2 minute read

2. Anyeq Wang

ALkisah, hiduplah seorang perempuan bernama Usun yang sedang jatuh cinta pada Jalung. Ia amat terpesona oleh kegagahan dan ketampanan Jalung. Hampir setiap malam, Usun selalu memikirkannya. Namun Jalung tidak menghiraukannya. “Ia harus jadi milikku, apa pun caranya,” gumam Usun dalam hati. Usun berkehendak mengambil jalan pintas. Ia kemudian mendatangi seorang kakek bernama Pejuta yang memiliki kesaktian “Penakluk Sukma” dan meminta agar Jalung terpikat olehnya. “Letakkan barang ini di atas pintu rumahmu. Lalu, undanglah Jalung ke rumah. Karena siapapun yang melewati pintu itu, ia akan jatuh cinta kepadamu, dan kamu harus menikahinya,” pesan Pui Pejuta. Usun menyetujui syarat yang disampaikan sang kakek. Ia segera pulang dan menjalankan anjurannya. Ia letakkan barang yang sudah diberi mantra tepat di atas pintu rumahnya.

*** Pada suatu hari, Usun melihat Jalung berjalan tidak jauh dari rumahnya. Pintu segera dibuka dan ia memanggilnya. “Kemarilah!” pinta Usun sambil melambaikan tangannya. “Ada apakah?” sahut Jalung. “Aku perlu bantuanmu,” ujar Usun memohon. Jalung pun luruh pada permintaan itu. Namun nasib sial menimpa Usun. Saat pintu dibuka, tiba-tiba seekor anjing menyelonong masuk. Anjing itu pun terjerat mantra yang telah ia pasang di atas pintu. Sesuai syarat yang sudah ditentukan, anjing itu jatuh cinta pada Usun. Ia harus menikahinya dan tidak berani melanggar sumpah. Jika tak menepati sumpahnya, ia dan keluarganya akan tertimpa musibah kematian.

Advertisement

Selang beberapa waktu kemudian, Usun hamil. Pada saat melahirkan, bayi yang dikandung Usun tidak seperti manusia pada umumnya. Ia berkepala anjing namun berbadan manusia. Ia memberi nama anaknya Anyeq Wang. Waktu terus berlalu. Anyeq Wang berperilaku aneh, suka menyerang dan memakan manusia sehingga ditakuti warga kampung. Anyeq Wang dimusuhi warga dan dianggap sebagai hama yang mengganggu ketentraman warga.

*** “Korban telah berjatuhan begitu banyak. Kita tidak bisa membiarkan Anyeq Wang seperti itu. Kita harus bunuh dia,” ungkap beberapa warga yang sudah sangat resah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memburu dan membunuhnya. Seluruh kampung dipagari dengan tiang bambu yang tinggi. Mereka juga membuat lubang di pinggir pagar untuk menjeratnya. Anyeq Wang selalu bisa lolos dari jebakan. Ia mampu melompat tinggi dan berlari sangat kencang. Warga telah kehabisan akal untuk menangkapnya. Mereka putus asa karena tidak menemukan jalan keluar. Pada suatu hari, Anyeq Wang tertidur di lubang batang kayu di tengah hutan. Saat itu terlihat mamak-nya mendatanginya seraya berpesan, “Berhati-hatilah anakku. Seluruh warga kampung berusaha memburumu. Mereka berniat membunuhmu. Tetapi mereka tidak akan bisa membunuhmu dengan benda tajam kecuali dengan kayu manyi lubang.” Rupanya pembicaran itu terdengar oleh seseorang yang sedang berjalan melintasi hutan. Ia segera menyampaikan hal itu pada warga di kampung. Sejurus waktu kemudian, beberapa warga pergi mencari kayu manyi lubang. Tidak terlalu lama mereka mendapatkannya. Satu hari kemudian, mereka beramai-ramai mendatangi tempat di mana Anyeq Wang biasa tidur. Ia tidak

menyadari kedatangan penduduk yang telah geram dengan ulahnya. Anyeq Wang tertidur sangat pulas. Beberapa orang mendatangi pelan-pelan agar Anyeq Wang tidak terbangun. Sedangkan warga yang lain memagari pohon, agar Anyeq Wang tidak dapat meloloskan diri. Begitu sudah dekat, warga kampung langsung merajamnya beramai-ramai dengan kayu manyi lubang. Anyeq Wang masih berusaha melawan. Beberapa orang terluka terkena gigitan dan cakaran. Namun warga kampung terus saja merajamnya. Tak lama kemudian, Anyeq Wang terkulai lemas di tanah dengan luka di sekujur tubuhnya. Matilah ia. (*)