5 minute read

SPIRIT LEaNG-leANG mASuK KOTA

Next Article
Chaeruddin Hakim

Chaeruddin Hakim

SPIRIT LEaNG-LE MaSUK KOTa aNG

Judul : TO (aku ada sebab KaU berkata)

Advertisement

Karya Instalasi : Goenawan Monoharto Waktu : 12 s/d 19 November 2021 Tempat : Fort Rotterdam Makassar

Muasal To

Kemudian sesudah hari ke tujuh (seribu hari bagi manusia sehari bagi Tuhan) penciptaan bumi selesai. Sehingga terpisah cahaya gelap dan terang, laut dan daratan di bumi. Maka ditiupkan nafas Tuhan pada manusia di tepi sungai Tigris di tengah Firdaus yang berbalut damai sejahtera tanpa dosa, maka jadilah manusia. Kemudian peristiwa kejadian manusia belanjut dengan hidup berpasangan itulah nenek moyang kita. Kemudian hidup terus berjalan sehingga manusia beranak pinak, terus tumbuh dan berkembang memenuhi bumi. Kemudian, hidup terus berlanjut dengan segala dinamikanya. Kehidupan adalah keniscayaan, bumi berputar berputar, berputar, sehingga melewati masa tahun yang lama, berjuta-juta tahun. Kemudian ada kehidupan manusia di liangliang dengan segala peradabannya, di pengunungan di pulau yang kemudian dinamakan Celebes yang kemudian bernama Sulawesi. Manusia purba di liangliang selama puluhan ribu tahun sudah berpikir dengan segala kemampuan intelektualnya. Penanda kehadiran manusia yang menyatakan isi pikirannya di LiangLiang (Leang-Leang), dibuktikan dengan gambar tapak tangan ‘Bate Lima’ dalam ukuran yang sama dengan tapak tangan manusia pada masanya. Gambar-Gambar

itulah yang kemudian menjadi bukti jejak keberadaannya bahwa ia ada, hidup pada zamannya. Jejak peradaban itulah yang menjadi sebuah benih, hidup, bertunas, tumbuh dalam kreasi karya bertema “Leang-Leang Spirit”. Kemudian saya mengeksplor menjadi penciptaan karya Instalasi Fotografi dengan judul: “To (aku ada sebab KAU berkata)” . TO adalah Tau ( MANUSIA - bahasa Bugis-Makassar) adalah awal landasan pemikiran untuk dijadikan karya. Bagaimana bentuknya semua kemudian ditentukan pada waktu proses. Saya mencoba mengaitkan dengan “Alegori Gua” - Plato, bagaimana manusia dengan keberadaannya yang terkungkung, terpenjara oleh pikirannya sendiri sehingga tidak melihat ada kemerdekaan di luar dirinya. Ini sebuah proses pemikiran untuk karya “To”, apakah sudah pas kadar kreativitas saya mengelaborasi gagasan itu? Kemudian saya menarik benang merah pada kehadiran manusia yang hidup di Liang-Liang (LeangLeang), merenunginya di kala senggang. Membayangkan prosesi ritual memuja penciptaanya dengan berkumpul tanpa jarak dan menari. Menari dengan tarian penuh inovasi dan kreativitas sesuai masanya.

Terlibat Berkarya dengan Sepuluh Perupa

Saya bersyukur diajak bergabung di komunitas perupa Makassar Art Initiative Movement (MAIM), Komunitas perupa yang merupakan perkumpulan para perupa yang ada di Makassar, terbentuk tiga tahun lalu oleh beberapa penggagasnya. Sejumlah program MAIM telah dilaksanakan di antaranya; Rally Rupa 1 s/d 3 pada tempat yang berbeda di kota Makassar, salah satunya di Artsmosphere Studio “kebun cinta” milik Perupa Jendri Pasassang. Di tempat itulah sekretariat MAIM. Jelang akhir tahun 2021 dihelat lagi satu kegiatan besar yang pendanaannya dari dihibah Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi, 10 perupa masing-masing mendapat pembagian ‘kue’ guna menciptakan karya Instalasi . Bermula event ini dirancang pelaksanaannya kawasan Suaka Taman Leang-Leang Maros namun karena masa Pandemik dan PPKM masih berlangsung maka pelaksanaannya dialihkan ke venue Benteng Fort Roterdam. Menikmati live event ini masih dengan penerapan protokol kesehatan, menyaksikannya pun melalui cara Daring. Keterlibatan saya seperti mujizat, karena di antara 10 seniman perupa, Jendri Pasassang, Muhammad Suyudi, Faisal Syarif, Achmad Anzul, Amirullah Syam, Goenawan Monoharto, Ahmad Fausi, Haroen P. Masu’d, Budi Haryawan serta Ikayani dan tim (Rempa), hanya saya seniman foto yang telah diterima dengan tangan terbuka, kawan-kawan tulus menerima fotografi masuk dalam jajaran senirupa di komunitas MAIM.

