitu bus KEBISINGAN TINGGI Zona kebisingan tinggi berada pada kawasan sekitar jalan kolektor dan kawasan pariwisata religi Makam Sunan Pandanaran KEBISINGAN RENDAH Zona kebisingan rendah dilalui oleh hierarki jalan lokal yang mengelilingi wilayah perencanaan

KEBISINGAN TINGGI • Pada zona kebisingan tinggi akan direncanakan untuk kawasan perdagangan (restaurant, ruko) dan pariwisata.

• Pada kawasan ini terdapat situs yang rentan rusak sehingga kebisingan perlu dikurangi melalui rencana pengurangan intensitas kendaraan dalam kawasan ini dengan memindahkan area parkir ke luar kawasan dan penanaman vegetasi peredam kebisingan.

KEBISINGAN RENDAH Zona kebisingan rendah akan direncanakan untuk kawasan hunian. Hunian yang termasuk adalah hunian biasa dan homestay (penginapan).

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Situs Makam Wuragil&Sendang terbengkalai

Bad View

Good View

VIEW TO SITE View to site ke arah wilayah perancangan adanya

• Masjid Gholo yang menjadi bangunan cagar budaya (BCB) • Kawasan Makam Sunan Pandanaran, makam wuragil, sendang maerokoco.

• Selain view diatas, view to site pada kawasan adalah permukiman

VIEW FROM SITE View from site pada bagian selatan merupakan perumahan yang terpisah-pisahkan oleh pepohonan dan tegalan dan lahan sawah. Arah Barat merupakan Bukit Jiwo. Sedangkan arah Timur adalah perumahan yang cukup padat dan Sungai Dengkeng

• Bad view pada sempadan Sungai Dengkeng, sendang maerokoco & makam wuragil dapat direvitalisasi untuk mendukung site, begitu pula pada kawasan permukiman yang terlalu padat di dekat kawasan Makam Sunan Pandanaran.

• Good view yang ada dipertahankan dan dikembangkan pemanfaatannya.

DATA DAN ANALISIS Arah Angin

Lintasan Matahari

• Data arah angin kawasan delineasi yang berada di Desa Paseban, Kecamatan Bayat diasumsikan sama dengan arah hembusan angin Kabupaten Klaten yaitu dari Selatan ke Barat • Matahari melintas dari arah timur ke arah barat Berdasarkan Joseph DeChioana (1978) bangunan ditempatkan memanjang arah timur dan barat di arah 30˚dan 60˚. Orientasi bangunan mengikuti sumbu ideal yaitu perpotongan antara sumbu lintasan matahari dan sumbu lintasan hembusan angin

RESPON Arah Angin

Lintasan Matahari

• Orientasi bangunan mengikuti sumbu ideal yaitu perpotongan antara sumbu lintasan matahari dan sumbu lintasan hembusan angin (arah barat laut).

• Bangunan yang berdekatan dengan Bukit Jiwo ditempatkan menghadap Bukit Jiwo (barat laut) sebagai upaya menghadapkan ke arah Makam Sunan Pandanaran (situs agama bersejarah).

DATA DAN ANALISIS

• Belum terdapatnya vegetasi yang berfungsi sebagai pengarah jalan yang biasanya diletakkan pada sisi jalan utama. Contoh : pohon cemara, pohon kelapa, pohon palm • Belum terdapatnya vegetasi peneduh di sepanjang jalan local yang berfungsi sebagai peredam kebisingan dan pemecah arus angin. Contoh : pohon mahoni • Belum terdapatnya pembatas kawasan yang ditandai dengan vegetasi tertentu yang diletakkan di sepanjang batas wilayah perencanaan

RESPON

Vegetasi Pengarah

Vegetasi Peneduh

Vegetasi Pembatas Kawasan

• Jenis vegetasi pengarah diletakkan pada koridor Jl.Bayat Raya yang merupakan jalan kolektor.

• Jenis vegetasi peneduh diletakkan pada sepanjang jalan lokal dan jalur wisata.

• Jenis vegetasi pembatas diletakkan di bagian utara dan barat wilayah perancanagan.

• Vegetasi khas daerah yaitu bunga kenikir akan ditanam pada setiap zona.

bunga kenikir

Kawasan perancangan terbagi menjadi 6 zonasi, yaitu : a. zona Makam Sunan Pandanaran, b. zona Masjid Gholo c. zona Makam Pangeran Wuragil, d. zona Sendang Maerakaca, e. zona permukiman dan f. zona homestay

c d a

Zona Homestay Zona ini menyediakan tempat tinggal sementara untuk peziarah Makam Sunan Pandanaran dan wisata lainnya.

f e b

Zona Permukiman Merupakan zona dimana seluruhnya adalah permukiman penduduk dengan mata pencaharian yang beragam.

Zona Makam Sunan Pandanaran, zona Makam Pangeran Wuragil, zona Masjid Gholo, dan zona Sendang Maerokoco.

Keempat zona ini merupakan bagian dari atraksi wisata pada kawasan perancangan, dengan atraksi utamanya terkait situs peninggalan masa Sunan Pandanaran yaitu Makam Sunan Pandanaran, Makam Pangeran Wuragil, Masjid Gholo dan Sendang Maerokoco

Analisis infrastruktur

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Jalur utama menuju Sendang Maerokoco &Makam Pangeran Wuragil

Main Entrance Side Entrance

Arah Kec. Wedi Arah Kec. Cawas

Jalur Pejalan Kaki

Arah Kec. Cawas Arah Kec. Wedi Pada wilayah perencangan terdapat tiga kelas jalan, yaitu : Jalan Lingkungan : Jl. Tanggul Kali Dengkeng dan jalan dikawasan permukiman dengan ukuran lebar jalan 2 m. Merupakan akses utama ke situs Makam Pangeran Wuragil dan Sendang Maerokoco.

Jalan Lokal : Jl. Makam Sunan Pandanaran dan Jl.Paseban dengan ukuran lebar jalan 3 m. Sering terjadi tundaan karena merupakan jalan utama menuju objek wisata yang ada.

Jalan Kolektor Sekunder : Jl. Raya Bayat-Wedi dengan ukuran lebar jalan ± 7 m sudah termasuk dengan kelengkapan jalan. Jl. Raya Bayat-Wedi merupakan akses utama untuk menghubungkan kecamatan Bayat dengan Kecamatan Wedi dan Cawas.

• Akan dibuat jaringan jalan lokal baru sebagai side entrance yang terhubung dengan jalan lokal eksisting, yaitu Jl.Paseban dengan ukuran lebar jalan 7 meter.

DATA DAN ANALISIS Jalur utama menuju Sendang Maerokoco &Makam Pangeran Wuragil

RESPON

Main Entrance Side Entrance

Arah Kec. Wedi Arah Kec. Cawas

Jalur Pejalan Kaki

Arah Kec. Wedi • Main Entrance untuk masuk ke kawasan perancangan harus bersifat jelas, berada di lokasi yang strategis, dan aman diletakkan dekat dengan jalur utama.

• Belum adanya side entrance untuk sirkulasi servis (mobil sampah, pemadam kebakaran, dsb) pada kawasan perancangan.

• Belum adanya jalur pejalan kaki di kawasan wisata makam sunan pandanaran. Pengadaan jalur pejalan kaki bertujuan untuk memberi keamanan dan kenyamanan kepada wisatawan karena banyaknya kendaraan bermotor akibat aktivitas wisata dan komersial.

Arah Kec. Cawas

• Main Entrance berada di perbatasan antara Kecamatan Bayat dengan Kecamatan Wedi yang dilalui oleh Jl. Raya Bayat-Wedi sebagai jalan utama. Main Entrance akan dibuat gapura dengan ornament gerabah dan terdapat tulisan “paseban” • Pengadaan jalur pejalan kaki bagi para wisatawan yaitu berada pada bagian Jalan Makam Sunan Pandanaran. Jalan Makam Sunan Pandanaran yang merupakan jalan lokal. Pengadaan jalur pejalan kaki didasari untuk mengantisipasi kecelakaan dan untuk dapat menikmati kawasan ini dengan seksama • Dalam rangka pengembangan situs sebagai objek wisata maka dilakukan pelebaran jalan untuk memperlancar akses, tetapi karena dibeberapa titik sisi kanan-kiri jalan padat bangunan rumah maka diperlukan penataan permukiman.

RESPON

DATA DAN ANALISIS

RESPON Jaringan Listrik pada Penerangan Jalan

Arah Kec. Wedi

Arah Kec. Cawas

Arah Kec. Cawas Arah Kec. Wedi • Ditemukan bahwa terdapat 5 rumah tangga tidak ada listrik di desa Paseban, asumsi 5 tersebut ada dalam delineasi.

• Terdapat 691 rumah dikawasan delineasi • 1 kawasan pariwisata religi dan 54 pertokoan, serta kawasan industri gerabah • 1 unit rumah diisi oleh rata – rata 5 orang.

• Di sepanjang jalan kolektor Bayat Raya masih ada spot spot yang belum tersedia lampu penerangan jalan • Konsidi lampu yang sudah ada di jalan kolektor Bayat Raya pun masih sangat minim dan tidak tertata rapi • Standar Penyediaan Kebutuhan Daya Listrik (SNI 03 – 1733 – 2004) bahwa jika pada kawasan yang memiliki 200 kVA listrik dibutuhkan 1 gardu listrik. Standar Kebijakan Penyediaan Listrik, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN 2013 – 2022 • SNI 7391 Tahun 2008 jalur lain untuk daerah komersil setiap 3 bangunan terdapat 1 lampu jalan. Untuk jalan lokal setiap 6 rumah terdapat 1 lampu jalan

• Estimasi tingkat kebutuhan listrik akan terus meningkat untuk 20 tahun yang akan datang bersamaan dengan meningkatnya jumlah populasi penduduk pada kawasan perancangan • Untuk meningkatan efisiensi dan efektivitas sistem jaringan listrik digunakan sistem bentangan udara maka dilakukan pembangunan trafo untuk menstabilkan energi yang terlepas dengan estimasi kehilangan energi sebesar 20% dari total pemakaian.

• Dibangun trafo phasa 3 dengan kapasitas 100, 160, 225, 300, 500, 630, 800, 1000 dan 5000 KVA • Dibangunnya trafo harus memenuhi standar jarang minimal dengan permukiman yaitu setidaknya 500 meter dari perumahan warga • Jalan Bayat Raya sebagai jalan utama kawasan perancangan dengan dua jalur, maka desain penampang untuk jalan kolektor adalah tipikal lengan tunggal yang berada di sisi kanan- kiri jalan dan jenis lampu yang digunakan yaitu Solar Panel Street Light atau Penerangan Jalan Umum

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Menara Telekomunikasi

yu

• Jaringan telekomunikasi yang tersedia lebih menekankan pada penyediaan jaringan seluler untuk telepon dan internet • Pada kawasan perancangan tidak terdapat menara telekomunikasi.

Walaupun tidak terdapat Menara komunikasi tetapi kualitas sinyal masih baik karena letak Menara telekomunikasi di luar site berada dekat dengan wilayah perancangan sehingga masih terjangkau oleh pelayanan menara telekomunikasi yang ada di Desa Paseban.

Jumlah penduduk 20 tahun mendatang Pt = 3858 Jumlah pelanggan seluler : P = x% x Pt = 85.52% x3858 = 3299.3616 Total trafik yang dibangkitkan pelanggan (Erlang) : T = P x b x 10-3 = 3299.3616 x 33 x 10-3 = 108.87 Mencari Jumlah BTS yang dibutuhkan : B = T / A = 108.87 / 55,33 = 1.9 Jumlah Menara Telekomunikasi Bersama : M = B / 3 =1.9 / 3 = 0,65 ≈1

Menara Telekomunikasi

• Berdasarkan perhitungan maka jumlah kebutuhan menara telekomunikasi pada tahun 2040 adalah 1 menara telekomunikasi dan sudah tersedia di dekat site sehingga pelayanan jaringan telekomunikasi wilayah perancangan tetap memanfaatkan layanan menara telekomunikasi eksisting di luar.

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Arah Kec. Wedi

Arah Kec. Wedi Arah Kec. Cawas

• Pada wilayah perancangan, terdapat jaringan drainase berupa drainase primer, sekunder, dan tersier.

• Drainase primer: Sungai Dengkeng; • Drainase sekunder: sepanjang jalan kolektor; • Drainase tersier: sepanjang jalan lokal dan lingkungan.

• Tidak semua jalan di wilayah perancangan memiliki drainase • Data yang diperlukan untuk menganalisis perencanaan saluran drainase adalah rata-rata curah hujan per jam, debit rencana periode ulang 5 tahun, kemiringan, dan luas daerah tangkapan air (DTA).

• Rata-rata curah hujan = 144 mm/bulan = 0,2 mm/jam • Luas DTA = 124 Ha = 1,24 Km2; Koefisien pengaliran/ limpasan adalah C=0,95 (untuk perkerasan aspal dan beton, karena area permukiman) • QP = 0,278 x 0,95 x 0,2 x 1,24 = 0,07 m3/detik. Debit rencana bersifat probabilistik. Dalam 5 tahun ada kemungkinan 1 kali terjadi limpasan air hujan dengan debit 0,07 m3/detik atau lebih besar.

Arah Kec. Cawas

• Debit rencana dengan curah hujan 0,2 mm/jam adalah 0,07 m3/detik dalam periode ulang 5 tahun.

• Saluran drainase tersier akan dibuat di sepanjang jalan lingkungan untuk menampung air hujan • Saluran drainase sekunder akan dibuat di sepanjang jalan lokal dan jalan kolektor yang berfungsi untuk menerima aliran air dari saluran drainase terseir dan menyalurkan ke saluran drainase primer.

• Jaringan drainase akan direncanakan dengan sistem tertutup.

• Penampang drainase yang ada di wilayah perancangan memiliki keterangan: • Lebar drainase: 50 cm atau menyesuaikan lebar pedestrian ways (Jalan kolektor&lokal) • Kedalaman drainase: 70 cm • Volume drainase:3500 cm3

70 cm 50 cm

DATA DAN ANALISIS

Arah Kec. Wedi

Septic Tank Komunal

RESPON

Arah Kec. Wedi

Septic Tank Komunal Arah Kec. Cawas

Arah Kec. Cawas

• Kecamatan Bayat menjadi salah satu kecamatan yang sudah Open Defecation FreeI atau penduduknya sudah tidak ada yang BAB sembarangan.

• Sistem pengelolaan sanitasi di kawasan perancangan umumnya menggunakan sistem sanitasi setempat (on site) untuk limbah dari toilet (black water) menggunakan teknologi air limbah domestic individual. Teknologi yang digunakan adalah tangki septik (septic tank) • Septic tank digunakan untuk pengolahan limbah tinja secara individu. Tangki septik menggunakan sistem terpisah dimana hanya mengolah limbah toilet (black water). Ukuran yang digunakan untuk 1 KK (5 orang) adalah: Panjang 1,6 meter, lebar 0,8 meter, dan tinggi 1,3 meter sehingga volume total adalah 1,66 m3 dengan periode pengurasan 3 tahun.

• Perencanaan sanitasi untuk pengolahan limbah, khususnya limbah black water, menggunakan pengolahan on site yaitu pengolahan individual secara terpisah dengan septic tank.

• Sedangkan untuk kawasan pariwisata menggunakan pengolahan limbah off site, dengan septic tank komunal.

DATA DAN ANALISIS

RESPON Bakal lokasi TPS, jauh dari permukiman

Arah Kec. Wedi

Arah Kec. Wedi Arah Kec. Cawas

• Pada wilayah perancangan belum memiliki sistem persampahan.

Masyarakat setempat mengelola sampahnya dengan cara membakar atau menimbun di halaman rumahnya. Masyarakat di wilayah perancangan memiliki peran aktif terhadap kebersihan lingkungan dengan kegiatan kerja bakti.

• Pada tahun 2040, penduduk di wilayah perencanaan diproyeksikan menjadi 3858 jiwa atau 772 KK (dengan asumsi 5 jiwa/KK).

• Kecamatan Bayat dimana wilayah perancangan berada tergolong sebagai kota kecil (jumlah penduduk <100.000) dan memiliki timbulan sebanyak 2,75 L/orang/hari atau 0,70 kg/orang/ hari.

Sehingga diproyeksikan pada tahun 2040 timbulan sampah di wilayah perancangangan sebanyak 274,23 m3/hari atau 69.804 kg/hari.

• Kebutuhan saran pendukung pengelolaan sampah diperlukan mulai dari wadah pengumpulan sampah dan pengangkutan sampah ke TPA.

Arah Kec. Cawas

Nantinya masyarakat diberikan edukasi mengenai memilah sampah organik agar empermudah pengolahannya Setidaknya setiap rumah membedakan tempat sampah organik dan non organik • Supaya lingkungan bersih dari sampah diperlukan wadah pengumpulan berupa TPS 3R tipe 2 dengan volume 300 m2 sebanyak 2 unit.

• Pola pengumpulan sampah adalah komunal tidak langsung dengan TPS sebagai tempat pengumpulan, 20 unit mobil sampah bervolume 1 m3 sebagai pengangkut dari sumber sampah dirumah bervolume 1 m3 sebagai wadah sumber sampah.

• Sumber sampah komunal diangkut menuju TPS setiap 2 hari sekali dengan 5x rotasi.

RESPON • Konsep Pengolahan Sampah 3R = konsep penanganan MINIMAL DESAIN BANGUNAN TPS 3R sampah dengan cara Reduce (mengurangi), Reuse Desain bangunan TPS 3R minimal memuat beberapa hal sebagai (menggunakan kembali) dan Recycle (daur ulang) sampah berikut: mulai dari sumbernya 1. Area penerimaan/dropping area; • Konsep yang digunakan adalah Tempat Pengolahan Sampah 2. Area pemilahan/separasi; (TPS) 3R tempat untuk dilaksanakannya kegiatan 3. Area pencacahan dengan mesin pencacah; pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran 4. Area komposting dengan metode yang dipilih; ulang skala kawasan 5. Area pematangan kompos/angin; • Konsep utama pengolahan sampah pada TPS 3R adalah 6. Mempunyai gudang kompos dan lapak serta tempat residu; untuk mengurangi kuantitas dan/atau memperbaiki 7. Mempunyai minimum kantor; karakteristik sampah, yang akan diolah secara lebih lanjut di 8. Mempunyai sarana air bersih dan sanitasi.

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah. TPS 3R diharapkan berperan dalam menjamin kebutuhan lahan yang semakin kritis untuk penyediaan TPA sampah di perkotaan. Hal ini sejalan dengan kebijakan nasional, untuk TPS 3R meletakkan TPA sampah pada hirarki terbawah, sehingga meminimasi residu saja untuk diurug dalam TPA sampah.

DATA DAN ANALISIS

• Pada wilayah perancangan belum ditemukan adanya hidran baik dipermukiman maupun di lokasi wisata • Sumber air bersih berasal dari sumur yang dibuat oleh warga secara swadaya dengan biaya kepengurusan 5000 rupiah perbulan • Kapitas literan per urmah bervariasi berdasarkan kebutuhan • Belum adanya pengarutan sistem pembagian air bersih di kawasan deliniasi Arah Kec. Wedi

Pamsimas

Arah Kec. Cawas

• Analisis sektor domestik delineasi adalah pada kota Kategori V (desa) • Konsumsi unit sambungan rumah 60 – 80 liter/orang/hari • Konsumsi unit hidran 20 – 40 liter/orang/ hari • Konsumsi unit non domestik (pariwisata) 0.1 – 0.3 liter/detik/ha • Konsumsi unit non domestik (industri besar) 0.2 – 0.8 liter/detik/ha • Kehilangan air 20% - 30% • Faktor jam puncak 1.75 hari maksimal • Cakupan pelayanan 70% Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996 • Menurut kriteria perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, maka : 1. Konsumsi sambungan rumah tangga : 70 liter/orang/hari.

2. Konsumsi sambungan hidran umum adalah : 30 liter/orang/hari.

3. Perbandingan antara sambungan rumah tangga dan hidran umum adalah : SR : HU = 70 : 30

DATA DAN ANALISIS • Analisis sektor domestik delineasi adalah pada kota Kategori V (desa) • Konsumsi unit sambungan rumah 60 – 80 liter/orang/hari • Konsumsi unit hidran 20 – 40 liter/orang/ hari • Konsumsi unit non domestik (pariwisata) 0.1 – 0.3 liter/detik/ha • Konsumsi unit non domestik (industri besar) 0.2 – 0.8 liter/detik/ha • Kehilangan air 20% - 30% • Faktor jam puncak 1.75 hari maksimal • Cakupan pelayanan 70% Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996 • Menurut kriteria perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, maka : 1. Konsumsi sambungan rumah tangga : 70 liter/orang/hari.

2. Konsumsi sambungan hidran umum adalah : 30 liter/orang/hari.

3. Perbandingan antara sambungan rumah tangga dan hidran umum adalah : SR : HU = 70 : 30 Sektor

Nilai

Satuan

Sekolah

5

Liter/murid/hari

Rumah sakit

200

Liter/bed/hari

Puskesmas

1200

Liter/unit/hari

Masjid

3000

Liter/unit/hari

Mushola

2000

Liter/unit/hari

Pasar

12000

Liter/hektar/hari

Komersial/ industri

10

Liter/hari

Berdasarkan SNI 19 2454 Tahun 2004, penempatan hidran kebakaran adalah sebagai beriku.

1. Untuk daerah komersial jarak antar kran kebakaran 100 meter 2. Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter 3. Jarak dengan tepi jalan minimum 300 meter 4. Apabila tidak memungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumursumur kebakaran

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040

Jumlah penduduk (jiwa)

3085 3650 4300 5070 5990 7060 8330 9830 11600 13690 16150 19060 22490 26530 31310 36940 43590 51440 60700 71620 84510 99720

Tingkat Layana n (%)

70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70% 70%

Jumlah Terlaya ni (jiwa)

2160 2555 3010 3549 4193 4942 5831 6881 8120 9583 11305 13342 15743 18571 21917 25858 30513 36008 42490 50134 59157 69804

Konsum si air rata – rata (liter/jiw a/hari) 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

Jumlah Pemakaia n (liter/hari ) 151165 178850 210700 248430 293510 345940 408170 481670 568400 670810 791350 933940 1102010 1299970 1534190 1810060 2135910 2520560 2974300 3509380 4140990 4886280

Kebutu han air (liter/ detik)

1.75 2.07 2.44 2.88 3.40 4.00 4.72 5.57 6.58 7.76 9.16 10.81 12.75 15.05 17.76 20.95 24.72 29.17 34.42 40.62 47.93 56.55

DATA DAN ANALISIS Sektor non domestik Fasilitas Peribadatan - Masjid Tahun

Unit

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040

Sektor non domestik Fasilitas Pertokoan

Konsumsi Air rata – rata (lt/unit/hari ) 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000 3000

Jumlah Pemakaian (liter/hari)

9000 9000 9000 9000 9000 9000 9000 9000 9000 9000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000 12000

Kebutuhan air (liter/detik)

0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14 0.14

Tahun

2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 2036 2037 2038 2039 2040

Unit

Jumlah pegawai (orang)

54 54 54 55 55 55 56 56 56 57 57 57 58 58 59 59 60 60 60 61 61 61

108 108 108 110 110 110 112 112 112 114 114 114 116 116 118 118 120 120 120 122 122 122

Konsumsi Air rata – rata (lt/unit/hari)

10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

Jumlah Pemakaian (liter/hari)

1080 1080 1080 1100 1100 1100 1120 1120 1120 1140 1140 1140 1160 1160 1180 1180 1200 1200 1200 1220 1220 1220

Kebutuhan air (liter/detik)

0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.013 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014 0.014

RESPON

Arah Kec. Wedi

Pamsimas

Arah Kec. Cawas

• Dalam rangka mengimbangi peningkatan kebutuhan air bersih dan mengkonservasi air tanah, pada kawasan perancangan akan diadakan jaringan PDAM, mengikuti jaringan jalan yang direncanakan.

• Dalam rangka efisiensi pemasangan jaringan PDAM maka kawasan perancangan terutama pada kawasan permukiman perlu ditata.

• Pengoptimalan penyediaan air bersih dengan Pamsimas yang ada dan pengurangan penggunaan sumur pribadi akan dilakukan dalam pengembangan kawasan perancangan.

Analisis elemen rancangan kota

DATA DAN ANALISIS

• •

Wilayah deliniasi didominasi oleh tata guna lahan permukiman.

Tata guna lahan yang mendukung guna ruang pariwisata berada di sekitar main entrance, berupa • Kawasan Objek Wisata Makam Sunan Pandanaran • Perdagangan • Homestay • Lahan Parkir

RESPON

Rencana tata guna lahan di kawasan perancangan mengembangkan pada: • Penambahan situs pendukung Makam Sunan Pandanaran • Sendang Maerokoco sebagai tempat permandian dan pencucian ibu dari Sunan Pandanaran • Makam Pangeran Wuragil sebagai tokoh pembantu Sunan Pandanaran • Kawasan Objek Wisata Makam Sunan Pandanaran • Toilet Umum • Perdagangan • Restoran • Penataan permukiman, untuk dapat mengintegrasikan situ-situs sejarah yang tersebar diperlukan pengintegrasian antar kawasan sehingga siperlukan struktur ruang yang jelas yang dilakukan melalui penataan kawasan permukiman, utamanya pada kawasan

DATA DAN ANALISIS Perdagangan

RESPON 60%

Permukiman

• KDB di kawasan perancangan saat ini sebesar 60% 70% • Persentase lahan terbangun di kawasan perancangan sebesar 46%, dimana lahan terbangun didominasi oleh permukiman dan perdagangan.

• Menurut Perda Kabupaten Klaten Nomor 11 Tahun 2011, Koefisien Dasar Bangunan berkisar 40% - 60% dari luas kavling.

• Diberlakukan dua perlakuan pengaturan KDB, yaitu untuk bangunan di sepanjang jalan lokal serta bangunan untuk perdagangan disekitar kawasan wisata dan bangunan yang berada jauh dari jalan lokal (kawasan permukiman). Yakni sebagai berikut : a) Bangunan yang berada di sepanjang jalan lokal dan bangunan di kawasan wisata (kawasan warna cokelat) yang difungsikan sebagai toko/warung memiliki KDB 60% yang semula 100%. 40% lahan difungsikan sebagai wadah resapan. b) Bangunan yang berada jauh dari jalan utama pada umumnya adalah rumah tempat tinggal. Bangunan ini memiliki KDB maksimal 60%.

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Kawasan Pusat Kepadatan Tinggi perlu penataan

• •

•

•

Berdasarkan peta citra di atas, kepadatan bangunan di kawasan perancangan tergolong padat di beberapa bagian. Pola kavling eksisting termasuk tidak teratur.

Hal tersebut menunjukkan ciri-ciri kawasan perancangan sebagai daerah perkampungan atau desa. Dapat dilihat dari peletakan kavling bangunan masih belum teratur.

Hal tersebut disebabkan karena rata-rata rumah penduduk di kawasan perancangan merupakan rumah-rumah swadaya yang kurang memperhatikan peraturan-peraturan dalam mendirikan rumah.

Kavling bangunan di kawasan perancangan cenderung padat pada daerah yang dekat dengan jalan kolektor utama (Jl. Bayat Raya) dan pada kawasan pariwisata Makam Sunan Pandanaran.

• •

•

Pengaturan kavling bertujuan untuk menata kavling agar lebih teratur daripada kondisi sebelumnya.

Pola penataan kawasan terpusat pada Makam Sunan Pandanaran.

Pembangunan kawasan secara keseluruhan akan mengarah ke Makam Sunan Pandanaran Penataan kavling dilakukan dengan 2 pola penerapan yaitu secara horizontal dan vertikal, horizontal untuk perumahan dan vertikal untuk penginapan.

DATA DAN ANALISIS

RESPON Museum&Panggung Budaya

• Ketinggian bangunan pada Kawasan Makam Sunan Pandanaran dan kawasan permukiman ratarata hampir sama, yaitu 4-5 meter.

• Terkecuali untuk makam Sunan Pandanaran yang berada di atas bukit memiliki ketinggian yang berbeda.

• Pada kawasan perancangan ketinggian bangunannya tidak akan dilakukan perubahan untuk mempertahankan karakteristik bangunan setempat.

• Kawasan pariwisata ini akan dibangun museum (10 m) dan panggung kebudayaan yang memiliki tinggi 3 – 4 meter untuk menampilkan pertunjukan kebudayaan.

DATA DAN ANALISIS

RESPON Kawasan Pusat Kepadatan Tinggi (jarak antar bangunan sempit) perlu penataan

• Jarak antar bangunan di sub kawasan perancangan wisata memiliki jarak yang bervariatif mulai dari yang berhimpitan antar satu sama lain sampai dengan yang memiliki jarak.

• Bangunan yang tidak berhimpitan atau yang cukup renggang memiiliki jarak sekitar 1 - 3 meter antar bangunan

• Jarak antar bangunan yang sangat sempit atau bahkan berhimpitan memberikan dampak yang buruk bagi penghuni karena sirkulasi udara dan cahaya yang sulit didapatkan serta pergerakan sesama penghuni privasinya terbatasi. Oleh karena itu diperlukan penataan.

• Jarak antar bangunan yang ideal (pada kawasan direncanakan sekitar 3 m) memberikan sirkulasi yang baik bagi penghuninya baik dalam udara, cahaya, maupun pergerakan manusianya. terutama di warung dan homestay yang membutuhkan ruang untuk pergerakan konsumen.

• Selain itu ruang-ruang yang tercipta dari jarak antar bangunan pada rumah warga dapat dimanfaatkan sebagai tempat beraktivitas bagi warga maupun untuk RTH.

DATA DAN ANALISIS

Terdapat 2 kelas jalan yang direncanakan, yaitu jalan kolektor dan jalan lokal.

• Jalan kolektor pada jalan utama yang dilalui untuk menuju kawasan perancangan, merupakan jalan penghubung antar kabupaten dengan aksesibilitas yang cukup tinggi.

• Jalan lokal pada kawasan perancangan yang digunakan untuk aktivitas masyarakat setempat dan juga untuk jalur keluar masuk bus wisata ke kawasan perancangan.

RESPON

Contoh: Penampang GSB untuk Jalan Lokal

• Garis sempadan bangunan pada kawasan perdagangan dibuat selebar 3 meter dengan fungsi antisipasi dari hambatan jalan yang timbul dari mobil – mobil yang berhenti.

GSB pada kawasan perdagangan dimanfaatkan sebagai sirkulasi penjual pembeli.

• GSB pada kawasan permukiman dimanfaatkan sebagai ruang untuk jalan dan diperlebar menjadi 2 meter.

DATA DAN ANALISIS

RESPON Peletakan Bangunan

SESUAIKAN KONTUR

Daerah kepadatan bangunan tinggi

• Kepadatan bangunan pada wilayah deliniasi termasuk kategori padat dan memiiki pola kavling eksisting yang memusat.

Daerah berkontur TEGAK LURUS

• Peletakan bangunan menyesuiakan bentuk kontur pada kawasan berkontur.

• GSB pada kawasan perdagangan dibuat selebar 3 meter dengan fungsi antisipasi dari hambatan jalan yang timbul dari mobil – mobil yang berhenti.

• GSB pada kawasan permukiman dimanfaatkan sebagai ruang untuk jalan dan diperlebar menjadi 2 meter.

• GSB tersebut dipengaruhi dari pola grid yang diterapkan pada kawasan perancangan (khususnya permukiman & homestay), serta dari hasil perhitungan kavling.

• Kepadatan bangunan berupa rumah yang tinggi disekitar kawasan wisata Makam Sunan Pandanaran perlu ditata ulang agar tidak menganggu kenyamanan baik wisatawan maupun penduduk (terkait aksesibilitas dan kebisingan).

• Bentuk bangunan pada unit rumah memiliki ukuran yang sama dan memiliki bentuk yang variatif (menyesuaikan kondisi). Ukuran bangunan mengikuti hasil perhitungan kebutuhan ruang pada kawasan perancangan.

DATA DAN ANALISIS

RESPON

v

RT berupa parkir

v

Kapasitas parkir eksisting di kawasan perancangan belum mencukupi untuk bus dan sirkulasinya belum sistematis, menyebabkan pengunjung parkir di badan jalan sehingga menimbulkan kemacetan. Lokasi parkir yang disediakan hanya sekitar 5 x 20 m yang mewadahi sekitar 5 bus.

Sirkulasi eksisting pada wilayah perancangan diantaranya adalah  Sirkulasi kendaraan berupa jalan lokal sekunder dua lajur dengan lebar 4 meter, yang hanya dapat memuat 1 bus, sehingga tidak bisa ketika terjadi persimpangan dengan kendaraan mobil.  Sirkulasi untuk pejalan kaki kurang optimal seperti atribut jalan berupa lampu jalan, tempat sampah, jalur pedestrian, penanda jalan, jalur hijau dan tempat duduk sehingga kurang terasa aman dan nyaman  Tidak adanya ciri khas pada sirkulasi barang maupun manusia yang menandakan telah memasuki Kawasan perancangan

Rencana sirkulasi dan parkir: a. Sirkulasi barang akan melalui bagian tenggara kawasan, kendaraan maksimal yang masuk adalah kendaraan dengan maksimal roda 4. Pengambilan sampah di kawasan hanya boleh dilakukan pada pukul 08 : 00 – 10 : 00. b. Pola sirkulasi manusia terjadi di lokasi parkir menuju lokasi pembelian karcis makam sunan pandanaran maupun wisata lainnya dan fasilitas pendukung. c. Parkir yang direncanakan sebagai parkir shuttle bus dengan asumsi pengunjung yang menggunakan bus adalah 60% dari total pengunjung/hari. 1 bus berkapasitas 25 orang. Maka jumlah bus: (60% x 414)/25 =10 bus, dan juga dan kendaraan wisatawan (maks. Roda 4) (dengan sistem keluar masuk parkir direncanakan akan dibedakan untuk pintu masuk parkir dan pintu keluar parkir).

DATA DAN ANALISIS

RESPON RTH berupa taman RTH berupa taman & sendang RT berupa parkir

Ruang Terbuka Non-Hijau Ruang terbuka non-hijau yang terdapat di Kawasan perancangan berupa lahan parkir dan jalur jalan Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau berupa lahan kas desa yang dimanfaatkan untuk pemakaman umum, serta pekarangan rumah akan tetapi tidak semua rumah memiliki pekarangan.

