5 minute read

4. Buy dan Monyet yang Licik

ALkisah, hiduplah pasangan suami-istri bernama Buy dan Uyoq. Pada satu hari, mereka berencana menugal di ladang. Sesuai dengan tradisi, menugal dilakukan secara bergotong royong. Maka keluarga yang hendak menugal biasanya mempersiapkan hidangan untuk disantap saat usai menugal. Buy meminta izin kepada istrinya pergi berburu ke hutan. Sebelum berangkat ia menyantap makanan yang telah disiapkan oleh istrinya. Ia makan sangat lahap. Selesai makan, ia langsung menyiapkan peralatan untuk berburu. Sementara Uyoq menyiapkan bekal perjalanan untuk suami tercinta. Pada saat berada di tengah hutan, Buy bertemu seekor payau jantan. Ia urungkan niat untuk menangkap payau itu, karena terlihat kurus. Buy melanjutkan perburuan. Ia melihat seekor babi jantan yang gemuk sedang berjalan mencari makan. Ia merasa babi itu cukup untuk lauk saat usai menugal. Buy berjalan mengendap ke arah babi yang tidak menyadari kedatangannya. Segera Buy mengayunkan bujaq. Babi itu berusaha lari meski sudah terkena bujaq, namun tidak lama jatuh terkulai kehabisan darah. Buy segera mengikat kaki itu, kemudian mengangkatnya dan berjalan meninggalkan tempat itu. Buy melanjutkan perburuannya. Kali ini ia bertemu seekor monyet bergelantungan di pohon. Monyet itu melihat Buy. Ia ingin tahu apa yang sedang dicari dan dilakukan. “Hai, apa yang sedang kau lakukan di hutan ini?” teriak monyet itu. Buy terkejut lalu cepat menjawab, “Aku sedang mencari binatang buruan untuk lauk menugal besok. Tapi yang kucari, binatang yang gemuk.”

“Ambil saja aku,” jawab monyet itu. “Seberapa gemuk dirimu?” tanya Buy. “Dua kali lipat setinggi langit dan sedalam sungai,” sahut monyet itu. *** Mendengar jawaban itu, Buy menyuruh Monyet masuk ke dalam kiang yang dibawanya. Buy kemudian jongkok agar monyet bisa masuk. Monyet itu kemudian masuk ke dalam kiang. Pada saat masuk, monyet dan Buy saling membelakangi. Ketika Buy mencoba mengangkat, monyet itu berpegangan erat di tunggul kayu yang ada di depannya. “Ah, mengapa aku tidak bisa mengangkatnya?” gerutu Buy dalam hati. Buy terus berusaha, tapi selalu gagal. Ia tidak tahu kalau monyet itu telah berbuat licik kepadanya. “Kamu tidak usah membawa aku, karena aku terlalu berat. Sekarang begini saja, kamu yang masuk di kiang ini dan aku akan mengangkatnya. Nanti kita lihat, siapa yang lebih kuat di antara kita,” tantang Monyet. Tanpa berpikir panjang, Buy menyetujuinya. Ia langsung masuk ke dalam kiang dan monyet itu langsung mengangkatnya. “Aku mau dibawa ke mana? Turunkan aku segara!” teriak Buy keras-keras. Monyet itu terus saja berjalan menuju pohon beringin yang tinggi di tengah hutan. Terdengar suara sangat riuh dan saling bersahutan dari sekawanan monyet. Buy sangat gelisah. Beberapa monyet mendatanginya. Mereka melihat-lihat Buy yang sedang meringkuk dalam kiang. Buy langsung dibawa ke atas pohon secara beramai-ramai. Buy melihat banyak sekali monyet di situ. Ternyata pohon beringin itu rumah mereka. Sejak saat itu, Buy menjadi tawanan sekawanan monyet. Ia tidak bisa melarikan diri karena gerak-geriknya selalu diawasi. *** Pada suatu hari, monyet yang membawa Buy, pergi mencari buah. Adapun monyet yang lain tetap

Advertisement

menjaganya. Monyet itu pulang dengan membawa buahbuahan yang cukup banyak dengan aneka rasa. Sementara itu, Buy terus berpikir agar ia bisa lolos dan pulang ke kampung. Ia menemukan rencana. Buy menyuruh kawanan monyet pergi mencari buah lagi. Mereka pun setuju. Hingga hari pertama mereka mencari buah, beberapa monyet masih terus menjaga dan mengawasi Buy. Pada hari ketiga, Buy menyuruh kawanan monyet mencari kulit kayu merah karena buah sudah banyak. Mereka mengikuti perintah dan membawa kulit kayu merah cukup banyak. Pada hari keempat, Buy menyuruh monyet mencari buah lagi. Pada saat mereka pergi, Buy membuat kulit kayu merah menjadi tali. Ia membuat tali sepanjang-panjangnya hingga ke tanah tanpa diketahui oleh mereka. “Ah, tinggal menunggu hari baik, aku akan melarikan diri,” cetus Buy dalam hati. Pada hari kelima, Buy menyuruh semua monyet pergi mencari buah yang lebih banyak lagi. “Aku akan menjaga sarang kalian,” ucap Buy. Namun mereka tidak percaya. Lalu Buy berusaha meyakinkan mereka bahwa ia tidak mungkin dapat melarikan diri. “Pohon beringin ini tinggi dan besar. Aku tidak mungkin bisa turun dan melarikan diri,” ucap Buy meyakinkan sekawanan moyet itu.

