www.gentaandalas.com ISSN 2406-7296
Majalah Edisi I 2023
Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Genta Andalas
Kota Padang dan Sampahnya
Permasalahan sampah selalu menjadi suatu topik yang menarik untuk dibahas, termasuk di Kota Padang. Pasalnya permasalahan sampah di Kota Padang bisa membuat kita geleng-geleng kepala. Banyaknya sampah di tepi pantai, Sungai Batang Arau, banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarangan, hingga naiknya jumlah sampah harian masyarakat tentu harus mendapat perhatian khusus. Hal ini merupakan masalah klasik yang kerap dihadapi Kota Padang. Problema sampah di Kota Padang ini bersumber dari kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkungan yang masih minim. Masih sering ditemui masyarakat yang membuang sampah tidak di tempatnya, terlebih lagi di tempat wisata. Sungai Batang Harau contohnya, masyarakat yang bermukim di tepi sungai masih ada yang membuang sampah rumah tangganya langsung ke sungai. Sampah-sampah rumah tangga yang masuk ke sungai akan mencemari air sungai hingga mengganggu ekosistem sungai. Ikan-ikan akan terancam, begitu juga dengan kehidupan di air Sungai Batang Arau lainnya. Tercemarnya air sungai juga akan menimbulkan bau busuk di sekitar lingkungan. Air sungai yang tercemar membuat air sungai tidak baik untuk digunakan oleh masyarakat sekitar. Akan ada masalah baru yang bisa ditimbulkan dari tercemarnya air sungai ini, yaitu masalah kesehatan Tentu saja pesona Sungai Batang Arau yang megah lengkap dengan Jembatan Siti Nurbaya akan berkurang jika tercemar. Hal ini juga membuat pandangan wisatawan dari luar kota terhadap Kota Padang menjadi kurang baik. Belum lagi masalah sampah di tepi pantai yang sudah menumpuk dan TPA yang terancam penuh jika tidak dikelola dengan baik. Permasalahan sampah ini jika dibiarkan terus menerus tentu akan merusak berbagai macam aspek, mulai dari kesehatan, estetika, hingga pengeluaran dana yang lebih besar untuk pengelolaan sampah tapi dengan langkah yang tepat hal tersebut tidak akan terjadi. ●Asa
SALAM REDAKSI
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur senantiasa terucap kehadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya kami segenap kru Genta Andalas bisa menyampaikan kembali informasi kepada pembaca. Selawat beriring salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW sebagai suri tauladan dan penerang jalan seluruh umatnya. Kali ini kami menghadirkan produk terbaru dalam bentuk majalah edisi pertama Genta Andalas.
Lega, syukur, dan bangga kami rasakan setelah mampu menyelesaikan majalah ini. Berbagai halangan dan rintangan yang kami lalui dalam menyelesaikan majalah ini sehingga bisa sampai ke tangan pembaca. Di tengah padatnya jadwal perkuliahan, segenap kru Genta Andalas tetap mencurahkan tenaga, waktu, dan pikiran untuk menyelesaikan majalah ini.
Pada majalah perdana ini kami menghadirkan tema yang cukup krusial dan penting untuk diberi perhatian di Kota Padang yaitu permasalahan sampah dan lingkungan. Permasalahan lingkungan telah menjadi masalah serius yang kian banyak diberi perhatian oleh khalayak, tetapi tetap saja kondisi sampah dan lingkungan khususnya di Kota Padang masih menjadi masalah rumit yang belum dapat diurai.
Tema ini kami usung sebagai bentuk perhatian kami terhadap permasalahan lingkungan di Kota Padang. Kami mencoba untuk menggali dan membagi topik ini menjadi beberapa rubrik yang menarik mengenai pembahasan sampah dan lingkungan di Kota Padang dan secara umum. Tajuk utama majalah ini menaruh fokus pada kondisi nyata Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin di Kota Padang. Telah berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Kota Padang untuk menyelesaikan masalah terkait TPA yang diprediksi akan penuh muatan pada tahun 2025. Maka dari itu, kami mencoba untuk mengulik sejauh mana kebijakan tersebut memberikan hasil terhadap pengolahan sampah di Kota Padang.