• Revitalisasi sendang sebagai ruang terbuka dan atraksi wisata.

• Penerapan jalur green belt di sepanjang koridor wisata religi dan permukiman.

• Jalur pedestrian terdapat street futniture berupa pohon angsana yang memiliki fungsi sebagai peneduh.

• Penambahan ruang terbuka hijau maupun non-hijau sebagai taman untuk beristirahat para pengunjung yang dilengkapi dengan ornamen dari kerajinan gerabah.

• Pengadaan RTH juga dipengaruhi dengan komposisi dari zona permukiman & zona homestay.

• Pengadaan sarana pencegahan penyebaran penyakit berupa gerabah padusan (untuk cuci tangan) pada ruang terbuka publik.

RESPON

DATA DAN ANALISIS

Jalur Pejalan Kaki Kawasan Wisata

• Pada kawasan perancangan yang merupakan daerah permukiman, pada jalan lokal maupun jalan lingkungan tidak terdapat jalur yang dikhususkan untuk pejalan kaki.

• Pada daerah pariwisata terdapat jalur pejalan kaki akan tetapi fungsi nya bukan sebagai jalur pejalan kaki, melainkan sebagai tempat berjualan PKL..

• Dimensi jalur pejalan kaki 1,5 meter di jalan lokal, dan 0,7 meter di jalan lingkungan • Pengadaan jalur pejalan kaki berupa tangga menuju makam sunan pandanaran dilengkapi dengan kursi untuk beristirahat mengingat pengguna yang datang kebanyakan lanjut usia, , sehingga para pejalan kaki sanggup & kuat untuk berjalan.

• Pada tiap kursi akan dilengkapi dengan gerabah dari tanah liat yang berisi air demi kenyamanan pengunjung karena suhu udara di daerah perancangan tergolong tinggi.

• Jalur pedestrian terdapat furniture berupa lampu jalan yang diletakkan setiap 10 meter. Dan dilengkapi dengan tempat sampah guna menjaga kebersihan lingkungan • Di beberapa spot pada anak tangga akan diberikan kanopi serta dilengkapi dengan tulisan atau gambar mengenai sejarah Sunan Bayat • Pemberian green belt sebagai batas jalur pedestrian dan jalur kendaraan agar lebih aman.

RESPON

DATA DAN ANALISIS

•

• •

Merupakan penunjuk berupa rambu lalu lintas yang berada di sepanjang jalan utama, Jalan Raya Bayat serta rambu penunjuk jalan/kawasan di persimpangan tiga Makam Pandanaran.

Kondisi penunjuk – penunjuk tersebut berdiri kokoh dan dapat terbaca.

Merupakan penunjuk masuk ke kawasan Makam Sunan Pandanaran dan Desa Wisata Paseban. Kondisi kedua penunjuk baik dan terbaca.

Tidak ada penunjuk arah yang jelas untuk menuju situs lain seperti masjid golo, sendang maerokoco dan makam pangeran wuragil.

•

Penanda untuk menuju makam sunan pandanaran dalam kondisi baik dan dapat dibaca. Diperlukan perawatan secara berkala untuk menjaga kondisi tersebut.

Penambahan penanda untuk menuju situs masjid golo, sendang maerokoco dan makam wuragil.

• •

Pendanda untuk tempat parkir hanya untuk shuttle bus Pemberian tanda nama jalan dalam tulisan arab

DATA DAN ANALISIS Revitalisasi dan mantainance situs sejarah

Situs Sejarah

Kawasan perancangan memiliki aset bersejarah berupa Makam Sunan Pandanaran.

Adapun elemen preservasi sebagai berikut Estetika : Makam Sunan Pandanaran memiliki arsitektur bangunan yang khas.

Bersejarah : Bangunan ini memiliki nilai sejarah bagi Sunan Pandanaran dan para pengikutnya.

Istimewa : Kawasan ini istimewa sebagai aset wisata dikarenakan letaknya yang strategis di Desa Paseban, Kecamatan Bayat.

RESPON

Berdasarkan aspek-aspek pelestarian tersebut dapat disimpulkan bahwa Makam Sunan Pandanaran patut dilestarikan sebagai salah satu aset bersejarah.

Tahapan preservasi yang telah dilakukan sebagai berikut : - Pembersihan kawasan - Pembentukan kelompok pengurus Pengadaan fasilitas pendukung situs Begitu pula dengan situs lain seperti sendang maerokoco, masjid golo dan makam pangeran wuragil

Diperlukan adanya upaya pelestarian baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk mempertahankan kawasan bersejarah Makam Sunan Pandanaran dengan situs lainnya.

Adapun rekomendasi tahapan pelestariannya adalah sebagai berikut : - Melakukan revitalisasi kawasan wisata Makam Sunan Pandanaran, Makam Wuragil dan Sendang Merokoco.

- Menjadikan kawasan Makam Sunan Pandanaran menjadi Objek Wisata Sejarah yang menawarkan view alam, pengalaman religi dan budaya jawa yang khas dengan situs pendukung lainnya seperti masjid golo, sendang maerokoco, dan makam pangeran muragil.

- Mengembangkan atraksi wisata membuat gerabah dan penempatan kerajinan gerabah sebagai ornamen di kawasan wisata, misalnya di taman-taman untuk melestarikan budaya membuat gerabah khas Bayat.

DATA DAN ANALISIS

Aktivitas pendukung disekitar kawasan wisata religi adalah perdagangan, peribadatan, pendidikan, permukiman dan industri gerabah

Pendidikan Peribadatan Perdagangan Industri Gerabah

RESPON

Berikut adalah activity support dengan Heritage Tourism sebagai main activity: a. Menyediakan gazebo di kawasan Makam Sunan Pandanaran untuk peziarah beristirhat. b. Menyediakan food court di sekitar kawasan penghubung antar situs. c. Terdapat kantor pusat informasi. d. Penempatan museum dan tempat pertunjukan sebagai saran edukasi mengenai sejarah Sunan Pandaran serta budayanya di sendang maerokoco

Analisis kriteria tak terukur

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Jalan Lokal

Jalan Kolektor

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil

Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

Sendang Maerokoco

Makam Sunan Pandanaran

Terdapat 2 kelas jalan yang direncanakan, yaitu jalan kolektor dan jalan lokal.

• Jalan kolektor pada jalan utama yang dilalui untuk menuju kawasan perancangan, merupakan jalan penghubung antar kabupaten dengan aksesibilitas yang cukup tinggi.

• Jalan lokal pada kawasan perancangan yang digunakan untuk aktivitas masyarakat setempat dan juga untuk jalur keluar masuk bus wisata ke kawasan perancangan.

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil

Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

• Kondisi jalan kolektor dioptimalkan menggunakan beton dengan lebar 11,5 meter, untuk melancarkan arus atau aksesibilitas kendaraan sekitar kawasan Makam Sunan Pandanaran.

• Jalan lokal sendiri dilakukan pelebaran jalan, menjadi 10 meter.

Jaringan jalan lokal di dalam kawasan perancangan juga dibuat menjadi rapi agar lebih mudah untuk diakses dan terbagi sesuai zona-zona di kawasan perancangan. Jalan lingkungan 7 meter.

Sendang Maerokoco

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Kawasan Makam Sunan Pandanaran

Pasar Seni Makam Sunan Pandanaran

•

•

• •

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil

Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

Permukiman pada kawasan perancangan terbagi untuk permukiman biasa, penginapan, dan juga permukiman untuk pengrajin gerabah.

Dengan kondisi bangunan tradisional pedesaan.

Bentuk massa bangunan Kawasan Makam Sunan Pandanaran tidak kontras terhadap gaya bangunan di sekitarnya. Serta tidak ada bangunan yang terlihat berbeda dengan yang lainnya.

Bentuk bangunan rumah adalah persegi panjang dengan bentuk memanjang ke samping.

Terdapat beberapa aktivitas pendukung seperti wisata edukasi gerabah, permukiman, penginapan, dll. di kawasan perancangan.

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil

Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

• Mempertahankan kondisi bangunan rumah permukiman yang masih tradisional jawa, untuk menunjukkan kentalnya sejarah di kawasan perancangan Makam Sunan Pandanaran.

• Optimalisasi aktivitas-aktivitas pendukung di sekitarnya seperti perdagangan berupa Pasar Seni yang menjual oleh-oleh dan pernakpernik khas dari kawasan perancangan Makam Sunan Pandanaran.

• Pengembangan aktivitas penginapan di sekitar Kawasan Wisata Makam Sunan Pandanaran.

• Pengembangan Sendang Maerokoco yang terbengkalai, memanfaatkannya untuk dijadikan sentra gerabah di kawasan Makam Sunan Pandanaran

DATA DAN ANALISIS

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil

Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

RESPON

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan livability di kawasan perancangan, yaitu: 1. Lebar jalan di kawasan perancangan, yang perlu dilakukan penyesuaian & fasilitas jalan untuk pejalan kaki.

2. Penyediaan RTH di kawasan perancangan yang masiih kurang dominan.

3. Fasilitas pendukung wisata.

4. Minimalisir kebisingan dari aktivitas-aktivitas di kawasan perancangan.

5. Mempertahankan nuansa budaya di kawasan perancangan.

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil

Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

Untuk meningkatkan livability di kawasan perancangan maka respon yang diberikan adalah: 1. Memperlebar jalan, perluasan area parkir (termasuk relokasi atau penataan PKL), dan pemisahan jalur masuk dan keluar kompleks pemakaman. Pelebaran trotoar.

2. Penyediaan ruang terbuka seperti taman dan ruang untuk beristirahat di sepanjang jalan pejalan kaki.

3. Peningkatan fasilitas di area wisata.

4. Penyediaan vegetasi untuk meredam kebisingan di sepanjang jalan, pekarangan rumah ataupun lahan kosong terutama yang berdekatan dengan area wisata.

5. Optimalisasi aktivitas pendukung seperti gerabah pada kawasan.

DATA DAN ANALISIS

•

•

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil

Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

RESPON

Sendang Maerokoco

Wisata Makam Sunan

Makam Sunan Pandanaran

Makam P. Wuragil

Wisata Edukasi Gerabah Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

Fisik : Bentuk bangunan di Makam Sunan Pandanaran yang berbentuk kompleks makam di bukit, lalu di bagian bawah terdapat pendopo, jalan masuk yang berupa gapura bertuliskan Makam Sunan Pandanaran. Selain itu terdapat peninggalan sejarah lainnya berupa Masjid Gholo dan Sendang Maerokoco. Selain itu, vegetasi juga dapat menjadi identity kawasan perancangan. Yang mana direncanakan vegetasi berupa pepohonan seperti pohon pisang & mangga, dan juga tanaman hias seperti kembang sepatu. Vegetasi dapat tersebar secara merata di kawasan perancangan, khususnya pada area wisata Non-Fisik : Citra Positif. Citra yang melekat pada aktivitas merupakan citra positif dikarenakan adanya aktivitas budaya seperti ziarah yang mendoakan leluhur, maupun perdagangan yang meningkatkan perekonomian penduduk di sekitar.

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

• Berdasarkan data dan analisis, respon yang dilakukan adalah membuat landmark sebagai identitas. Berupa gapura zaman Majapahit dan juga tugu gerabah. Landmark ini juga berfungsi sebagai signage atau patokan pada kawasan perancangan.

• Selain landmark, terdapat juga aktivitas-aktivitas pendukung di sekitarnya seperti perdagangan berupa kios-kios kecil dan juga pasar seni sebagai tempat perdagangan oleh-oleh, serta adanya aktivitas lain seperti penginapan dan juga permukiman di sekitarnya.

• Penambahan identitas berupa papan penunjuk arah terutama menuju Masjid Gholo dan Sendang Maerokoco agar pengunjung lebih mudah untuk menuju lokasi pariwisata.

• Penyediaan vegetasi seperti pepohonan dan bunga hias di kawasan perancangan.

DATA DAN ANALISIS

Wisata Makam Sunan Makam P. Wuragil Masjid Gholo

•

• • •

Wisata Edukasi Gerabah

Homestay Permukiman

RESPON

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

Sense pada kawasan perancangan dapat dilihat dari bangunan tempat tinggal (rumah) yang sebagian besar berbahan dasar tembok yang terbuat dari semen.

Rumah-rumah tertata dengan rapi dan teratur.

Memiliki lingkungan yang asri di zona permukiman.

Kawasan perancangan memiliki suasana dan nuansa yang ramai dikarenakan aktivitas pedagang dan para wisatawan yang datang ke kawasan perancangan.

Wisata Makam Sunan Makam P. Wuragil Masjid Gholo

Wisata Edukasi Gerabah

Sendang Maerokoco

Permukiman

Makam Sunan Pandanaran

Homestay

• Kondisi bangunan rumah pada kawasan mempertahankan lingkungan yang asri (terdapat halaman didepan rumah dengan vegetasi) dan juga tata letak yang rapi dan teratur serta arsitektur khas jawa untuk memberikan nuansa pedesaan.

• Menanam beberapa pepohonan di sekitar kawasan Makam Sunan Pandanaran untuk memberikan kesan asri di kawasan wisata.

• Optimalisasi aktivitas-aktivitas pendukung di sekitarnya seperti perdagangan dan juga penginapan yang menimbulkan kesan / nuansa keramaian pada kawasan perancangan.

• Melakukan pelestarian seni dan budaya dengan penyediaan ruang agar kekentalan budaya dan nuansa pedesaan lebih terasa, pemanfaatan Sendang Maerokoco untuk wisata edukasi gerabah.

• Perlunya atribut untuk menambah kekentalan budaya, seperti signage dari kerajinan gerabah.

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

Masjid Golo

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil

Homestay

Masjid Gholo

Permukiman

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

Pada kawasan perancangan, terdapat Makam Sunan Pandanaran yang menjadi salah satu bangunan heritage (peninggalan budaya) yang menjadi penanda dan view pada kawasan perancangan,.

Selain itu, Makam Sunan Pandanaran memiliki aktivitas utama berupa lokasi wisata ziarah dan lokasi pendukung lainnya seperti Sendang Maerokoco dan Masjid Gholo yang juga didukung dengan adanya kegiatan perdagangan di sekitarnya yang dapat dilihat sebagai view yang lain.

Wisata Makam Sunan

Wisata Edukasi Gerabah

Makam P. Wuragil Masjid Gholo

Homestay Permukiman

Sendang Maerokoco Makam Sunan Pandanaran

• From Site (Good View) Pada kawasan perancangan dirancang sebuah spot untuk melihat pemandangan keluar yang berupa Bukit Jiwo dan juga untuk berswafoto.

• To Site (Good View) 1. Landmark pada kawasan perancangan berupa gapura masuk Makam Sunan Pandanaran dan tugu gerabah.

2. Pengkonversian lokasi wisata lainnya seperti Masjid Gholo dan Sendang Maerokoco untuk wisata edukasi gerabah.

3. Melakukan integrasi antar lokasi agar menambah good view bagi pengunjung.

4. Pengadaan RTH berupa taman keluarga pada kawasan perancangan untuk memberikan kesan yang lebih menyejukkan.

Analisis kriteria terukur

Zona Hunian Umum 1. Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah (linf)

Keterangan: Iinf S

A

=Koefisien Pengambilan Air Tanah (Liter/Detik) = Koefisien penyimpanan air (0,001), artinya jika pada lahan seluas 100 m2 diambil 0,11 m3 air tanah, maka muka air tanah turun 1 m = Luas Lahan (m2)

Iinf = S x A = 0,001 x 99.030 m2 = 99,03 Liter/ menit = 1,65 Liter/ detik

2. Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah (Qinf) Keterangan: Qinf = Debit Infiltrasi (liter/detik) c = koefisien infiltrasi (lihat tabel) A = luas lahan (m2) I = Intensitas Infiltrasi = 7,678.10-8 m/detik Qinf = C x I x A = 1,7 x 7,678 x10^-8 m/det. x 99.030 m2 = 0,013 m3/ det = 13 liter/ det.

3. Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1Ha (Q1Ha) Keterangan: Q1Ha = Debit infiltrasi untuk tanah seluas 1 Ha (liter/detik/Ha) QInf = Debit Infiltrasi (liter/detik) A = luas lahan (Ha)

Q1Ha = (1Ha x Qinf)/A Q1Ha = (1 Ha x 13)/ 9,9Ha Q1Ha = 1,31 liter/ det./ Ha 4. Menentukan Luas Open Space (OS) OS= Iinf / Qinf = 1,65/1,31 liter/ det./ Ha = 1,3 Ha

5. Menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((9,9 Ha – 1,3 Ha) x 100% ) / 9,9Ha = 87% KETERANGAN: - KDB berdasarkan Perda Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 adalah 60% - KDB berdasarkan hasil hitungan adalah 87%

Zona Wisata Makam Sunan Pandanaran 1. Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah (linf) Keterangan: Iinf =Koefisien Pengambilan Air Tanah (Liter/Detik) S = Koefisien penyimpanan air (0,001), artinya jika pada lahan seluas 100 m2 diambil 0,11 m3 air tanah, maka muka air tanah turun 1 m A = Luas Lahan (m2) Iinf = S x A = 0,001 x 25.450 m2 = 25,45 Liter/ menit = 0,4 Liter/ detik 2. Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah (Qinf) Keterangan: Qinf = Debit Infiltrasi (liter/detik) c = koefisien infiltrasi (lihat tabel) A = luas lahan (m2) I = Intensitas Infiltrasi = 7,678.10-8 m/detik Qinf = C x I x A = 1,7 x 7,678 x10^-8 m/det. x 25.450 m2 = 0,003 m3/ det = 3 liter/ det.

3. Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1Ha (Q1Ha) Keterangan: Q1Ha = Debit infiltrasi untuk tanah seluas 1 Ha (liter/detik/Ha) QInf = Debit Infiltrasi (liter/detik) A = luas lahan (Ha)

Q1Ha = (1Ha x Qinf)/A Q1Ha = (1 Ha x 3)/ 2,6Ha Q1Ha = 1,2 liter/ det./ Ha 4. Menentukan Luas Open Space (OS) OS= Iinf / Qinf = 0,4/3 liter/ det./ Ha = 0,13 Ha 5. Menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((2,6 Ha – 0,13 Ha) x 100% ) / 2,6Ha = 95%

KETERANGAN: - KDB berdasarkan Perda Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 adalah 60% - KDB berdasarkan hasil hitungan adalah 95%

Zona Wisata Masjid Gholo 1. Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah (linf) Keterangan: Iinf =Koefisien Pengambilan Air Tanah (Liter/Detik) S = Koefisien penyimpanan air (0,001), artinya jika pada lahan seluas 100 m2 diambil 0,11 m3 air tanah, maka muka air tanah turun 1 m A = Luas Lahan (m2) Iinf = S x A = 0,001 x 1.255 m2 = 1,255 Liter/ menit = 0,02 Liter/ detik 2. Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah (Qinf) Keterangan: Qinf = Debit Infiltrasi (liter/detik) c = koefisien infiltrasi (lihat tabel) A = luas lahan (m2) I = Intensitas Infiltrasi = 7,678.10-8 m/detik Qinf = C x I x A = 1,7 x 7,678 x10^-8 m/det. x 1.255 m2 = 0,0002 m3/ det = 0,2 liter/ det.

3. Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1Ha (Q1Ha) Keterangan: Q1Ha = Debit infiltrasi untuk tanah seluas 1 Ha (liter/detik/Ha) QInf = Debit Infiltrasi (liter/detik) A = luas lahan (Ha) Q1Ha = (1Ha x Qinf)/A Q1Ha = (1 Ha x 0,2)/ 0,13Ha Q1Ha = 1,5 liter/ det./ Ha 4. Menentukan Luas Open Space (OS) OS= Iinf / Qinf = 0,02/0,2 liter/ det./ Ha = 0,1 Ha 5. Menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((0,13 Ha – 0,1 Ha) x 100% ) / 0,13Ha = 23% KETERANGAN: - KDB berdasarkan Perda Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 adalah 60% - KDB berdasarkan hasil hitungan adalah 23%

Zona Wisata Makam Pangeran Wuragil 1. Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah (linf) Keterangan: Iinf =Koefisien Pengambilan Air Tanah (Liter/Detik) S = Koefisien penyimpanan air (0,001), artinya jika pada lahan seluas 100 m2 diambil 0,11 m3 air tanah, maka muka air tanah turun 1 m A = Luas Lahan (m2)

Iinf = S x A = 0,001 x 1.789 m2 = 1,8 Liter/ menit = 0,03 Liter/ detik 2. Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah (Qinf) Keterangan: Qinf = Debit Infiltrasi (liter/detik) c = koefisien infiltrasi (lihat tabel) A = luas lahan (m2) I = Intensitas Infiltrasi = 7,678.10-8 m/detik Qinf = C x I x A = 1,7 x 7,678 x10^-8 m/det. x 1.789 m2 = 0,0002 m3/ det = 0,2 liter/ det.

3. Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1Ha (Q1Ha) Keterangan: Q1Ha = Debit infiltrasi untuk tanah seluas 1 Ha (liter/detik/Ha) QInf = Debit Infiltrasi (liter/detik) A = luas lahan (Ha) Q1Ha = (1Ha x Qinf)/A Q1Ha = (1 Ha x 0,2)/ 0,2Ha Q1Ha = 1 liter/ det./ Ha 4. Menentukan Luas Open Space (OS) OS= Iinf / Qinf = 0,03/0,2 liter/ det./ Ha = 0,15 Ha 5. Menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((0,2 Ha – 0,15 Ha) x 100% ) / 0,2Ha = 25% KETERANGAN: - KDB berdasarkan Perda Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 adalah 60% - KDB berdasarkan hasil hitungan adalah 25%

Zona Wisata Sendang Maerokoco 1. Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah (linf) Keterangan: Iinf =Koefisien Pengambilan Air Tanah (Liter/Detik) S = Koefisien penyimpanan air (0,001), artinya jika pada lahan seluas 100 m2 diambil 0,11 m3 air tanah, maka muka air tanah turun 1 m A = Luas Lahan (m2)

3. Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1Ha (Q1Ha) Keterangan: Q1Ha = Debit infiltrasi untuk tanah seluas 1 Ha (liter/detik/Ha) QInf = Debit Infiltrasi (liter/detik) A = luas lahan (Ha)

Iinf = S x A = 0,001 x 10.242 m2 = 10,2 Liter/ menit = 0,2 Liter/ detik 2. Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah (Qinf) Keterangan: Qinf = Debit Infiltrasi (liter/detik) c = koefisien infiltrasi (lihat tabel) A = luas lahan (m2) I = Intensitas Infiltrasi = 7,678.10-8 m/detik Qinf = C x I x A = 1,7 x 7,678 x10^-8 m/det. x 10.242 m2 = 0,0013 m3/ det = 1,3 liter/ det.

4. Menentukan Luas Open Space (OS)

Q1Ha = (1Ha x Qinf)/A Q1Ha = (1 Ha x 1,3)/ 1,02Ha Q1Ha = 1,3 liter/ det./ Ha

OS= Iinf / Qinf = 0,2/1,3 liter/ det./ Ha = 0,15 Ha 5. Menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((1,02 Ha – 0,15 Ha) x 100% ) / 1,02Ha = 51% KETERANGAN: - KDB berdasarkan Perda Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 adalah 60% - KDB berdasarkan hasil hitungan adalah 51%

Zona Penginapan 1. Menentukan Koefisien Pengambilan Air Tanah (linf) Keterangan: Iinf =Koefisien Pengambilan Air Tanah (Liter/Detik) S = Koefisien penyimpanan air (0,001), artinya jika pada lahan seluas 100 m2 diambil 0,11 m3 air tanah, maka muka air tanah turun 1 m A = Luas Lahan (m2) Iinf = S x A = 0,001 x 31.574 m2 = 31,6 Liter/ menit = 0,6 Liter/ detik 2. Menentukan Debit Infiltrasi Air Tanah (Qinf) Keterangan: Qinf = Debit Infiltrasi (liter/detik) c = koefisien infiltrasi (lihat tabel) A = luas lahan (m2) I = Intensitas Infiltrasi = 7,678.10-8 m/detik Qinf = C x I x A = 1,7 x 7,678 x10^-8 m/det. x 31.574 m2 = 0,004 m3/ det = 4 liter/ det.

3. Menentukan Debit Infiltrasi untuk Tanah Seluas 1Ha (Q1Ha) Keterangan: Q1Ha = Debit infiltrasi untuk tanah seluas 1 Ha (liter/detik/Ha) QInf = Debit Infiltrasi (liter/detik) A = luas lahan (Ha) Q1Ha = (1Ha x Qinf)/A Q1Ha = (1 Ha x 4)/ 3,16Ha Q1Ha = 1,3 liter/ det./ Ha

4. Menentukan Luas Open Space (OS) OS= Iinf / Qinf = 0,6/4 liter/ det./ Ha = 0,15 Ha 5. Menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) KDB = ((A-OS) x 100%) / A = ((3,16 Ha – 0,15 Ha) x 100% ) / 3,16Ha = 95% KETERANGAN: - KDB berdasarkan Perda Kabupaten Klaten No. 11 Tahun 2011 adalah 60% - KDB berdasarkan hasil hitungan adalah 95%

Ketinggian Bangunan 1. Perhitungan berdasarkan Jalur Lintasan Pesawat Terbang Jarak lokasi perancangan ke bandara terdekat, yaitu : • Bandara Adisucipto (27 km) • Bandara Adisumarmo (40 km) Jarak tersebut berada pada jarak > 9000m yang tidak termasuk dalam perhitungan jalur lintasan pesawat terbang, maka tidak dilakukan perhitungan 2. Perhitungan berdasarkan FAR (Per Zona) FAR Hunian Umum = Total Luas Lahan / Luas Lantai Dasar = 9,9 Ha / (87% x 9,9) = 9,9 / 44,1 = 1,2 (6 lantai) FAR Makam Sunan = 2,6 Ha / (95% x 2,6) Pandanaran = 2,6 / 2,47 = 1,1 (6 lantai) FAR Masjid Golo = 0,13 Ha / (23% x 0,13) = 0,13 / 0,03 = 4,3 (12 lantai) FAR Makam = 0,2 Ha / (25% x 0,2) Pangeran Wuragil = 0,2 / 0,05 = 4 (12 lantai) FAR Sendang = 1,02Ha / (51% x 1,02) Maerokoco = 1,02 / 0,52 = 2 (6 lantai) FAR Penginapan = 3,16 Ha / (95% x 3,16) = 3,16 / 3 = 1,1 (6 lantai)

3. Perhitungan berdasarkan ALO Diketahui : Jd = 2,5 m, Jb = 1,5 m, Is = 40 m, α = 45° Maka: htot = 0,5 (Jd + Is + Jb) tg α = 0,5 (2,5 + 1,5 + 40) tg 45° = 0,5 x 44 x 1 = 22 m h’ = htot - 1,5 tg α = 22 m – 1,5 tg 45° = 22 – 1,5 = 20,5 m -- 5 lantai Dari ketiga perhitungan maka, lantai maksimal yang boleh dibangun adalah 5 lantai.

Jarak Antar Bangunan Analisis jarak antar bangunan merupakan analisis yang didapat melalui perhitungan tentang ALO (Angel of Lights Obstruction) dengan menggunakan sudut ALO 45% • Berdasarkan perhitungan tinggi bangunan, maka bisa dilihat bahwa perhitungan jarak antar bangunan adalah sebagai berikut : JAB = Tinggi bg/tg ALO = 22 m/tg 45 = 22 m • Berdasarkan perhitungan berikut, maka jarak antar bangunan maksimal di kawasan adalah 22 m

Analisis elemen estetika

DATA DAN ANALISIS

Proporsi Pada kawasan perancangan proporsi yang ada antar bangunan permukiman dan wisata tidak seimbang. Kawasan permukiman lebih mendominasi dibanding kawasan pariwisata. Proporsi lahan terbangun dan non terbangun tidak teratur.

Proporsi perzona kawasan belum terlihat antara permukiman dan fasilitas sekitarnya, seperti masjid belum terlihat berbeda dengan rumah biasa atau rumah penduduk bahkan untuk gedung desa pun tidak begitu terlihat lokasinya karena tertutup dengan bangunan disekitarnya. Namun berbeda dengan zona Makam Sunan Pandanaran, situs tersebut sudah terlihat.

RESPON

Proporsi Nantinya akan menyeimbangkan antara lahan terbangun dan non terbangun yaitu 60 : 40. Dengan pemanfaatan kawasan non terbangun sebagi sirkulasi, sarana rekreasi ataupun ruang terbuka. Proporsi antar bangunan tetap dipertahankan dengan pertimbangkan bangunan di kawasan pariwisata dan permukiman di sekitarnya.

Nantinya Orientasi pada zona inti, bangunan tidak boleh menutupi situs peninggalan yang ada, pada setiap zona yang ada fasilitas pendukung pemukiman harus dibuat lebih terlihat dibandingkan bangunan yang ada di sekitarnya. Proporsi pada zona inti meliputi perbandingan yang memenuhi skala manusia pada desain fasad bangunan. Karena fasad bangunan yang ada kan memberikan kesan heritage atau sejarah.

DATA DAN ANALISIS

Skala Pada kawasan bangunan-bangunan yang ada berskala natural atau manusia dimana ukuran bangunan yang ada sesuai dengan ukuran manusia. Dimana bangunan yang ada memiliki tinggi sekitar 3 - 4 m. Namun beberapa bangunan gerbang di kompleks Makam Sunan Pandanaran memiliki ukuran relatif besar dan berbeda karakteristiknya dengan bangunan di sekitarnya sehingga bangunan kompleks makam terkesan berskala heroik. Namun, ketinggian bangunan permukiman relatif sama yaitu bangunan satu lantai.

RESPON

Skala Sebagian besar bangunan di kawasan direncanakan berskala normal kecuali bangunan di komplek Makam Sunan Pandanaran dan Masjid Gholo (titik kuning). Hal ini dimaksudkan agar kedua bangunan ini memiliki kesan agung karena merupakan benda cagar budaya dan berhubungan dengan aktivitas keagamaan.

Pada kawasan wisata nantinya beberapa bangunan (misalnya museum) dibuat dengan ketinggian yang lebih tinggi dari bangunan-bangunan di kawasan permukiman. Hal ini bertujuan agar konsep kawasan sebagai kawasan wisata semakin terlihat.

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Joglo Sunan Pandanara n Menuj u Kec. Wedi

Menuju Kec. Cawas

Sumbu merupakan garis maya yang terbentuk oleh dua titik dalam sebuah ruang terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang tersusun. Garis maya tersebut tidak selalu berbentuk jalan, tetapi dapat berupa ruang terbuka hijau juga. Sumbu juga dapat terbentuk karena tata massa bangunan di sekitarnya.

Pada kondisi eksisting sumbu berada pada gang masuk yang menuju Desa Paseban ke arah wisata makam dari arah Kecamatan Wedi yang berada di pertigaan.

Lalu sumbu selanjutnya menuju Desa Paseban ke kawasan permukiman yang berada di pertigaan jalur inspeksi Sungai Dengkeng.

Sumbu selanjutnya menuju komplek Makam Sunan Pandaran yang burupa jajaran toko oleh–oleh yang berada di kanan dan kiri sepanjang ke lokasi makam

Nantinya akan ditingkatkan aktivitasnya pada lokasi sumbu–sumbu tersebut. Selanjutnya akan diberikan penanda di sepanjang jalur masuk kawasan pariwisata agar tidak terjadi kemacetan akibat parkir bus di bahu jalan.

Sumbu nantinya akan ada pada kawasan homestay, permukiman, dan kawasan pengerajin gerabah.

Sebagai vocal pointnya adalah Joglo Sunan Pandanaran tetap dipertahankan sebagi sumbu yang ada di zona inti Setelah sumbu utama pada kawasan perencanaan dipindahkan pada tanda yang berwarna merah dan putus–putus terdapat vocal point baru berupa perempatan jalan yang ada

DATA DAN ANALISIS

Menuju Kec. Wedi Menuju Kec. Cawas

Simetris merupakan prinsip penyusunan tata massa bangunan yang seimbang, yakni sama antara bangunan di kanan maupun di kiri sumbu.

Pada lokasi perancangan terlihat bahwa masih terdapat bahwa di bagian kanan sumbu merupakan bangunan dan kiri berupa kebun ataupun tegalan yang menyebabkan terlihat tidak seimbang antara kanan dan kiri.

Penyempitan jalan juga terlihat di beberapa ruas jalan Terdapat bangunan dengan bentuknya tidak simetri

RESPON

Arsitektur khas Kerajaan Majapahit Pada lokasi perancangan nantinya ada rencana untuk menyelaraskan bentuk bangunan. Agar pengunjung dapat merakan keselarasan dan kenyamanan. Contohnya pada bangunan pendukung pariwisata seperti museum, gedung atau kantor loket, serta kios kios oleh-oleh.

Sepanjang sumbu akan ditanami tumbuhan pengarah sehingga pengunjung dapat terarah sekaligus dapat merasakan kesamaan antara kanan dan kiri sumbu.

Dilakukan pelebaran jalan pada ruas jalan yang menyempit (utamanya pada kawasan permukiman) sehingga jalan menjadi lebih simetris sepanjang hierarki jalan tersebut. Pelebaran jalan salah satunya dilakukan dengan penataan permukiman.

Pada kondisi eksisting terdapat struktur yang simetris yang harus dipertahankan, masa bangunan yang ada berupa bangunan arsitektur ciri khas zaman Kerajaan Majapahit.

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Makam Sunan Pandanaran

Masjid Golo

Menuju Kec. Wedi Menuju Kec. Cawas

Irama terbentuk berdasarkan pengulangan bentuk, wujud, dan ukuran secara teratur.

Irama yang terbentuk didapatkan dari bangunan cagar budaya, permukiman dan toko toko Irama terbentuk tergantung dari ketinggian bangunan dan kondisi topografi.

Irama di permukiman cenderung datar Irama di kawasan pariwisata bervariasi, skyline terbentuk akibat dari topografi yang ada, sehingga makam sunan seharusnya terlihat dari kejauhan namun pada kenyataannya bangunan makan ataupun kompleknya tidak terlihat maka akan dilakukan peninggian pada kawaan komplek makam Sunan Pandanaran.

