2 minute read

1. Tang Tike dan Upit Saleng

Tersebutlah satu kisah, di hutan belantara Tang Tike (burung puyuh) berjumpa dengan Upit Selang (burung pipit hitam). Keduanya belum pernah bertemu sebelumnya. Mereka saling bertatapan, melihat satu dengan yang lain. Sejak perjumpaan itu mereka bersahabat. “Kenapa paruhmu hitam di atas dan putih di bawah? Kecil lagi paruhmu?” tanya Tang Tike. ”Meski paruhku kecil, tapi kuat,” jawab Upit Saleng menjelaskan. “Aku ingin pergi melihat rumahmu, bolehkah?” , tanya Tang Tike. “Kalau kamu ingin melihat rumahku, nanti kita pergi. Tapi aku juga ingin melihat rumahmu. Ayo, ke rumah siapa duluan?” sahut Upit Saleng. Sore pun tiba. Mereka berdua terbang menuju rumah Upit Saleng yang terletak di ujung pohon pinang. “Wah, rumahmu bagus sekali. Rapi, halus dan tidak bisa lihat ke manamana,” puji Tang Tike. “Inilah bukti kalau paruhku kuat meskipun kecil, ” jawab Upit Saleng. Pada saat mereka berdua sedang asyik berbicara, tiba-tiba angin berhembus kencang. Angin kencang itu menggoyang batang pinang ke kanan dan kekiri, sehingga hampir roboh. “Takut aku tinggal di rumah ini,” kata Tang Tike. “Ya beginilah kalau rumah di atas pohon. Kamu tidak pernah terbang di atas pohon kayu jadi kau tidak tahan seperti aku yang biasa tinggal di atas seperti ini, ” jawab Upit Saleng.

*** Keesokan harinya, Tang Tike mengajak Upit Saleng pergi melihat rumahnya. Sesuai kesepakatan, mereka bertemu kembali di tempat di mana mereka bertemu sebelumnya. “Ayo, pergi dan lihat rumahku,” ajak Tang Tike. Mereka berdua kemudian terbang menuju rumah Tang Tike di sebuah padang rumput yang luas. “Di mana

Advertisement

rumahmu?” tanya Upit Saleng. “Tunggu dulu, nanti kita masuk di lorong kecil,” jawab Tang Tike. Tang Tike kemudian mengajak Upit Saleng terbang menuju ke satu lorong. Tang Tike menunjukkan rumahnya yang berbentuk lingkaran terbuat dari rumput dan dedaunan. Upit Saleng melihat beberapa telur di rumah itu. ”Kenapa rumahmu seperti ini? Engkau malas, ya?” tanya Upit Saleng. Pada saat mereka sedang berbincang, datanglah payau, kerbau, dan binatang besar lainnya. Melihat kedatangan mereka, Upit Saleng ketakutan luar biasa. Ia berpikir tubuhnya akan hancur jika terinjak binatangbinatang itu. “Ah, kau sering terbang ke mana-mana dan tidak pernah bertemu dengan binatang besar. Aku yang tinggal di padang rumput ini berteman dengan mereka,” ucap Tang Tike pada Upit Saleng yang masih dicekam rasa takut.

“Itulah sebabnya kita tidak bisa berteman seumur hidup. Rumahmu berbeda dengan tempat tinggalku. Aku bisa terbang jauh sedang kau tidak bisa, ” jawab Upit Saleng. “Iya, kau bisa ke mana-mana mencari makan. Engkau juga suka mencuri makanan manusia. Kau tidak pernah kenyang. Makanya kau sering diusir dan dilempari mereka. Kau hanya makan, buang kotoran, makan, buang kotoran lagi, tidak punya lumbung untuk menyimpan makanan,” ucap Tang Tike. Akhirnya, mereka berdua kembali pada hidup masing-masing. Upit Saleng terus terbang ke mana pun ia mau dan tinggal di atas pohon. Sedangkan Tang Tike tidak bisa pergi jauh dan tetap tinggal di padang rumput. (*)