Tidak berhenti di sana saja, kami juga berupaya menyuguhkan tulisan menarik dan informatif lainnya terkait keadaan lingkungan bagi para pembaca. Banyak sekali halhal dan fakta baru lainnya yang kami temukan di lapangan mengenai kondisi lingkungan di Kota Padang. Semoga informasi yang kami dapatkan dan suguhkan ini dapat membuka wawasan baru bagi pembaca.
Akhir kata, kami berharap semoga majalah ini dapat memenuhi rasa keingintahuan dan kebutuhan informasi terkini bagi pembaca, sehingga mampu mewujudkan eksistensi kami sebagai pers kampus. Kritik dan saran solutif kami harapkan dari pembaca agar karya kami dapat semakin baik dan menarik ke depannya. Akhir kata, selamat membaca. Hidup mahasiswa!
E D I T O R I A L
2 | Dapur
Pelindung: Prof. Dr. Yuliandri, S.H., M.H.
Penasihat: Prof. Dr. Mansyurdin, MS.
Pembina: Dr. Rembrandt, S.H., M.Pd.
Dewan Redaksi:
Rahmat Fiqri, Linda Susanti, Suhada Tri Marneli, Natasya Salsabilla Festy, Ade Selvia, Khoiratul Fitri Syahdia
Pemimpin Umum:
Riski Wahyudi
Sekretaris Umum:
Lusi Agustia
Bendahara Umum:
Kerina Jefani
Pemimpin Redaksi:
Asa Alvino Wendra
Redaktur Pelaksana:
Bilqis Zehira Ramadhanti Ishak
Redaktur Daring:
Haura Hamidah
Redaktur Cetak:
Tiara Juwita
Pemimpin Perusahaan:
Atika Liutami Sadri
Bisnis & Periklanan:
Sandra Ardiyana
Sirkulasi:
Syifa Khairani
Social Media Officer:
Muhammad Rivaldo
Finance:
Haida Rahmi
Marketing & Partnership:
Sherly Oktariani
Pemimpin Produksi:
Joy Prima
Layouter:
Fatiza Khaira
Ilustrator:
Fadhillah Lisma Sari
Videografer:
Nabila Annisa
Desain Grafis:
Aisyah Luthfi
Pemimpin Litbang:
Souty Syahrani
PSDM:
Della Silsilia Putri
Event Organizer:
Putri Salsabila Eryadi
Riset & Survei:
Humaira Zaini Putri
Anggota:
Aprilia, Dhani, Elvi, Fadhilatul, Fahara, Farhan, Hafiz, Haikil, Jun, Lara, Pratiwi, Raudhatul, Resti, Suci, Vannisa, Zahra
Daftar Isi
2. Dapur
4. Curhatmu
5. Tajuk Utama
11. Riset Survei
12. Wawasan
16. Ota Da Tagen
17. Lorong Kabar
23. Jejak Lensa
28. Kelana
30. Khazanah
32. Lentera
34. Cerpen
3 | Dapur
36. Gentaiment
38. TTS
Masih Kurangnya
CS dan Aturan
Kebersihan di BC
Kebersihan merupakan faktor utama yang mesti diperhatikan ketika hendak mengonsumsi makanan, baik dari segi tempat, alat makan, ataupun makanan itu sendiri. Kebersihan Business Center (BC) yang disediakan Universitas Andalas (UNAND) sebagai fasilitas pusat perbelanjaan bagi mahasiswa nyatanya dinilai masih kurang baik. Terbukti dengan adanya keluhan tentang kebersihan di BC oleh para mahasiswa. Selain itu mereka juga turut mempertanyakan terkait dengan masih kurangnya kebersihan di BC tersebut. Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Riva Adelia, mengeluhkan sistem kebersihan BC serta mempertanyakan tentang upaya penjagaan kebersihan di BC.
Riva (Mahasiswa)
Apakah ada petugas kebersihan yang membersihkan BC?
Ina (Pedagang BC)
Demi menjaga kebersihan BC, kami membayar iuran bersama untuk memperkerjakan orang lain saat pagi untuk membersihkan BC. Iuran tersebut di luar dari biaya sewa yang diberikan kepada UNAND sebesar Rp7.000.000 tiap tahunnya. Kendatipun demikian, pengelolaan kebersihan BC juga belum dapat optimal, karena hanya dilakukan sekali sehari saat menjelang pagi. Para pedagang juga berharap adanya penambahan CS di BC agar mereka tidak perlu membayar orang lain untuk membersihkan area BC pada pagi hari.
Minggu (21/5/2023) Q A
Selasa (23/5/2023)
Misran (Kepala Subdit Umum & Rumah Tangga)
Pihak kampus telah menyediakan satu CS yang dipekerjakan khusus untuk area BC. Namun, jam operasional CS hanya pada hari Senin sampai Jumat hingga pukul 16.00 WIB, jika lewat dari itu maka pengelolaan kebersihan BC menjadi tanggung jawab masing-masing penjual. A
Jumat (26/5/2023)
Ina (Pedagang BC) Q
Apakah ada rencana dari pihak kampus untuk menambah petugas kebersihan di BC?
Misran (Kepala Subdit Umum & Rumah Tangga)
Sejauh ini, belum ada rencana lanjutan seputar penambahan tenaga kebersihan untuk area BC. Hal ini disebabkan oleh dana dan keefisiensian kerja pada jam operasional. Ke depannya, pihak UNAND akan melakukan pemantauan kebersihan yang lebih optimal agar bekerja sesuai prosedur. Saya juga berharap agar masalah kebersihan ini tak hanya diserahkan kepada pihak kampus saja, tetapi ada kolaborasi yang baik antara pedagang, petugas kebersihan, dan juga mahasiswa.
Foto: Aisyah
4 | Curhatmu
Selasa (23/5/2023)
Selasa (23/5/2023)
AQ: Question, A: Answer
●Aisyah, Kerina
Serba-serbi Perkara Sampah di Kota Padang
Angka sampah
mencapai 550-580 ton per hari.*
Masyarakat banyak dan tidak terbiasa memilah sampah.**
Masyarakat Indonesia kurang menerima pendidikan lingkungan.**
5 | Tajuk Utama
* Kepala Tempat Pembuangan Akhir Air Dingin Kota Padang, Syahrial
** Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Randy Novirsa
Serba-serbi Perkara Sampah di Kota Padang
Sampah selalu menjadi masalah rutin dan harus mendapat perhatian khusus dari tahun ke tahun di Indonesia. Hal ini karena sampah jika tidak dikendalikan dapat menjadi pemancing datangnya masalah lainnya. Sampah yang tidak terkendali dapat menimbulkan berbagai penyakit, mengganggu ekosistem, bahkan dapat mengganggu perekonomian masyarakat. Kota Padang yang merupakan salah satu kota besar yang terdapat di Indonesia pun tak luput dari masalah sampah ini. Saat ini, sampah yang dihasilkan Kota Padang per hari bisa menyentuh angka 550 sampai dengan 580 ton sampah. Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Padang, Syahrial yang menyebutkan bahwa terdapat peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat Padang dari tahun ke tahun. Tentu saja jumlah sampah pada hari biasa tersebut dapat melonjak naik pada hari-hari besar seperti bulan puasa, tahun baru, dan hari perayaan lainnya. Bahkan, ancaman bahwa TPA Air Dingin penuh pada tahun 2026 sempat membuat heboh masyarakat. Tentu saja berbagai permasalahan tadi tidak dapat dianggap sepele, butuh kerja sama antara pemerintah dengan masyarakat agar masalah ini dapat terselesaikan dan tidak diikuti dengan masalah-masalah baru lainnya.
Sampah di Kota Padang Semakin Naik Setiap Tahunnya
Jumlah masyarakat yang meningkat tiap tahunnya turut berdampak pada jumlah sampah yang dihasilkan. Angka yang mencapai 550 sampai dengan 580 ton sampah per hari bukanlah angka yang sedikit. Pada musim tertentu seperti bulan puasa, Syahrial menyebutkan bahwa jumlah sampah yang sampai ke TPA per harinya bisa saja lebih dari 580 ton. Selalu ada mobil pengangkut sampah yang berlalu lalang di TPA untuk membawa sampah yang dibuang masyarakat. Jumlah mobil pengangkut sampah bahkan mencapai 80 unit. “Bulan tertentu seperti bulan puasa, itu bisa saja lebih dari biasanya. Banyak sampah yang dihasilkan, didominasi dengan sampah buah kelapa pada bulan puasa, dan saat musim durian dominasinya sampah durian,” jelas Syahrial saat diwawancarai Genta Andalas pada Rabu (3/5/2023). Bayangkan saja jika jumlah penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahunnya juga sebanding dengan jumlah sampah. Maka jika tidak dikelola dengan baik, akan membuat TPA Air Dingin penuh dan dapat menyebabkan masalah lainnya
Sampah Rumah Tangga Mendominasi TPA, Kesadaran
Masyarakat Masih Minim
Syahrial menyebutkan bahwa sampah yang mendominasi TPA adalah sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga mendominasi karena biasanya perorangnya bisa menghasilkan jumlah sampah sebesar satu sampai dengan sepuluh kilogram per hari. “Memang didominasi sampah rumah tangga. Sayangnya masih ada sampah-sampah yang dapat digunakan kembali tapi justru berakhir di TPA. Masyarakat juga banyak dan tidak terbiasa memilah sampah,” kata Syahrial. Hal ini menandakan masih kurangnya kesadaran masyarakat Kota Padang mengenai pentingnya 3R yaitu Reuse, Reduce, dan Recycle. Padahal dengan menerapkan 3R, masyarakat sudah berkontribusi terhadap kebersihan lingkungan.
6 | Tajuk Utama
Foto: Lusi
Bahkan, TPA Air Dingin Pernah Terancam
Penuh
Ancaman bahwa TPA Air Dingin yang memiliki luas 33 Ha ini penuh pada tahun 2026 dibenarkan oleh Syahrial. Pengelolaan TPA yang kurang baik sebelumnya memang menjadi kendala utama dalam pengoperasian TPA. “Memang sebelumnya TPA Air Dingin terancam penuh, tapi syukurnya sekarang sudah teratasi. Pengelolaan kurang baik pada periode sebelumnya menjadi penyebabnya,” ucap Syahrial. Namun, hal ini tentu tidak dapat dianggap sepele. Masyarakat serta pemerintah harus tetap meletakkan masalah sampah ini di “rak” khusus. Tentu saja agar tidak terjadi lagi hal serupa. Mengenai potensi penuhnya TPA kembali, Syahrial menjawab untuk sepuluh tahun ke depan memang belum ada potensi penuh. Perubahan TPA tahun mendatang yang merupakan kabar baik adalah adanya Refused Derive Fuel (RDF) yang akan mengurangi penggunaan lahan pada TPA.
Trivia
Refused Derive Fuel (RDF) adalah teknologi yang sangat berguna untuk mengurangi tumpukan sampah di TPA. RDF merupakan tempat pengelolaan sampah terpadu yang mengubah sampah menjadi bahan bakar setelah dilakukan pencacahan dan pengeringan. Hal ini sangat berguna untuk mengurangi kebutuhan lahan TPA serta berguna untuk meningkatkan kualitas lingkungan karena menghasilkan bahan bakar alternatif.
7 | Tajuk Utama
Foto: Asa
Foto: Asa
Keadaan Sungai Batang Arau Memprihatinkan
Syahrial yang sebelumnya pernah menjadi Lurah
Sawahan Timur dan masih terlibat kegiatan-kegiatan Dinas
Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa sampah di Sungai Batang Arau sangat memprihatinkan. Selalu ada sampah yang bertebaran di permukaan air Sungai Batang Arau.
“Sungai Batang Arau memang selalu ada saja sampah yang ikut mengalir di airnya. Sudah dipasang penghalang sampah di sungai itu oleh pemerintah. Namun, tetap saja akan penuh saat hujan tiba hingga membludak,” ucap Syahrial. Sampah yang dibuang ke sungai dapat membuat sungai tersebut tersumbat sehingga menyebabkan banjir dan menimbulkan adanya vektor penyakit seperti nyamuk.
Biaya yang dikeluarkan untuk mengatasi sampah di Sungai Batang Arau tidaklah sedikit. Syahrial menyebutkan bahwa satu kali pengangkutan sampah saja bisa mem-
butuhkan dana sekitar Rp1,4 miliar. Syahrial berkata bahwa dengan dana tersebut yang dikeluarkan untuk pengangkutan sampah, masih banyak hal lain yang membutuhkan dana dengan jumlah sekian. Seharusnya, dana tersebut masih bisa dialokasikan ke hal yang lebih berguna lainnya.
