1 minute read

2. Pelanuk dan Payau Betina

Pelanuk atau kancil adalah binatang yang sangat cerdik. Tidak ada satu ekor binatang di hutan yang mampu mengalahkan kecerdikannya. Pelanuk sungguh banyak akal. Suatu hari, pelanuk bertemu Payau betina. Mereka sedang mencari makan. “Pelanuk, kau tidak mungkin bisa mengalahkanku. Aku ini binatang yang tinggi, berbadan besar dan telinga lebar. Sedangkan kamu kecil, ” olok Payau meremehkan Pelanuk. Pelanuk yang memang betubuh lebih kecil hanya tertawa. Ia sudah menemukan akal untuk mengalahkan kesombongan payau. “Engkau menantangku. Pikir baikbaik dulu dan sadarilah bahwa kau adalah keturunanku!” ujar Pelanuk. Payau betina tidak menyadari jebakan Pelanuk. Ia tetap bersikap sombong dan meremehkannya. *** Meyakini tubuhnya lebih besar, Payau betina tetap saja meremehkan Pelanuk. “Mana mungkin aku keturunanmu? Tubuhku lebih besar dan gagah daripada tubuhmu, ” ucap Pelanuk dengan sombong. “Kau mau bukti?” tanya Pelanuk. Payau ingin segera menunjukkan ia bukan keturunan pelanuk. Ia menantang berlomba. “Ayo kita berlomba sekarang. Kita lompat-lompat lalu tendang bandir itu. Siapa yang lebih kuat dan cepat dia yang menang,” ujar Payau. Pelanuk merenung sejenak mencari akal mengalahkan kesombongan Payau. “Siapa duluan?” tanya Payau penuh percaya diri. “Aku duluan, ” jawab Pelanuk penuh semangat. Pelanuk itu kemudian melompat-lompat dan menendang. Kakinya berhasil menembus bandir. Ia langsung berteriak, “Aku menang. Kakiku berhasil menembus badir.” Payau hanya tersenyum melihat kaki Pelanuk hanya mampu masuk sampai mata kaki saja.

“Ah, kekuatan kakimu hanya begitu saja. Kau tidak mungkin mengalahkanku. Kekuatan kakiku jauh lebih kuat, ” ucap Payau. Kemudian Payau itu meloncat-loncat dan menendang bandir sekuat tenaga. Kakinya menembus bandir hingga pahanya. “Lihatlah, tendanganku lebih kuat. Kakiku bisa masuk tidak hanya sampai mata kaki, tapi sampai paha. Aku menang,” teriak Payau membanggakan diri. Mendengar ucapan itu, Pelanuk tertawa, lalu ia berkata “Ha..., ha...., ha...., itu membuktikan kau keturunanku. Pada zaman dahulu, orang tua kami mengawini Payau yang pahanya tersangkut di bandir. Lalu lahirlah anak-anak Payau sepertimu. Jadi kau keturunanku. ” Pelanuk itu kemudian pergi sambil tertawa terpingkal-pingkal. Sedangkan Payau menyadari dirinya telah tertipu. (*)

Advertisement