Majalah MACCA Edisi 3 November 2021

Page 11

TEROPONG LA MACCA

HALO DINSOS

S

alah satu bait puisi W. S. Rendra "kemiskinan adalah burung gagak dan burung gagak menakutkan" syair ini rasanya cukup tepat dengan kondisi yang ada didepan mata kita, dimana hadir pengemis disejumlah titik perapatan jalan di kota yang kita cintai Makassar. Saat ini anak Jalanan, pengemis, pak Ogah, Pemulung atau apapun diistilahkan oleh warga buat para peminta minta yang sekarang begitu semarak di beberapa titik sudah perlu ditangani secara serius. Kondisi pengemis, tentunya tidak keberatan akan keberadaannya sebagai tanggung jawab bersama.Namun yang paling bertanggung jawab adalah pemerintah dalam hal ini Dinas Sosial. Pemandangan hadirnya sejumlah pengemis tidak sulit ditemukan di berbagai perapatan jalan yang memiliki lampu trafig light. Di sinilah bergerombol dan kelihatannya mereka satu komunitas bahkan bukan mustahil satu rumpun keluarga. Sehingga jika ada ganguan atau teguran dari pemakai jalan atau warga yang merasa terganggu, mereka dengan spontan mengepungnya hingga si pemerotes tak berdaya. Kondisi ini diharapkan pemerintah segera turun tangan, sebab jika dalam takaran tertentu akan sulit dan bisa menimbulkan masalah sosial baru dalam kehidupan seharihari. Saat ini pemerintah terkhusus Dinas Sosial rasanya belum perlu menggunakan tangan besi untuk membasminya, namun jika tidak segera ditangani yakinlah akan lebih parah dan butuh satuan petugas yang lebih besar dan tentunya Anggarannya besar pula. Sesuai penyelusuran di lapangan, yang dijadikan tempat pertemuan para pengemis (yang tidak miskin dan terkordinir), depan kantor Gubernur Provinsi sulsel, dan rumah halte dijadikan tempat persinggahan mengatur penyebarannya Kedua perapatan jalan Bawakaraeng - Veteran

10 | Macca No. 3/ November 2021

Selatan persis pinggiran toko Gembira yang sementara tidak beroperasi, perapatan jalan G. Latimojong - Bawakaraeng, jalan Jenderal Sudirman Karebosi, Perapatan jalan Landak - Veteran, sepanjang pinggir pantai Losari, bahkan saat ini telah memasuki areal sepanjang jalan Play oper - di bawah jalan Layang Tol, tepatnya penyeberangan jalan Hertasning, perapatan jalan pengayoman dan jika hari jumat mereka berkumpul di depan Almarkas dan Masjid Raya. Membaca zona tempat nongkrong tentunya diperlukan strategi untuk membasmi dan Dinas sosial harus rela pusing merumuskannya. Pengalaman diperiode Walikota Ilham Arief Sirajuddin, mereka melakukan sweping dan dibina di penampungan dan bagi anak anak yang masih dibawah umur atau yang masih tataran produktif dibina dalam sebuah sekolah dengan keterampilan tertentu dan yang terlibat disini adalah sekolah SMK atau kejuruan bekerja sama dengan pemerintah kota Makassar. Solusi, mungkin bisa dicoba kembali hanya saja perlu diperhatikan soal kesinambungannya, artinya tidak sampai pada tingkat pembinaan saja namun hingga anak jalanan dan pengemis yang sudah dibina dicarikan perusahaan untuk dipekerjakan, tentunya perlu ada MoU sebelumnya dengan Pemerintah Kota. Sekedar saran, jika ada solusi lain lebih efektif dan punya target lebih mendidik apa salahnya diterapkan. Pasti jika dibiarkan kondisi hingga puncak, Pemkot khususnya Dinas sosial akan kewalahan. Percaya, karena mereka yang jadi anak jalanan dan peminta-minta hari ini, sudah memasuki tahap pemilihan cara hidup dengan menengadahkan tangan. Artinya sudah menjadi profesi. Mari memberantas “penyakit” itu untuk ketentraman kota yang kita cintai. Makassar. [] Ahmadi Haruna.


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.