Pada masjid Golo yang berada lebih tinggi sama seperti Makan Sunan Pandanaran namun kondisi eksisting lebih terlihat dari kejauhan dan berada sisi jalan kolektor

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Menuju Kec. Wedi Menuju Kec. Cawas

• Konteks pada kawasan deliniasi berada pada keseragaman bentuk bangunan rumah pada permukiman yang ada di sub kawasan pariwisata dengan kondisi yang berupa bangunan joglo yang dilengkapi dengan pagar yang terbuat dari batu bata.

• Konteks lainnya adalah pada permukiman industri dimana kondisi rumahnya selalu memilki halaman yang luas yang digunakan dalam membuat gerabah dari berbagai proses • Konteks selanjutnya untuk jalur menuju kawasan wisata mempunyai karakteristik menanjak dan jalan setapak

Konteks Pada konteks karakteristik rumah yang mirip dengan joglo dipertahankan yang merupakan kebudayaan setempat yang bisa dijadikan minat pariwisata di kawasan permukiman atau penginapan.

Kontras Pada permukiman industri (warna kuning) diberikan jalur khusus kawasan untuk pejalan kaki masuk dengan diberikan penanda seperti guci gerabah yang menandakan jalan masuk kawasan dan dapat pula berupa gerabah padusan (untuk cuci tangan).

Selanjutnya, jalan setapak menuju kawasan wisata (warna cokelat) dapat diberikan penanda seperti bola-bola yang berisi kalimat Asmaul Husna yang memberikan kesan memasuki kawasan religi di setiap jalan setapaknya

Analisis citra kota

DATA DAN ANALISIS Jalan lokal yang menghubungkan jalan kolektor ke wisata Makam Sunan Pandanaran

Jalan lokal yang menghubungkan jalan kolektor ke wisata Makam Sunan Pandanaran

RESPON

Jalan lokal pada kawasan perancangan menghubungkan wisata dengan homestay & permukiman

Jalan lokal untuk penghubung jalan utama masuk ke kawasan homestay dan permukiman

Jalan Kolektor, Jl. Raya Bayat

Path yang direncanakan pada kawasan perancangan berupa: • Jalan kolektor, yaiitu Jl. Raya Bayat merupakan jalan utama di kawasan perancangan. Mempertahankan dari kondisi eksisting, berbatasan dengan zona Masjid Gholo & zona Permukiman.

• Jalan lokal, yang dilalui untuk menuju wisata Makam Sunan Pandanaran maupun homestay dan permukiman yang ada di kawasan perancangan. Merapikan jalan lokal dari kondisi eksisting. Jalan lokal ini menjadi jalur yang menghubungkan aktivitas di seluruh zona. Dari zona Masjid Gholo, Makam Sunan Pandanaran, Makam Wuragil, Sendang Maerokoco, Permukiman, dan Homestay.

Jalan Kolektor, Jl. Raya Bayat yang digunakan sebagai jalan utama untuk memasuki kawasan perancangan

Path pada kawasan perancangan dimanfaatkan untuk: • Jalan kolektor dimanfaatkan sebagai jalan utama dan juga sebagai jalan masuk menuju kawasan perancangan. Jalan kolektor tersebut juga digunakan untuk dilalui bus wisata menuju kawasan perancangan.

• Jalan lokal pada kawasan perancangan menghubungkan antar jalan lokal dan jalan lingkungan pada kawasan perancangan yang juga menghubungkan kawasan Makam Sunan Pandanaran dengan homestay & permukiman di sekitarnya.

DATA DAN ANALISIS

RESPON

Bukit Jiwo

Bukit Jiwo

Bukit Jiwo

Bukit Jiwo

Sungai Dengkeng

Jl. Raya Bayat

Edge yang direncanakan pada kawasan perancangan berupa batasbatas antara lain: Batas Utara : Bukit Jiwo (berbatasan dengan zona Makam Wuragil & Sendang Maerokoco) • Batas Barat : Bukit Jiwo (berbatasan dengan zona Makam Wuragil, Makam Sunan Pandanaran, & Masjid Gholo) • Batas Timur : Sungai Dengkeng (berbatasan dengan zona Sendang Maerokoco & zona Permukiman) • Batas Selatan: Jalan Kolektor, Jl. Raya Bayat (berbatasan dengan zona Permukiman dan zona Masjid Gholo) Masing-masing batas memiliki fungsi atau kegunaan masing-masing.

•

Sungai Dengkeng

Jl. Raya Bayat

Edge pada kawasan perancangan dapat dimanfaatkan untuk: • Jalan Raya Bayat dimanfaatkan sebagai jalan masuk menuju kawasan industri dan kawasan wisata.

• Bukit Jiwo dimanfaatkan sebagai penghasil bahan baku dari pembuatan gerabah yang juga dilakukan untuk pelatihan di kawasan sendang dan juga sebagai view pendukung dari kawasan wisata sehingga menarik perhatian dari pengunjung Makam Sunan Pandanaran.

• Sungai Dengkeng dimanfaatkan sebagai river walk, dengan adanya jalur di sepanjang sungai yang dapat difungsikan juga sebagai sempadan sungai.

DATA DAN ANALISIS

Nodes yang direncanakan pada kawasan perancangan antara lain: • Salah satu zona atau kawasan yang menjadi penarik baik untuk pengunjung maupun masyarakat pada kawasan perancangan.

• Menimbulkan simpul aktivitas-aktivitas pendukung lain pada kawasan perancangan, mendukung aktivitas pariwisata.

RESPON

Nodes pada kawasan perancangan dapat dimanfaatkan untuk: • Pada kawasan perancangan, simpul utama / node pada kawasan perancangan yaitu zona atau kawasan Makam Sunan Pandanaran. Karena kawasan Makam Sunan Pandanaran menarik aktivitas-aktivitas pendukung lain, contohnya perdagangan Pasar Seni. Selain itu, Makam Sunan Pandanaran memiliki letak yang strategis untuk dapat menjangkau ke pusat aktivitas atau kawasan-kawasan lainnya, seperti permukiman, penginapan, wisata edukasi, dll.

DATA DAN ANALISIS

District

dapat teridentifikasi pada kawasan perancangan adalah zona wisata Makam Sunan Pandanaran (hijau) dan zona permukiman(kuning).

Zona untuk situs-situs lain tidak terlihat jelas batasnya dan terkesan menyatu dengan zona permukiman sehingga sulit diidentifikasi

RESPON

District yang direncanakan pada kawasan perancangan antara lain: • Kawasan wisata, terdiri dari beberapa jenis wisata.

Wisata Makam Sunan Pandanaran, wisata Makam Wuragil, wisata Sendang Maerokoco, & wisata religi (Masjid Gholo). Masing-masing kawasan wisata memiliki spesialisasi masing-masing.

• Kawasan permukiman untuk tempat tinggal masyarakat di kawasan perancangan.

• Kawasan homestay untuk penginapan para pengunjung kawasan peracangan.

RESPON

District pada kawasan perancangan dapat dikelompokkan menjadi 3 zona pembangunan heritage: Zona Inti (Makam Sunan Pandanaran & Masjid Gholo) Zona Penyangga (Makam Wuragil & Sendang Maerokoco)

Zona Pengembangan (Permukiman&Homestay) Batas-batas tiap district pada rencana akan diperjelas, dimana batas yang direncanakan berupa jalan.

DATA DAN ANALISIS

Landmark yang direncanakan pada kawasan perancangan berupa: • Gapura dan monumen / tugu yang merepresentasikan kawasan perancangan.

• Gapura yang direncanakan berupa gapura yang menunjukkan peninggalan zaman Majapahit.

• Tugu yang direncanakan berupa tugu gerabah, yang mana menunjukkan aktivitas yang cukup dominan di kawasan perancangan • Peletakan landmark berada di zona wisata Makam Sunan Pandanaran, sebagai pusat dari kawasan perancangan.

RESPON

Landmark pada kawasan perancangan dapat dimanfaatkan untuk: • Pusat kegiatan atau identitas kawasan, Makam Sunan Pandaran secara keseluruhan kawasan menjadi landmark. Selain sebagai wisata utama, aksesnya juga mudah dilalui dari jalan utama, jalan kolektor (Jl. Raya Bayat) • Ciri khas sejarah, yaitu dari adanya gapura pada akses Makam Sunan Pandanaran yang memiliki bentuk khas gapura peninggalan jaman Majapahit.

• Menunjukkan aktivitas khas dari kawasan perancangan, yaitu pembuatan gerabah.

• Sebagai signage pada kawasan perancangan.



















Tak Jauh dari makam Sunan Pandanaran terdapat Makam Pangeran Wuragil yang merupakan cucu Ki Ageng Pandanaran. Semasa hidupnya, cerita rakyat menyatakan bahwa Pangeran Wuragil mempunyai kesaktian dapat memberikan keturunan.

Urban Design Guide Lines Kawasan Paseban Heritage Tourism Disusun agar menciptakan kawasan wisata religi yang kental akan sejarah dengan tetap memerhatikan aspek kesehatan penduduk dan pengunjung guna mewujudkan Kawasan Paseban Heritage Tourism yang Sustainable.

Zona Makam Sunan Pandanaran

Urban design guidelines juga memiliki fungsi untuk mencegah adanya pelanggaran rancangan pada kawasan, menciptakan keserasian, menjaga kualitas arsitektural, dan mengendalikan fungsi lahan pada Kawasan perancangan

Zona Makam Pangeran Wuragil

Zona Sendang Maerokoco

Gambar 16. Siteplan Kawasan Paseban Heritage Tourism Sumber: Kelompok B 21

Zona Masjid Golo

Zona homestay

Zona Hunian Umum

Struktur Peruntukan Lahan Peruntukan Lahan Makro PRESCRIPTIVE 1.

Luas kawasan perancangan yakni 49 Hektar meliputi peruntukan didominasi oleh permukiman dengan total luas 169.785 m2 dari luas total Kawasan perancangan

2.

Kawasan perancangan memiliki perbandingan terbangun dan non terbangun 60 : 40

lahan

3. Peruntukan lahan di Kawasan perancangan dibagi menjadi enam zona yaitu zona Makam Sunan Pandanaran seluas 22.540 m2, zona permukiman (hunian umum) seluas 153.075 m2, zona homestay seluas 16.710 m2, zona Masjid Golo dengan luas 1.630 m2, zona Makam Pangeran Wuragil dengan luas 1.760 m2, dan zona Sendang Maerokoco dengan luas 7.320 m2

Gambar 17 Siteplan Zona Kawasan Perancangan Paseban Heritage Tourism

Sumber: Kelompok B21

Struktur Peruntukan Lahan Peruntukan Lahan Mikro

1

3

2

PRESCRIPTIVE 1.

2.

3.

4.

5.

6.

Makam Sunan Pandanaran dijadikan sebagai wisata religi utama dan cagar budaya di Kabupaten Klaten.

Zona Makam Sunan Pandanaran terdiri dari Situs Makam, Loket tiket, toilet, mushola, pendopo, pasar oleh- oleh, pasar seni, pangkalan ojek, dan halte.

Zona Makam Sunan Pandanaran

3 1

Permukiman didominasi oleh peruntukan lahan sebagai homestay dan rumah warga.

Luas zona homestay seluas 16.710 m2 dan zona hunian umum seluas 153.075 m2

Kawasan perancangan dalam zona Makam pangeran wuragil seluas 1.760 m2 terdiri dari Makam Pangeran Wuragil, loket tiket, toilet, dan pendopo.

2

6

5

Kawasan perancangan dalam zona sendang maerokoco seluas 7.320 m2 meliputi pendopo payung, pendopo joglo, open theater, ruang membuat gerabah, museum, dan showroom gerabah.

Sendang maerokoco memiliki fungsi sebagai tempat sentra gerabah

Zona Sendang Maerokoco

Zona Makam Pangeran Wuragil

4

Zona Masjid Golo

Zona Hunian Umum

Zona homestay

4

5

Gambar 18 Visualisasi Prescriptive Struktur Peruntukan Lahan Mikro Sumber: Kelompok B 21

6

Struktur Peruntukan Lahan Peruntukan Lahan Mikro PERFORMANCE 1.

Sempadan sungai dengkeng tidak diperbolehkan untuk dibangun, kecuali bangunan semi dan non permanen. selain itu, setiap tepi sungai harus ditanami dengan tanaman pengikat tanah untuk mencegah erosi

2. Tanah Liat di Bukit Jiwo pada kawasan perancangan tidak dipergunakan untuk mejadi bahan baku gerabah. Bahan baku pengganti gerabah menggunakan teknologi Clay Porselen Nabati sebagai pengganti tanah liat 3. Zona homestay untuk menambah penghasilan warga setempat

Bukit Jiwo sumber bahan baku gerabah

Desain Sempadan Sungai

Gambar 19 Visualisasi Performance Struktur Peruntukan Lahan Mikro Sumber: Kelompok B 21

Intensitas Pemanfaatan Lahan KDB Homestay dan Hunian Umum 50%

PRESCRIPTIVE Koefisien Bangunan (KDB)

1

Dasar

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) seluruh kawasan perancangan sebesar maksimal 60% dari masing-masing luas kavling Masing-masing bangunan memiliki KDB yang berbeda , yaitu sebagai berikut:

PERFORMANCE Koefisien (KDB)

2

1. Toko kawasan makam Sunan Pandanaran maksimum KDB 60%

2. Hunian dan homestay memiliki KDB maksimum 50%.

KDB toko 60% KDB toko 60%

2

Intensitas Pemanfaatan Lahan Sumber: Kelompok B 21

Bangunan

Bangunan yang terlanjur melebihi ketentuan tersebut dikenai aturan disentif berupa penanaman tanaman dalam pot agar dapat tetap memiliki “lahan hijau” di hunian mereka.

1

Gambar 20 Visualisasi Prescriptive KDB

Dasar

2

Intensitas Pemanfaatan Lahan PRESCRIPTIVE Koefisien Lantai Bangunan (KLB) 1. Ketinggian Maksimum Bangunan pada perancangan adalah 12 meter atau 3 lantai.

kawasan

2. Bangunan di kawasan berskala normal kecuali bangunan di komplek Makam Sunan Pandanaran dan Masjid Golo yang terletak dibukit (ketinggian)

3. Terdapat joglo di zona Makam Sunan dan zona sendang maerokoco dengan ketinggian 4-5 meter yang difungsikan sebagai pertunjukkan kebudayaan

4. Ketinggian bangunan di sekitar makam lebih rendah dari situs makam sunan pandanaran dan masjid golo 5. KLB hunian umum 1 lantai (4 meter) 6. KLB homestay 1 lantai (4 meter)

7. KLB toko oleh- oleh 1 lantai (4 meter) 8. KLB museum 10 meter toko dengan ketinggian 4 meter

Museum dengan ketinggian 10 meter

Bangunan Masjid Golo memiliki ketinggian lebih tinggi dibanding bangunan disekitarnya

Gambar 21 Visualisasi Prescriptive KLB Intensitas Pemanfaatan Lahan Sumber: Kelompok B 21

Intensitas Pemanfaatan Lahan PRESCRIPTIVE

GSB Sungai Berjarak 50 Meter

PRESCRIPTIVE Garis Sempadan Bangunan

Koefisien Dasar Hijau

1. Koefisien Daerah Hijau ditetapkan minimal 40%

1.

2. zona makam sunan pandanaran, zona masjid golo dan zona makaeran wuragil masing- masing memiliki luas lahan terbuka sekitar 150 m2

3. zona homestay memiliki luas lahan terbuka sekitar 200 m2

Garis sempadan bangunan terhadap sungai ditentukan berjarak minimal 50 meter dari tepi kiri dan tepi kanan palung sungai sepanjang alur sungai

2. GSB disepanjang jalan kolektor selebar 3,5 meter dan GSBpada jalan lokal dan jalan lingkungan selebar 2 meter.

PERFORMANCE Lahan hijau dapat difungsikan sebagai penunjang seperti taman beristirahat bagi pengunjung makam sunan Pandanaran

Gambar 22 Visualisasi Prescriptive GSB Intensitas Pemanfaatan Lahan Sumber: Kelompok B 21

GSB Jalan Kolektor

Tata Bangunan Hunian Umum dilengkapi ornamen batu alam

PRESCRIPTIVE

1

PRESCRIPTIVE

Massa Bangunan

1. Bangunan pasar/toko oleh– oleh berada di tengah area wisata Makam Sunan Pandanaran agar mudah untuk dijangkau dari seluruh area wisata Makam Sunan Pandanaran.

1. Langgam Bangunan adalah Arsitektur Tradisional Jawa Tengah 2. Bangunan hunian umum dilengkapi ornamenornamen yang dapat memperkuat kesan alam dan budaya Jawa seperti penggunaan kayu dan batu alam pada bagian depan rumah.

3

1 2

Gambar 23 Visualisasi Prescriptive Tata Bangunan

3. Bangunan toko bergaya arsitektur modern kontemporer Pengaturan Bangunan

Blok

Sumber: Kelompok B 21

2 3

Bangunan tidak boleh menutupi situs peninggalan yang ada zona hunian umum menggunakan konsep Cul de Sac

pendopo jawa sendang maerokoco

2. Pasar seni (oleholeh) diutamakan menjual oleh– oleh dan pernak - pernik khas Desa Paseban.

ornamen ukir kayu pada futniture zona wisata sendang maerokoco

Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau PRESCRIPTIVE Sistem ruang terbuka public 1. Kawasan Bukit Jiwo seluas 3 Ha merupakam ruang terbuka umum pada kawasan perancangan dan menjadi kawasan konservasi.

6. Taman dilengkapi dengan elemen – elemen penunjang berupa ruang untuk bersantai (gazebo) dan padasan terbuat dari gerabah untuk cuci tangan.

2. Pada zona Makam Suan Pandanaran terdapat taman aktif dan ruang terbuka hijau seluas 146 m2.

7. Pada kawasan wisata Sedang Maerakoco terdapat ruang terbuka berupa open theater untuk tempat pertunjukan terkait sejarah Sunan Pandanaran.

3. Taman aktif pada zona Makam Wuragil dan Masjid Gholo seluas 150 m2 dapat digunakan bagi pengunjung maupun masyarakat setempat.

4. Terdapat ruang terbuka selebar 3 m sebagai sempadan sungai.

5. Pada kawasan permukiman terdapat taman lingkungan yang dapat dijangkau bagi penghuni. .

PRESCRIPTIVE 1. Street furniture seperti kursi taman, lampu jalan dan tempat sampah diletakkan di tepi jalan setapak pada ruang terbuka aktif.

2. Taman dapat dilengkapi dengan tanaman peneduh .

Open theater

Taman pada Zona Masjid Golo

Padasan Gerabah Cuci Tangan

Gambar 24 Visualisasi Prescriptive Sistem Ruang Terbuka Publik Sumber: Kelompok B 21

Sistem Ruang Terbuka dan Tata PRESCRIPTIVE

PRESCRIPTIVE

Sistem ruang terbuka private

Sistem pepohonan dan tata hijau 1. Vegetasi jalan kolektor berupa tanaman palm dengan jarak 20 meter antar tanaman 2. Vegetasi jalan lokal berupa tanaman sejenis Ketapang kencana dengan jarak antar tanaman 7 meter 3. Vegetasi pada zona hunian umum dan homestay berupa pohon trembesi atau tabebuia sebagai peredam kebisingan

4. Taman ditanami tanaman pisang kipas, cemara, trembesi, dan tabebuya yang berfungsi untuk memberi kesan estetika dan peneduh 5. Bunga kenikir sebagai vegetasi khas Kecamatan Bayat (Bunga Kenikir) di tanam ditiap taman dalam zona kawasan.

Ruang terbuka pribadi yang dimiliki setiap homestay dan setiap rumah di kawasan perancangan adalah minimal 40% dari luas kavling.

PERFORMANCE Tanaman yang digunakan sebaiknya tanaman untuk komponen estetika

Vegetasi peredam kebisingan

Vegetasi Penghias dan Peneduh Vegetasi pembatas dan pengarah

Gambar 25 Visualisasi Prescriptive Tata Hijau Sumber: Kelompok B 21

Bunga Kenikir

Sistem Sirkulasi dan Jalur

Jalan Lokal

Jalan Lingkungan

PRESCRIPTIVE Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan 

Hirarki Jalan

1. Jalan kolektor menjadi jalan utama Desa Paseban yang memiliki lebar 8 meter dan terbagi menjadi dua jalur tanpa pembatas.

2. Jalan lokal menjadi jalan utama kawasan yang memiliki lebar 7 meter terbagi menjadi dua lajur. Jalan lingkungan memiliki lebar jalan 5 meter 

Ketinggian trotoar setinggi 30 mm



Pola jaringan jalan organic mengikuti kontur

PERFORMANCE 

Penggunaan bahan yang digunakan dalam pembangunan jalan kolektor dapat menggunakan beton dan untuk jenis jalan lain dapat menggunakan paving blok agar dapat menyerap air hujan.



Pola jalan berupa grid, cul-de-sac, loop dan pada daerah datar.

Jalan Kolektor

Gambar 26 Visualisasi Prescriptive dan Performance Sistem Jaringan Jalan dan Pergerakan Sumber: Kelompok B 21

Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung

PRESCRIPTIVE

PRESCRIPTIVE

Sistem Parkir 1. Sistem parkir menggunakan tipe

Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum dan Pribadi 1. Kendaraan pribadi yang diperbolehkan masuk dalam zona maksimal kendaraan roda 4, kecuali kendaraan service.

off street

halte shuttle bus

Parkir zona makam

2. Kantong parkir disediakan di zona homestay dan zona makam sunan pandanaran , serta zona makam wuragil.

3. Parkir komunal pada kawasan wisata minimal seluas 2.500 m2.

2. Kendaraan umum pada kawsan wisata berupa shuttle bus dan tersedia shelter atau parkir untuk shuttle bus dalam kawasan dan ojek untuk menunjang aktivitas wisata pengunjung berusia lanjut.

PERFORMANCE 1. Standar parkir yang dianjurkan adalah 90 derajat dan 45 derajat.

3. Kendaraan ojek hanya dipergunakan untuk pergerakan dari dan menuju Kompleks Makam Sunan Pandanaran.

2. Jenis pengeras pada kantung parkir tersusun dari paving blok dan rumput agar dapat menyerap air

Sistem Pergerakan Transit

PRESCRIPTIVE

1. Halte shuttle bus dan pos ojek sebagai transit poin.

Sistem Perencanaan Pelayanan/Service

2. Luas halte shuttle bus minimal 8 m2.

Terdapat jalur servis sepanjang sempadan sungai sebagai jalur inspeksi dengan lebar minimal 3m.

PERFORMANCE Parkir zona homestay

Halte bus dan pos ojek dilengkapi dengan fasilitas yang Gambar 27 Visualisasi Prescriptive dan Performance Sistem Sirkulasi Kendaraan Umum dan Pribadi memadai, seperti kursi tunggu dan Sumber: Kelompok B 21 lampu.

Jalur

PERFORMANCE Disepanjang terdapat jalur hijau.

jalur

inspeksi

Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung PRESCRIPTIVE Sistem Sirkulasi Pejalan Kaki dan Sepeda 1. Terdapat jalur pejalan kaki disisi kanan dan kiri ruas jalan yang ada dimana lebarnya 1,5 m pada sisi jalan lokal dan 0,7 pada sisi jalanlingkungan.

2. Jalur pejalan kaki berupa tangga disediakan untuk menuju obyek wisata makam dan dilengkapi dengan kursi untuk istirahat.

3. Terdapat jalur pejalaan kaki berupa river walk disepanjang sempadan Sungai Dengkeng.

PERFORMANCE Pada permukiman industri gerabah diberikan jalur khusus untuk pejalan kaki dan diberikan penanda seperti patung-patung gerabah yang menandakan jalan masuk kawasan gerabah.

Gambar 28 Visualisasi Prescriptive dan Performance Sistem Sirkulasi Pejalan Kaki dan Sepeda Sumber: Kelompok B 21

Jalur pejalan kaki di jalan lingkungan

Tata Kualitas Lingkungan PRESCRIPTIVE PERFORMANCE

Image Makam Sunan Pandanaran (identitias) Kawasan perancangan

sebagai

1. Tiap zona terdapat minimal 5 buah Padasan (tempayan yang diberi lubang pancuran) untuk mencuci tangan

landmark

Pada jalur pejalan kaki dari pintu masuk Kawasan menuju situs Makam Sunan Pandanaran diletakkan bola – bola yang dilukis kalimat asmaul husna

Signage

2. Tiang Penanda dapat terbuat dari kayu dengan warna asli kayu, sehingga terlihat unsur naturalnya, dapat didesain menyerupai bentuk gapura/makam/ gerabah untuk memberikan kesan budaya. Kalimat pada taing penanda dapat dituliskan dengan font arab

Terdapat tiang penanda yang mengarahkan ke situs Makam Sunan Pandanaran Pada jalur pejalan kaki menuju situs Makam makam pangeran wuragil diletakkan patung– patung terbuat dari tanah liat.

Terdapat tiang penanda (dengan tambahan font arab) yang mengarahkan ke situs makam pangeran wuragil Kawasan Sendang Maerokoco diberi patung gerabah di sepanajng jalur pejalan kaki sebagai identitas kawasan.

Sreet Futniture

Lampu penerangan pada jalan dengan menggunakan tenaga solarcell Vegetasi

Vegetasi khas Kecamatan Bayat(Bunga Kenikir) tanam ditiap taman dalam zona Kawasan

di

Gambar 29 Visualisasi Prescriptive dan Performance Tata Kualitas Lingkungan Sumber: Kelompok B 21

3. Lampu penerangan jalan menggunakan tenaga solarcell diletakkan setiap 10 meter

Sistem Prasarana dan Utilitas PRESCRIPTIVE Jaringan Persampahan 1. Sistem persampahan pada zona perumahan dan homestay menggunakan system pengolahan sampah 3R (Recude, Reuse, Recycle) 2. TPS 3R sebanyak 2 unit dengan volume 300m3

3. Waktu pengambilan sampah pada tiap rumah tangga dilakukan setiap 2 hari sekali 4. Mobil pengangkut sampah beroperasi pada pukul 08.0010.00 WIB

5. Sepanjang pedestrian ways jalan kolektor terdapat tempat sampah dengan jarak antar tempat sampah sejauh 30 meter Jaringan Drainase

1. Saluran drainase hanya diperuntukan sebagai tempat penampungan limpasan air hujan, bukan limbah domestik atau lainnya.

2. Jaringan drainase mengiktui pola jalan yang mengalir mengarah pada lokasi terendah Sistem Jaringan Kebakaran Kran pemadam kebakaran diletakkan pada setiap 100 meter dan dengan jarak ke tepi jalan minimal 300 meter

Gambar 30 Visualisasi Prescriptive dan Performance Sistem Prasarana dan Utilitas bagian 1 Sumber: Kelompok B 21

Sistem Prasarana dan Utilitas

PERFORMANCE Terdapat 20 unit mobil sampah dengan volume 1 m3 yang berfungsi sebagai pengangkut sampah dari tiap rumah tangga.

PRESCRIPTIVE Sistem Jaringan Sanitasi Pengolahan limbah pada :

Jaringan Drainase

1. Zona permukiman dan homestay menggunakan pengolahan onsite yaitu pengolahan individual secara terpisah dengan septitank.

1. Pada zona permukiman dan homestay digunakan drainase tersier tertutup pada jalan lingkungan dengan kedalaman 50 cm, lebar 70 cm, dan volume 3.500 m3

2. Kawasan pariwisata untuk semua situs wisata Heritage (Makam Sunan Pandanaran dan Masjid Golo, Makam Pangeran Wuragil dan Sendang Maerokoco) menggunakan pengolahan limbah off site, dengan septic tank komunal.

2. Pada zona pariwisata digunakan drainase terbuka 3. Bentuk penampang saluran drainase adalah trapesium supaya memiliki dimensi kedalaman saat menyimpan air lebih dalam.

Sistem Jaringan Air Bersih Sumber air bersih di Kawasan Permukiman dikelola oleh masyarakat melalui Pamsimas dan air sumur. Adapun penampungan air dari Pamsimas disalurkan ke rumah warga melalui pipa.

4. Drainase dapat juga berbentuk kotak untuk mengatasi keterbatasan lahan.

Jaringan Listrik

Jaringan Jaringan Telekomunikasi

Peletakkan trafo minimal berjarak 500 meter terhadap zona permukiman dan homestay

1. Terdapat minimal 1 Menara telekomunikasi Gambar 31 Visualisasi Prescriptive dan Performance Sistem Prasarana dan Utilitas bagian 2 Sumber: Kelompok B 21

2. Area sekitar menara BTS merupakan Ruang Terbuka dan perkebunan serta bebas dari permukiman.

SITE PLAN

Perspektif





















Makam Sunan Pandanaran merupakan wisata budaya yang dikunjungi oleh wisatawan dengan minat khusus karena yang datang ke tempat pariwisata tersebut memiliki tujuan untuk berziarah mendoakan leluhur Sunan Pandanran. Sunan Pandanaran meninggal pada tahun 1566 M dan mulai datang peziarah pada tahun 1613 M.

Zona Makam Sunan Pandanaran dan Perdagangan

Zona Makam Pangeran Wuragil

Zona Homestay

Zona Masjid Gholo

Zona Sendang Maerokoco

Zona Permukiman

Zona Makam Sunan Pandanaran dan Zona Perdagangan

Makam Sunan Pandanaran merupakan

situs utama wisata heritage di kawasan perancangan. Makam Sunan Pandanaran sendiri eksistingnya memiliki jumlah pengunjung yang tinggi. Zona ini dijadikan pembangunan pertama di kawasan dengan proses peremajaan zona wisata terlebih pada fasilitas – fasilitas didalamnya. Peremajaan dilakukan pada akses menuju bangunan makam yaitu jalur pejalanan kaki dan atribut pendukungnya seperti dalam rangka mendukung kawasan dengan nuansa religi, diberikan bola bola berisikan kalimat asmaul husna pagar memberi kesan di jalan setapaknya. Peremajaan juga dilakukan pada ruang terbuka yang terdapat pada zona wisata dengan penataan kembali menjadi taman sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengunjung untuk beristirahat, berkumpul maupun melihat pemandangan. Tempat parkir yang eksistingnya memiliki masalah kapasitas juga akan ditata kembali dengan memindahkan tempat parkir bus ke luar kawasan dan menyediakan shuttle bus sebagai sarana transportasi menuju ke situs wisata.

Kawasan Perdagangan

sendiri letaknya termasuk kedalam Zona Makam Sunan Pandanaran selain karena eksistingnya demikian, adanya Makam Sunan Pandanaran sebagai situs utama

wisata heritage di kawasan perancangan kami dengan jumlah pengunjung pertahun 2018 mencapai 141.200 jiwa sangat mendukung ramainya kawasan perdagangan dengan pengunjung.

Adapun kawasan perdagangan yang berada di Zona Makam Sunan Pandanaran ini terdiri atas pasar seni yang menjual barang – barang yang berkaitan dengan kebudayaan setempat, toko cinderamata, toko bunga, warung makan dan pertokoan umum.

Pembangunan Zona Makam Sunan Pandanaran dan Perdagangan ini dijadikan sebagai prioritas pertama pembangunan dalam kawasan perancangan sebagai situs utama diharapkan dapat memberi keuntungan bagi pembangunan dengan lebih cepat.

Adapun semakin cepat keuntungan yang didapatkan melalui pembangunan situs utama ini akan dapat menjadi modal bagi pembangunan selanjutnya. Selain itu, dibangunnya kawasan perdagangan diawal dapat cepat memberikan penduduk mata pencaharian melalui berdagang di ruko sehingga juga dapat menyejahterakan masyarakat setempat.

Zona Masjid Gholo

Masjid

Gholo

juga merupakan situs utama setelah Makam Sunan Pandanaran karena letaknya yang berada di jalan utama Kecamatan Bayat yaitu jalan kolektor dan berada pada jalur masuk menuju Makam Sunan Pandanaran. Selain itu, Masjid Gholo juga merupakan kawasan bersejarah yang berkaitan dengan Sunan Pandanaran sehingga sudah berdiri sejak dahulu. Zona Masjid Gholo ini dibangun kedua setelah Makam Sunan Pandanaran selain karena letaknya yang berdekatan juga eksistingnya sudah ramai pengunjung.

Pembangunan Zona Masjid Gholo ini termasuk didalamnya peremajaan kawasan dan bangunan masjid. Adapun pembangunan yang dilakukan antara lain pembangunan taman sebagai ruang terbuka hijau sekaligus kawasan publik bagi pengunjung untuk beristirahat, bersantai dan menikmati pemandangan.

Pembangunan Zona Masjid Gholo juga dibuat agar dapat mendukung kawasan religi melalui ruang yang luas untuk pengunjung dapat menikmati waktu tenang.

Zona Homestay

Zona Homestay

dibangun pada urutan ketiga setelah Makam Sunan Pandanaran dan Masjid Gholo karena zona ini juga berisikan kawasan yang dapat memberikan keuntungan baik bagi investor maupun masyarakat. Adapun homestay sendiri memiliki konsep yaitu lahannya menjadi satu dengan tempat tinggal penduduk namun penduduk menyediakan kamar – kamar dan fasilitas penginapan lainnya agar dapat disewakan untuk pengunjung. Pada kondisi eksistingnya terdapat sejumlah 10 homestay yang menyebar dan kurang tertata sehingga mempersulit pengunjung untuk mencari, memilih maupun melakukan perbandingan antar homestay. Pembangunan zona homestay ini menggunakan pola loop dan cul-de-sac dengan pengadaan ruang terbuka yang cukup disetiap kawasannya sehingga dapat mempermudah sirkulasi pergerakannya, maupun pengolahan limbahnya melalui septictank komunal.

Zona Sendang Maerokoco

Sendang Maerokoco

merupakan salah satu obyek wisata yang menjadi salah satu obyek rencana pengembangan di Kawasan perancangan.

Alasan Sendang dijadikan sebagai salah satu rencana pengembangan adalah karena Sendang merupakan obyek wisata yang diproyeksi akan menghasilkan keuntungan bagi Kawasan perancangan.

Kondisi eksisting sendang yang kurang terawat juga menjadi salah satu alasan mengapa Sendang Maerokoco perlu dikembangkan.

