2 minute read

Budaya makan Kalahkan Budaya Baca

Sosok kali ini seorang yang pernah bergelut di bidang buku. Beberapa tahun lalu, Ia pernah jadi kurir buku disalah satu instansi, tugasnya mengantar buku di beberapa sekolah dan perpustakaan di kota Makassar.Kebutuhan kekuarga mendesak dia coba berusaha kecil-kecil dengan membuka warung. Mulanya usahanya berjalan seperti siput, lama kelamaan usahanya diberakahi oleh Allah SWT.Iapun tinggalkan pekerjaan lamanya yakni kurir buku. Namanya H. Muh. Japar Dg. Upa, dia membuka warung makan Ikan bakar, dengan lauk Sop Saudara di bilangan Utara kota, tepatnya jln Andalas perapatan terowongan Angkatan Laut. Saat ini warungnya tidak begitu mewah dipandang dari luar, namun racikan masakannya dengan cobe-cobenya memiliki khasiat tersendiri dan tidak umum seperti kebanyakan warung Sop Saudara lainnya. Haji Upa nama populernya ditemui di sebuah hajatan kekuarga, ia mengaku kalau menjadi kurir buku banyak manfaatnya, menambah pengetahuan juga banyak kenalan orang-orang penting, terutama di bidang pendidikan. ”Hanya karena kebutuhan yang mendesak hingga saya pindah usaha warung makan.“ katanya memberikan alasan mengapa ia hijrah ke kegiatan lain. Ia menutur, salah satu hikmahnya pernah bekerja di bidang pendistribusian buku, ketika dirinya mendirikan rumah warung berupa gubuk dipinggiran jalan, tiba-tiba didatangi seorang polisi pamong praja dan memintanya untuk dibongkar, tapi mereka menolak dan dirinya minta kebijakan dengan alasan,dia sudah minta izin walikota bahkan minta izin semacam surat resmi saat itu H.Amiruddin Maula, namun pak wali tidak mengabulkannya “ tidak usah jika ada yang melarang atau minta dibongkar sampaikan saja atau sekalian kau bersama petugas temui saya,“ ujar H. Upa memberi alasan pada petugas, meniru ucapan Walikota H. Amiruddin Maulana. Inilah yang disampaikan pada petugas kemudian petugas batal membongkar warungnya. Ia mengenang awal membuka warung makan cukup getir. Seiring guliran waktu, usaha warung makan H. Muh Japar Dg Upa terus mengalami perkembangan meski diakui tidaklah seperti ramahnya warung makan lainnya yang antri setiap harinya. “ Apa yang kami dapatkan setiap harinya sangat kami syukuri, dan saya berdoa setiap saat Agar Alllah tidak bosan bosannya memberikan rezeki dan berkah dari apa yang kami peroleh “ ungkapnya. Di akhir perbincangan dia menandaskan, segala usaha pada prinsipnya sama, tinggal bagaimana orang mengelolahnya dengan tekun dan ikhlas menjalankannya.Dia memberikan contoh, ketika dirinya melakukan kegiatan untuk bidang literasi hasilnya lumayan, sekarang dengan membuka rumah makan sederhana ya, juga saya sangat syukuri hasilnya.” Dari dua kegiatan saya ada catatan atau semacam renungan pribadi, dimana masyarakat kita lebih tinggi budaya makannya dibanding budaya bacanya “ kunci Haji Upa, tersenyum. []

Advertisement

This article is from: