2 minute read

Gambar 13. Rute Integrasi Wisata Peninggalan Sunan Pandanaran

Penyebaran agama Islam oleh Sunan Pandanaran melaui media kerajinan seni gerabah yang sebelumnya sudah ada di kawasan Paseban. Pembuatan gerabah secara miring merupakan salah satu upaya penerapan norma dalam agama islam mengenai pakaian tertutup yang dilakukan oleh perempuan pada masa itu.

Advertisement

Konsep yang akan dibawakan dalam perancangan kawasan adalah heritage tourism atau disebut juga wisata sejarah. Konsep ini diturunkan dari konsep besar yaitu Sustainble Rural Tourism dimana heritage tourism adalah salah satu tipe dari rural tourism dan merupakan wisata yang perlu dikelola secara berkelanjutan karena terkait peninggalan yang ditinggalkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Konteks heritage atau bersejarah pada kawasan perancangan adalah adanya Makam Sunan Pandanaran yang menjadi salah satu wisata sejarah karena merupakan makam tokoh bersejarah yaitu Sunan Pandanaran yang pada masa lampau mengajarkan islam di daerah Bayat. Selain itu juga karena adanya arsitektur masa lalu di Makam Sunan Pandanaran, misalnya gapura yang ukirannya memiliki gaya zaman Majapahit . Selain itu konteks sejarah juga dapat dilihat dari adanya sejarah budaya masyarakat berupa proses pembuatan gerabah yang sudah ada sejak masa lalu dan diteruskan dari generasi-generasi. Gerabah Bayat sendiri memiliki kaitan dengan Sunan Pandanaran dimana gerabah digunakan sebagai media penyebaran islam oleh Sunan Pandanaran. Adanya sejarah yang saling terkait dan kuat di wilayah perancangan menjadikan konsep Heritage Tourism menjadi relevan di wilayah perancangan ini, dimana nantinya pengunjung akan disuguhi oleh arsitektur dan budaya yang bersejarah serta pengalaman mengunjung lokasi bersejarah yaitu Makam Sunan Pandanaran.

Sunan Pandanaran menyebarkan agama Islam dengan menggunakan budaya yang dapat diterima oleh masyarakat Bayat salah satunya adalah pembuatan gerabah. Pembuatan gerabah di Bayat berbeda daripada pembuatan gerbah di daerah lain. Pembuatan gerabah dilakukan dengan posisi miring yang memudahkan pengerajin gerabah wanita yang menggunakan rok dalam pembuatannya. Masjid Golo dibangun sekitar abad ke-16, berukuran 8 x 8 m dan telah mengalami renovasi dua kali. Yang pertama pada tahun 1980 oleh Departemen Agama dan Dinas Purbakala atau Depdikbud. Letak bangunan masjid 300 m dari makam Ki Ageng Pandanaran, persis di tepi jalan sebelah kiri dari arah Klaten ke Bayat dengan ketinggian lebih kurang 20 meter dari jalan. Masjid Golo merupakan bangunan bersejarah yang merupakan peninggalan Sunan Pandanaran. Masyarakat yang datang berziarah tidak semua mengetahui bahwa terdapat masjid yang merupakan peninggalan Sunan Pandanaan. Karena belum terdapat akses langsung menuju masjid darii letak makam dan keduanya dibatasi oleh permukiman.

This article is from: