Membaca Narasi ANZUL Simpul Segitiga Energi: Home #5
T
Yudhistira Sukatanya, seniman dan penulis. Tinggal di makassar
aman Nasional Bantimurung luasnya sekira 43.770 hektar berada di kecamatan Bantimurung - Maros, berjarak 47 kilometer dari Makassar, Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Sejak Tahun 2004, kawasan ini telah ditetapkan sebagai wilayah konservasi alam. Taman Taman Nasional yang kini disebut Geopark Maros-Pangkep ini memiliki keindahan khas, alami lagi mempesona. Ada air terjun, kerajaan kupukupu dengan ratusan ragam species, hewan-hewan liar Anoa, spesies langka endemik burung Kangkareng dan Rangkong, monyet to ala Macaca maura, gua di bukit kapur-karts dengan stalagtit dan stalagmit, Lukisan purba di dinding gua Leang-leang. Profesor Adam Brumm, kepala tim arkeolog dari Universitas Griffith Australia pada jurnal Nature publikasi 11 Desember 2019 menyampaikan tentang kekhasan lukisan di dinding gua leang-leang; “Selama ini kami sudah melihat ratusan lukisan gua di kawasan ini, tapi kami belum pernah melihat sesuatu yang menggambarkan adegan perburuan. Kami belum tahu apa arti lukisan tersebut, tapi sepertinya berhubungan dengan perburuan yang berkonotasi dengan mitos atau kekuatan supranatural. Kemampuan manusia purba Sulawesi dalam menciptakan mitos dan fiksi ini diklaim jauh lebih maju dibandingkan yang terjadi di Eropa.” Brum menemukan berbagai lukisan di Gua Leang Bulu tahun 2017. Lukisan itu membentang sekitar 16 kaki di dinding gua. Diantara lukisan tangan di gua purba itu tertera gambar Anoa, mamalia endemik pulau Sulawesi dan babi kutil, Sus celebensis liar dikejar oleh pemburu kecil menggunakan tombak dan tali. Meski sesungguhnya penduduk setempat telah bertahuntahun mengetahuinya meski tak menduga bahwa lukisan tersebut sudah berusia ribuan tahun. Kawasan ini disebut Titik Nol yang menjadi titik simpul awal elaborasi gagasan karya Ahmad Anzul. 16 | Macca No. 3/ November 2021
Proses karya Seni Instalasi Ahmad Anzul, Energi: Home #5 (Foto: Goenawan Monoharto).
Lukisan purba yang kaya fiksi dan mitos menjadi wacana pendorong proses kelahiran karyanya. Suatu hari di halaman Kampus Psykhoteraphy dan Gizi Kementrian Kesehatan di Paccerakkang Anzul mememukan sarang burung unik berlubang tiga, penemuan itu dibawanya ke Benteng Somba Opu. Setelah merenung dan memikirkan selama tiga hari ia kemudian menautkannya dengan dimensi artistik lukisan purba di Leang-leang untuk kemudian dimodifikasi memantapkan rajut gagasan karya. Ayah dua orang putri ini kemudian mulai mengerjakan bahan pamerannya di kawasan Benteng Somba Opu. Tempat dimana ia pertama kali melahirkan karya. Area Benteng terbesar peninggalan Kerajaaan Gowa-Tallo itu yang dijadikannya titik simpul kedua. Karya kali ini merupakan karya seni instalasi, juga menyerap sisi pengalaman masa lalu. Anzul kecil dan keluarga pernah bermukim di RK 9, Salapang, lingkungan pemukiman nelayan di belakang Sekolah Pelayaran dekat ‘Jembatan Merah’ di selatan kota Makassar. Di sanalah rumah lamanya yang beratapkan daun nipah dimana dari selanya dapat menerobos cahaya matahari, berdekatan hamparan empang, lintasan pematang, pantai, perahu kecil, laut dan garam. Pengalaman masa kecil yang diakrabinya ini memantapkan pilihan elemen karya dengan menata rumah panggung dari bambu berukuran 4 X 6 meter, diatasnya dibuat stage kecil berwarna putih tempat