Beberapa hal yang akan dilakukan dalam pengembangan Kawasan Sendang Maerokoco adalah sebagai berikut: 1. Toko dan Showroom untuk penjualan serta atraksi gerabah 2. Peremajaan Kawasan Sendang secara keseluruhan 3. Joglo yang digunakan bagi pengunjung sebagai tempat beristirahat dan menikmati pemandangan sendang

4. Jalur pejalan kaki untuk mendukung aksesibilitas di Kawasan Sendang 5. Tempat parkir bagi pengunjung 6. Pos dan ruang maintenance sebagai tempat penjaga mengontrol Kawasan Sendang serta papan informasi 7. Open Theater untuk pertunjukan budaya serta keperluan umum lainnya

Zona Makam Pangeran Wuragil

Makam Pangeran Wuragil

merupakan salah satu obyek wisata yang menjadi salah satu obyek rencana pengembangan di Kawasan perancangan.

Alasan Makam Pangeran Wuragil dijadikan sebagai salah satu rencana pengembangan adalah karena Makam Pageran Wuragil merupakan obyek wisata pendukung Kawasan Makam Sunan Pandanaran sebagai obyek wisata utama perancangan. Dengan mempertahankan Makam Pangeran Wuragil, sense heritage di Kawasan perancangan akan lebih kuat.

Beberapa hal yang akan dilakukan dalam pengembangan Kawasan Makam Pangeran Wuragil adalah sebagai berikut: 1. Ruang pengelola sebagai tempat penjaga mengelola dan mengontrol Kawasan Makam Pangeran Wuragil 2. Beberapa fasilitas pendukung seperti toilet umum, tempat wudhu, RTH, pendopo, tempat sampah, dan lainnya

3. Pemeliharaan Kawasan Makam Pangeran Wuragil secara berkala

Zona Permukiman

Permukiman

merupakan salah satu obyek rencana pengembangan di Kawasan perancangan.

Alasan permukiman dijadikan sebagai salah satu rencana pengembangan adalah karena selain permukiman merupakan guna lahan paling dominan di Kawasan perancangan, permukiman merupakan tempat masyarakat bermukim dan melakukan segala aktivitasnya, sehingga perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut agar dapat memelihara Kawasan ini. Beberapa hal yang akan dilakukan dalam pengembangan Kawasan permukiman

adalah sebagai berikut: 1. Penataan Kembali agar bangunan yang ada sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan dan Garis Sempadan Bangunan 2. Pembuatan jalur pejalan kaki yang layak, seperti pengadaan trotoar yang baik serta atribut jalan yang berfungsi dengan baik

Gambar 32. Peta Tahapan Pembangunan Kawasan Perancangan Desa Paseban berdasarkan Zoning

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B2, 2020.

Logical Framework merupakan alat analisis yang digunakan dalam

perencanaan sebagai penilaian, tindak lanjut, dan evaluasi pada suatu proyek. Analisis ini dilakukan melalui pendekatan logika untuk memverifikasi tujuan proyek atau program serta mengidentifikasi hubungan antara input dan ouput. Sehingga, melalui analisis ini dapat dihasilkan keputusan proyek yang bermanfaat yang telah melalui proses pengukuran indicator dan asumsi-asumsi tertentu.

Adapun analisis logical framework ini dibuat agar memudahkan dalam pelaksanaan dan evaluasi dimasa mendatang. Dimana tujuan yang ingin dicapai dari kawasan perancangan ini yakni meningkatkan citra kawasan wisata sejarah dan berkelanjutan. Dari tujuan yang ingin dicapai tersebut, dengan kondisi terdapat objek wisata religi makam Sunan Pandanaran dan dilengkapi dengan objek wisata peninggalan serta sejarah yang melengkapinya, maka dapat disimpulkan bahwa kawasan perancangan memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat dari adanya aktivitas wisata religi.

Dalam mencapai tujuan utama di atas, maka perlu sebuah langkah strategis sekaligus impelementatif yang dapat mewujudkan keintegrasian antar objek wisata dengan tidak mengabaikan kelestarian budaya maupun lingkungan. Berdasarkan hal ini, disusunlah Pendekatan Logical Framework sebagai salah satu indikator dari kelayakan sebuah program.

Tabel 8 Logical Framework

NARRATIVE SUMMARY

PERFORMANCE INDICATORS

M&E / SUPERVISION

IMPORTANT ASSUMPTIONS

GOALS-IMPACT -TUJUAN Meningkatnya citra kawasan sebagai kawasan wisata sejarah dan berkelanjutan



Sekitar 50% pengunjung tidak hanya berwisata ziarah tetapi juga wisata sejarah  Meningkatnya kunjungan wisatawan dari luar Prov. Jawa Tengah dan sekitarnya



Data wisatawan wisata Makam Sunan.  Survei motivasi berwisata pengunjung.

Kegiatan pariwisata dapat membantu melestarikan sejarah dan budaya yang ada di kawasan perancangan serta memberikan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitar

DEVELOPMENT OF OBJECTIVES -OUTCOME Terntegrasinya situs-situs bersejarah sebagai objek wisata yang berkelanjutan.



Terdapat sarana dan prasarana penghubung antar situs yang dalam kondisi baik.  50% pengunjung mengunjungi setiap situs dalam rangkaian wisata sejarah dan memahami keterkaitan situssitus.



Data sarana dan prasarana kawasa n wisata  Data pengunjung pada objek wisata situs peninggalan Sunan Pandanaran.  Peta jalur wisata.  Survei ketertarikan dan pemahaman pengunjung terhadap situssitus yang ada



Situs-situs terpelihara dengan baik .  Fasilitas pendukung dikelola dengan memperhatikan kuatitas dan kualitasnya.

NARRATIVE SUMMARY OUTPUT Zona Wisata Makam Sunan, Zona Masjid Gholo, Zona Sendang Merokoco, & Zona Makam Wuragil 









Situs tidak terbengkalai dan daya tarik sebagai objek wisata meningkat.

Situs terpelihara dan daya tarik sebagai obyek wisata meningkat.

Terdapat jalur motorized dan non motorized penghubung situs objek wisata.

Tersedia fasilitas aktivitas wisata yang nyaman dan memenuhi kebutuhan wisatawan.

Tersedia fasilitas penunjang wisata yang memadai dan tertata.

Zona Penginapan & Zona Permukiman  Tersedia fasilitas penunjang wisata berupa homestay yang memadai dan tertata.  Tersedia sarana dan prasarana penunjang kegiatan pada zona penginapan.

PERFORMANCE INDICATORS 

















Terdapat pengunjung ke sendang dan makam wuragil.

Tiap tahun minimal sekali kegiatan pameran gerabah.

Pedagang berjualan di lapak yang telah diatur (tidak ada yg berjalan dijalan/ memakan badan jalan).

Semua wisatawan yang menginap menempati homestay yang ada.

Tidak terdapat bus pariwisata parkir di dalam kawasa perancangan.

Semua kelompok wisatawa terpenuhi kebutuhan fasilitas wisatanya secara kauntitatif dan kualitatif.

Tersedia sarana dan prasarana permukiman yang sesuai standar.

Tersedia sarana dan prasarana pada zona penginapan yang sesuai standar.

M&E / SUPERVISION 





 







Data wisatwan wisata Makam Sunan Pandanaran Data pedagang wisata Makam Suanan Pandanaran Data kios wisata Makam Suanan Pandanaran.

Data penyewa homestay.

Survei kepuasan terkait fasilitas yang tersedia.

Data penyelenggaraan pameran gerabah.

Data sarana dan prasarana lingkungan permukiman.

Data sarana dan prasarana kawasan perdagangan dan homestay.

IMPORTANT ASSUMPTIONS Sarana Prasarana yang dibangun dipergunakan optimal dan terawat.  Kegiatan pembangunan dan pengelolaan pada kawasan memperhatikan kelestarian situs sejarah dan lingkungan. 

NARRATIVE SUMMARY

PERFORMANCE INDICATORS

M&E / SUPERVISION

IMPORTANT ASSUMPTIONS

Lingkungan permukiman yang tertata, aman, dan nyaman.  Tersedia sarana dan prasarana penunjang kegiatan pada zona permukiman 

ACTIVITY Zona Wisata Makam Sunan, Zona Masjid Gholo, Zona Sendang Merokoco, & Zona Makam Wuragil  Revitalisasi









situs yg terbengkalai (makam wuragil & sendang).

Peremajaan situs Makam Suanan Pandanaran dan Masjid Gholo.

Pembangunan jalur wisata yang menghubung kan antar situs.

Perbaikan dan pembanguna n fasilitas pendukung aktivitas wisata pada objek-objek wisata. (fasilitas tempat beristirahat, dll).

Pemindahan parkir bus keluar kawasan wisata.

Biaya pendanaan proyek  Tenaga Kerja 

Laporan pengelolaan proyek  Laporan pendanaan proyek 













Ketersediaan sumber daya manusia baik dari pihak pemerintah, swasta serta masyarakat yang saling bekerja sama Tersedianya peralatan dan material yang sesuai dengan proyek yang akan dilakukan di kawasan perancangan Kesediaan pemilik lahan untuk melakukan readjustment.

Kesediaan pedagang untuk dilakukan pendataan.

Masyarakat setempat mendukung adaya upaya revitalisasi situs.

Tersedia lahan untuk pembangunanpembangunan baru.

NARRATIVE SUMMARY

PERFORMANCE INDICATORS

M&E / SUPERVISION

Pengadaan moda transportasi shuttle bus.  Penertiban dan pengembanga ngan pasar seni dan food court. 

Zona Penginapan & Zona Permukiman  Penataan dan pembangunan homestay.  Pembangunan sarana dan prasarana pelengkap pada zona penginapan, seperti ruang terbuka dan

septictank

komunal.  Penataan kawasan permukiman.  Pembangunan fasilitas permukiman seperti taman serta ruang terbuka lainnya.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B2, 2020.

IMPORTANT ASSUMPTIONS

Konsep BOO (Build Operate, Own)

Konsep BOO

(Build Operate, Own) adalah konsep pengelolaan yang diterapkan pada zona penginapan dan permukiman. Konsep BOO adalah salah satu bentuk dari PPP, dengan swasta membangun dan mengoperasikan fasilitas tanpa mengembalikan kepemilikan kepada pemerintah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa swasta bertanggung jawab penuh atas prasaran publik atas pembiayaan, pembangunan, pengoperasian, serta pemilikan suatu prasaran publik (Trisakti, 2014). Konsep tersebut dapat diaplikasiakn pada zona penginapan dan permukiman, disebabkan lahan berupa hak pakai. Dimana, hak pakai merupakan hak untuk memanfaatkan, dan/atau mengumpulkan hasil dari tanah yang secara langsung dikontrol oleh negara atau tanah yang dimiliki individu lain yang memberi pemangku hak wewenang dan kewajiban sebagaimana dijabarkan di dalam perjanjian pemberian hak.

Tabel. 9 Justifikasi Konsep BOO

Konsep Manajemen Jenis Kerjasama

Permukiman PPP

Bentuk Kerjasama

BOO

Pihak yang terlibat Aset Awal

Zona

Penginapan PPP BOO

Pemerintah, swasta, dan masyarakat Swasta Lahan Negara yang diperuntukkan menjadi permukiman dan penginapan

Aset

Aset Akhir

Pola Operasional dan Pemeliharaan

Capital Investment

Lahan dan Bangunan Milik Pribadi

Lahan dan bangunan milik swasta

Pemerintah sebagai pemberi izin mendirikan bangunan atau hunian dan berhak menerima PBB. Swasta sebagai penyedia anggaran terhadap pembangunan infrastruktur dan pembangunan bangunan.

Masyarakat berperan dalam pemeliharaan dan pengelolaan tiap-tiap bangunan rumah.

Dalam operasional pengelolaan, swasta berfungsi sebagai penyedia anggaran terhadap pembangunan infarstuktur, seperti tempat parkir.

Pemerintah berfungsi sebagai pemberi izin atas lokasi pembangunan serta pengawasan dalam pembangunan Masyarakat khususnya pemilik penginapan akan membayar pajak berupa PBB kepada pemerintah Pemilik penginapan berperan dalam pemeliharaan bangunan

Pemerintah Daerah

Pemerintah memiliki peran dalam perijinan pembangunan kawasan

Swasta

Sumber pendanaan dan Sumber pendanaan dan konstruksi konstruksi digunakan untuk untuk membangun penginapan pembangunan perumahan

Konsep Manajemen

Commercial

Risk

Zona

Permukiman

Penginapan

Economic Risk

Risiko terjadinya suatu hal yang tidak diperhitungkan, sehingga terjadinya kekurangan dalam pendanaan

Construction Risk

Terjadinya ketidaksesuaian antara proses pembangunan dan rencana baik dari durasi pengerjaan dan kualitas konstruksi bangunan

Social Risk

terganggunya aktivitas masyarakat dalam segi ekonomi, budaya, maupun sosial

Environment Risk

Risiko degradasi lingkungan yang terjadi ketika proses pembangunan 20 tahun ( 240 bulan)

Durasi Kerjasama

BOO Sumber : Hasil Analisis Kelompok B2, 2020.

Konsep PPCP (Public Private Community Partnership)

Konsep PPCP

(Public Private Community Partnership) atau pendekatan kemitraan pemerintah-swasta-masyarakat merupakan model operasional sinergis untuk mencapai pembangunan secara berkelanjutan dimana tiga pihak secara bersama-sama mengembangkan unit usaha/layanan yang saling menguntungkan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat luas. Dalam kerangka tersebut, sektor swasta akan mendapatkan keuntungan dalam jangka panjang dengan inklusifitas berimbang antara rantai produsen dan konsumen, sektor publik akan mendapatkan keuntungan dengan tambahan sumber daya dan nilai investasi serta keterjaminan partisipasi dan kepemilikan para pihak; sedangkan masyarakat akan memperoleh manfaat dengan perolehan keterampilan, pengetahuan dan teknologi baru. Program akan mendorong formulasi dan memfasilitasi terbangunnya kesepahaman, kesepakatan dan dukungan bersama bagi rencana pembangunan dari pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil pada saat yang bersamaan.

Tabel 10. Justifikasi Konsep PPCP

Zona Konsep Manajemen

Makam Sunan Pandanaran

Masjid Gholo

Makam Wuragil

Jenis Kerjasama

PPP

Bentuk Kerjasama

PPCP (Public Private Community Partnership)

Pihak yang Terlibat

Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat

Sendang Maerokoco

Zona Konsep Manajemen

Makam Sunan Pandanaran

Masjid Gholo

Makam Wuragil

Aset Awal

Lahan dan Lahan dan Bangunan Bangunan Masjid Makam Sunan Gholo milik Dinas Pandanaran milik Purbakala dan Dinas Purbakala Pariwisata dan Pariwisata Kabupaten Kabupaten Klaten.

Klaten.

Lahan dan bangunan merupakan milik pemerintah desa paseban

Aset Akhir

Lahan Masjid dan Makam Sunan Gholo Sekitarnyanya Pandanaran, Parkir Shuttle di milik pemerintah daerah kelola kabupaten klaten masyarakat. yang dikelola oleh pemerintah daerah klaten

Lahan dan Bangunan Milik Pemerintahan Kabupaten klaten

Aset

Pola Operasional dan Pengelolaan

Kerjasama PPCP dengan pengelolaan operation maintanance dengan kerjasama pemerintah dan swasta.

Pemerintah desa paseban sebagai pengelola Oprasional lanjutan setelah diserahkan pengelolaan dari kepada juru kunci oemerintah dan masyarakat Kabupaten setempat Klaten

Swasta Swasta membantu dalam membantu pembangunan dalam penyedia sarana dan anggaran dalam prasarana seperti penyediaan perbaikan akses insfrastruktur dan fasilitas public.

Sendang Maerokoco Lahan dan bangunan sendang dan mushola maerokoco milik.oemerinta han desa yang dikelola langsung oleh RW setempat Lahan dan bangunan museum dan sendang serta mushola akan menjadi milik pemerintah kabupaten klaten sedangkan bangunan pengerajin gerabah dan showroom akan menjadi milik masyarakat

Pemerintah sebagai pemberi izin pembangunan

Swasta Swasta sebagai memberikan penyedia sedotan dana anggaran dalam terhadap pembangunan pembangunan zona tersebut. infrastruktur dan pembangunan bangunan.

Zona Konsep Manajemen

Makam Sunan Pandanaran

Pola Operasional dan Pengelolaan

Masjid Gholo

Makam Wuragil

Adanya kesepakatan multipihak untuk pembangunan jangka panjang (pemerintah swasta dan Masyarakat memanfaatkam komunitas) penggunaan Pengelolaan masjid gholo dan Makam Sunan perawatan sehari Pandanaran hari dilakukan oleh masyarakat

Masyarakat berperan dalam pemeliharaan dan pengelolaan tiap-tiap bangunan .

Sendang Maerokoco

Masyarakat berperan dalam memanfaatka n dan menajdi pengelola lanjutan

Pemerintah sebagai pemberi penyedia fasilitas..

Pemerintah Daerah

Aset berupa lahan dan bangunan heritage dari Makam Sunan Pandanaran

Aset baru bangunan cagar budah masjid gholo dan lahan disekitarnya

Swasta

Investasi ada pada bangunan yang ada di kawasan wisata berupa parkir dan fasilitas umum lainnya

Swasta memberikan pembiayaan dalam pembangunan fasilitas

Masyarakat

Aset masyarakat berupa hasil dari pengelolaan wisata yaitu Makam Sunan Pandanaran. Dan perdagangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat

Masyarakat mengelola dan memeberikan bantuan dalam har perawatan.

Aset berupa hasil dari kegiatan perawatan tersebut

Capital Investment

Pemerintah berperan dalam hak kepemilikan bangunan dan lahan makam wuragil Sumber pendanaan dan konstruksi digunakan untuk pembangunan dan perbaikan akses menuju makam wurahgil

Masyarakat berperan sebagai yang memanfaatkan dan menegelola makam wuragil.

Bangunan sendang dan masjid menjadi milik oemerintah

Infrastruktur didalamnya dibangun oleh swsta dan dijalankan oleh swasta

Lahan dan bangunan pengerajin gerabah

Zona Konsep Manajemen

Makam Sunan Pandanaran

Economic Risk

Commercial Risk

Masjid Gholo

Makam Wuragil

Sendang Maerokoco

Terganggunya pola pengeluaran dan Terjadinya deficit pemasukan kawasan wisata yang pembangunan sudah ada

anggaran

Contruction Risk

Terjadinya ketidaksesuaian antara Beresiko mengganggu atau merusak proses pembangunan dan rencana bangunan heritage bila pengawasan baik dari durasi pengerjaan dan tidak dilakukan kualitas konstruksi bangunan

Social Risk

Mengganggu aktivitas mengujungi Terganggunya aktivitas masyarakat wisata, bisa terhenti sementara atauu ketika pelaksanaan pengerjaan ditutup parsial pembangunan

Berkurangnya sedikit lahan hijau yg digantikan oleh oembangunan Enviromental fasilitas pendukung wisata.

Resiko degradasi lingkungan yang Risk terjadi ketika proses pembangunan Pembangunan di sendang beresiko mencemari Sungai Dengkeng.

Durasi Kerjasama

20 tahun (240 Bulan) Sumber : Hasil Analisis Kelompok B2, 2020.

Gambar 33. Peta Pembagian Konsep Pengelolaan

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B2, 2020.

Tabel 11. Analisis Linear Responsibilty

PKK

Juru Kunci Makam Sunan Pandanaran

Pengelola Parkir dan Shuttle

Masyarakat Desa Paseban

Pokdarwis

Badan Pembina Hastana (BPH)

LSM

Dinas UMKM

Bumdes Paseban

Badan Promosi Pariwisata Kabupaten Klaten

Dinas Pariwisata

Dinas Purbakala

PemDes Paseban

Pem.Kec Bayat

Pem.Kab Klaten

Pem.prov Jateng

Tahapan Aktivitas

No. 1

Izin Survei

S

S

S,

S,

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

2

Survei dan Pendekatan Masyarakat (Jaring Asmara)

S

S, E

S, E

S, E

-

-

-

-

E

-

-

-

E

-

-

-

3

Pembuatan Proposal Rencana bersama Masyarakat & Stakeholder Lainnya

S

E

E

S, E

-

-

-

-

S, C

-

-

-

-

C

C

-

4

Perizinan : Izin Prinsip, Izin Lokasi, Izin Guna Lahan, IMB

S, N

S, N

S, N

S, N

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

5

Pematangan & Persiapan Lahan

S

-

-

-

E, C

C

-

-

-

-

-

C

6

Perbaikan Area Situs Makam Sunan Pandanaran

S, C, N

S

-

E

E

S, N

E, C

-

-

S, E

-

7

Perbaikan Area Masjid Golo

S,

S

-

E,C

-

-

E

-

-

-

-

-

-

S

-

-

-

-

-

-

S, E

-

-

S

E, C

-

E

-

E

-

-

Tahap Pra Konstruksi

8

Pembangunan Lahan Parkir

9

Pembangunan Homestay (100%)

S, S S E Kosntruksi Tahap I S, S, S, S E C, E C N

S

S,

E

S,

S,

S, S, S S S C, C, N N Konstruksi Tahap II S

S

S

S

-

-

Juru Kunci Makam Sunan Pandanaran

Pengelola Parkir dan Shuttle

Masyarakat Desa Paseban

PKK

Pokdarwis

Badan Pembina Hastana (BPH)

LSM

Bumdes Paseban

Dinas UMKM

Badan Promosi Pariwisata Kabupaten Klaten

Dinas Pariwisata

Dinas Purbakala

PemDes Paseban

Pem.Kec Bayat

Pem.Kab Klaten

Pem.prov Jateng

Tahapan Aktivitas

No.

-

S, E, C

-

-

-

-

-

-

E, C

-

-

-

-

-

E

-

-

E

E

-

-

-

-

-

-

-

-

E

-

-

-

S, C

S, C

S, C

S, C

-

S, C

S, C

S, C

Konstruksi Tahap II Perbaikan dan Pembangunan Area Sendang Maerokoco

S

S, C, N

S

S,N

S,E

-

11

Perbaikan Area Situs Makam Wuragil

Konstruksi Tahap III S, S, S, S, S E C, C, E C N N

S

-

E

12

Perbaikan dan Penataan Permukiman

S

S, N

S

S, E,

-

-

-

-

13

Perbaikan Jalan dan Pengadaan Atribut Jalan

S

S, E, N

S, E, C

S, E, C

-

-

-

10

14

Operational dan Maintenance

S, E

E

S

S, C

Tahap Pasca Konstruksi S, S, S, S, S, S S E E E E E

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Keterangan S : Supervising Responsibility C : To Be Consulted - Before Action (Pengawasan) (Pelaksana) N : To Be Notified - Before Action E : Executive Responsibility (Fasilitator) (Pengambil Keputusan)

Bagi hasil menurut terminologi asing dikenal dengan profit sharing. Profit sharing dalam ekonomi diartikan pembagian laba. Dengan demikian, bagi hasil merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana. Dalam pembangunan, sudah sewajarnya terdapat keterlibatan stakeholder. Keterlibatan stakeholder kemudian dapat mendukung proses pembangunan melalui investasi dana terhadap proyek yang akan dibangun.

Tentunya, stakeholder tidak serta – merta memperoleh keuntungan penuh, melainkan harus membagi hasil dengan pemilik lahan sehingga ada hubungan timbal balik antara penyedia lahan (masyarakat) dan investor (stakeholder).

Menurut Stand Akuntasi Pemerintah (SAP), aset adalah sumberdaya yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan/atau sosial yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh Pemerintah, dan dapat diukur dalam satuan uang, termasuk di dalamnya sumberdaya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber – sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam hal ini, beberapa aset yang terdapat di kawasan perancangan adalah lahan yang digunakan untuk rumah masyarakat serta lahan yang digunakan untuk obyek wisata, seperti Makam Sunan Pandanaran dan Masjid Golo. Status kepemilikan aset yang ada di kawasan perancangan jelas, karena pemilik lahan adalah masyarakat dan pemerintah setempat, sehingga memudahkan dalam proses pembangunan dan kerjasama dengan stakeholder terkait.

Untuk mendukung proses pembangunan, keterlibatan stakeholder tentu dibutuhkan. Dalam hal ini, keterlibatan stakeholder dapat dilihat dari investasi yang dilakukan serta kepemilikan asset sebagai salah satu produk dalam proses perencanaan.

Privatisasi / swastanisasi asset kemudian perlu dilakukan agar dapat memberikan timbal balik terhadap keterlibatan stakeholder. Kebijakan privatisasi merupakan salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengalihkan Sebagian atau keseluruhan asset yang dimiliki negara kepada pihak swasta.

Beberapa kasus Swastanisasi asset di Kawasan perancangan terlihat di beberapa obyek, salah satunya adalah asset permukiman. Asset permukiman terdiri dari beberapa lahan, termasuk lahan yang digunakan masyarakat untuk membangun rumah. Dalam hal ini, pihak swasta kemudian akan mengambil alih Sebagian lahan untuk dikembangkan sebagai penginapan yang kemudian akan menghasilkan keuntungan, yang sesuai dengan konsep BOO sebagai konsep manajemen pengelolaan di Kawasan perancangan.

Di sisi lain, ada beberapa asset yang tidak dapat dialih tangankan, karena memang merupakan tanggungjawab dari pemerintah setempat. Beberapa contohnya adalah obyek wisata yang terdapat di Kawasan perancangan, seperti Makam Sunan Pandanaran dan Masjid Golo. Kedua asset ini merupakan obyek wisata utama di Kawasan perancangan, dan juga merupakan asset pemerintah setempat. Sehingga untuk keterlibatan stakeholder hanya sebatas dalam proses pembangunan, dan yang mengelola tetap masyarakat setempat sebagai tanggungjawab atas kepemilikan asset tersebut, sesuai dengan konsep PPCP sebagai konsep manajemen pengelolaan di Kawasan perancangan.

Kawasan

Perancangan harus dilakukan pengelolaan dengan melibatkan berbagai stakeholder seperti pemerintah, swasta dan masyarakat. Setiap stakeholder memiliki peran serta saling mendukung dan berintegrasi dalam pembangunan dan pengelolaan kawasan perancangan “Paseban Heritage Tourism”.

Stakeholder yang terlibat di kawasan perancangan diidentifikasi enam zona.

Tiap zona terdapat stakeholder eksisting dan rencana yang saling berkaitan dan memiliki perannya masing- masing baik peran dalam pengambilan keputusan (policy creator), peran mengkoordinasikan stakeholder yang terlibat (coordinator), peran memfasilitasi (facilitator), peran melakukan pelaksanaan kebijakan (implementor) dan yang berperan mempercepat dan memberikan kontribusi agar rencana berjalan sesuai sasaran (accelerator). Peran stakeholder dalam hal ini memiliki kepentingan dan pengaruh masing-masing terhadap pembangunan dan pengelolaan yang akan dilaksanakan.

Eksisting Pada zona makam Sunan Pandanaran melibatkan 11 stakeholder pada kondisi eksisting dan 4 stakeholder rencana yang akan terlibat dalam proses pembangunan dan pengelolaan. Stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi saat ini berperan sebagai stakeholder kunci dimana mereka memiliki kewenangan legal dalam hal mengambil keputusan, yaitu Dinas Purbakala, Pemerintah Kabupaten Klaten, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Tabel 12. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Makam Sunan Pandanaran

Pengaruh Rendah

Kepentingan Rendah

Kepentingan Tinggi

 

Pemdes Paseban Masyarakat Desa Paseban

BUMDes Desa Paseban

Pengaruh Tinggi   

Dinas Pariwisata Kecamatan Bayat Juru Kunci Makam Sunan

  

Dinas Purbakala Pemerintah Kab. Klaten Pemerintah Prov. Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Tabel 13. Analisis Stakeholder Eksisting Zona Makam Sunan Pandanaran

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pemerintah Provinsi

Pengorganisir dan

4

5

3

Pemerintah Kabupaten

Pembuat keputusan

4

5

3

Pemerintah Kecamatan Bayat

Pelaksana dan Pengontrol

3

3

3

Pemerintah Desa Paseban

Pembuat keputusan, Pelaksana,

4

4

5

BUMDES Paseban

Pendukung, Pengontrol dan

3

4

5

Dinas Pariwisata

Pendukung

3

3

2

Purbakala

Pengorganisir dan

5

5

5

Masyarakat Paseban

Pemanfaat

4

4

5

Juru Kunci Makam Sunan Pandanaran

Pembuat keputusan dan Pengontrol

4

5

4

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Rencana Stakeholder yang direncanakan turut berperan dan terlibat pada zona Makam Sunan Pandanaran adalah Pokdarwis, pengelola parkir dan shuttle dan LSM sebagai stakeholder pendukung yang memiliki peran pendukung dengan kepentingan dan pengaruh rendah, dan Badan Promosi Wisata Kabupaten Klaten yang memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi.

Tabel 14. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran

Pengaruh Rendah  

Kepentingan Rendah

Pokdarwis Pengelola Parkir dan Shuttle

Kepentingan Tinggi

Pengaruh Tinggi LSM Badan Promosi Wisata Kabupaten Klaten

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019 Tabel 15. Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran

Kelompok stakeholder

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Peran dalam kegiatan

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pokdarwis

Pendukung

3

3

4

Badan Promosi Wisata

Pendukung dan Pelaksana

5

5

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Eksisting Pada zona Masjid Golo melibatkan 9 stakeholder pada kondisi eksisting dan 2 stakeholder rencana yang akan terlibat dalam proses pembangunan dan pengelolaan.

Stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi saat ini berperan sebagai stakeholder kunci dimana mereka memiliki kewenangan legal dalam hal mengambil keputusan, yaitu Dinas Purbakala, Pemerintah Kabupaten Klaten, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Tabel 16. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Masjid Golo

Pengaruh Rendah  

Kepentingan Rendah

Kepentingan Tinggi

Pemdes Paseban Masyarakat Desa Paseban

BUMDes Desa Paseban

Pengaruh Tinggi      

Dinas pariwisata Kecamatan Bayat Juru Kunci Makam Sunan Dinas Purbakala Pemerintah Kabupaten Klaten Pemerintah Prov. Jawa Tengah

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019 Tabel 17. Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pemerintah Provinsi

Pengorganisir dan pengontrol

4

5

3

Pemerintah Kabupaten

Pembuat keputusan

4

5

3

Pemerintah Kecamatan Bayat

Pelaksana dan Pengontrol

3

3

3

Pemerintah Desa Paseban

Pembuat keputusan, Pelaksana, dan Pengorganisir

4

4

5

BUMDES Paseban

Pendukung, Pengontrol dan Pengorganisir

3

4

5

Dinas Pariwisata

Pendukung

3

3

2

Dinas Purbakala

Pengorganisir dan Pengontrol

5

5

5

Masyarakat Paseban

Pemanfaat

4

4

5

Juru Kunci Makam Sunan Pandanaran

Pembuat keputusan dan Pengontrol

4

5

4

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Rencana Stakeholder yang direncanakan turut berperan dan terlibat pada Zona Masjid Golo yakni Pokdarwis sebagai stakeholder pendukung yang memiliki peran pendukung dengan kepentingan dan pengaruh rendah, dan Badan Promosi Wisata Kabupaten Klaten yang memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi.

Tabel 18. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Masjid Golo

Pengaruh Rendah Kepentingan Rendah

Pengaruh Tinggi

Pokdarwis

Kepentingan Tinggi

Badan Promosi Wisata Kabupaten Klaten Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Tabel 19 . Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pokdarwis

Pendukung

3

3

4

Badan Promosi Wisata

Pendukung, Pelaksana

5

5

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Eksisting Pada zona Sendang Maerokoco melibatkan 4 stakeholder pada kondisi eksisting dan 8 stakeholder rencana yang akan terlibat dalam proses pembangunan dan pengelolaan.

Stakeholder yang berperan dalam zona Sendang Maerokoco saat ini yakni Pemerintah Desa Paseban, masyarakat Desa Paseban, Pemerintah Kecamatan Bayat, dan Badan Usaha Milik Desa Paseban yang setiap stakeholder tersebut memiliki pengaruh serta kepentingan pada tingkatan yang berbeda

Tabel 20. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Sendang Maerakoco

Pengaruh Rendah  

Kepentingan Rendah Kepentingan Tinggi

Pengaruh Tinggi

Pemdes Paseban Masyarakat Desa Paseban

Kecamatan Bayat

BUMDes Desa Paseban Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Tabel 21 . Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Sunan Pandanaran

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pemerintah Kecamatan Bayat

Pelaksana dan Pengontrol

3

3

3

Pemerintah Desa Paseban

Pembuat keputusan, Pelaksana dan Pengorganisir

4

4

5

BUMDES Paseban

Pendukung, Pengontrol dan Pengorganisir

3

4

5

Masyarakat Paseban

Pemanfaat

4

4

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Rencana

Pada stakeholder rencana di Zona Sendang Maerakoco direncanakan perlunya keterlibatan dari Pokdarwis sebagai stakeholder primer, dimana yang memiliki peran pendukung dan keterlibatannya akan berdampak secara langsung dari rencana kegiatan.

Stakeholder rencana yang memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi saat ini berperan sebagai stakeholder kunci dimana mereka memiliki kewenangan legal dalam hal mengambil keputusan, yaitu Dinas Purbakala, Badan Promosi Wisata Kabupaten Klaten, dan Dinas UMKM.

Tabel 22. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Sendang Maerakoco

Pengaruh Rendah

Kepentingan Rendah

Kepentingan Tinggi

Pokdarwis

Pengaruh Tinggi   

PKK

  

Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Klaten Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Badan Promosi Wisata Kabupaten Klaten Purbakala UMKM

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Berikut ini disajikan tabel peran stakeholder rencana pada zona Sendang Maerakoco beserta seberapa besar tingkat pengaruh dan kepentingan terhadap kegiatan yang diidentifikasi.

Tabel 23. Analisis Stakeholder Rencana Zona Sendang Maerakoco

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pokdarwis

Pendukung

3

3

4

Dinas Pariwisata

Pendukung

3

3

2

Pemerintah Kabupaten

Pembuat keputusan

4

5

3

Pemerintah Provinsi

Pengorganisir dan pengontrol

4

5

3

Badan Promosi Wisata

Pendukung dan

5

5

5

Purbakala

Pengorganisir dan pengontrol

5

5

5

PKK

Pelaksana dan pemanfaat

3

4

3

Dinas UMKM

Pendukung, pengontrol dan Pembuat

4

5

4

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Eksisting Pada Zona Makam Pangeran Wuragil melibatkan 4 stakeholder pada kondisi eksisting dan 6 stakeholder rencana yang akan terlibat dalam proses pembangunan dan pengelolaan. Stakeholder yang berperan saat ini adalah Pemerintah Desa Paseban, masyarakat Desa Paseban, Pemerintah Kecamatan Bayat, dan Badan Usaha Milik Desa Paseban yang setiap stakeholder tersebut memiliki pengaruh serta kepentingan pada tingkatan yang berbeda

Tabel 24. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Makam Pangeran Wuragil

Pengaruh Rendah

Pengaruh Tinggi

Pemdes Paseban Masyarakat Desa Paseban BUMDes Desa Paseban

Pemerintah Kecamatan Bayat

 

Kepentingan Rendah Kepentingan Tinggi

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019 Tabel 25. Analisis Stakeholder Eksisting Zona Makam Pangeran Wuragil

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pemerintah Kecamatan Bayat

Pelaksana dan Pengontrol

3

3

3

Pemerintah Desa Paseban

Pembuat keputusan, Pelaksana dan Pengorganisir

4

4

5

BUMDES Paseban

Pendukung, Pengontrol dan Pengorganisir

3

4

5

Masyarakat Paseban

Pemanfaat

4

4

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Rencana Pada stakeholder rencana di zona Makam Pangeran Wuragil direncanakan perlunya keterlibatan dari Pokdarwis sebagai stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah, serta keterlibatan Badan Promosi Wisata Kabupaten Klaten dan Purbakala yang memiliki kepentingan dan pengaruh tinggi.

Tabel 26. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Makam Pangeran Wuragil

Pengaruh Rendah

Dinas Pariwisata Pemerintah Kabupaten Klaten Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

 

Pokdarwis

Kepentingan Rendah

Pengaruh Tinggi



Badan Promosi Wisata Kabupaten Klaten Purbakala



Kepentingan Tinggi



Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019 Tabel 27. Analisis Stakeholder Rencana Zona Makam Pangeran Wuragil

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan

Pokdarwis

Pendukung

3

3

4

Dinas Pariwiwsata

Pendukung

3

3

2

Pemerintah Kabupaten

Pembuatan keputusan

4

5

3

Pemerintah Provinsi

Pengorganisir dan pengontrol

4

5

3

Badan Promosi Wisata

Pendukung dan Pelaksana

5

5

5

Purbakala

Pengorganisir dan pengontrol

5

5

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Tabel 28. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Penginapan

Kepentingan Rendah

Pengaruh Rendah

Pengaruh Tinggi

Pemdes Paseban

Kecamatan Bayat

Kepentingan Tinggi

Masyarakat Desa Paseban Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Tabel 29. Analisis Stakeholder Eksisting Zona Penginapan

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pemerintah Kecamatan Bayat

Pelaksana dan Pengontrol

3

3

3

Pemerintah Desa Paseban

Pembuat keputusan, Pelaksana dan Pengorganisir

4

4

5

Masyarakat Paseban

Pemanfaat

4

4

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Rencana

Pada zona penginapan dalam proses pembangunan dan pengelolaan akan direncanakan adanya keterlibatan Pokdarwis, LSM, dan CSR. Dimana LSM sebagai stakeholder pendukung yang tidak memiliki kepentingan langsung terhadap rencana namun memiliki kepedulian yang besar terhadap proses pengembangan. LSM akan menjadi fasilitator dalam proses pengembangan di zona penginapan dan memiliki pengaruh yang besar.

Tabel 30. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Penginapan

Pengaruh Rendah Kepentingan Rendah Kepentingan Tinggi

Pokdarwis

Pengaruh Tinggi LSM CSR

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Tabel 31. Analisis Stakeholder Rencana Zona Penginapan

Kelompok stakeholder

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Peran dalam kegiatan

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

LSM

Pendukung dan Pemanfaat

3

3

2

CSR

Pelaksana dan Pendukung

5

5

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Eksisting Pada zona permukiman saat ini hanya melibatkan 4 stakeholder dan akan direncanakan keterlibatan 3 stakeholder lain yang akan terlibat dalam proses pembangunan dan pengelolaan. Stakeholder yang berperan dalam zona permukiman saat ini yakni Pemerintah Desa Paseban, masyarakat Desa Paseban, dan Pemerintah Kecamatan Bayat Tabel 32. Analisis Pengaruh Stakeholder Eksisting Zona Permukiman

Pengaruh Rendah Kepentingan Rendah Kepentingan Tinggi

 

Pemdes Paseban Masyarakat Desa Paseban

Pengaruh Tinggi Kecamatan Bayat

Pemerintah Kab. Klaten Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Tabel 33 Analisis Stakeholder Eksisting Zona Permukiman

Kelompok stakeholder

Peran dalam kegiatan

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

Pemerintah Kabupaten Klaten

Pembuat keputusan

4

5

3

Pemerintah Kecamatan Bayat

Pelaksana dan Pengontrol

3

3

3

Pemerintah Desa Paseban

Pembuat keputusan, Pelaksana dan Pengorganisir

4

4

5

Masyarakat Paseban

Pemanfaat

4

4

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Rencana Pada stakeholder rencana di zona permukiman direncanakan perlunya keterlibatan dari PKK sebagai stakeholder yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah, serta keterlibatan LSM dan CSR yang memiliki pengaruh tinggi dalam pembangunan dan pengelolaan zona permukiman.

Tabel 34. Analisis Pengaruh Stakeholder Rencana Zona Permukiman

Pengaruh Rendah Kepentingan Rendah Kepentingan Tinggi

PKK

Pengaruh Tinggi LSM CSR

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Tabel 35, Analisis Stakeholder Rencana Zona Permukiman

Kelompok stakeholder

Pengaruh kegiatan terhadap kepentingan stakeholder T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting ;2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat penting ;5 = pemain kunci

Peran dalam kegiatan

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan kegiatan T = tidak dikenal ;1 = sedikit/ tidak penting 2 = agak penting ;3 = sedang ;4 = sangat Tahap penyiapan

Tahap pelaksanaan kegiatan

PKK

Pendukung, Pelaksana

4

3

4

LSM

Pendukung, Pemanfaatan

3

3

2

CSR

Pelaksana, Pendukung

5

5

5

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Network

Planning Analysis digunakan dalam implementasi proyek yang bertujuan untuk memaksimalkan input dalam pencapaian output di akhir.

Analisis ini menggunakan prinsip dengan cara membagi proyek ke dalam komponen-komponen atau aktivitas yang dapat di manage atau di kelompokkan.

Diagram network merupakan kerangka penyelesaian proyek baik masing-masing pekerjaan dijadikan satu secara

keseluruhan atau dapat dilakukan secara keseluruhan.

Adanya diagram network tersebut menjadikan sistem manajemen dapat menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di samping itu, network planning analysis juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk menyelesaikan proyek tersebut.

Tabel 36. Analisis Network Planning Analysis

Zona

Aktivitas – aktivitas yang harus diselesaikan Aktivitas sebelum memulai aktivitas berikutnya

Aktivitas – aktivitas yang hanya bisa Durasi dimulai (Bulan) setelah aktivitas

Pra Kontruksi None

A

A

B

B

C

C

D

D

E

Semua Zona

Izin Survei Survei dan Pendekatan Masyarakat (Jaring Asmara) Pembuatan Proposal Rencana bersama masyarakat dan stakeholder lainnya Perizinan :  Izin Prinsip  Izin Lokasi  Izin Guna Lahan  IMB Pematangan dan Persiapan Lahan

B

1

C

2

D

3

E,F,G,K,,M

3

H,I,J,L

6

Zona

Aktivitas – aktivitas yang harus diselesaikan Aktivitas sebelum memulai aktivitas berikutnya

Aktivitas – aktivitas yang hanya bisa Durasi dimulai (Bulan) setelah aktivitas

Konstruksi Tahap I

N

24

      

Perbaikan Area Situs Makam Sunan Pandanaran Perbaikan Fasad Bangunan Makam Perbaikan Jalan Menuju Makam Perbaikan Loket Tiket Masuk Situs WC Umum Perbaikan Toko di Sepanjang Jalan Menuju Makam Kantor Pengelola Tong Sampah Tempat Wudhu Pendopo Musholla Taman Toko Pasar Seni di Area Situs

G

      

Perbaikan Area Masjid Golo Ruang Pengelola Bangunan Masjid Golo Tempat Wudhu WC Taman Tong Sampah

N

12

H

       

Pembangunan Lahan Parkir Pembebasan Lahan Pangkalan Ojek Penataan Parkir Tanaman Lampu Shelter Bus Pos Informasi

N

6

    

D

F

Zona Makam Sunan Pandanaran

D

E

 

Zona

Aktivitas – aktivitas yang harus diselesaikan Aktivitas sebelum memulai aktivitas berikutnya

Aktivitas – aktivitas yang hanya bisa Durasi dimulai (Bulan) setelah aktivitas

Konstruksi Tahap II Zona E Penginapan

Zona Sendang E Maerokoco

I

Pembangunan Homestay 100%  Pembangunan Homestay  Pusat Informasi  Pos Keamanan  Taman

N

12

J

Perbaikan dan Pembangunan Area Sendang Maerokoco  Perbaikan Sendang Maerokoco  Pendopo Payung  Pendopo Joglo  Open Theater  Ruang Penyimpanan  Ruang Peralatan  Musholla  Tempat Wudhu  WC Umum  Showroom Gerabah  Pasar Gerabah  Kolam Hias  Museum  Ruang Pengelola  Pos Keamanan  Tempat Parkir

N

24

Zona

Aktivitas – aktivitas yang harus diselesaikan Aktivitas sebelum memulai aktivitas berikutnya

Aktivitas – aktivitas yang hanya bisa Durasi dimulai (Bulan) setelah aktivitas

Konstruksi Tahap III  

Zona Makam Pangeran Wuragil

D

K

        

Zona E Permukiman

   

L

              

Perbaikan Area Situs Makam Bangunan Makam Pangeran Wuragil Ruang Pengelola Loket Tiket Musholla Tempat Wudhu WC Umum Tong Sampah Pendopo Taman Perbaikan dan Penataan Permukiman Rumah Musholla Perbaikan SD Perbaikan Kantor Kelurahan Perbaikan Bumdes Toko Kelontong TPS 3R Kantor Pengelolaan Ruang Penyimpanan Alat Ruang Penyimpanan Produk Perbaikan Jalan dan Pengadaan Atribut Jalan Jalan Perbaikan Drainase Jalur Pejalan Kaki Lampu Jalan Penanda Tempat Duduk Tong Sampah Tanaman

Semua Zona D

M

Semua Zona F,G,H,I,J,K,L,M,N

N

TOTAL DURASI

TOTAL TOTAL DURASI DURASI

TOTAL DURASI

Operasional dan Maintenance

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

N

12

N

24

N

24

None

192

TOTAL DURASI 240

Pada metode CPM terdapat dua buah perkiraan waktu dan biaya untuk setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua perkiraan tersebut adalah perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya normal (normal estomate) dan perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dpercepat (crash estimate).

Dalam menentukan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian-rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa jalur kritis berisikan kegiatan-kegiatan kritis dari awal sampai akhir jalur.

15

A

1

1

1 0

B

3

3

2 1

1

C

6

6

3 3

3

D

15 9

15

E

9

6

48

I

27

12 15

6

27

15 15

J

39

24 24

9

48

L

39 39

24 24

3 6

21

6 42

15 0

H

9

48 48

9

33

F 24

9

9

33

21

G 12

36

9

48

K

21

12 36

9

48

M

33

24

24

48

Gambar 34 Diagram Critical Path Method

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Critical Activity : A-B-C-D-F-N ( ZONA MAKAM SUNAN PANDANARAN )

A-B-C-D-E-I-N ( ZONA PENGINAPAN/HOMESTAY )

N

240

192 240

Berdasarkan konsep pengelolaan yang telah dirumuskan salah satunya ialah konsep PPCP (Public Private Community Partnership) dalam mengimplementasikan konsep tersebut diperlukan biaya atau cost yang akan dikeluarkan maupun keuntungan atau benefit yang akan didapat. Tujuan dari perhitungan cost dan benefit ini adalah untuk mengetahui kelayakan suatu proyek dari konsep PPCP pada kawasan perancangan.

Tabel 37 Cost Financial PPCP

Tahapan Pra Konstruksi

Zona Zona Maka m Sunan Pandanaran, Zona Masjid Golo, Zona Sendang Maerokoco, dan ZonaM akam PangeranW uragil

Aktivitas Program Retribusi Perizinan perbaikan pembangunan sarana rekreasi Makam Sunan Pandanaran, Masjid Golo, Makam Pangeran Wuragil (Izin Lokasi, Pendaftaran Investasi) Perizinan pem bangunan Sendang Maerokoco

Asumsi

Sumber

Kebutuhan : Pendopo pada zona Makam Wuragil seluas 75 m2 sebanyak6 unit Asumsi : Biaya izin Lokasi sebesar 1.000/m2 Besar retribusipendaftara ninvestasi sebesarRp. 67.500

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 20 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu

Kebutuhan : Teater seluas 1.200 m2 sebanyak 1 unit Museum seluas1.200 m2 s ebanyak 1 unit Asumsi : Biaya izin Lokasi sebesar Rp 1.000/m2 Besar retribusi pendaftaran investasi sebesarRp. 67.500

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 20 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi ke (bln) 1 5

Rincian

Total Cost

Deskripsi

Angka

Besaran biaya Izin Lokasi Luas Total : 450 m2, sehingga retribusinya sebesar 450.000

Besar retribusi pendaftaran investasi : 67.500 Besar retribusi izin lokasi : 450.000

Besaran biaya Izin Lokasi Luas Total : 2.400 m2, sehingga retribusinya sebesar 2.400.000

Besar retribusi pendaftaran investasi : 360.000 Besar retribusi izin lokasi : 2.400.000

Rp. 3.277.500

Tahapan Konstruksi Tahap I

Zona Zona Makam Sunan Pandanaran

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 2

Duras i (bln) 24

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Biaya perbaikan fasad bangunan= (luas lahan x harga plester) + (luas Penampang yang dicat x harga cat)

(4.000 x 72.000) + [1/4 (4.000) x 20.000)

Perbaikan Fasad Bangunan Makam

Kebutuhan : Luas Makam= 4.000 m2 asumsi : perbaikan fasad bangun an makam yaitu plester semen= 72.000/m2, cat tembok= 20.000/ m2 dengan asumsi 1/4 dari luas lahan tertutupi dinding

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 50 Tahun 2014 tentang Standardisasi Biaya Kegiatan dan Honorarium

Perbaikan Jalan Menuju Makam

Kebutuhan : panjang pedestrian way dari pasar seni menuju Makam Sunan Pandanaran sepanjang 510 meter asumsi : harga pembuatan troto ar adalah 1.500.000/m, pemberian 2 bangku untuk beristirahat tiap 25 anak tangga (total 100 anak tangga untuk menuju Makam Sunan Pandanaran), asumsi harga kursi adalah 2.400.000/unit

Pembangunan Trotoar Ideal di Jakarta Perlu Biaya 5 Juta Per Meter (www. kompas.com); Tambah Kursi Taman, Trotoar Jadi Lebih Nyaman (madiu ntoday.id)

Biaya perbaikan jalan menuju makam= (total lintasan trotoar x harga) + (total unit bangku x harga)

(510 x 1.500.00 0) + ([100/25 x 2] x 2.400.000)

Rp.784.200.000

Perbaikan Loket Tiket Masuk Situs

Kebutuhan: 4 unit loket tiket,asumsi : harga perbaikanloket tik

Biaya perbaikan loket tiket= total unit x harga

4 x 1.000.000

Rp.4.000.000

WC Umum

Kebutuhan: 14 unit WC umum, asumsi : harga pembuatan WC umum adalah 7.616.950 /unit

PERMEN Pariwisata RI Nomor 3 Tahun 2018 tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata

Biaya pembuatan WC umum= total u nit x harga

14 x 7.616.950

Rp.308.000.000

Rp.106.637.300 .

Tahapan Konstruksi Tahap I

Zona Zona Makam Sunan Pandanaran

Aktivitas Program

Asumsi

Perbaikan Toko di Sepanjang Jalan Menuju Makam

Kebutuhan: perbaikan 356 unit toko di sepanjang jalan menuju makam, asumsi : perbaikan toko adalah 1.000.000/unit

Kantor Pengelola

Kebutuhan: 1 unit kantor pengelola, asumsi : harga perbaikan kantor pe ngelola adalah 1.000.000/

Pengadaan Tong Sampah

Kebutuhan : tong sampah sebanyak 6 buah (dipilah organik, anorganik dan B3) Harga tong sampah 50 liter @200.000,-

Pembangunan Tempat Wudhu

Kebutuhan : 6 buah, luas @ 8 meter Asumsi : harga pembangunan tempat wudhu 1.000.000,/ meter Kebutuhan: 3 unit Asumsi : harga joglo pendopo perunit 10.500.000,-

Pembangunan Pendopo

Renovasi Musholla

Kebutuhan : luas musholla 168 m2 Asumsi : biaya renovasi diasumsikan cat tembok = 3.000.000; plester semen, ubin & sajadah = 7.000.000; atap bangunan & plafon gipsum = 5.000.000; kusen pintu dan jendela = 5.000.000

Sumber

Harga didapat melalui e-commerce

Harga didapat melalui e-commerce Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 50 tahun 2014 tentang Standardisasi Biaya Kegiatan dan Honorarium

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi ke (bln) 2 24

Rincian

Total Cost

Deskripsi

Angka

Biaya perbaikan toko = total unit x harga

356 x 1.000.000

Biaya perbaikan kantor= total unit x harga

1 x 1.000.000

Rp.1.000.000

kebutuhan x harga

6 x 200.000

Rp.1.200.000

Biaya Pembangunan Tempat Wudhu = luas x kebut uhan x harga per meter Biaya Pembangunan Pendopo Joglo = unit x harga

8 x 6 x 1.000.00 0

Rp.48.000.000

3 x 10.500.000,-

Rp.31.500.000

Biaya renovasi musholla 168m 2= penjumlahan rincian biaya

3.000.000 + 7.0 00.000 + 5.000.

000 + 5.000.00 0

Rp.10.000.000

Rp.356.000.000

Waktu

Konstruksi Tahap I

Zona Makam Sunan Pandanaran

Zona Masjid Gholo

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Pembangunan Taman Wisata

Pembangunan ruang terbuka hijau berupa taman aktif seluas 150 m2; Asumsi harga pembangunan 150.000/m2

Cara menghitung biaya pembuatan taman versi arsitektur (Ga rdener.id)

2

Perbaikan Toko di Pasar Seni

Kebutuhan perbaikan 33 unit toko di pasar; Asumsi biaya renovasi 10.000.000 per unit

SNI Tata Bangunan Lingkungan, Bangunan Gedung dan Perumahan

Pembangunan ruang pengelola

Kebutuhan : Luas 16 m2.

Asumsi : Biaya bangunan tidak bertingkat = 2.230.000/m2

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2014

Pembangunan taman

Kebutuhan : Luas 150 m2, jumlah gazebo bambu = 6 , Jumlah lampu penerangan = 7, banyak tanaman hias yang di butuhkan = Bunga Sepatu, banyak pohon tanjung peneduh yang dibutuhkan = 5.

Asumsi : Harga Penanaman rumput = 15.000/m2, Harga gazebo bambu = 10.500.000/unit, Harga Lampu Penerangan = 250.000/unit , Harga bibit bunga sepatu = 15.000/30 butir biji , Harga Pohon tanjung peneduh = 45.000/pohon

SNI Tata Cara Bangunan Lingkungan, Bangunan Gedung dan Perumahan, ECommmerce : Shopee, Tokopedia

4

Durasi

Zona

Tahun

Tahapan

12

Rincian Deskripsi

Angka

Total Cost

Biaya pembangunan t aman = luas x harga

150 x 150.000,-

Rp.22.500.000

Biaya perbaikan toko = unit x harga

33 x 10.000.000

Rp. 330.000.000

Biaya Pembangunan ruang pengelola = luas ruang x besaran biaya

Biaya Pembangunan ruang pengelola = 16 m2 x 2.230.000 =

Rp.35.680.000

Biaya Penanaman rumput = luas taman x besaran biaya penanaman rumput, Biaya Penyediaan gazebo = jumlah unit x besaran biaya per unit, Biaya lampu taman = jumlah unit x besaran biaya per unit, Biaya pengadaan bibit bunga sepatu =besaran biaya per 30 butir, Biaya pengadaan pohon tanjung = jumlah unit x besaran biaya per unit

Biaya Penanaman rumput = 150 m2 x 15.000 = 2.250.000, Biaya Penyediaan Gazebo = 6 x 10.500.000 = 63.000.000, Biaya Pengandaan lampu taman = 7 x 250.000 = 1.750.000, Biaya pengadaan bunga sepatu = 15.000, Biaya Pengadaan pohon tanjung = 5 x 45.000 = 225.000

Rp.67.000.000

Tahapan Konstruksi Tahap I

Zona Zona Masjid Gholo

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Pengadaan tempat sampah

Kebutuhan : sebanyak 2 buah. Asumsi : Besaran harga tempat sampah =. 750.000/unit

ECommerce : Shopee

Pembangunan ruang janitor

Kebutuhan : Luas 27 m2. Asumsi : Biaya bangunan tidak bertingkat = 2.230.000/ m2

Perbaikan Tempat Wudhu

Perbaikan Bangunan Masjid Gholo

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 4

Durasi (bln) 12 bulan

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Biaya pengadaan tempat sampah = Jumlah unit x besaran biaya

Biaya Pengadaan Tempat Sampah = 2 x 750.000 = 1.500.000

Rp..1.500.000

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2014

Biaya Pembanguna n ruang janitor = luas ruang x

Biaya Pembangunan ruang janitor = 27 m2 x 2.230.000 =

Rp.60.210.000

Kebutuhan : Luas 23 m2.4 kran air , 2 lampu LED .

Asumsi : Harga Pembangunan = 2.230.000/m2, Harga Kran Air = 8.000/ buah, Harga Lampu LED = 40.000/buah

ECommerce : Shopee

Biaya Pembanguna n tempat wudhu = luas ruang x besaran biaya, Biaya pengadaan kran air = jumlah unit x besaran biaya per unit, Biaya pengadaan Lampu LED = jumlah unit x besaran biaya

Biaya Pembangunan tempat wudhu = 23 m2 x 2.230.000 = 51.290.000, Biaya Pengadaan kran air = 4 x 8.000 = 32.000, Biaya pengadaan lampu LED = 2 x 40.000 = 80.000

Rp.51.402.000

Kebutuhan : luas 1000 m2. Asumsi : Harga Pembangunan = 2.230.000/m2.

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2014

Biaya Pembanguna n masjid = luas ruang x besaran biaya

Biaya Pembangunan Masjid Gholo = 1000 m2 x 2.230.000 =

Rp.2.230.000.000

Tahapan Konstruksi Tahap I

Zona Zona Masjid Gholo

Zona Parkir

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 4

Durasi (bln) 12

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Biaya Pembangunan rumah makan = jumlah unit x luas ruang x besaran biaya

Biaya Pembangunan rumah makan = 6 x 266 x 2.230.000 = 3.559.080.000

Rp.3.559.080.000

Pembangunan Rumah Makan

Kebutuhan : rumah makan = 6 unit, luas tiap 1 unit = 266 m2.

Asumsi : Harga Pembangunan = 2.230.000/m2

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2015

Pembangunan toko oleholeh

Kebutuhan : toko oleholeh = 10 unit, luas tiap 1 unit = 164 m2.

Asumsi : Harga Pembangunan = 2.230.000/m2

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2016

Biaya Pembangunan toko oleh-oleh = jumlah unit x luas ruang x besaran biaya

Biaya Pembangunan toko oleh-oleh = 10 x 164 x 2.230.000 = 3.657.200.000

Rp.3.657.200.000

Pembangunan toko seni

Kebutuhan : toko seni = 48 unit. Luas tiap 1 unit = 8 m2. Asumsi : Harga Pembangunan = 2.230.000/m2

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2017

Biaya Pembangunan toko seni = jumlah unit x luas ruang x

Biaya Pembangunan toko seni = 48 x 8 x 2.230.000 = 856.320.000

Rp. 856.320.000

Pembangunan Lahan Parkir

Luas lahan parkir komunal = 2.500 m2 dan besaran biaya paving = Rp95.000 per m2

Biaya paving per m2 dalam indopaving.id

Biaya pembangunan parkir = luas parkir x harga paving block

Biaya pembangunan parkir = 2.500 m2 x Rp95.000 = Rp237.500.000

Rp. 237.500.000

Pembangunan Pangkalan Ojek

Luas pangkalan ojek = 16 m2 dan biaya penyediaan bangunan terbuka yaitu Rp1.087.000/ m2

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2014

Biaya pembangunan pos ojek = luas pos x besaran biaya pembangunan

Biaya pembangunan pangkalan ojek = 16 m2 x Rp1.087.000 = Rp17.392.000

Rp.17.392.000

Pembangunan Halte

Luas Halte = 8 m2 x 2 unit = 16 m2 dan biaya penyediaan bangunan terbuka yaitu Rp1.087.000/ m2

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2014

Biaya pembangunan halte = luas halte x besaran biaya pembangunan

Biaya pembangunan haltek = 16 m2 x Rp1.087.000 = Rp17.392.000

Rp.17.392.000

5

6

Tahapan Konstruks i Tahap I

Kontruksi Tahap II

Zona Zona Parkir

Sendang Maerokoco

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 5

Durasi (bln) 6

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Biaya pembanguna n pos informasi = luas pos x besaran biaya pembanguna

Biaya pembangunan pos = 32 m2 x Rp2.230.000 = Rp71.360.000

Rp.71.360.000

Pembangunan Pos Informasi

Luas pos informasi = 32 m2 dan biaya bangunan tidak bertingkat = 2.230.000 per m2

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2014

Pengadaan Tanaman dan Lampu

Pengadaan tanaman peneduh untuk 10 titik lokasi sebanyak 20 pohon dan besaran harga pohon peneduh 3 meter = Rp75.000

Harga pohon dalam sinarbetawigr oup.com

Biaya penanaman pohon = jumlah pohon x harga satuan

Biaya penanaman pohon = 20 pohonx Rp75.000 = Rp1.500.000

Rp.1.500.000

Jumlah lampu penerangan = 10 unit dan besaran harga lampu penerangan 50 watt = Rp450.000 per

Harga lampu dalam ecommerce

Biaya lampu penerangan = jumlah unit x besaran biaya per unit

Biaya lampu penerangan = 10 unitx Rp450.000 = Rp4.500.000

Rp.4.500.000

Kebutuhan: Luas Bangunan sendang = 60 m2 Panjang jalan = 90 m2 lahan yang diplester semen = 60m2 Asumsi: Perbaikan bangunan =.

2.230.000 Paving jalan = (Laveling, pemasangan, dan finishing). 115.000/m2 Plester semen =.

72.000/m2

Global wood craft PT Indonusa ConBlock (Precast Concrete Industry) Dalam www.rumah ideal.com Jawa Tengah No 50 Tahun 2014 tentang Standarisasi Biaya Kegiatan dan

Perbaikan bangunan = Luas x biaya perbaikan Perbaikan jalan (Paving Block) = Luas x biaya perbaikan Plester = Luas x biaya perbaikan

Perbaikan bangunan = 60m2 x 2.230.000 =.

138.800.000 Perbaikan jalan = 90m2 x 115.000 =.

10.350.000 Plester = 60m2 x 72.000 =.

4.320.000

Rp. 148.470.000

Perbaikan sendang Maerokoco

6

2

Tahapan Kontruksi Tahap II

Zona Sendang Maerokoco

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 6

Durasi (bln) 1 bulan

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Pembangunan ruang pengelola = jumlah x luas x biaya pembangunan

Pembangunan ruang = 5 x 9m2 x 2.230.000 =.

100.350.000

Rp. 100.350.000

Pembangunan ruang pengelola

Kebutuhan : Luas = 9m2 Jumlah yang dibutuhkan = 5 unit Asumsi : Pembangunan bangunan tidak bertingkat diasumsikan memiliki harga.

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 50 Tahun 2014 tentang Standarisasi Biaya Kegiatan dan Honorarium

Pemasangan pendopo payung

Kebutuhan : 10 Unit Asumsi : 1 harga pendopo payung =. 1.800.000

harga didapat melalui ecommerce

7 hari

Pemasangan pendopo payung =jumlah x biaya

Pemasangan pendopo = 10 x 1.800.000 =.

18.000.000

Rp.18.000.000

Pembangunan pendopo joglo

Kebutuhan: 7 unit Asumsi : Harga 1 pendopo joglo (kayu kelapa) =.

harga didapat melalui ecommerce

12 hari

Pembangunan pendopo joglo = jumlah x biaya pembanguan

Pembangunan pendopo joglo = 7 x.

10.500.000 =.

73.500.000

Rp.73.500.000

Pembangunan Open Theater

Kebutuhan : 1 Unit Luas 1200 meter Asumsi : Konsep open teater terbuka memerlukan pemasangan paving.

Biaya yang digunakan untuk pemasangan paving block per m2 (laveling, pemasangan, dan finishing)115.000 /

Global wood craft PT Indonusa ConBlock (Precast Concrete Industry)

4 Bulan

Pembangunan open teater = jumlah x luas x biaya pembanguan

Pembangunan open teater = 1 x 1200 x 115.000 =.

138.000.000

Rp. 138.000.000

Tahapan Kontruksi Tahap II

Zona Sendang Maerokoco

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 6

Durasi (bln) 2 bulan

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Pembanguna n ruang penyimpanan = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan ruang penyimpanan = 2 x 78 x 1.200.000 = .

187.200.000

Rp. 187.200.000

Pembangunan Ruang Penyimpanan

Kebutuhan : 2 Unit Luas 78 meter Asumsi : Perkiraan biaya berdasarkan spek bahan dan bekerja (paling

Daftar Satuan Harga Bangunan melalui ecommerce

Pembangunan Ruang Peralatan

Kebutuhan : 2 Unit Luas 26 meter Asumsi : Perkiraan biaya berdasarkan spek bahan dan bekerja (paling

Daftar Satuan Harga Bangunan melalui ecommerce

1 bulan

Pembanguna n ruang peralatan = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan ruang peralatan = 2 x 26 x 1.200.000 = . 62.400.000

Rp.62.400.000

Pembangunan Tempat Wudhu

Kebutuhan : 4 Unit Luas 6 meter Asumsi : Rincian Anggaran biaya pembangunan tempat wudhu Masjid At Tauhid Mangli, Magelang .6.200.000 /

Anggaran biaya pembanguna n tempat wudhu Masjid At Tauhid Mangli, Magelang

2 bulan

Pembanguna n tempat wudhu = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan Tempat Wudhu =4x6x 6.200.000 = .

148.800.000

Rp. 148.800.000

Pembangunan Tempat sampah

Kebutuhan : 10 Unit Asumsi : harga 1 tempat sampah=. 2.120.000

Daftar Satuan Harga melalui e-commerce

12 hari

Pembanguna n tempat sampah = jumlah x biaya pembanguna

Pembangunan tempat sampah = 10 x 2.120.000 =.

21.200.000

Rp.21.200.000

Tahapan Kontruksi Tahap II

Zona Sendang Maerokoco

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 6

Durasi (bln) 2 bulan

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Pembanguna n ruang janitor = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan ruang janitor = 1 x 44 x 1.200.000 =.

52.800.000

Rp.52.800.000

Pembangunan Ruang Janitor

Kebutuhan : 1 Unit Luas 44 meter Asumsi : Perkiraan biaya berdasarkan spek bahan dan bekerja (paling

Daftar Satuan Harga Bangunan melalui ecommerce

Pembangunan Toilet

Kebutuhan : 2 Unit Luas 29 meter Asumsi : Rincian Anggaran biaya pembangunan toilet berdasarkan proyek PDPT (pengembangan desa pesisir tangguh) Kabupaten Malang .4.200.000 / m2

Proyek PDPT (pengemban gan desa pesisir tangguh) Kabupaten Malang

2 bulan

Pembanguna n toilet = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan toilet = 2 x 29 x 4.200.000 =.

243.600.000

Rp. 243.600.000

Pembangunan pasar gerabah

Kebutuhan : 2 Unit Luas 300 meter Asumsi : Pembangunan bangunan tidak bertingkat diasumsikan memiliki harga.

2.230.000

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 50 Tahun 2014 tentang Standarisasi Biaya Kegiatan dan

4 Bulan

Pembanguna n pasar = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan pasar = 2 x 300 x 2.230.000 =.

1.338.000.000

Rp.1.338.000.000

Pembangunan Showroom Gerabah

Kebutuhan : 1 Unit Luas 600 meter Asumsi : Pembangunan bangunan tidak bertingkat diasumsikan memiliki harga.

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 50 Tahun 2014 tentang Standarisasi Biaya Kegiatan dan

3 Bulan

Pembanguna n showroom = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan showroom = 1 x 300 x 2.230.000 =.

1.338.000.000

Rp.1.338.000.000

Tahapan Kontruksi Tahap II

Zona Sendang Maerokoco

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 6

Durasi (bln) 1 bulan

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Pembanguna n kolam = jumlah x luas x biaya pembanguna

Pembangunan kolam = 2 x 30 x 2.000.000 =.

120.000.000

Rp. 120.000.000

Pembangunan Kolam Hias

Kebutuhan : 2 Unit Luas 30 meter Asumsi : Pembangunan kolam

dalam www.kigoi.id

Pembangunan Musholla

Kebutuhan : 1 Unit Luas 300 meter Asumsi : Rincian Anggaran biaya pembangunan Musholla Al Huda Denasri Batang .1.500.000

Rincian Anggaran biaya pembanguna n Musholla Al Huda Denasri Batang

3 Bulan

Pembanguna n musholla = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan musholla = 1 x 300 x 1.500.000=.

450.000.000

Rp. 450.000.000

Pembangunan Museum

Kebutuhan : 1 Unit Luas 1200 meter Asumsi : Pembangunan bangunan tidak bertingkat diasumsikan memiliki harga.

Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 50 Tahun 2014 tentang Standarisasi Biaya Kegiatan dan

2 Bulan

Pembanguna n museum = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan museum = 1 x 1200 x 2.230.000=.

2.676.000.000

Rp.2.676.000.000

Pembangunan Tempat Parkir

Kebutuhan : 1 Unit Luas 2500 meter Asumsi : Rincian Anggaran biaya pembangunan tempat parkir .1.000.000/m2 (Bahan dan Tenaga

sippa.ciptakar ya.pu.go.id

4 Bulan

Pembanguna n tempat parkir = jumlah x luas x biaya pembanguna n

Pembangunan tempat parkir = 1 x 2500 x 1.000.000 =.

2.500.000.000

Rp.2.500.000.000

Tahapan Konstruks i Tahap III

Zona Zona Makam Wuragil

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

perbaikan kawasan makam

Kebutuhan : perbaikan jalan menuju makam 50m2 , perbaikan gapuran menuju kawasan makam 1 unit Asumsi : perawatan kebersihan makam dan pemasangan paving blok 160000/m2, pembangunan gapura 1 unit 10000000/unit

warbekgressh (biaya -jasa-pasangpaving-block -2020), RAB Pembanguna n dan Perbaikan Gapura Desa

pembangunan zona makam wuragil

Kebutuhan : pembangunan ruang pengelola 26 m2, pembangunan toilet umum 57 m2, pembangunan tempat wudhu 23 m2, pembangunan taman 150 m2, pembangunan pendopo 5 m2, pemnyediaan tempat sampah sebanyak 2 unit, penyediaan ruang janitor seluas 44 m2

Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2014, RAB MCK Desa, e commerce, SNI Tata Cara Bangunan Lingkungan Bangunan Gedung dan Perumahan

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 8

Durasi (bln) 12

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Biaya perbaikan jalan = luas jalan x harga per luas paving Biaya perbaikan gapura = unit gapura x harga ppembangun an gapura/

Biaya perbaikan jalan = 50m2 x 160000 Biaya perbaikan gapura = 1 x 10000000

Rp.18.000.000

Biaya pembanguna n ruang pengelola = luas x harga

Biaya pembangunan ruang pengelola = 26 x 2230000

Rp.57.980.000

Biaya pembanguna n toilet = luas

Biaya pembangunan toilet = 57 x

Rp.21.375.000

Biaya pembanguna n tempat wudhu = (luas x harga) + keran +

Biaya pembangunan tempat wudhu = (23 x 223000) + 32000 + 80000

Rp.51.402.000

Tahapan

Zona

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun ke

Durasi (bln)

Asumsi : biaya pembangunan tidak bertingkat 2230000/m2, harga perunit tempat sampah 75000, pembangunan toilet umum atau mck 375000/m2, 4 kran air 32000, harga 2 lampu LED 80000, Harga Penanaman rumput = 15.000/m2, Harga gazebo bambu = 10.500.000/unit, Harga Lampu Penerangan = 250.000/ Pasca konstruksi

Zona Makam Sunan Pandanaran, Masjid Golo, Sendang Maerokoco, Makam Pangeran Wuragil

Operasional: Pembayaran retribusi dan pajak

Harga satuan retribusi gedung di Kabupaten Klaten :22.000 Dengan rincian pelestarian bangunan: -Makam Sunan Pandanaran -Masjid Golo -Sendang Maerokoco -Makam Pangeran Wuragil Asumsi: -Pajak restoran sebesar 10% -Pajak parkir sebesar 30%

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 20 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu

2-20

120

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Biaya Pembanguna n Taman = (luas x harga pemasangan rimput) + biaya pemasangan

Biaya Pembangunan Taman = (150 x 15000) + (30 x 45000) + (15000 x 100)

Rp.19.500.000

Pembanguna n Gazebo =

Pembangunan Gazebo = 5 x

Rp.52.500.000

Pembanguna n ruang janitor = luas

Pembangunan ruang janitor = 44x2230000

Rp.98.120.000

Penyediaan tempat sampah = unit x harga

Penyediaan tempat sampah = 2 x 75000

Rp.. 150.000

Retribusi IMB Bangunan Gedung= Luas lantai angunan x Koef. Fs. Bangunan x koef. Waktu pemanfaatan bangunan x Harga satuan retribusi bangunan gedung

IMB retribusi Makam Sunan Pandanaran: 4000 m2 x 0,48 x (0,33) x 0,4 x22.000 =560.000 IMB retribusi Masjid Golo: 1000 m2 x 0,48 x (0,33) x 0,4 x22.000=140.0 00

Rp. 112.000.000

Tahapan Pasca konstruksi

Zona Zona Makam Sunan Pandanaran, Masjid Golo, Sendang Maerokoco, Makam Pangeran Wuragil

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Operasional: Pembayaran retribusi dan pajak

Harga satuan retribusi gedung di Kabupaten Klaten :22.000 Dengan rincian pelestarian bangunan: -Makam Sunan Pandanaran -Masjid Golo -Sendang Maerokoco -Makam Pangeran Wuragil Asumsi: -Pajak restoran sebesar 10% -Pajak parkir sebesar 30%

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 20 Tahun 2011 tentang Retribusi Perizinan Tertentu

Operasional: Pembayaran listrik

Kebutuhan listrik: -Listrik untuk perdagangan dan jasa -Listrik untuk kebutuhan wisata Makam Sunan Pandanaran, Masjid Golo, Sendang Maerokoco, Makam Pangeran Wuragil Asumsi: -1 unit objek wisata menggunakan 900 KwH -Biaya 1 KwH di objek wisata =1.352 -1 unit pertokoan dan foodcourt menggunakan 450 Kwh -Biaya 1 KwH pertokoan

Peraturan Menteri ESDM No. 31 tahun 2014 Tentang Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh perseroan PT. PLN

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 2-20

Durasi (bln) 120

240

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

IMB retribusi Sendang Maerokoco: 800 m2 x 0,48 x (0,33) x 0,4 x22.000=112.

000 IMB retribusi Makam Pangeran Wuragil: 1000 m2 x 0,48 x (0,33) x 0,4 x22.000=140.

000 Pajak parkir: 30% Biaya tarif listrik wisata: unit bangunan x 900 KwH x biaya 1 KwH x waktu penggunaan Biaya tarif listrik pertokoan dan foodcourt: unit bangunan x 450 KwH x biaya 1 KwH x waktu penggunaan

Biaya listrik untuk objek wisata: 4 unit x 900 KwH x1.352 x 228 bulan=1.110.00 0.000 Biaya listrik untuk pertokoan dan foodcourt: 45 unit x 450 x650 x 228 bulan =3.001.100.000

Rp.4.111.100.000

Tahapan Pasca konstruksi

Zona Zona Makam Sunan Pandanaran, Masjid Golo, Sendang Maerokoco, Makam Pangeran Wuragil

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Operasional: Pembayaran air bersih

Kebutuhan air bersih: -Air bersih untuk masing-masing objek wisata Makam Sunan Pandanaran, Masjid Golo, Sendang Maerokoco, serta Makam Pangeran Wuragil -Air bersih untuk perdagangan dan jasa Asumsi: -Penggunaan air bersih pada perdagangan dan jasa juga 0,12 m3/hari/ kapita -Harga per 10 m3 air: Rp25.500; 1 m3 air:

Maintenance: Pemeliharaan berkala

Kebutuhan: Pemeliharaan berkala setiap 5 tahun sekali Asumsi: Besaran biaya pemeliharaan 1x adalah Rp100.000.000, sudah termasuk upah pegawai

Maintenance: Pengecekan berkala

Kebutuhan: pengecekan berkala setiap 3 bulan dalam 18 tahun Asumsi: Besaran biaya pengecekan 1x adalah Rp10.000.000, sudah termasuk upah pegawai

SNI Tahun 2002 tentang Sumberdaya Air

Waktu Pelaksanaan Tahun ke 2-20

JUMLAH Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Durasi (bln) 240

168235

Rincian Total Cost Deskripsi

Angka

Biaya tarif air bersih: tarif air bersih x volumer x jumlah unit

Tarif air bersih objek wisata religi: Rp2.550 x 3,6 x 4 unit = Rp37.000 x 60 bulan = Rp2.220.000 Tarif perdagangan dan foodcourt: Rp2.550 x 3,6 x 45 unit =Rp413000 x 60 bulan = Rp24.800.000

Rp.27.020.000

Biaya waktu pemeliharaan = waktu pemeliharaan berkala x besaran biaya

Biaya pemeliharaan = 4x Rp50.000.000 = Rp400.000.000

Rp.400.000.000

Biaya waktu pengecekan= waktu pemeliharaan berkala x besaran biaya

Biaya pengecekan = 72 x Rp10.000.000

Rp.720.000.000

Rp.28.178.319.300

Tabel 38 Benefit Financial PPCP

Zona

Aktivitas Program

Zona Makam Sunan Pandanara n

Tiket Masuk Wisata Makam Sunan Pandanaran

Asumsi

Sumber

Skenario weekdays (5 tahun pertama) 1 hari = 350 pengunjung; harga tiket Rp 3.000,Skenario weekdays (5 tahun kedua) 1 hari = 374 pengunjung; harga tiket Rp 5.000,Skenario weekdays (5 tahun ketiga) 1 hari = 390 pengunjung; harga tiket Rp 10.000,Skenario weekdays (5 tahun keempat) 1 hari = 413 pengunjung; harga tiket Rp 10.000,Skenario weekend dan hari besar lainnya (10 tahun pertama) = 1200 pengunjung; harga tiket Rp 7.000,Skenario weekend dan hari besar lainnya (10 tahun kedua) = 1200 pengunjung; harga tiket Rp 15.000,-

Analisis Pengguna: Proyeksi Pengunjung ; Perda Kab. Klaten No 19 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Usaha

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi ke (bln) 4-5 60

Rincian Deskripsi

Angka

jumlah pengunjun g x hari x tarif

350 x 269 x Rp 3.000

Benefit/tahun

Rp.282.450.00 0

Total Benefit Rp. 564.900.000

6-10

60

374 x 269 x Rp 5.000

11-15

60

390 x 269 x Rp 10.000

Rp 1.049.100.000

Rp.5.245.500.000

16-20

36

413 x 269 x Rp 10.000

Rp 1.110.970.000

Rp.5.554.850.000

4-10

84

1200 x 100 x Rp 7.000

11-20

120

1200 x 100 x Rp 15.000

Rp.503.030.00 0

Rp.840.000.00 0

Rp 1.800.000.000

Rp.2.515.150.000

Rp.5.880.000.000

Rp.18.000.000.00 0

Zona Zona Masjid Golo

Aktivitas Program Menjual makanan dan minuman

Asumsi

Sumber

Kebutuhan : tempat makan = 6 unit.

Asumsi : skenario bulan biasa = omset per bulan 2.000.000, skenario bulan mendekati ramadhan dan setelah ramadhan = omset per bulan 6.000.000, skenario bulan ramadhan = 1.500.000 per bulan.Bulan biasa = 7 bulan, mendekati ramadhan dan setelah ramadhan = 4 bulan, bulan ramadhan = 1 bulan.

Omset progresif naik 2.000.000 tiap 5 tahun.

https:// www.toko mesin.com /peluangusaharumahmakansederhanadananalisausahanya.h tml

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi ke (bln) 5-10 72

11-15

60

Rincian Deskripsi

Angka

Skenario 5 tahun pertama.

Skenario Bulan biasa = jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 2.000.000.

Skenario Bulan mendekati ramadhan = Jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 6.000.000.

Skenario bulan ramadhan = Jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 1.500.000

Skenario 5 tahun pertama.

Bulan biasa = 6 x7x5x 2.000.000 = 420.000.000.

Bulan mendekati ramadhan = 6 x 4x5x 6.000.000 = 720.000.000.

Bulan Ramadhan = 6 x 1x5x 1.500.000 = 45.000.000 .

Skenario 5 tahun kedua.

Bulan biasa = 6 x7x5x 4.000.000 = 840.000.000 .

Bulan mendekati ramadhan = 6 x 4x5x 8.000.000 = 960.000.000 .

Bulan Ramadhan = 6 x 1x5x 3.500.000 = 105.000.000.

Skenario 5 tahun kedua.

Skenario Bulan biasa = jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 4.000.000.

Skenario Bulan mendekati ramadhan = Jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 8.000.000.

Skenario bulan ramadhan = Jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 3.500.000

Benefit/tahun Rp.237.000.000

Rp.381.000.000

Total Benefit

Rp.1.185.000.000

Rp.1.905.000.000

Zona Zona Masjid Golo

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Menjual makanan dan minuman

Menjual oleh -oleh

Menjual batik dan hasil seni

Kebutuhan : Toko oleholeh = 10 unit.

Asumsi.O mzet per bulan = 5.500.000 .

Omzet progresif naik 3.000.000 tiap 5 tahun Kebutuhan : Toko seni = 48 unit.

Asumsi.

Omzet Per bulan = 3.000.000.

Omzet progresif naik 1.000.000 tiap 5 tahun

https:// peminjam. com/ peluangusaha-toko -oleh-oleh/

https:// peminjam. com/ peluangusahabatikrumahan/

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi ke (bln) 16-20 60

Rincian Deskripsi

Angka

Skenario 5 tahun ketiga.

Skenario Bulan biasa = jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 6.000.000.

Skenario Bulan mendekati ramadhan = Jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 10.000.000.

Skenario bulan ramadhan = Jumlah unit x jumlah bulan x 5 tahun x 5.500.000 Skenario 5 tahun pertama .

Jumlah unit x Jumlah bulan x 5.500.000.

Skenario 5 tahun ketiga.

Bulan biasa = 6 x 7 x 5 x 6.000.000 = 1.260.000.000 .

Bulan mendekati ramadhan = 6 x 4 x 5 x 10.000.000 = 1.200.000.000.

Bulan Ramadhan = 6 x 1 x 5 x 5.500.000 = 165.000.000 .

Skenario 5 tahun pertama.

Pendapatan = 10 x 12 x 5 x 5.500.000 =3.300.000.000.

Skenario 5 tahun kedua. Pendapatan = 10 x 12 x 5 x 8.500.000 =5.100.000.000 Skenario 5 tahun ketiga. Pendapatan = 10 x 12 x 5 x 11.500.000 =.

6.900.000.000

5-10

72

11-15

60

Skenario 5 tahun kedua.

Jumlah Unit x jumlah bulan x 8.500.000

16-20

60

Skenario 5 tahun ketiga.Jumlah unit x Jumlah bulan x 11.500.000 .

5-10

72

Skenario 5 tahun pertama .

Jumlah unit x Jumlah bulan x 3.000.000.

11-15

60

Skenario 5 tahun kedua.

Jumlah unit x Jumlah bulan x 4.000.000.

16-20

60

Skenario 5 tahun ketiga.Jumlah unit x Jumlah bulan x 5.000.000 .

Skenario 5 tahun pertama.

Pendapatan = 48 x 12 x 5 x 3.000.000 = 8.640.000.000.

Skenario 5 tahun kedua. Pendapatan = 48 x 12 x 5 x 4.000.000 = 11.520.000.000

Skenario 5 tahun ketiga. Pendapatan = 48 x 12 x 5 x 5.000.000 = 14.400.000.000.

Benefit/tahun

Total Benefit

Rp.525.000.000

Rp.2.625.000.000

Rp.660.000.000

Rp.3.300.000.000

Rp.1.020.000.000

Rp.1.380.000.000

Rp.1.728.000.000

Rp.2.304.000.000

Rp.2.880.000.000

Rp.5.100.000.000

Rp.6.900.000.000

Rp.8.640.000.000

Rp.11.520.000.000

Rp.14.400.000.000

Zona

Zona Parkir

Aktivitas Program

Parkir Wisata Religi (Komunal)

Asumsi

Sumber

Skenario Weekdays: Harga tiket parkir mobil: Rp2.000 minimal dalam sehari sebanyak 10 mobil, Harga tiket parkir bus= Rp10.000 minimal dalam sehari sebanyak 8 bus.

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 9 Tahun 2018 tentang Retribusi Jasa Umum

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi ke (bln) 5-20 198

Skenario Weekend: Harga tiket parkir mobil: Rp2.000 minimal dalam sehari sebanyak 20 mobil, Harga tiket parkir bus= Rp10.000 minimal dalam sehari sebanyak 15 bus.

Senda ng Maera kaca

Tiket Masuk

Skenario weekdays (5 tahun pertama) 1 hari = 50 pengunjung; harga tiket Rp 3.000,Skenario weekdays (10 tahun berikutnya) 1 hari = 50 pengunjung; harga tiket Rp 5.000,Skenario weekend dan hari besar lainnya (10 tahun pertama) = 150 pengunjung; harga tiket Rp 3.000,Skenario weekend (10 tahun berikutnya) 1 hari = 150 pengunjung; harga tiket Rp 5.000,-

Jumlah pengunjung di Buku Wisata Ziarah 90 Destinasi Wisata Ziarah dan Sejarah di Jogja, Solo, Magelang, Semarang, Cirebon oleh Gagas Ulung Harga tiket berdasarkan Perda Kab.Klaten No.9 Tahun 2011

Rincian

Benefit/ tahun

Total Benefit

Deskripsi

Angka

Skenario Weekdays (per bulan): Mobil = 2.000 x 10 x 22 = 440.000, Bus = 10.000 x 8 x 22 = 1.760.000, Total/bulan = Rp2.200.000 Skenario Weekend (per bulan): Mobil = 2.000 x 20 x 8 = 320.000, Bus = 10.000 x 15 x 8 = 1.200.000, Total/bulan = Rp1.520.000 jumlah pengunjung x hari x tarif

Total = hasil/ bulan x 12 bulan = Rp2.200.000 x 12 = Rp26.400.000

Rp.26.400.000

Rp.422.400.000

Total = hasil/ bulan x 12 bulan = Rp1.520.000 x 12 = Rp18.240.000

Rp.18.240.000

Rp.291.840.000

50 pengunjung x 269 hari x Rp3000

Rp.40.350.000

Rp.161.400.000

7-10

48

11-20

120

50 pengunjung x 269 hari x Rp5000

Rp.67.250.000

Rp.672.500.000

7-10

48

150 pengunjung x 100 hari x Rp3000

Rp.45.000.000

Rp.180.000.000

11-20

120

150 pengunjung x 100 hari x Rp5000

Rp.75.000.000

Rp.750.000.000

Zona

Aktivitas Program

Sendang Maerakaca

Tiket pertunjukan

Zona Makam Wuragil

Pembayaran Tiket masuk kawasan

Pembayaran fasilitas toilet umum

Asumsi

Sumber

Jumlah pembeli tiket pertunjukan pada weekday adalah 50 orang dengan harga Rp7.000 Jumlah pembeli tiket pertunjukan pada weekend adalah 150 orang dengan harga Rp7.000 Pengunjung makam sunan pandanaran diasumsikan bertujuan ke makam wuragil, jika pengunjung makam sunan pandanaran sebanyak +- 150.000 /tahun maka asumsi pengunjung makam pangeran wuragil adalah +- 150.000 / tahun Asumsi pembagian tiket jalan per 1 tiket adalah 1000 dari kondisi eksisting

Harga tiket berdasarka n pada travelingyu k.com

Wawancar a warga, Data Bappeda, Kondisi Eksisting, bobo.grid.i d

Biaya penggunaan toilet sebesar 2.000/ orang

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi ke (bln) 7-20 168

Rincian Deskripsi

Angka

Benefit/tahun

jumlah pengunjung x hari x tarif

50 pengunjung x 269 hari x Rp7000

Rp.94.150.000

7-20

168

jumlah pengunjung x hari x tarif

150 pengunjung x 100 hari x Rp7000

Rp.105.000.000

9-20

132

benefit = jumlah pengunjung/ tahun x harga tiket

benefit = 150000 x 1000

Rp.150.000.000

benefit = jumlah pengunjung/ tahun x harga biaya penggunaan toilet

benefit = 150000 x 2000

Rp.300.000.000

JUMLAH Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Rp 12.437.940.000

Total Benefit

Rp.1.318.100.000

Rp.1.470.000.000

Rp.1.800.000.000

Rp.3.600.000.000

Rp 104.001.640.00

Tabel 39 Analisis Kelayakan Finansial PPCP TAHUN KE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

COST

BENEFIT

4,75%

PV (COST)

PV (BENEFIT)

CASH FLOW

CUMMULATIF CASH FLOW

Rp3.277.500 Rp2.408.835.744 Rp2.408.835.744

Rp0 Rp0 Rp0 Rp1.122.450.000 Rp3.792.090.000 Rp4.012.670.000 Rp4.297.170.000 Rp4.297.170.000 Rp4.447.170.000 Rp4.447.170.000 Rp7.090.140.000 Rp7.090.140.000 Rp7.090.140.000 Rp7.090.140.000 Rp7.090.140.000 Rp8.232.010.000 Rp8.232.010.000 Rp8.232.010.000 Rp8.232.010.000 Rp8.232.010.000

0,9547 0,9114 0,8700 0,8306 0,7929 0,7570 0,7226 0,6899 0,6586 0,6287 0,6002 0,5730 0,5470 0,5222 0,4985 0,4759 0,4543 0,4337 0,4141 0,3953

Rp 3.128.878 Rp 2.195.326.520 Rp 2.095.777.107 Rp 9.072.219.697 Rp599.006.071 Rp 7.586.393.077 Rp 7.242.380.026 Rp500.035.891 Rp267.253.926 Rp255.135.013 Rp243.565.644 Rp232.520.902 Rp221.976.994 Rp211.911.212 Rp202.301.873 Rp193.128.280 Rp184.370.673 Rp176.010.189 Rp168.028.820 Rp160.409.374 Rp31.810.880.164

Rp0 Rp0 Rp0 Rp932.289.682 Rp3.006.827.253 Rp3.037.450.822 Rp3.105.305.365 Rp2.964.491.995 Rp2.928.852.135 Rp2.796.040.224 Rp4.255.596.693 Rp4.062.622.141 Rp3.878.398.225 Rp3.702.528.139 Rp3.534.633.068 Rp3.917.792.072 Rp3.740.135.630 Rp3.570.535.208 Rp3.408.625.497 Rp3.254.057.753 Rp56.096.181.90 3

(Rp3.277.500) (Rp2.408.835.744) (Rp2.408.835.744) (Rp9.800.241.944) Rp3.036.647.556 (Rp6.009.448.444) (Rp5.724.948.444) Rp3.572.344.556 Rp4.041.371.556 Rp4.041.371.556 Rp6.684.341.556 Rp6.684.341.556 Rp6.684.341.556 Rp6.684.341.556 Rp6.684.341.556 Rp7.826.211.556 Rp7.826.211.556 Rp7.826.211.556 Rp7.826.211.556 Rp7.826.211.556

(Rp3.277.500) (Rp2.412.113.244) -(Rp4.820.948.989) (Rp14.621.190.933) (Rp11.584.543.378) (Rp17.593.991.822) (Rp23.318.940.267) (Rp19.746.595.711) (Rp15.705.224.156) (Rp11.663.852.600) -(Rp4.979.511.044) Rp1.704.830.511 Rp8.389.172.067 Rp15.073.513.622 Rp21.757.855.178 Rp29.584.066.733 Rp37.410.278.289 Rp45.236.489.844 Rp53.062.701.400 Rp60.888.912.956

Rp10.922.691.944 Rp 755.442.444 Rp10.022.118.444 Rp10.022.118.444 Rp 724.825.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444 Rp 405.798.444

NPV : Rp24.285.301.739 IRR : 14.81% BCR : 1.76

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Kesimpulan : PROYEK LAYAK NPV bernilai positif; layak BCR > 1; layak Asumsi bunga 4.75%, IRR > tingkat bunga; layak PAYBACK PERIOD tahun ke-12

Gambar 35 Cash Flow dan Payback Period

Sumber : Anlaisis Kelompok B21, 2020

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa nilai Net Present Value bernilai positif.

Sedangkan nilai dari BCR atau Benefit Cost Ratio bernilai lebih dari 1 yaitu 1.76, dan nilai dari IRR 14.81% lebih besar daripada suku bunga yaitu 4.75%. Dapat diambil kesimpulan bahwa proyek ini layak dan memperoleh keuntungan bagi pihak swasta.

Berdasarkan grafik Payback Period dibawah ini, proyek yang menggunakan konsep PPCP ini akan mengalami balik modal pada tahun ke-12.

Pada pembiayaan finansial dengan konsep BOO menjadikan focus utama yaitu dalam pembangunan yang dilakukan oleh swasta tetapi kepemilikannya dikembalikan kepada masyarakat tanpa harus ke pemerintah. Zona yang termasuk dalam konsep ini ialah Zona penginapan dan permukiman. Adapun pembangunan yang dilakukan ialah dengan membuat Homestay dan menata kembali area permukiman.

Tabel 40 Cost Financial BOO Tahapan

Zona

Aktivitas Program

Konstruksi Tahap II

Zona Penginapan

Asumsi

Sumber

Pembangunan Homestay

Luas homestay = 195 m2 x 30 unit = 5850 m2 dan Asumsi biaya pembangunan homestay.

5.000.000 per m2

Pembangunan Pusat Informasi

Luas Pos Informasi = 44 m2 x 2 unit = 88 m2 ; dan biaya bangunan pusat informasi wisata/TIC sederhana.4.490.00 0 per m2

Pembangunan Pos Keamanan

Luas Pos Keamanan 16 m2 dan biaya bangunan tidak bertingkatyaitu2.23 0.000 per m2

Jurnal "Estimasi Anggaran Biaya Struktur Proyek Pembangunann Hotel Quad Makassar Menggunakan Metode SNI" Fatonah, Kurnia.

2017 Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No 3 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Operasional Pengelolaan dan Alokasi Khusus Fisik Bidang Pariwisata Peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang HSBGN 2014

Pembangunan Taman

Pembangunan Ruang Terbuka Hijau berupa Taman Aktif seluas 200 m2; Asumsi biaya pembangunan.

150.000 per m2

Cara menghitung biaya pembuatan taman versi arsitektur (Gardener.id)

Waktu Pelaksanaan Durasi Tahun Ke (bulan) 2 12

Rincian

Total Cost

Deskripsi

Angka

Biaya pembangun an homestay = luas homestay x besaran biaya pembangun an Biaya pembangun an pos informasi = luas pos x besaran biaya pembangun an

Biaya pembangun an homestay = 5.850 m2 x5.000.000

Rp29.250.000.000

Biaya pembangun an pos informasi = 88 m2 x.4.489.000 =196.240.00 0

Rp 395.032.000

Biaya pembangun an Pos Keamanan = luas pos x besaran biaya pembangun an Biaya pembangun an taman = luas x harga

Biaya pembangun an Pos Keamanan = 16 m2 x2.230.000 =35.680.000

Rp35.680.000

Biaya pembangun an taman = 200 m2 x150.000 =30000000

Rp 30.000.000

Tahapan

Zona

Konstruksi II

Permukiman

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Penataan Permukiman dan Pembangunan Fasilitas Permukiman

Dilakukan dalam bentuk konsolidasi lahan.

Bangunan fasilitas permukiman baru yang akan dibangun berupa 2 musholla dengan luas 1560 m2.

Biaya terdiri dari biaya pelayanan konsolidasi tanah, pembangunan rumah kembali, infrastruktur, dan pembangunan musholla

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128 TAHUN 2015, Best Practice Konsolidasi Daerah Pasar Minggu dan Desa Kurau, Best practice Musholla Al-Falah Pakis Malang

Pembangunan TPS 3R

Kebutuhan : TPS 3R terdiri dari lahan TPS 3R seluas 874 m2, kator pengelola seluas 24 m2, ruang penyimpanan alat dan produk masing -masing 50m2.

Biaya untuk proyek pengadaan TPS 3R sebesar sekitar.

644,811,000

Best Practice TPS 3R Desa Jatiluwih, Tabana

Waktu Pelaksanaan Durasi Tahun Ke (bulan) 3 24

Rincian Deskripsi

Angka

Biaya Pembangun an Kembali =.

60,000,000xj umlah rumah; Biaya Pelayanan Konsolidasi = (L+500) 0.004+ (3Tux0.75) +Tph; Biaya Infrastruktur =.

20,000,000,0 00; Biaya Pembangun an Musholla=.

100,000,000

Biaya Pembangun an Kembali =.

60,000,000x 576=.

34,560,000; Biaya Pelayanan Konsolidasi = (128,739+50 0)0.004+(3 (16,574,780x 0.75) +50,000= 69,653,005; Biaya Infrastruktur =.

20,000,000,0 00; Biaya Pembangun an Musholla=.

100,000,000

Total Cost

Rp. 20.204.213.005

Rp.644.811.000

Tahapan

Zona

Konstruksi II

Permukiman

Aktivitas Program Perbaikan SD

Perbaikan Kator Pemerintahan (Kantor Desa dan Bumdes) Pasca konstruksi

Permukiman , penginapan

Operasional: Pembayaran retribusi dan pajak

Asumsi Termasuk dalam gedung negara jenis bangunan sederhana dimana harga satuan per m2 tertinggi di Kab. Klaten adalah.

722.000.

Bangunan dalam kondisi rusak ringan dan biaya perbaikannya maksimal 30% dari harga satuan tertinggi pembangunan gedung baru.

Luas SD 2080 m2 dan luas kantor 280 m2 PBB untuk permukiman dan penginapan PBB: -Tarif PBB sebesar 0,2% per tahun -NJOP Tidak Kena Pajak Sebesar 10.000.000

Sumber Bappenas,Dirjen Cipta Karya

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 17 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Waktu Pelaksanaan Durasi Tahun Ke (bulan) 3 24

2-20

120

Rincian

Total Cost

Deskripsi

Angka

= 30%x (harga satuan tertinggixlua s)

=30%x (2080x722,0 00)

Rp.450.528.000

=30%x (280x722,00 0)

Rp.60.648.000

Permukiman / penginapan = 0,2% x (([2.500 x 500.000]+ [3.000 x 700.000]) Rp10.000.00 0) = 0,2% x (Rp3.350.00 0.000 Rp10.000.00 0) = 0,2% x Rp3.340.000 .000 = Rp6.680.000

Rp.6.680.000

Besaran pokok PBB = tarif x (dasar pengenaan pajak) NJOP Tidak Kena Pajak

Tahapan

Zona

Aktivitas Program

Pasca konstruksi

Permukiman , penginapan

Operasional: Penyediaan listrik

Operasional: Penyedian air bersih Maintenance: Pemeliharaan berkala

Maintenance: Pengecekan berkala

Asumsi

Sumber

Rp 980 per Kwh, Komponen biaya variabel meliputi pembelian tenaga listrik, bahan bakar, dan sebagian biaya pemeliharaan.

Sedangkan biaya tetap mencakup biaya penyusutan, biaya pegawai, biaya administrasi, biaya bunga bank, dan sebagian biaya pemeliharaan.

Pemasangan jalur PDAM Kelompok I II K II 627.500 / bangunan

ANALISIS FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TENAGA LISTRIK KONSUMEN RUMAH TANGGA KECIL PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) Oleh: Aminullah Assagaf

Kebutuhan: Pemeliharaan berkala setiap 5 tahun sekali Asumsi: Besaran biaya pemeliharaan 1x adalah Rp20.000.000, sudah termasuk upah pegawai pelaksana Kebutuhan: pengecekan berkala setiap 3 bulan dalam 18 tahun Asumsi: Besaran biaya pengecekan 1x adalah Rp1.000.000, sudah termasuk upah pegawai pelaksana

Keputusan Direksi PAM Jaya Nomor 64/2008 tentang Biaya Penyambungan Air Minum

Waktu Pelaksanaan Durasi Tahun Ke (bulan) 2-20 120

Rincian Angka

unit x KwH x harga

Permukiman 576 unit x 900 KwH x 980 Penginapan 30 unit x 900 KwH x 980

Rp.534.492.000

harga x unit

Permukiman 576 x 627500 penginapan 30 x 627500 Biaya pemeliharaa n= 4 x Rp 20.000.000 = Rp80.000.00 0

Rp.380.265.000

Biaya pengecekan = 54 x 1.000.000 = Rp54.000.00 0

Rp.54.000.000

2-20

168-235

Biaya waktu pemeliharaa n= waktu pemeliharaa n berkala x besaran biaya

2-20

168-235

Biaya waktu pengecekan = waktu pemeliharaa n berkala x besaran biaya

Sumber :JUMLAH Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Total Cost

Deskripsi

Rp.80.000.000

Rp. 52.126.349.005

Zona Zona Penginapan

Aktivitas Program Penyewaa n kamar homestay

Asumsi Skenario Weekdays: Harga homestay per kamar : Rp. 250.000 minimal dalam seminggu sebanyak 100 penyewa Asumsi: setiap 5 tahun kenaikan harga 50000

Sumber Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Retribusi Tempat Penginapa n/ Pesanggra han/Villa

Skenario Weekend/hari besar: Harga homestay per kamar : Rp. 350.000 minimal dalam seminggu sebanyak 150 penyewa Asumsi: setiap 10 tahun kenaikan harga 100000

Permukiman

Penataan Permukim an dan Pembangu nan Fasilitas Permukim an

Penjualan lahan pengganti biaya seluas 1950 m2.

Harga lahan setelah penataan naik sekitar 50%.

Harga lahan saat ini Rp. 800.000

Asumsi

Tabel 41 Benefit Financial BOO Waktu Rincian Pelaksanaan Tahun Durasi Deskripsi Angka Ke (bulan) 3-20 228 5 tahun pertama Skenario Skenario Weekdays Weekdays (per (per tahun) : tahun): harga x penyewa x 4 Rp. 250.000 x 30 minggu x 12 bulan x 4 x 12 5 tahun kedua Skenario Skenario Weekdays Weekdays (per (per tahun) : tahun): harga x penyewa x 4 Rp. 300.000 x 30 minggu x 12 bulan x 4 x 12 5 tahun ketiga Skenario Skenario Weekdays Weekdays (per (per tahun) : tahun): harga x penyewa x 4 Rp. 350.000 x 30 minggu x 12 bulan x 4 x 12 5 tahun keempat Skenario Skenario Weekdays Weekdays (per (per tahun) : tahun): harga x penyewa x 4 Rp. 400.000 x 30 minggu x 12 bulan x 4 x 12 10 tahun pertama 10 tahun Skenario Weekend (per pertama tahun): Skenario harga x penyewa x 4 Weekend (per minggu x 12 bulan bulan): Rp.350.000x 60 x 4 x 12 10 tahun kedua 10 tahun kedua Skenario Weekend (per Skenario tahun): Weekend (per harga x penyewa x 4 bulan): minggu x 12 bulan Rp.450.000x 60 x 4 x 12 5-20 228 =luas lahan pengganti =1950x((80% biayax((50%x800,000) x800,000) +800,000) +800,000)

JUMLAH

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Total Benefit/ tahun

Total Benefit

Rp.1.200.000.000

Rp.3.600.000.000

Rp.1.440.000.000

Rp.7.200.000.000

Rp.1.680.000.000

Rp.8.400.000.000

Rp.1.920.000.000

Rp.9.600.000.000

Rp.2.520.000.000

Rp.20.160.000.000

Rp.3.240.000.000

Rp.32.400.000.000

Rp.2.340.000.000

Rp.37.440.000.000

Rp.14.340.000.000

Rp.270.720.000.000

Tabel 42 Analisis Kelayakan Finansial BOO TAHUN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

COST Rp.Rp 30.766.149.000 Rp 11.735.537.003 Rp 11.735.537.003 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000 Rp 1.055.437.000

BENEFIT Rp.Rp.Rp 3.720.000.000 Rp 3.720.000.000 Rp 6.060.000.000 Rp 6.300.000.000 Rp 6.300.000.000 Rp 6.300.000.000 Rp 6.300.000.000 Rp 6.300.000.000 Rp 7.260.000.000 Rp 7.260.000.000 Rp 7.260.000.000 Rp 7.260.000.000 Rp 7.260.000.000 Rp 7.500.000.000 Rp 7.500.000.000 Rp 7.500.000.000 Rp 7.500.000.000 Rp 7.500.000.000

4,75% 0,9547 0,9114 0,8700 0,8306 0,7929 0,7570 0,7226 0,6899 0,6586 0,6287 0,6002 0,5730 0,5470 0,5222 0,4985 0,4759 0,4543 0,4337 0,4141 0,3953

PV (COST) Rp.Rp 28.039.164.963 Rp 10.210.355.706 Rp 9.747.356.283 Rp836.878.011 Rp798.928.889 Rp762.700.610 Rp728.115.140 Rp695.097.986 Rp663.578.030 Rp633.487.379 Rp604.761.221 Rp577.337.681 Rp551.157.691 Rp526.164.860 Rp502.305.356 Rp479.527.786 Rp457.783.089 Rp437.024.429 Rp417.207.092 Rp57.668.932.201

PV (BENEFIT) Rp.Rp.Rp 3.236.539.003 Rp 3.089.774.704 Rp 4.805.100.395 Rp 4.768.879.619 Rp 4.552.629.707 Rp 4.346.185.878 Rp 4.149.103.464 Rp 3.960.957.961 Rp 4.357.548.933 Rp 4.159.951.248 Rp 3.971.313.841 Rp 3.791.230.397 Rp 3.619.313.028 Rp 3.569.412.640 Rp 3.407.553.832 Rp 3.253.034.685 Rp 3.105.522.372 Rp 2.964.699.162 Rp69.108.750.869

CASH FLOW Rp.(Rp 30.766.149.000) (Rp 8.015.537.003) (Rp 8.015.537.003) Rp 5.004.563.000 Rp 5.244.563.000 Rp 5.244.563.000 Rp 5.244.563.000 Rp 5.244.563.000 Rp 5.244.563.000 Rp 6.204.563.000 Rp 6.204.563.000 Rp 6.204.563.000 Rp 6.204.563.000 Rp 6.204.563.000 Rp 6.444.563.000 Rp 6.444.563.000 Rp 6.444.563.000 Rp 6.444.563.000 Rp 6.444.563.000

CUMMULATIF Rp.(Rp 30.766.149.000) (Rp 38.781.686.003) (Rp 46.797.223.005) (Rp 41.792.660.005) (Rp 36.548.097.005) (Rp 31.303.534.005) (Rp 26.058.971.005) (Rp 20.814.408.005) (Rp 15.569.845.005) (Rp 9.365.282.005) (Rp 3.160.719.005) Rp 3.043.843.995 Rp 9.248.406.995 Rp 15.452.969.995 Rp 21.897.532.995 Rp 28.342.095.995 Rp 34.786.658.995 Rp 41.231.221.995 Rp 47.675.784.995

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

NPV : Rp11.439.818.668 IRR : 7.56%

Kesimpulan : PROYEK LAYAK

BCR : 1.20

NPV bernilai positif; layak BCR > 1; layak

Asumsi bunga 4.75%, IRR > tingkat bunga; layak PAYBACK PERIOD tahun ke-13

Gambar 36 Cash Flow dan Payback Period BOO

Sumber : Anlaisis Kelompok B21, 2020

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Net Present Value bernilai positif.

Sedangkan nilai dari BCR atau Benefit Cost Ratio bernilai lebih dari 1 yaitu 1.20, dan nilai dari IRR 7.56% lebih besar daripada suku bunga yaitu 4.75%. Dapat diambil kesimpulan bahwa proyek ini layak dan memperoleh keuntungan bagi pihak swasta.

Berdasarkan grafik Payback Period dibawah ini, proyek yang menggunakan konsep BOO ini akan mengalami balik modal pada tahun ke-13.

Berdasarkan konsep pengelolaan yang telah dirumuskan salah satunya ialah konsep PPCP (Public Private Community Partnership) dalam mengimplementasikan konsep tersebut diperlukan biaya atau cost yang akan dikeluarkan maupun keuntungan atau benefit yang akan didapat. Tujuan dari perhitungan cost dan benefit ini adalah untuk mengetahui kelayakan suatu proyek dari konsep PPCP pada kawasan perancangan.

Tahapan

Zona

Pasca Konstruk si

Zona Mak am Sunan Pandanar an

Konstruk si

Aktivitas Program Tundaan akibat mobilitas keluar masuk kendaraan wisatawan (bus wisata & kendaraan pribadi wisatawan) menuju Zona Makam Sunan Pandanaran

Kebisingan oleh pekerja dan mesinmesin yang bekerja untuk pelestarian objek wisata

Asumsi Mobilitas masyarakat sekitar Zona Makam Sunan Pandanaran tertunda akibat seringnya keluar masuk kendaraan wisatawan ke Zona Makam Sunan Pandanaran selama kurang lebih 3 - 5 menit setiap keluar masuk kendaraan Asumsi: Terdapat kurang lebih 5 orang pekerja dan beberapa mesin yang mengeluarkan suara nyaring ketika pelestarian objek wisata. Biaya yang ditimbulkan oleh kebisingan adalah Rp100.000 /bulan.

Biaya kebisingan sudah termasuk oleh kebisingan dari pekerja dan mesinmesin yang bekerja

Tabel 43 Cost Sosial Ekonomi PPCP Waktu Rincian Pelaksanaan Sumber Tahun Durasi Deskrips Angka Ke (bulan) i 216 Kerugian Kerugian biaya www.media.n 5-20 = 10% BBM (bensin) eliti.com Harga saat tundaan / BBM x kemacetan Jumlah motor 10% dari KK konsumsi per (Asumsi harinya = 10% x 1 KK = 1 7.000 x 772/hari Kendaraa = 540.400/hari ~ n Pribadi) 197.246.000/ per 1 hari tahun 2-3

24

Pehitunga n biaya kebisinga n: Biaya bising x bulan x tahun

Biaya kebisingan: Rp100.000 x 12 x 1

Total Cost/ tahun

Rp.197.246.0 00

Rp.1.200.000

Total Cost Rp 3.155.936.000

Rp.2.400.000

Tahapan

Zona

Konstruksi

Pasca Konstruksi

Aktivitas Program

Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh konstruksi objek wisata

Zona Masjid Gholo

Pemeliharaan taman

Pengelolaan sampah

Asumsi

Asumsi: Degredasi lingkungan yang dilakukan dihitung setiap bulan, dengan biaya Rp200.000/bulan.

Biaya tersebut sudah menakup pencemaran lingkungan pada tanah, air, dan udara.

Perawatan taman adalah penyiraman tanaman, pemotongan rumput dan tanaman serta membuang sampah tanaman.

Asumsi biaya jasa perawatan adalah Rp200.000/bulan Asumsi biaya angkut sampah taman adalah Rp100.000/bulan Mengumpulkan dan membuang sampah ke TPS dari pertokoan dan lingkungan masjid.

Asumsinya setiap pedagangmembaya rkan iuran kebersihan sebesar Rp2000/toko setiap hari.

Sumber

kajian terhadap Pengelolaan Sampah di Kota Bandar Lampung.

Revmon Kesuma (2011)

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi Ke (bulan) 2-3 24

Rincian

Total Cost/ tahun

Total Cost

Deskripsi

Angka

Perhitungan biaya degredasi lingkungan: Biaya degredasi lingkungan x bulan x tahun

Biaya degredasi lingkungan: Rp200.000 x 12 x 1

Rp.2.400.000

Rp.4.800.000

Rp.3.600.000

Rp.57.600.000

5-20

192

Biaya perawatan: biaya jasa x durasi Biaya angkut sampah taman: biaya angkut x durasi

Skenario per tahun.. Biaya perawatan: Rp200.000 x 12 = Rp2.400.000 Biaya angkut sampah taman: Rp100.000 x 12 = Rp1.200.000

5-20

192

(Iuran sampah x 30 hari) x jumlah toko x durasi

Skenario per tahun..(Rp2000 x 30hari) x 64 unit x12 bulan = Rp46.080.000

Rp.46.080.00 0

Rp737.280.000

Tahapan

Zona

Pasca Konstruksi

Konstruksi

Sendang Maerokoco

Aktivitas Program

Asumsi

Sumber

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi Ke (bulan) 4 12

Rincian

Total Cost/ tahun

Total Cost

Deskripsi

Angka

Pehitungan biaya kebisingan: Biaya bising x bulan x tahun

Biaya kebisingan: Rp100.000 x 12 x 1

Rp.1.200.000

Rp.1.200.000

Kebisingan oleh pekerja dan mesinmesin yang bekerja untuk pelestarian objek wisata

Asumsi: Terdapat kurang lebih 5 orang pekerja dan beberapa mesin yang mengeluarkan suara nyaring ketika pelestarian objek wisata. Biaya yang ditimbulkan oleh kebisingan adalah Rp100.000 /bulan.

Biaya kebisingan sudah termasuk oleh kebisingan dari pekerja dan mesin-mesin yang bekerja

Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh konstruksi objek wisata

Asumsi: Degredasi lingkungan yang dilakukan dihitung setiap bulan, dengan biaya Rp200.000/bulan. Biaya tersebut sudah menakup pencemaran lingkungan pada tanah, air, dan udara.

4

12

Perhitunga n biaya degredasi lingkungan: Biaya degredasi lingkungan x bulan x tahun

Biaya degredasi lingkungan : Rp200.000 x 12 x 1

Rp.2.400.000

Rp.2.400.000

Kebisingan oleh pekerja dan mesinmesin yang bekerja untuk pelestarian objek wisata

Asumsi: Terdapat kurang lebih 5 orang pekerja dan beberapa mesin yang mengeluarkan suara nyaring ketika pelestarian objek wisata. Biaya yang ditimbulkan oleh kebisingan adalah Rp100.000 /bulan.

Biaya kebisingan sudah termasuk oleh kebisingan dari pekerja dan mesin-mesin yang bekerja

6

12

Pehitungan biaya kebisingan: Biaya bising x bulan x tahun

Biaya kebisingan: Rp100.000 x 12 x 1

Rp.1.200.000

Rp.1.200.000

Tahapan

Zona

Aktivitas Program

Konstruksi

Sendang Maerokoco

Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh konstruksi objek wisata

Pasca Konstruksi

Makam Wuragil

Pengelolaan sampah

Konstruksi

Kebisingan oleh pekerja dan mesin -mesin yang bekerja untuk pelestarian objek wisata

Asumsi

Asumsi: Degredasi lingkungan yang dilakukan dihitung setiap bulan, dengan biaya Rp200.000/bulan.

Biaya tersebut sudah menakup pencemaran lingkungan pada tanah, air, dan udara.

Mengumpulkan dan membuang sampah ke TPS dari pertokoan dan lingkungan masjid.

Asumsinya setiap pedagangmembaya rkan iuran kebersihan sebesar Rp2000/toko setiap hari.

Asumsi: Terdapat kurang lebih 5 orang pekerja dan beberapa mesin yang mengeluarkan suara nyaring ketika pelestarian objek wisata. Biaya yang ditimbulkan oleh kebisingan adalah Rp100.000 /bulan.

Biaya kebisingan sudah termasuk oleh kebisingan dari pekerja dan mesin-mesin yang bekerja

Sumber

kajian terhadap Pengelolaan Sampah di Kota Bandar Lampung.

Revmon Kesuma (2011)

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi Ke (bulan) 6 12

Rincian

Total Cost/ tahun

Total Cost

Deskripsi

Angka

Perhitungan biaya degredasi lingkungan: Biaya degredasi lingkungan x bulan x tahun

Biaya degredasi lingkungan: Rp200.000 x 12 x 1

Rp.2.400.000

Rp.2.400.000

9-20

144

(Iuran sampah x 30 hari) x jumlah toko x durasi

Skenario per tahun..(Rp2000 x 30hari) x 10 unit x 12 bulan

Rp.7.200.000

Rp.86.400.000

8

12

Pehitungan biaya kebisingan: Biaya bising x bulan x tahun

Biaya kebisingan: Rp100.000 x 12 x 1

Rp.1.200.000

Rp.1.200.000

Tahapan

Zona

Aktivitas Program

Degradasi lingkungan yang disebabkan oleh konstruksi objek wisata

Asumsi

Sumber

Asumsi: Degredasi lingkungan yang dilakukan dihitung setiap bulan, dengan biaya Rp200.000/ bulan. Biaya tersebut sudah menakup pencemaran lingkungan pada tanah, air, dan udara.

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi Ke (bulan) 8 12

Rincian

Total Cost/ tahun

Deskripsi

Angka

Perhitungan biaya degredasi lingkungan: Biaya degredasi lingkungan x bulan x tahun

Biaya degredasi lingkungan: Rp200.000 x 12 x1

JUMLAH

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Total Cost

Rp.2.400.000

Rp.2.400.000

Rp.268.526.000

Rp 4.055.216.000

Zona Zona Makam Sunan Pandanaran

Zona Masjid Gholo

Aktivitas Program Terciptanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar

Penyediaan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar karena dibangunnya toko seni, oleh-oleh, dan tempat makan.

Asumsi

Sumber

Pendapatan Tour Guide Wisata Makam Sunan Pandanaran Rp 750.000/bulan dengan kenaikan pendapatan 5% setiap 5 tahun, terdapat total 10 orang Tour Guide

www.suar a.com

Terdapat: 10 unit toko oleh-oleh dengan asumsi omzet Rp5.500.000/bulan 48 unit toko seni dengan asumsi omzet Rp3.000.000/bulan 6 unit tempat makan dengan asumsi omzet Asumsi omzet: omzet toko oleh-oleh Rp5.500.000/bulan omzet toko seni Rp3.000.000/bulan omzet tempat makanRp2.000.000/ bulan. Asumsi keuntungan bersih : 30% dari total omzet

Tabel 44 Benefit Sosial Ekonomi PPCP Waktu Rincian Pelaksanaan Tahun Durasi Deskripsi Angka Ke (bulan) 4-5 24 Pendapatan 5 5 Tahun Ke-1 = Tahun Ke-1 = 750.000 x 10 x Pendapatan per 12 bulan x Jumlah tour guide x 12 bulan x 2 tahun 6 - 10 60 Pendapatan 5 5 Tahun Ke-2 = Tahun Ke-2 = 105% x 750.000 105% Pendapatan x 10 x 12 per bulan x Jumlah tour guide x 12 bulan x 5 tahun 11 - 15 60 Pendapatan 5 5 Tahun Ke-3 = Tahun Ke-3 = 110% x 750.000 110% Pendapatan x 10 x 12 per bulan x Jumlah tour guide x 12 bulan x 5 tahun 16 - 20 60 Pendapatan 5 5 Tahun Ke-4 = Tahun Ke-4 = 115% x 750.000 115% Pendapatan x 10 x 12 per bulan x Jumlah tour guide x 12 bulan x 5 tahun 5-20 192 Perhitungan Skenario per pendapatan dari tahun.Toko oleh keuntungan -oleh: bersih: (Rp5.500.000 x toko oleh-oleh 30%) x 12 x 10 (omzet/bulan x Skenario per 30%) x durasi x 10 tahun.Toko seni: toko seni (omzet/ (Rp3.000.000 x bulan x 30%) x 30%) x 12 x 48 durasi x 48 toko makan Skenario per (omzet/bulan x tahun.Tempat 30%) x durasi x 6 makan: (Rp2.000.000 x 30%) x 12 x 6

Total Benefit/ Tahun

Total Benefit

Rp 90.000.000

Rp 180.000.000

Rp 94.500.000

Rp 472.500.000

Rp 99.000.000

Rp 495.000.000

Rp 103.500.000

Rp 517.500.000

Rp 264.000.000

Rp3.168.000.000

Rp 691.200.000

Rp8.294.400.000

Rp 57.600.000

Rp 691.200.000

Zona Sendang Maerokoco

Makam wuragil

Aktivitas Program Penyedian lapangan pekerjaan yang baru untuk warga sekitar

Penyerapaan Tenaga Kerja

Asumsi Asumsi: Pada Sendang Maerokooco, warga sekitarnya memiliki keahlian khusus, yaitu membuat gerabah.

Diasumsikan bahwa warga disekitar dapat mendistribusikan gerabah ke ibjek wisata Sendang Maerokoco. Dapat juga berupa membuka pelatihan pembuatan gerabah dari warga setempat. Diasumsikan bahwa setiap pembelanjaan adalah 50.000/item, dan dibatasi 100 item/ bulan. Selain itu, asumsi penyelenggaraan kelas gerabah untuk massa yang besar, diasumsikan 2 kali/ bulan, dengan biaya Rp150.000/ pelaksanaan. Seluruh biaya sudah termasuk dengan upah karyawan. karena makam wuragil relatif lebih kecil kawasannnyadan tidak terlalu banyak zona baru maka penyerapan tenaga jkerja diperkirakan hanya 510 orang. Dengan UMK 1.900.000/bulan pada tahun 2020

Sumber

www.Rad ar.solopos t.com

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi Ke (bulan) 7-20 168

9-20

144

Rincian

Deskripsi

Angka

-Perhitungan biaya penjualan gerabah: Harga gerabah x item gerabah x bulan

Skenario per tahun.-Biaya penjualan gerabah: Rp50.000 x 100 x 12 bulan

-Perhitungan biaya pelaksanaan pelatihan gerabah: Harga pelaksanaan x jumlah kelas total x bulan

-Biaya pelaksanaan kelas gerabah: Rp150.000 x 2 x 12 bulan

jumlah minimal tenaga kerja x UMK x bulan

Skenario per tahun : 5 x 1.900.000 x 12

Total Benefit/ Tahun

Total Benefit

Rp 63.600.000

Rp 890.400.000

Rp 114.000.000

Rp1.368.000.000

Zona Makam wuragil

Aktivitas Program Mendorong Aktivitas Berusaha

Asumsi

Sumber

Mereka melihat peluang dengann berjualan makanan dn minuman serta souvenir. Hal ini menandakan bahwwa pengembangann obyek wisata religi memiliki dammpak yang positif, dimana masyarakat mulai mandiri dengan berwirausaha. Dengan rata - rata omzet per bulan 2.000.000. diprkirakan rumah yang akan membuka warung souvernir sekitar 5 - 10 rumah

www.fina nce.detik. com

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi Ke (bulan) 9-20 144

Rincian

Deskripsi jumlah minimal rumah x omzet x bulan

JUMLAH

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Angka Skenario per tahun : 5 x 2.000.000 x 12

Total Benefit/ Tahun

Total Benefit

Rp 120.000.000

Rp1.440.000.000

Rp 12.838.200.000

Rp17.517.000.000

Tabel 45 Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi PPCP TAHUN KE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

COST Rp. Rp 3.600.000 Rp 3.600.000 Rp 3.600.000 Rp 250.526.000 Rp 254.126.000 Rp 250.526.000 Rp 254.126.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000 Rp 257.726.000

BENEFIT Rp. Rp. Rp. Rp 90.000.000 Rp1.102.800.000 Rp1.107.300.000 Rp1.170.900.000 Rp1.170.900.000 Rp1.404.900.000 Rp1.404.900.000 Rp1.409.400.000 Rp1.409.400.000 Rp1.409.400.000 Rp1.409.400.000 Rp1.409.400.000 Rp1.413.900.000 Rp1.413.900.000 Rp1.413.900.000 Rp1.413.900.000 Rp1.413.900.000

DF (12 %) 0,8929 0,7972 0,7118 0,6136 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037

PV (COST)

PV (BENEFIT)

CASH FLOW

Rp. Rp 2.869.920 Rp 2.562.480 Rp 2.208.780 Rp 142.148.452 Rp 128.740.232 Rp 113.312.910 Rp 102.641.491 Rp 92.935.996 Rp 82.987.772 Rp 74.096.225 Rp 66.158.264 Rp 59.070.799 Rp 52.730.740 Rp 47.086.540 Rp 42.035.111 Rp 37.524.906 Rp 33.504.380 Rp 29.921.989 Rp 26.726.186 Rp1.139.263.172

Rp.Rp.Rp.Rp55.219.500 Rp625.728.720 Rp560.958.180 Rp529.598.070 Rp472.926.510 Rp506.606.940 Rp452.377.800 Rp405.202.500 Rp361.792.980 Rp323.034.480 Rp288.363.240 Rp257.497.380 Rp230.607.090 Rp205.863.840 Rp183.807.000 Rp164.153.790 Rp146.621.430 Rp5.770.359.450

Rp. -Rp 3.600.000 -Rp 3.600.000 Rp 86.400.000 Rp 852.274.000 Rp 853.174.000 Rp 920.374.000 Rp 916.774.000 Rp1.147.174.000 Rp1.147.174.000 Rp1.151.674.000 Rp1.151.674.000 Rp1.151.674.000 Rp1.151.674.000 Rp1.151.674.000 Rp1.156.174.000 Rp1.156.174.000 Rp1.156.174.000 Rp1.156.174.000 Rp1.156.174.000

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

NPV : Rp 4.631.096.278 BCR : 5.06

Kesimpulan : PROYEK LAYAK NPV bernilai positif; layak BCR > 1; layak

CUMMULATIF CASH FLOW Rp. -Rp 3.600.000 -Rp 7.200.000 Rp 79.200.000 Rp931.474.000 Rp 1.784.648.000 Rp 2.705.022.000 Rp 3.621.796.000 Rp 4.768.970.000 Rp 5.916.144.000 Rp 7.067.818.000 Rp 8.219.492.000 Rp 9.371.166.000 Rp 10.522.840.000 Rp 11.674.514.000 Rp 12.830.688.000 Rp 13.986.862.000 Rp 15.143.036.000 Rp 16.299.210.000 Rp 17.455.384.000

Berdasarkan konsep pengelolaan yang telah dirumuskan salah satunya ialah konsep BOO (Build, Operate, Own) dalam mengimplementasikan konsep tersebut diperlukan biaya atau cost yang akan dikeluarkan maupun keuntungan atau benefit yang akan didapat berdasar aspek social dan ekonomi. Tujuan dari perhitungan cost dan benefit ini adalah untuk mengetahui kelayakan suatu proyek dari konsep PPCP pada social ekonomi kawasan perancangan.

Tabel 46 Cost Sosial Ekonomi BOO

Aktivitas Program

Tahapan

Zona

Konstruksi

Permukiman

Biaya Pemelihara an TPS

Penginapan

Tundaan akibat mobilitas keluarmasuk penyewa homestay

Kebisingan akibat adanya penyewa homestay

Asumsi

Sumber

Biaya pemeliharaan TPS adalah sebagian dari pembayaran iuran yang dibayarkan tiap rumah (Rp 5.000/ bulan) Pergerakan www.medi masyarakat a.neliti.co tertunda ±5 menit m karena mobilisai penyewa penginapan.

Kerugian biaya bahan bakar kendaraan 10% dari konsumsi perhari Kebisingan yang KLH ditimbulkan Republik berupa kebisingan Indonesia dari aktivitas penyewa dan kendaraan, dimana biaya kerugian kebisingan adalah 5000/bulan/orang JUMLAH

Waktu Pelaksanaan Tahun Durasi Ke (Bulan) 5-20 192

3

24

5-20

192

Rincian Deskripsi

Angka

Biaya x Jumlah Rumah

5.000 x 576 x 365

= 10% xbiaya bahan bakar kendaraan x Jumlah KK (Asumsi 1 KK = 1 Kendaraan Pribadi) per 1 hari =biaya kerugian kebisingan xjumlah penduduk sekitar homestay

Pertahun ' = 10% x 7650 x 772x365

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Pertahun '=5000x632x 12

Total Cost/ Tahun Rp. 1.051.200.000

Rp.215.561.700

Rp.37.920.000

Rp. 1.304.681.700

Total Cost Rp. 16.819.200.000

Rp.431.123.400

Rp.606.720.000

Rp. 17.857.043.400

Tabel 47 Benefit Sosial Ekonomi BOO Zona

Aktivitas Program

Permukiman

Sumber Pendapatan Baru (Pembangunan Toko Kelontong)

Zona Penginapan

Terbukanya lapanganpekerja an baru

Asumsi Pendapatan pedagang toko kelontong adalah Rp.1.500.000 / bulan Pendapatan pengelola homestay sesuai dengan UMR Kab. Klaten Rp. 1.900.000 perbulan dan pada tiap homestay terdapat 1 pengelola, dimana hanya 50% dari jumlah homestay yang dikelola oleh selain pemilik Lalu diasumsikan setiap 5 tahun terdapat peningkatan sebesar 10%

Sumber

BPS Kab. Klaten dan asumsi

Waktu Pelaksanaan Durasi Tahun Ke (bulan) 5-20 192

3-20

216

Rincian

Total Benefit/ Tahun

Total Benefit

Deskripsi

Angka

Keuntungan per tahun :Keuntu ngan x Jumlah Unit x 12 bulan

1.500.000 x 3 x 12

Rp. 54.000.000

Rp. 864.000.000

= pendapatan x jumlah pengelola x waktu

3 Tahun pertama = Rp. 1900000 x 63 x 36 5 Tahun kedua = Rp. 2090000 x 63 x 60 5 Tahun ketiga = Rp. 2299000 x 63 x 60 5 Tahun keempat = Rp. 2528000 x 63 x 60

Rp.1.436.400.000

Rp.4.309.200.000

Rp.1.580.040.000

Rp.7.900.200.000

Rp.1.738.044.000

Rp.8.690.220.000

Rp.1.911.168.000

Rp.9.555.840.000

JUMLAH

Rp.6.719.652.000

Sumber : Hasil Analisis Kelompok B 2.1, 2019

Rp.31.319.460.000

Tabel 48 Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi BOO TAHUN KE

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

COST RpRp1.051.200.000 Rp1.304.681.700 Rp1.304.681.700 Rp1.304.681.700 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000 Rp1.089.120.000

BENEFIT RpRpRp1.436.400.000 Rp1.436.400.000 Rp1.490.400.000 Rp1.634.040.000 Rp1.634.040.000 Rp1.634.040.000 Rp1.634.040.000 Rp1.634.040.000 Rp1.792.044.000 Rp1.792.044.000 Rp1.792.044.000 Rp1.792.044.000 Rp1.792.044.000 Rp1.965.168.000 Rp1.965.168.000 Rp1.965.168.000 Rp1.965.168.000 Rp1.965.168.000

DF (12 %) 0,8929 0,7972 0,7118 0,6136 0,5674 0,5066 0,4523 0,4039 0,3606 0,3220 0,2875 0,2567 0,2292 0,2046 0,1827 0,1631 0,1456 0,1300 0,1161 0,1037

PV (COST) RpRp838.016.640 Rp928.672.434 Rp800.487.457 Rp740.276.397 Rp551.748.192 Rp492.608.976 Rp439.895.568 Rp392.736.672 Rp350.696.640 Rp313.122.000 Rp279.577.104 Rp249.626.304 Rp222.833.952 Rp198.982.224 Rp177.635.472 Rp158.575.872 Rp141.585.600 Rp126.446.832 Rp112.941.744 Rp7.516.466.080

PV (BENEFIT)

CASH FLOW

RpRpRp-Rp1.051.200.000 Rp1.022.429.520 Rp131.718.300 Rp881.303.220 Rp131.718.300 Rp845.652.960 Rp185.718.300 Rp827.804.664 Rp544.920.000 Rp739.076.292 Rp544.920.000 Rp659.988.756 Rp544.920.000 Rp589.234.824 Rp544.920.000 Rp526.160.880 Rp544.920.000 Rp515.212.650 Rp702.924.000 Rp460.017.695 Rp702.924.000 Rp410.736.485 Rp702.924.000 Rp366.652.202 Rp702.924.000 Rp327.406.439 Rp702.924.000 Rp320.518.901 Rp876.048.000 Rp286.128.461 Rp876.048.000 Rp255.471.840 Rp876.048.000 Rp228.156.005 Rp876.048.000 Rp203.787.922 Rp876.048.000 Rp9.465.739.715

NPV : Rp 1.949.273.635 BCR : 1.26

Kesimpulan : PROYEK LAYAK NPV bernilai positif; layak BCR > 1; layak

CUMMULATIF CASH FLOW Rp-Rp1.051.200.000 -Rp919.481.700 -Rp787.763.400 -Rp602.045.100 -Rp57.125.100 Rp487.794.900 Rp1.032.714.900 Rp1.577.634.900 Rp2.122.554.900 Rp2.825.478.900 Rp3.528.402.900 Rp4.231.326.900 Rp4.934.250.900 Rp5.637.174.900 Rp6.513.222.900 Rp7.389.270.900 Rp8.265.318.900 Rp9.141.366.900 Rp10.017.414.900

Desa Paseban berada di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Memiliki segudang potensi sseperti difungsikan sebagai Ibukota Kecamatan Bayat, memiliki potensi pada kebudayaan serta objek wisata dan yang menjadi daya tarik utama Desa Paseban adalah Makam Sunan Pandanaran . Peninggalan pada masa Sunan Pandanaran sangatlah bergam mulai dari budaya serta bangunan bersejarah lainnya. Terlepas daris egudang potensi yang ada di Desa Paseban, terdpat beberapa masalah yang menjadifokus utama yaitu tidak adanya fasilitas penunjang kegiatan pariwisata serta tidak terintegrasinya wisata peninggalan Sunan Pandarana yang dimana seharusnya menjadi satu kesatuan wisata yang bertemakan sejarah Sunan Pandanaran.

Wisata pedesaan adalah berbagai atraksi dan kegiatan yang dilakukan di daerah pertanian atau non-perkotaan . Sustainable rural tourism atau pariwisata pedesaan yang berkelanjutan memiliki tujuan menjaga budaya dan karakter dari komunitas setempat serta keberlangsngan ekologi kawasan. Dengan membawakan konsep Paseban Heritage Tourism diharapkan mampu membawa kawasan ini kedalam pariwisata masa depan yang tetap masih dapat dirasakan dari generasi ke generasi. Konsep membawakan pariwisata dalam sebuah paket—paket wisata yang didalamnya dapat membuat nyaman pengunjung dan pengelolaan yang berbasis masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Dalam pembangunanya terlibat beberapa stakeholder yang berperang sebagai pengawasan, pembirian izin, pembangunan dan pengelolaan. Semua disusun sedemikian rupa agar pembangunan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Tidak lupa aspek pembiayaan dalam pembangunan ini diperhitungkan. Sebagaimana yang diketahui bahwa pembangunan skala besar tidak dapat dilakukan bersamaan seluruhnya. Akan tetapi dilakukan bertahap berdasarkan waktu dan biaya yang dikeluarkan. Pada analisisnya terdapat 2 pengelolaan yaitu PPCP dan BOO. Konsep—konsep ini dilakukan pada setiap zona yang ada di kawasan. Pembangunan ini dikatakan layak oleh 2 konsep ini karena memberikan keuntungan finansial dan sosial kepada stakeholder terkait.

Bappeda Kabupaten Klaten Lane, B., 1994. What is rural tourism?, Journal of Sustainable Pariwisata Berbasis Masyarakat Wilson, S. Fesenmaier, D. Fesenmaier, J. & Van Es, J. 2001. Factors for Success In Rural Tourism Development. Journal of Travel Research, Vol. 40(2) UNWTO (The World Tourism Organization) National Trust for Historic Preservation. 2010 Partners for Livable Communities. 2014 U. Yuliati, A. Saeroji, Y. Sasanti Dadtun.2016. “Heritage Tourism Development Model Through an Audio Visual Concept in Lokananta, Surakarta – Indonesia” KnE Social Sciences The 1st International Conference on South East Asia Studies (ICSEAS 2016) Ardika, I Wayan. 2015. Warisan Budaya Perspektif Masa Kini. Denpasar: Udayana University Press DISBUDPARPORA Kabupaten Klaten Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya.

Cooper, Chris and John Fletcher e.t.c., 1993, Tourism Priciples & Practise.

Sugiama, A. G. 2011. Ecotourism : Pengembangan Pariwisata berbasis konservasi alam. Bandung: Guardaya Intimarta Peter, J.P., Olson, J.P., 2000, Consumer Behavior : Perilaku Konsumen Dan Strategi Pemasaran, Jilid 1, Jakarta : Erlangga Fridgen, Joseph, 1996, Dimension Of Tourism, Michigan : Educational Institute of The American Hotel & Motel Association.

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Jenis

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Deskripsi

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

Aktivitas AKTIVITAS

Aktivitas

Kelompok

Desa

Deskripsi

Primer

2020

Observasi

Aktivitas

SUMBER DATA

TUJUAN

Kondisi

Mengetahui jenis aktivitas di

Eksisting

kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui kelompok

Eksisting

aktivitas di kawasan perancangan

Jenis

Desa

Deskripsi

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui kebutuhan ruang

Eksisting

di kawasan perancangan

Telaah

Monografi

Mengetahui standar yang

Dokumen

Desa

dibutuhkan

Telaah

Monografi

Mengetahui standar yang

Dokumen

Desa

dibutuhkan

Observasi

Kondisi

Mengetahui hubungan antar

Eksisting

kelompok aktivitas

Kebutuhan Ruang Luas Lahan Kebutuhan

Per Unit

Ruang

Aktivitas Standar

Desa

Desa

Numerik

Numerik

Sekunder

Sekunder

2020

2020

Penduduk Pendukung Per Unit Fasilitas Organisasi

Kelompok

Ruang

Aktivitas

Desa

Diagram

Primer

2020

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA

Hubungan

Keterkaitan

Ruang

Antar

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Diagram

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

SUMBER DATA

TUJUAN

Kondisi

Mengetahui keterkaitan antar

Eksisting

kelompok aktivitas

Telaah

BAPPEDA

Mengetahui luas total dari

Dokumen

Kabupaten

desa yang akan menjadi

Klaten

kawasan perancangan

Telaah

BAPPEDA

Mengetahui batas wilayah dari

Dokumen

Kabupaten

desa yang akan menjadi

Klaten

kawasan perancangan

BAPPEDA

Mengetahui kondisi topografi

Kesesuaian

Kabupaten

(ketinggian) di desa yang akan

Lahan

Klaten

menjadi kawasan perancangan

BAPPEDA

Mengetahui kondisi jenis

Kabupaten

tanah di desa yang akan

Klaten

menjadi kawasan perancangan

BAPPEDA

Mengetahui kondisi curah

Kabupaten

hujan di desa yang akan

Klaten

menjadi kawasan perancangan

Kelompok Aktivitas Luas Geografis

FISIK

Desa

Numerik

Sekunder

2019

Wilayah

Batas

Desa

Wilayah

Topografi

Jenis Tanah

Klimatologi

Deskripsi &

Sekunder

2019

Peta

Desa

Desa

Desa

Peta

Peta

Peta

Sekunder

Sekunder

Sekunder

2019

2019

2019

Pemetaan

Pemetaan

Pemetaan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Bahaya

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Peta

Sekunder

TAHUN

INSTRUMEN

2019

Pemetaan

Geologi

Jenis

Desa

Peta

Sekunder

2019

Pemataan

SUMBER DATA BAPPEDA

Mengetahui kondisi bahaya

Kabupaten

geologi di desa yang akan

Klaten

menjadi kawasan perancangan

BAPPEDA

Mengetahui jenis penggunaan lahan di kawasan perancangan

Tata Guna

Penggunaan

Kabupaten

Lahan

Lahan

Klaten

Persentase

Desa

Numerik

Sekunder

2019

Penggunaan

Telaah

Monografi

Mengetahui persentase

Dokumen

Desa

penggunaan lahan di kawasan

Lahan Rancang

TUJUAN

perancangan Desa

Peta

Sekunder

2019

Pemetaan

Pola Ruang

BAPPEDA

Mengetahui pola ruang di

Kabupaten

kawasan perancangan

Klaten Konstelasi Tapak

Desa

Wilayah

Topografi

Desa

Peta &

Primer &

Deskripsi

Sekunder

Peta

Sekunder

2020

2020

Pemetaan &

BAPPEDA

Mengetahui peruntukan serta

Telaah

Kabupaten

keterkaitan kawasan

Dokumen

Klaten &

perancangan dengan daerah

Observasi

sekitarnya

Citra (DEM)

Mengetahui tingkat

Pemetaan

kelerengan serta ketinggian di kawasan untuk penempatan bangunan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Aksesibilitas

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Peta

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

(Hierarki

SUMBER DATA

TUJUAN

Kondisi

Mengetahui hierarki jalan di

Eksisting

kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui dimensi jalan di

Eksisting

kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui arah aliran

Eksisting

drainase di kawasan

Jalan) Aksesibilitas

Desa

Peta

Primer

2020

Observasi

(Dimensi Jalan) Aliran

Desa

Peta

Primer

2020

Observasi

Drainase

perancangan Vegetasi

Desa

Peta

Primer

2020

Observasi

(Jenis)

Kondisi

Mengetahui jenis-jenis

Eksisting

vegetasi yang ada di kawasan perancangan

Vegetasi

Desa

(Persebaran)

Peta &

Primer

2020

Observasi

Gambar

Kondisi

Mengetahui persebaran

Eksisting

vegetasi yang ada di kawasan perancangan

View

Desa

Peta & Gambar

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui pemandangan

Eksisting

yang ada di sekitar kawasan perancangan (Bad View & Good View)

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Kebisingan

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Peta

Primer

SUMBER

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi &

Kondisi

Mengetahui tingkat

Pemetaan

Eksisting

kebisingan di kawasan

(Tingkat)

DATA

TUJUAN

perancangan Kebisingan

Desa

Peta

Primer

2020

(Sumber)

Observasi &

Kondisi

Mengetahui sumber

Pemetaan

Eksisting

kebisingan di kawasan perancangan

Arah

Desa

Lintasan

Peta &

Sekunder &

Numerik

Primer

2020

Observasi &

Kondisi

Mengetahui arah lintasan

Pemetaan

Eksisting

matahari & angin untuk

Matahari &

orientasi bangunan

Angin Jaringan Infrastruktur

Desa

Peta,

Jalan (Lebar

Numerik,

Jalan

& Foto

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui lebar jalan

Eksisting

eksisting

Kondisi

Mengetahui fungsi jalan

Eksisting

sesuai dengan peruntukannya

Kondisi

Mengetahui kelengkapan

Eksisting

rambu-rambu untuk penanda

Trotoar) Jaringan

Desa

Peta,

Jalan (Fungsi

Numerik,

Jalan)

& Foto

Jaringan

Desa

Peta,

Jalan

Numerik,

(Kelengkapa

& Foto

Primer

Primer

2020

2020

Observasi

Observasi

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA

UNIT AMATAN DATA

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Peta,

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

SUMBER DATA

TUJUAN

n RambuRambu) Jaringan

Desa

Jalan

Numerik,

(Kondisi

& Foto

Kondisi

Mengetahui kondisi jalan

Eksisting

eksisting

Kondisi

Mengetahui sumber-sumber

Eksisting

air bersih di kawasan

Eksisting) Jaringan Air

Desa

Deskripsi

Primer

2020

Observasi

Bersih (Sumber) Jaringan Air

perancangan Desa

Numerik

Primer

2020

Wawancara

Bersih (Debit

Kondisi

Mengetahui debit

Eksisting

penggunaan air bersih di

Penggunaan

kawasan perancangan

) Jaringan Air

Desa

Bersih

Foto &

Primer

2020

Observasi

Deskripsi

Kondisi

Mengetahui kondisi air bersih

Eksisting

di kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui jaringan drainase

Eksisting

di kawasan perancangan

(Kondisi) Jaringan Drainase (Kondisi & Persebaran)

Desa

Peta

Sekunder

2020

Pemetaan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA

UNIT

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Numerik

Sekunder

SUMBER

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi &

Kondisi

Mengetahui kapasitas dasar

Drainase

Telaah

Eksisting

jaringan drainase

(Lebar &

Dokumen

Kondisi

Mengetahui kondisi &

Eksisting

kapasitas dasar dari jaringan

DATA Jaringan

AMATAN DATA Desa

DATA

TUJUAN

Laju Run

Off) Jaringan

Desa

Foto

Primer

2020

Observasi

Drainase (Foto

drainase

Kondisi Drainase) Jaringan

Desa

Peta

Sekunder

2020

Pemetaan

Listrik (Jenis

Kondisi

Mengetahui jenis &

Eksisting

persebaran jaringan listrik di

&

kawasan perancangan

Persebaran) Jaringan

Desa

Numerik

Sekunder

2020

Wawancara

Listrik

Kondisi

Mengetahui besaran daya

Eksisting

listrik di kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui penggunaan

Eksisting

listrik di kawasan perancangan

(Besaran Daya RataRata) Jaringan Listrik

Desa

Deskripsi

Primer

2020

Wawancara

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA

UNIT AMATAN DATA

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Foto

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

SUMBER DATA

TUJUAN

(Penggunaa n Listrik) Jaringan

Desa

Kondisi

Mengetahui kondisi jaringan

Eksisting

listrik di kawasan perancangan

Pemetaan &

Kondisi

Mengetahui alur distribusi

Wawancara

Eksisting

serta jangkauan TPS

Pemetaan &

Kondisi

Mengetahui lokasi TPS di

Observasi

Eksisting

kawasan perancangan

Observasi

Kondisi

Mengetahui kondisi TPS di

Eksisting

kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui sistem sanitasi

Listrik (Kondisi Eksisting) Persampaha

Desa

Peta

n (Alur

Primer &

2020

Sekunder

Distribusi & Jangkauan) Persampaha

Desa

Peta

Primer

2020

n (Lokasi) Persampaha

Desa

Deskripsi

Primer

2020

n (Kondisi TPS) Sanitasi (Sistem Sanitasi)

Desa

Deskripsi & Diagram

Primer

2020

Observasi

Eksisting

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Sanitasi

UNIT AMATAN DATA Desa

(Kondisi

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Dokument

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

asi

SUMBER DATA

TUJUAN

Kondisi

Mengetahui kondisi fisik

Eksisting

sanitasi

Kondisi

Mengetahui jumlah jamban

Fisik) Sanitasi

Desa

Numerik

Sekunder

2020

Observasi

(Jumlah

Eksisting

Jamban)

Path (Batas

Desa

Kawasan &

Peta &

Primer

2020

Observasi

Foto

Kondisi

Mengetahui jalur apa saja

Eksisting

yang ada di kawasan

Jalan)

perancangan

Elemen Citra Kota Desa

Foto

Primer

2020

Observasi

Path (Foto

Kondisi

Mengetahui bentuk path dari

Eksisting

kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui batas-batas dari

Eksisting

kawasan perancangan (alam &

Udara)

Edge

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

buatan)

Edge (Foto Udara)

Desa

Foto

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui batas-batas dari

Eksisting

foto udara

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA

Landmark

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Gambar

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

SUMBER DATA

TUJUAN

Kondisi

Mengetahui penanda yang

Eksisting

menjadi ciri khas dari kawasan perancangan

Node

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui simpul kegiatan

Eksisting

yang ada di kawasan perancangan

District

Tata Guna

Desa

Desa

Gambar

Gambar

Primer

Primer

2020

2020

Observasi

Observasi

Lahan Bentuk &

Desa

Numerik,

Massa

Deskripsi,

Elemen

Bangunan

& Gambar

Perancanga

(KDB & KLB)

n Kota

Bentuk &

Desa

Numerik,

Massa

Deskripsi,

Bangunan

& Gambar

(Ketinggian Bangunan)

Primer

Primer

2020

2020

Observasi

Observasi

Kondisi

Mengetahui pembagian dari

Eksisting

kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui pola penggunaan

Eksisting

lahan di kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui KDB & KLB di

Eksisting

kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui tinggi bangunan

Eksisting

di kawasan perancangan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Bentuk &

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Numerik,

Primer

Massa

Deskripsi,

Bangunan

& Gambar

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

SUMBER DATA

TUJUAN

Kondisi

Mengetahui bahan

Eksisting

pembentuk dan persebaran bangunan di kawasan

(Material &

perancangan

Tekstur Bangunan)

Pedestrian

Desa

Numerik,

Ways

Deskripsi,

(Dimensi &

& Gambar

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui bentuk

Eksisting

pedestrian ways di kawasan perancangan

Bentuk)

Pedestrian

Desa

Ways (Street

Deskripsi &

Primer

2020

Observasi

Gambar

Kondisi

Mengetahui pelengkap jalan

Eksisting

di kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui sempadan di

Eksisting

kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui persebaran

Eksisting

penanda di kawasan

Furniture) Pedestrian

Desa

Numerik,

Ways

Deskripsi,

(Sempadan)

& Gambar

Signage

Desa

Deskripsi &

Primer

Primer

2020

2020

Observasi

Observasi

Foto

perancangan Sirkulasi & Parkir

Desa

Peta

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui jaringan jalan di

Eksisting

kawasan perancangan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA

UNIT AMATAN DATA

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Deskripsi &

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

SUMBER DATA

TUJUAN

(Jaringan Jalan)

Sirkulasi &

Desa

Parkir

Gambar

Kondisi

Mengetahui sirkulasi

Eksisting

kendaraan

Kondisi

Mengetahui persebaran titik

Eksisting

parkir

Kondisi

Mengetahui jumlah ruang

Eksisting

terbuka dan aksesnya di

(Sirkulasi Kendaraan) Sirkulasi &

Desa

Peta

Primer

2020

Observasi

Parkir (Titik Parkir) Ruang

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

Terbuka

kawasan perancangan Pendukung

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

Aktivitas

Kondisi

Mengetahui keberadaan

Eksisting

aktivitas pendukung yang ada di kawasan perancangan

Preservasi

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui kegiatan

Eksisting

preservasi di kawasan perancangan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA

Access

UNIT AMATAN DATA Desa

Kriteria Tak

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Peta, Foto,

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

& Deskripsi

SUMBER DATA

TUJUAN

Kondisi

Mengetahui kenyamanan,

Eksisting

kemudahan, dan keamanan

Terukur

akses pada kawasan perancangan

Compatibilit

Desa

y

Peta, Foto,

Primer

2020

Observasi

& Deskripsi

Kondisi

Mengetahui kondisi massa

Eksisting

bangunan dan estetika bangunan pada kawasan perancangan

Livability

Desa

Peta, Foto,

Primer

2020

Observasi

& Deskripsi

Kondisi

Mengetahui kondisi

Eksisting

kenyamanan dan kelayakan huni pada kawasan perancangan

View

Desa

Peta, Foto,

Primer

2020

Observasi

& Deskripsi

Kondisi

Mengetahui lokasi

Eksisting

pemandangan atau ciri khas pada kawasan perancangan

Identity

Desa

Peta, Foto,

Primer

2020

Observasi

& Deskripsi

Sense

Desa

Peta, Foto, & Deskripsi

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui lokasi penanda

Eksisting

pada kawasan perancangan

Kondisi

Mengetahui kondisi suasana

Eksisting

yang nyaman pada kawasan perancangan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Koefisien

UNIT AMATAN DATA Desa

Dasar

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Numerik &

Sekunder

Gambar

(Jurnal,

Kriteria

Bangunan

RTBL/RTDR

Terukur

(KDB)

K Kab.

SUMBER

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Telaah

Kondisi

Menentukan KDB di kawasan

Dokumen

Eksisting

perancangan

Observasi &

Kondisi

Menentukan garis sempadan

Eksisting

bangunan

Observasi &

Kondisi

Menentukan jarak antar

Eksisting

bangunan

Observasi &

Kondisi

Menentukan ketinggian

Eksisting

bangunan

DATA

TUJUAN

Klaten) Garis

Desa

Sempadan

Numerik &

Sekunder

Gambar

(Jurnal,

Telaah

RTBL/RTDR

Dokumen

Bangunan

2020

K Kab. Klaten) Jarak Antar

Desa

Bangunan

Numerik &

Sekunder

2020

Gambar

(Jurnal,

Telaah

RTBL/RTDR

Dokumen

K Kab. Klaten) Ketinggian Bangunan

Desa

Numerik &

Sekunder

Gambar

(Jurnal,

Telaah

RTBL/RTDR

Dokumen

K Kab. Klaten)

2020

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA

UNIT AMATAN DATA Desa

Koefisien

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Numerik &

Sekunder

Gambar

(Jurnal,

Lantai

RTBL/RTDR

Bangunan

K Kab.

(KLB)

Klaten)

Proporsi &

Desa

Gambar

Primer

SUMBER

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Telaah

Kondisi

Menentukan koefisien lantai

Dokumen

Eksisting

bangunan

Observasi

Kondisi

Mengetahui porsi dari

Eksisting

pemanfaatan lahan di kawasan

2020

Skala

DATA

Elemen Estetika

TUJUAN

perancangan Hirarki

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui hirarki dari

Eksisting

bangunan di kawasan perancangan

Balance

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui keseimbangan

Eksisting

dari bentuk-bentuk ruang di kawasan perancangan

Irama

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui bentuk

Eksisting

konfigurasi massa bangunan di kawasan perancangan

Sumbu

Desa

Gambar

Primer

2020

Observasi

Kondisi

Mengetahui porsi dari garis

Eksisting

imajiner pembagi di kawasan perancangan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Konteks &

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Gambar

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi

Kontra

SUMBER DATA

TUJUAN

Kondisi

Mengetahui porsi dari bentuk

Eksisting

khas bangunan di kawasan perancangan

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah penduduk

Penduduk

Series

Dokumen

Desa

total di kawasan perancangan

Total

2015-

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah penduduk

Penduduk

Series

Dokumen

Desa

berdasarkan jenis kelamin di

Berdasarkan

2015-

Jenis

2019

Jumlah

Desa

Numerik

Sekunder

Jumlah KEPENDUDU KAN

Penduduk

2019 Jumlah

Desa

Numerik

Sekunder

kawasan perancangan

Kelamin

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah penduduk

Penduduk

Series

Dokumen

Desa

berdasarkan mata pencaharian

Berdasarkan

2015-

Mata

2019

Jumlah

Desa

Numerik

Sekunder

di kawasan perancangan

Pencaharian

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah penduduk

Penduduk

Series

Dokumen

Desa

berdasarkan pendidikan di

Berdasarkan

2015-

Pendidikan

2019

Jumlah

Desa

Numerik

Sekunder

kawasan perancangan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA

UNIT

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Numerik

Sekunder

SUMBER

TAHUN

INSTRUMEN

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah anggota

Jumlah

Series

Dokumen

Desa

keluarga di kawasan

Anggota

2015-

Keluarga

2019

DATA Rata-Rata

AMATAN DATA Desa

DATA

TUJUAN

perancangan

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah rumah

Tangga

Series

Dokumen

Desa

tangga pertanian di kawasan

Pertanian

2015-

Rumah

Desa

Numerik

Sekunder

perancangan

2019

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah keluarga

Keluarga

Series

Dokumen

Desa

prasejahtera di kawasan

Prasejahtera

2015-

Jumlah

Desa

Numerik

Sekunder

perancangan

2019

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah penduduk

Penduduk

Series

Dokumen

Desa

berdasarkan umur di kawasan

Berdasarkan

2015-

Umur

2019

Jumlah

Jumlah

Desa

Desa

Numerik

Numerik

Sekunder

Sekunder

perancangan

Time

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah penduduk

Penduduk

Series

Dokumen

Desa

berdasarkan agama di

Berdasarkan

2015-

Agama

2027

kawasan perancangan

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Sejarah &

SOSIAL

UNIT AMATAN DATA Desa

Budaya

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Deskripsi,

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Observasi &

Foto, &

SUMBER DATA Masyarakat

Wawancara

Desa

Sosial

Deskripsi,

perancangan Primer

2020

Foto, &

Kondisi

Mengetahui sejarah dan budaya di kawasan

Wawancara Kegiatan

TUJUAN

Observasi &

Masyarakat

Wawancara

Mengetahui kegiatan sosial di kawasan perancangan

Wawancara

Sosial

Organisasi

Masyarakat

Masyarakat

Desa

Deskripsi,

Primer

2020

Foto, &

Observasi &

Masyarakat

Wawancara

masyarakat di kawasan

Wawancara Pola

Desa

Deskripsi,

Pergerakan

Foto, &

Masyarakat

Wawancara

Status

Desa

Deskripsi

Mengetahui organisasi

perancangan Primer

2020

Observasi &

Masyarakat

Wawancara

Mengetahui pola pergerakan masyarakat di kawasan perancangan

Primer

2020

Wawancara

Masyarakat

Kepemilikan

Mengetahui status kepemilikan hunian di kawasan perancangan

Harga Lahan

Desa

Deskripsi

Primer

2020

Wawancara

Masyarakat

Hunian

Mengetahui harga lahan di kawasan perancangan

Tipe Hunian

Desa

Deskripsi & Foto

Primer

2020

Observasi

Masyarakat

Mengetahui jenis tipe hunian di kawasan perancangan

SUBSTANSI

EKONOMI

ASPEK

Perekonomi an

NAMA DATA Pendapatan

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Deskripsi

Primer

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Wawancara

SUMBER DATA Masyarakat

Rata-Rata

TUJUAN

Mengetahui pendapatan masyarakat di kawasan perancangan

Sumber

Desa

Deskripsi

Primer

2020

Wawancara

Masyarakat

Mengetahui sumber

Pendapatan

pendapatan masyarakat di

Masyarakat

kawasan perancangan

Jumlah

Desa

Deskripsi

Sekunder

2020

Sarana

Telaah

Monografi

Mengetahui jumlah unit usaha

Dokumen

Desa

di kawasan perancangan

Wawancara

Masyarakat

Mengetahui jenis dan potensi

Ekonomi Jumlah

Desa

Deskripsi

Primer

2020

Potensi Sumber

investasi di desa Desa

Deskripsi

Primer

2020

Wawancara

Masyarakat

Pemasukan

Mengetahui jumlah & sumber pemasukan investasi di desa

Desa Jumlah

Desa

Deskripsi

Primer

2020

Wawancara

Masyarakat

Pengeluaran

Mengetahui jumlah pengeluaran investasi di desa

Desa KEBIJAKAN

Kebijakan

RTRW &

Kabupaten,

RPJM

Kecamatan, & Desa

Deskripsi

Sekunder

2020

Telaah

BAPPEDA

Mengetahui arah

Dokumen

Kabupaten

pembangunan kecamatan dan

Klaten

pembangunan desa

SUBSTANSI

ASPEK

NAMA DATA Rencana Desa

UNIT AMATAN DATA Desa

BENTUK

JENIS

DATA

DATA

Deskripsi

Sekunder

TAHUN

INSTRUMEN

2020

Telaah Dokumen

SUMBER DATA Wawancara

TUJUAN

Mengetahui arah pembangunan desa

Survey Makam Sunan Pandanaran Hari, tanggal

: Selasa, 3 Maret 2020

Narasumber : Pak Sugianto (Juru Kunci Makam Sunan Pandanaran)

Apakah ada kegiatan rutin di Makam Sunan Pandanaran? Jika ada darimana kah sumber pembiayaannya? 

Kegiatan rutin di Makam Sunan Pandanaran yakni pengajian yang dilaksanakan tiap Jum’at Legi, Jum’at Kliwon, dan 27 Ruah. Pada saat bulan Ramadhan, dilaksanakan tarawih di Mushola.

Setelah tarawih, jamaah Mushola di Makam Sunan Pandanaran akan menunggu sampai sahur dan membunyikan bedug pukul 12 malam.

Bagaimana sejarah Makam Sunan Pandanaran? 





Makam tersebut merupakan makam Sunan Tembayat yang menyebarkan agama islam di daerah Bayat dan sekitarnya. Nama asli Sunan Pandanaran adalah Ki Ageng Pandanaran yang merupakan Adipati Semarang. Sunan Tembayat hidup semasa dengan Sunan Kalijaga, yang mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun 1479, sedangkan Sunan Kalijaga hidup semasa dengan Sunan Kudus yang mendirikan Masjid Menara Kudus tahun 1549. Oleh karena itu, Kompleks Makam Tembayat dibangun tidak jauh selisihnya dari masa pendirian kedua masjid tersebut. Dibangunnya Kompleks Makam Tembayat pada masa mataram islam dibawah pemerintah Sultan Agung. Sultan Agung memiliki peran dalam perbaikan Kompleks Makam pada tahun 1620 Masehi.

Lokasi Makam Sunan Pandanaran saat ini merupakan lokasi yang telah dipindahkan sebelumnya.

Pada awalnya lokasi Makam Sunan terletak di Dadap Tulis (dekat Masjid Golo), kemudian dipindahkan ke lokasi saat ini.

Seseorang yang melatarbelakangi dipindahkannya lokasi Makam Sunan Pandanaran adalah Sultan Agung. Dimana saat semasa hidupnya, Sunan Tembayat sering kali membantu Sultan Agung. Sultan Agung hendak berbalas budi, namun Sunan Tembayat telah tiada. Melihat kondisi makam Sunan Tembayat yang dirasa kurang layak, Sultan Agung berinisiatif untuk memindahkan ke lokasi yang lebih layak. Dan didapatkannya mimpi yang berisikan persetujuan Sunan Tembayat akan hal pemindahan makamnya tersebut. Oleh karena itu, Sultan Agung memindahkan Makam Sunan Pandanaran.

Bagaimanakah struktur kepengurusan Makam Sunan Pandanaran?   

Pengelola Makam Sunan pandanaran adalah pemerintah Desa dibawah Purbakala Pengurus Makam Sunan Pandanaran (Badan Pembina Hastono) Karyawan Makam Sunan Pandanaran

Dilihat dari banyaknya makam- makam yang terletak di Desa Paseban, apakah makam tersebut memiliki hubungan dengan Sunan Pandanaran? 

Makam- makam tersebut saling berkaitan, karena merupakan makam keluarga dan pengikut Sunan Tembayat.

Darimanakah sumber pendanaan untuk pengelolaan Makam Sunan Pandanaran? 



Sumber pendanaan untuk operasional terkait dengan listrik, air, keperluan pelaksanaan kegiatan, serta pemberian fee untuk juru kunci mengandalkan dana sukarela dari kotak yang disebar disepanjang anak tangga dari pintu gerbang Makam Sunan hingga Makam Sunan Pandanaran.

Adapun jumlah kotak yang tersebar yakni lima kotak.

Kotak pertama sampai empat digunakan untuk membayar pajak listrik, keperluan untuk kegiatan- kegiatan, dan pembelian alat- alat untuk kebersihan dan penunjang kegiatan dari peziarah. Selain itu, kotak ke lima yang terletak di puncak atau dekat dengan Makam Sunan Pandanaran digunakan untuk memberika fee bagi juru kunci. Tiap kotak tersebut dibuka setiap hari Jum’at.

Bagaimana cara untuk meregenerasi kepengurusan atau pengelolaan di Makam Sunan Pandanaran?  

Pergantian kepengurusan diputuskan secara musyawarah pengurus periode yang dengan menjabat, lalu ditetapkan oleh Kepala Desa.

Adapun syarat sebagai pengurus merupakan warga lokal asli Desa Paseban, dan sebisa mungkin kerabat ataupun orangtuanya pernah menjabat sebagai pengurus Makam Sunan Pandanaran

Bagaimana perawatan Makam? 

Perawatan dilakukan dengan membersihkan setiap hari, terkhusus untuk fisik situs dibersihkan dengan kuas kecil dan harus berhati- hati

Apakah lokasi Makam Sunan Pandanaran rawan bencana? 

Terdapat rawan bencana gempa dan longsor, dan pada tahun 2006 pernah terjadi gempa yang menyebabkan Makam Sunan Pandanaran harus di sterilkan dan ditutup selama tiga tahun

Survey Kantor Kepala Desa Hari, tanggal

: Selasa, 3 Maret 2020

Narasumber : Pak Irawan (Kasie Pemerintahan – Desa Paseban)

Apa arti nama “Desa Paseban” ? 

Secara etimologis, berasal dari kata “seba” (Bahasa Jawa), yang memiliki arti menghadap. Dalam hal ini, Desa Paseban diartikan sebagai desa yang menghadap kepada Sunan Pandanaran / Makam Sunan Pandanaran beserta keturunannya.

Info lain-lain, tentang Makam, sama seperti wawancara terhadap pengelola Makam Sunan Pandanaran.

Survey RW 11 Hari, tanggal

: Rabu, 4 Maret 2020

Narasumber : Ibu Marsinah (Ketua RW 11)

Apakah terdapat sanitasi di RW 11? Bagaimana kondisi? 

Terdapat sanitasi pribadi. Tiap rumah memiliki septitank masing- masing.

Bagaimana cara masyarakat di sekitar RW 11 mengelola sampah? 

Sebagian besar dibakar.

Apakah terdapat TPS/TPA di sekitar sini? Dimanakah lokasinya? 

Di RW 11 tidak ada TPS maupun TPA, namun terdapat TPS di dekata SD 1 Paseban

Bagaimana system sirkulasi persampahan di sini? Apakah ada petugas yang mengambil sampah atau masyarakat sendiri yang membawa ke TPS/TPA atau dibakar? 

Masyarakat membakar sampah

Berapa debit penggunaan air di rumah anda? 

800 liter per hari untuk pelaku usaha, untuk hanya rumah tinggal kurang dari 800 liter

Berapa daya listrik rata- rata yang dipakai di rumah anda? 

Sebagian besar 900 watt, namun ada yang 450 watt

Apakah terdapat kendala dengan aliran listrik yang berada di Kawasan anda? Jika ada, jelaskan 

Tidak ada kendala untuk jaringan listrik, namun untuk air biasanya di hari sabtu dan minggu mati

Survey RT 02 RW 17 Hari, tanggal

: Rabu, 4 Maret 2020

Narasumber : Pak Sumardi (mantan RW 17) & Pak Suwarno (Ketua RW 17)

Apakah terdapat sanitasi di RW 17? Bagaimana kondisi? 

Terdapat sanitasi pribadi. Tiap rumah memiliki septitank masing- masing.

Bagaimana cara masyarakat di sekitar RW 17 mengelola sampah? 

dibakar. (ada yang dibawa petugas atau buang sendiri ke dekat joglo)

Berapa kali dalam seminggu masyarakat RW 17 membuang sampah 

1 hari sekali 1 keranjang sampah dengan kira2 kapasitas 10 liter dapat terisi penuh

Seberapa banyak sampah yang diproduksi setiap rumah di RW 17?



1 hari sekali 1 keranjang sampah dengan kira2 kapasitas 10 liter dapat terisi penuh

Apakah terdapat TPS/TPA di sekitar sini? Dimanakah lokasinya? 

Di RW 17 tidak ada TPS maupun TPA

Bagaimana system sirkulasi persampahan di sini? Apakah ada petugas yang mengambil sampah atau masyarakat sendiri yang membawa ke TPS/TPA atau dibakar? 

Masyarakat membakar sampah

Berapa daya listrik rata- rata yang dipakai di rumah anda? 

Mayoritas 900 watt, namun masih ada yang 450 watt.

Tak terukur Kenyamanan mengenai kondisi jalan, dengan lebar ….. dan jumlah kendaraan yang lalu Lalang, apakah mengganggu kenyamanan? 

Jalan dengan lebar kurang lebih 3 m, tidak mengganggu kenyamanan karena masyarakat juga dapat pemasukan dari peziarah

Guna lahan perdaganagan yg dikawasan masuk makam , bagaimana guna lahan sebelumnya?

Bagaimana proses peralihan? 

Tadinya merupakan permukiman , karena menjadi objek wisata religi masyarakat memanfaatkannya dengan merubah gina lahan menjadi komersil (kontrakan, dll)

SOSIAL Apakah ada perkumpulan yg sering dilakukan warga sekitar? 

Ada arisan ibu2 maupun bpk2 tiap tgl 1

Status hunian? 

Mayoritas di RW 17 sudah HM

Harga lahan hunian?  

Sewa kontrakan 1,5 juta Lahan 35 jt (200K/m) ada juga yang 800k/m2

Mata pencaharian?   

Mayoritas berjualan dan jasa penitipan PNS juga banyak Dulu banyak pembatik u/ jogja dan solo

Penghasilan? 

Jasa penitipan sandal berpenghasilan seiklasnya

Penduduk 

Kurang lebih 60 KK, 3 RT

Survey RW 13 Hari, tanggal

: Rabu, 4 Maret 2020

Narasumber : Pak Joko Suprapto (Ketua RW 13)

Apakah terdapat sanitasi di RW 13? Bagaimana kondisinya? 

Terdapat sanitasi pribadi. Tiap rumah memiliki septictank masing- masing, yang juga dialirkan ke septictank komunal.

Bagaimana cara masyarakat di sekitar RW 13 mengelola sampah? 

Diambil oleh petugas sampah 2 kali dalam satu minggu, dengan iuran / pembayaran kepada petugas kurang lebih Rp 5.000 – 10.000

Berapa kali dalam seminggu masyarakat RW 13 membuang sampah 

Seminggu 2 kali

Seberapa banyak sampah yang diproduksi setiap rumah di RW 13? 

2 – 3 hari keranjang sampah dengan kapasitas kira-kira 10 liter dapat terisi penuh

Apakah terdapat TPS/TPA di sekitar sini? Dimanakah lokasinya? 

Di RW 13 tidak ada TPS maupun TPA

Bagaimana system sirkulasi persampahan di sini? Apakah ada petugas yang mengambil sampah atau masyarakat sendiri yang membawa ke TPS/TPA atau dibakar? 

Sebagian besar sampah diambil oleh petugas sampah (dekat joglo), beberapa ada yang dibakar (10 rumah) & ditimbun (5 rumah).

Berapa daya listrik rata- rata yang dipakai di rumah anda?  

450 watt & 900 watt Tidak ada kendala, jarang ada pemadaman listrik, kecuali ada hujan lebat (menghindari konslet)

Tak terukur Kenyamanan mengenai kondisi jalan, dengan lebar ….. dan jumlah kendaraan yang lalu Lalang, apakah mengganggu kenyamanan? 

Jalan dengan lebar kurang lebih 3 m, masyarakat sudah terbiasa atau memaklumi, karena secara fasilitas tempat parkir juga kurang memadai untuk menampung banyak kendaraan

Guna lahan perdaganagan yg dikawasan masuk makam , bagaimana guna lahan sebelumnya?

Bagaimana proses peralihan? 

Sebelumnya merupakan permukiman, karena menjadi objek wisata religi masyarakat memanfaatkannya dengan merubah guna lahan menjadi komersil. 1996 mulai ramai, kemudian semenjak kedatang Gus Dur, lebih ramai lagi.

SOSIAL Apakah ada perkumpulan yg sering dilakukan warga sekitar? 

TPA (1 minggu 1x), Arisan (Per Bulan), Pengajian Jama’ah Tahlil, Pos Kamling

Status hunian? 

90% milik sendiri

Harga lahan hunian?   

Pinggir jalan 1jt/m2 Dalam 500-600k/m2 Bukit 200k/m2

Mata pencaharian?  

Mayoritas buruh harian lepas / serabutan Ada PNS juga, hanya segelintir

Penghasilan? 

Kurang lebih 1-1,5 jt/per bulan (Buruh)

Penduduk 

Kurang lebih 40 KK, 2 RT