2 minute read

SaRaNG BaMBU, GaRaM dan TAlI wOl

Next Article
Chaeruddin Hakim

Chaeruddin Hakim

“sarang burung” diletakkan. Kloning salah satu dari dua sarang burung itu dibuatnya terlihat melayang, di bawahnya ditaburi garam. Lalu ada batang bambu dpajang melintang sepanjang 5 meter tempat mengikat untaian benang wol. Sekilas terlihat seperti rinai hujan saat bergoyang. Tentang benang wol Anzul mengingat kebiasaan ibundanya yang sangat gemar membuat rajutan. Titik simpul ketiga adalah Benteng Ujungpandang. Ini adalah tempat penuh kenangan bagi pria kelahian 6 September 1967, venue Ahmad Anzul melangsungkan perkawinannya dengan Rahma AB tanggal 12 Desember 2012. Di kawasan benteng bersejarah ini pula yang dijadikannya segitiga simpul ‘rumah’ penciptaan karya Anzul bertitel, ENERGI:”HOME”#5 pada 12 hingga 19 Nopember 2021. Ini adalah proyek kelima dari Spirit of Leang-leang, kali ini dalam program Penerima Fasilitas Bidang Kebudayaan (FBK) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi 2021. FBK dimaksudkan dapat menjadi wadah penyediaan ruang keragaman ekspresi dan mendorong interaksi budaya dan inisiatif-inisiatif baru dalam upaya pemajuan kebudayaan Indonesia sesuai UU No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Apapun yang kita kerjakan maka lakukanlah dengan semangat kejujuran, keikhlasan berlandaskan rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Isha Allah berkah adanya. Semoga karya ini menjadi fiksi baru yang menginspirasi.” Ungkap Anzul, aktivis Makassar Art Intiative Movement (MAIM ). []

SENI INSTaLaSI aHMaD aNZUL

Advertisement

SaRaNG BaMBU, GaRaM & TaLI WOL

Goenawan Monoharto, seniman dan penulis. Tinggal di makassar

Anzul dikenal sebagai perupa Kampung Garam. kembali menggelar karya instalasi. Kali ini akan membangun seni instalasi yang spektakuler dan fantastik. Judulnya Home #5 merupakan rangkaian dari beberapa karya sebelumnya terinspirasi dengan Leang-Leang. “Leang-leang titik nol senirupa dunia,” kata Anzul. Spirit Leang-leang, Melampaui Rupa, Memaknai Nilai Sejarah merupakan tema besar dari pameran seni instalasi yang diselenggarakan komunitas perupa Makassar Art Initiative Movement (MAIM), Balik pada karya seni instalasi Anzul, tercerah konsep untuk karyanya itu, sebagaimana dikatakannya, bermula dijatuhi sebuah sarang yang unik bentuknya, setelah diamati, ia juga tak tahu burung jenis apa yang empunya sarang. Bermula dari situlah konsep dan gagasannya lahir untuk karyanya dipadukan Leang-Leang yang ada dalam mimpinya. Kemudian ia mengamati dan mulai memproses dan menggambar sarang tersebut dengan ukuran yang cukup besar. Mulailah ia mengerjakan karyanya dengan memakai material bambu dan dianyam seperti sarang. Ia mengerjakan karyanya di Benteng Somba Opu sebagai tempat ia berkarya tahun-tahun lampau . Jika ditarik tali penghubung maka Anzul dalam berkarya berada di lingkaran Segi Tiga Emas. Ia terinspirasi dengan Spirit Leang-Leang yang merupakan titik nol. seni rupa dunia dan memproses karyanya di Benteng Somba Opu yang merupakan Benteng Pertahanan Kerajaan Gowa dan memamerkan di Benteng Fort Roterdam. Semua tempat disimpul adalah jejak sejarah Makassar. Mengamati karya seni Instalasi yang diberi judul Home #5, maka lengkaplah bahwa yang akan ditampilkan adalah tiga rumah di bumi ini. yakni, sarang sebagai rumah para burung, rumah manusia dan rumah ikan (karamba/ rompong/ bubu). Tak sah bila Seniman/Perupa Anzul digelar sebagai pelukis Kampung Garam bila karyanya tidak terdapat garam di dalamnya. Dalam karya seni instalasinya ia akan menumpuk, mengurai dan mentata di bawah sarang sekitar seratusan kilo, bijibiji garam yang diambil dari Jeneponto dan Pangkep. Bila hujan turun. “Tak apa, memang takdirnya kembali ke air,“ katanya, bahwa butir-butir kristal garam tersebut akan memberi efek kilau ketika terkena sinar matahari. Satu pertanyaan lagi, bagaimana bila garam tak asing lagi? []

This article is from: