1 minute read

3. Pelanuk dan Pau

Pada suatu hari, Pelanuk terlihat berbicara dengan binatang lain di tepi hutan. Hewan itu menjelaskan, kalau Pelanuk berlomba dengan hewan yang lebih kecil, pasti kalah. Pelanuk tertegun. Hewan itu mengatakan, jika Pelanuk berlomba dengan Pau, belalang yang tubuhnya lebih kecil, pasti kalah. “Kecerdikanmu hanya bisa dikalahkan oleh hewan yang tubuhnya lebih kecil, ” ucap binatang itu. Pelanuk yang sebelumnya terdiam, mulai berbicara. “Bagaimana aku bisa kalah? Tiga ekor binatang besar bisa kukalahkan dengan mudah. Mana mungkin aku kalah dengan Pau?” bantah Pelanuk. “Kau memang cerdik kalau berbicara, sedangkan belalang tidak. Ia hanya bisa menggigit, ” balas binatang itu. Pelanuk tampak terlihat bingung. Ia mondarmandir sambil mengernyitkan keningnya. “Mengapa aku bisa kalah dengan Pau?” tanya Pelanuk penasaran. “Tunggu sebentar, aku panggil Pau. Kamu duduk atau berdiri saja di situ, ” pesan binatang itu. Tidak lama kemudian, Pau datang dan bertanya, “Ada apa memanggilku?” Pelanuk lalu menjelaskan, ia hanya bisa menang melawan binatang yang badannya lebih besar, sedangkan jika melawan binatang yang lebih kecil pasti kalah. Pau terus mendengarkan penjelasan Pelanuk sambil kedua kaki depannya bergerak mengusap wajahnya. “Oh, begitu. Ayo kita buktikan kebenarannya,” ucap Pau. Pelanuk menyambut gembira tantangan itu. Pau lalu menjelaskan persyaratan perlombaan. “Kau duduk di sana menghadapku. Kita duduk berhadapan dan saling bertatap mata. Siapa yang bertahan tidak berkedip, ia yang menang,” ucap Pau.

“Wah, itu tidak adil. Kau tidak punya kulit mata, sehingga kau tidak pernah berkedip, ” protes Pelanuk. “Kalau tak sanggup, berarti kalah, ” jawab Pau. “Aku tidak kalah, ” sergah Pelanuk membela diri. “Sekarang aku mau terbang. Kalau kau bisa, kejarlah aku!” tantang Pau. Pelanuk terdiam. Ketika ia mau menjawab tantangan itu, tiba-tiba Pau terbang meninggalkan Pelanuk. Kali ini Pelanuk menyadari dirinya telah tertipu. (*)

Advertisement