Kawanan monyet itu masih ragu dan belum percaya sepenuhnya. Mereka lalu berbicara satu dengan yang lain. Seekor anak monyet akan ditinggal untuk menjaga dan mengawasi Buy. Kawanan monyet itu langsung bergegas pergi mencari buah. Buy menunggu waktu yang tepat. Saat anak monyet itu mengantuk, ia mulai bersiap-siap. Tatkala anak monyet itu tertidur, Buy segera menurunkan tali pelan-pelan agar anak monyet yang tertidur pulas tidak terbangun. Ia langsung berusaha

turun, saat kedua kakinya berhasil menyentuh tanah, ia berlari sekuat tenaga dan berhasil meloloskan diri. Tidak lama kemudian, sekawanan monyet datang membawa buah-buahan, namun sudah tak mendapati Buy di atas pohon. Suara teriakan sekawanan monyet saat mencari Buy, saling bersahutan hingga menggema di seluruh hutan. Suara itu mampu didengar sekawanan monyet lain yang masih sibuk mencari buah. Mereka langsung memutuskan kembali ke sarang. Tidak berapa lama, mereka semua sudah berkumpul. Tanpa diperintah, kawanan monyet itu langsung mengejar Buy dengan mengikuti jejak kakinya. Saat mengejar, mereka mengeluarkan suara yang sangat ribut sehingga Buy dapat mendengarnya. “Mereka mengejarku,” ucap Buy dalam hati dengan perasaan amat panik. *** Buy segera berlari kencang. Ia melihat ada satu rumpun pohon bambu yang sangat lebat di tepi sungai. Ia memutuskan bersembunyi. Kawanan monyet tampak semakin dekat. Buy semakin panik. Ia memanjat pohon bambu hingga melewati batang tengahnya. Kawanan monyet sudah berada tepat di bawah Buy. Mereka melihat bayangan Buy di sungai. Mereka berpikir, itu Buy. Kemudian mereka langsung terjun ke sungai satu per satu. Ternyata di sungai itu terpasang bubu. Sekawanan monyet yang terjun ke sungai terjerat dan mati. Namun ada seekor monyet selamat karena tubuhnya terlalu besar. Ia berusaha menangkap bayangan Buy, tapi selalu gagal. Monyet besar itu kedinginan karena terlalu lama di air. Ia lalu naik dan duduk di tepi sungai, sambil memperhatikan bayangan Buy. Lama kelamaan ia menguap dan mengantuk. Monyet itu berbaring di tepi sungai dan mendongak ke atas. Terkejutlah ia melihat Buy sedang berpegangan pada sebuah batang pohon bambu. Tanpa pikir panjang, monyet itu langsung memanjat dan

berusaha menangkap Buy. Ia terus berusaha naik dengan tubuhnya yang besar. Buy berusaha menjauh dari jangkauan monyet. Sekuat tenaga dengan kedua tangannya, ia berusaha berpindah dari satu batang ke batang yang lain. Ia berhasil sampai ke ujung bambu sementara monyet itu masih berada agak jauh darinya. Satu batang pohon bambu yang dinaiki monyet tiba-tiba pecah. Tubuh monyet itu terjepit disela-selanya sehingga tidak bisa bergerak sama sekali. Buy bergegas turun dan menebang pohon bambu. Begitu roboh, Buy menikam monyet itu hingga mati. Setelah beristirahat sejenak, Buy turun ke sungai untuk mengangkat bubu berisi monyet yang terjebak di dalamnya. Ia angkat satu per satu ke tepi sungai, lalu dibawa ke pondok ladang. Begitu selesai, Buy pulang kampung dan memanggil warga untuk membantu menugal di ladangnya. Warga kampung berdatangan ke ladang. Seusai menugal, Buy membagikan daging monyet dengan jumlah yang cukup banyak. Ternyata daging yang tersisa masih banyak. Buy membawa pulang dan orang-orang yang tidak ikut menugal datang ke rumahnya meminta bagian. “Kalian tidak ikut menugal, sehingga tidak berhak mendapatkan daging ini,” kata Buy kepada orang-orang yang terus berdatangan kerumahnya. Warga kampung pulang dengan tangan hampa, karena tidak mendapatkan daging monyet sedikit pun. “Siapa bekerja, ia dapat,” ujar Buy menasihati mereka. (*)