Video Urban art Leang-Leang

Kali ini saya berproses dengan mengambil roh tari PAKARENA dalam lukisan cahaya, ‘menghadirkan’ perwujudan manusia purba yang hidup di liang-liang (Leang-Leang). Ini elaborasi penciptaan kebudayaan dan kesenian yang mengolah gagasan melalui pendekatan seni teater, seni rupa, seni musik, seni vokal juga seni tari. Zaman purba lalu di Leang-leang sungguh luar biasa, tak tertandingi, maka di masa awal proses, ekspetasi saya dapat melibatkan penari (Maestro/ Anrong Guru) PAKARENA Dr. Nurlina Syahrir, M.Hum., berharap beliau berkesempatan kembali menarikan karya barunya di gua, di hutan karst, Maros. Menggunakan cahaya berkonsep minimalis, mungkin hanya sebatang dua batang kanjoli (sejenis obor) menyala guna menampak penari itu. Kemudian menangkap suara alam sekitar, seperti tetesan air, dengungan binatang-binatang gua sebagai atmosfir penciptaan. Namun seiring dengan berjalannya waktu , proses penciptaan To mesti berubah drastis. Kini

terpaksa tidak lagi bersama Anrong Guru PAKARENA, Dr. Nurlina Syahrir yang menarikan karya di Gua hutan Karst Leang-Leang. Memang sedikit disayang, namun mempertimbangkan kondisi, waktu, dan sejumlah kesibukan akademik sebagai dosen di Pasca Sarjana UNM, juga dalam kapasitas beliau sebagai Ketua Panitia Seminar se Indonesia yang mewajibkannya berangkat ke Yogyakarta. Dikesempatan lain ada sejumlah pertemuan, seminar ataupun workshop kian kerap mendaulat Dr. Nurlina Syahrir, M.Hum., sebagai keynote speaker pakar PAKARENA itu membuatnya kali ini tak sempat berkolaborasi. Apalagi waktu mula gagasan artistik saya yang menawarkan video art yang saya proyeksikan di udara hampa dengan asumsi nantinya setiap ada obyek berupa benda, binatang atau manusia lewat di depan proyektor barulah kehihatan gambar, warna dan cahayanya. Menurut Dr. Nurlina Syahrir, Ini menjadi wacana yang perlu didiskusikan guna mendapatkan argumentasi teknis dan pendalaman makna. Lewatlah sudah wacana ini, sehingga nomor-nomor ini mungkin akan diwujudkan dilain kesempatan. Mengapa saya bergegas dalam karya ini, sebab tak ingin menganiaya konsep dan gagasan penciptaan saya dengan berbagai kajian. Biarlah yang mau mengkaji yang malakukannya Kemudian saya meminta kesediaan Sri Indayanti menari untuk perekaman Video Art di Lantai 14 Hotel Remcy dengan latar belakang lampu-lampu apartemen dan lampu-lampu jalanan di seputaran Boulevard, Makassar. Syukurlah berlangsung sebagaimana harapan. Proses terus berlangsung To Leang-Leang kemudian saya bawa dari urban ke Metropolitan Makassar dengan segala dinamina, irama dan keriuhannya.

Foto dan Moncong (Ijuk)

Video Urban Art Leang-Leang adalah bagian serta penguatan dari karya fotografi To yang merupakan instalasi, bentangan kain sutra putih sepanjang lebih 30 meter dengan foto-foto berwarna maupun monokrom menampilkan tangan, gunung batu ‘karst’, berpadu panorama waktu siang dan malam kota Makassar. Bentangan kain sutra setinggi 1,2 meter akan dipenuhi oleh foto-foto dan jerumat-jerumat moncong (ijuk hitam) ditata sepanjang dinding-dinding bambu. Secara intuisi pengambilan foto saya sudah membebaskan diri dari teknik fotografi. Dengan kamera mirroles Sony saya dipandu oleh mata dan rasa, pikiran saya abaikan dalam penciptaan karya tersebut. Bagaimana pencapaian artistik hasil karya Instalasi Fotografi To (aku ada sebab KAU berkata), saya belum tahu persis seperti apa peristiwa dalam penanyangannya. Sebab bagi saya saat berkarya, ketika saya memotret, dan ketika penanyangan sudah merupakan perjalanan pengalaman keantiklimaks Apa yang terjadi maka itulah. Dalam kesempatan berproses, bermetaforis ideide pasa sahabat di banyak perjumpaan, membahas hingga membahasakan karya saya. Ada kekuatiran, kegelisahan, ketakutan terjadi saling menaut di benak beberapa sahabat, yang belum melihat secara maujud, bagaimana karya saya akan hadir, sehingga pemikiranpemikiran saya itu masih seperti sesuatu yang absurd. Semoga teks ini tidak lebih baik dari karya yang akan memamer. Persembahan karya ini bagi isteri saya Hesiati beserta anak-anak saya tercinta Mono dan Moni, Inilah kado hari ulangtahun pernikahan saya tanggal 14 Oktober 2021. [].

This article is from: