1 minute read

Biodata Penulis

Kelik Ismunandar lahir di Jogjakarta, 16 Desember 1971. Gelar sarjana ia peroleh dari Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Surakarta. Lulus tahun 2004 dengan skripsi yang mengupas tentang Gerakan Mahasiswa di Solo tahun 1989–1998 dengan nilai A.

Kelik, demikian panggilan akrabnya, ayah dari dua anak perempuan: Yosephine Helsa Zahir (4) dan Vincentia Naysa Primesty (3), terlibat aktif dalam dunia gerakan sejak mahasiswa. Ia pernah tercatat sebagai anggota organisasi underbow Partai Rakyat Demokratik (PRD), Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), dan Koordinator Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI), Kota Surakarta.

Advertisement

Maraknya berbagai aksi yang dilakukan mahasiswa di Kota Solo sejak tahun 1990-an untuk mengangkat isu nasional seperti Gerakan Anti Kuningisasi, Anti Dwifungsi ABRI, Gerakan Buruh sampai Gerakan Reformasi 1998 adalah beberapa proses yang Kelik terlibat di dalamnya. Peristiwa 27 Juli 1996, mengantarkan Kelik menjadi salah satu mahasiswa yang diculik oleh aparat militer dalam persembunyiannya di Kota Solo.

Meskipun pernah mengalami penculikan, tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap terlibat dalam gerakan perubahan sosial. Ketika PRD dan organisasi undewbow-nya dilarang oleh rezim Soeharto, Kelik terlibat mengorganisasi gerakan bawah tanah, dengan

membentuk Solidaritas Mahasiswa Peduli Rakyat (SMPR) untuk menjatuhkan Soeharto pada tahun 1998. SMPR kemudian berubah menjadi Dewan Reformasi Mahasiswa Surakarta (DRMS) setelah tumbangnya Rezim Orde Baru tahun 1998.

Pasca kejatuhan Soeharto, Kelik bersama beberapa aktivis Solo lainnya membangun Lembaga Swadaya Masyarakat yang fokus pada isu perempuan pada tahun 1999 yaitu Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM). Kelik aktif di SPEK-HAM sejak 1999 hingga 2006 dan selanjutnya berturut-turut aktif di Perkumpulan Pikul Nusa Tenggara Timur (2006–2007), Child Fund Indonesia (2008–2010). Pada saat ini, Kelik menjadi anggota Badan Pembina SPEK-HAM sejak tahun 2009 sampai sekarang dan Direktur Naladwipa Institute, Samarinda (2016–2020).

Beberapa tulisan telah dihasilkan dalam bentuk buku maupun artikel di berbagai media. Masih dalam Posisi Pinggiran; Membaca Tingkat Partisipasi Politik Perempuan di Kota Surakarta adalah buku yang telah ditulis bersama dua rekannya pada tahun 2005. Tulisan dalam bentuk artikel di antaranya: “Memahami Kuota 30% bagi Perempuan” (Solo Pos, 2003); “Pilkada Langsung; Mampukah Melahirkan Walikota Bersih” (Solo Pos, 2005); “Perempuan Molo; Pendobrak Kebisuan” (Kursor-Kupang, 2007); “Otonomi Daerah dan Izin Pertambangan” (KursorKupang, 2007); dan “Koin untuk Prita; Simbol Perlawanan Publik” (Solo Pos, 2009). (*)