“Bahkan, dana yang diperlukan untuk mengangkut sampah ke TPA lebih murah dibandingkan dana mengangkat sampah dari sungai,” kata Syahrial. Sosialisasi kepada masyarakat sudah sering dilakukan oleh pemerintah, namun usaha tersebut masih belum direalisasikan oleh masyarakat. Pemerintah harus mencari cara lain agar dapat memberdayakan dan menyadarkan masyarakat perihal sampah ini. Selain itu juga upaya yang dapat dilakukan ialah untuk mengurangi limbah di perairan ialah dengan meningkatkan kedisiplinan berupa penambahan sanksi bagi pelaku yang kedapatan membuang sampah sembarangan.
8 | Tajuk Utama
Foto: Joy
Masyarakat dan Budaya Membuang Sampah di Sungai
Menilik permasalahan sampah, sungai menjadi hal yang tak luput untuk dibahas. Pasalnya meskipun memegang peranan yang cukup penting dalam ekosistem makhluk hidup, namun mirisnya dapat kita jumpai sungai saat ini justru menjadi tempat berkumpulnya sampah. Salah satunya sungai Batang Arau, yang terletak di Padang Selatan, Kota Padang. Sungai ini membelah pemukiman penduduk yang berhulu di bukit barisan dan bermuara di tepian Pantai Padang. Sungai ini juga menjadi tempat bermuaranya air dari sungai- sungai kecil yang ada di sekitarnya. Menurut Anggota Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Febri Anusi rata- rata sampah yang ditemukan di Sungai Batang Arau perhari mencapai setengah Ton, dan jumlah ini akan meningkat ketika musim hujan hingga berkali lipat. “Apabila tidak hujan, akan ada 500 kilogram sampah/harinya, sedangkan ketika cuaca hujan sampahnya akan tidak terhingga” ujar Febri saat diwawancarai Genta Andalas, Selasa (9/5/2023).
Febri mengatakan bahwa yang menjadi faktor utama berdatangannya sampah di sungai ialah kebiasaan masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan. “Masyarakat yang tinggal di bukit biasanya membuang sampah pada sungai kering ketika sedang tidak hujan atau kemarau. Maka dampaknya ketika musim hujan, sampah yang dibuang masyarakat itu akan turun ke muara,” jelas Febri.
Sebenarnya pemerintah tidak tinggal diam, berbagai upaya dilakukan untuk menangani sampah di Sungai Batang
Arau, yang pertama ialah dengan Kubus Apung. Kubus Apung merupakan produk inovatif yang berbentuk kubus dan dapat mengapung. Kubus Apung akan menghambat sampah yang hanyut dari hulu ke muara, pemerintah menggelontorkan dana sekitar 300 juta lebih untuk pemasangan kubus apung tersebut. Menurut Febri kubus apung yang telah dipasang sejak Maret lalu, sudah cukup membantu, tetapi sayangnya ketika musim hujan tiba kubus apung tak lagi menjadi solusi yang efektif, karena jumlah sampah yang bertambah, sehingga ketika sampah tak mampu dibendung lagi kubus apung terpaksa harus dilepas.
“Kelemahannya adalah pada saat debit air meningkat dan sampah menumpuk, maka kubus apung ini tidak akan sanggup menahan beban sehingga sampah akan dibiarkan hanyut,” terang Febri.
Selain itu pihak DLH Kota Padang dalam penanggulangan sampah juga menyiasati dengan pemasangan perangkap sampah pada sembilan titik sungai kecil yang menjadi sumber datangnya sampah. DLH Kota Padang turut melakukan penjaringan sampah secara manual. Dalam penjaringan sampah ini, pihak DLH mendapat bantuan dari lembaga perbankan, berupa speedboat. Meski saat ini DLH telah berupaya maksimal untuk menanggulangi sampah, Febri juga mengakui bahwa keterbatasan jumlah personil DLH masih menjadi hambatan. “Semuanya ada enam personil, dan itu tidak khusus di sana, kerjanya dibagi-bagi di beberapa tempat,” ucap Febri.
Adanya oknum masyarakat yang membuang sampah sembarangan tentu sangat disayangkan. Menurut Febri aturan tentang pembuangan sampah di sungai saat ini masih belum cukup untuk menimbulkan efek jera bagi masyarakat. Febri berharap agar pemerintah lebih mempertegas aturan tentang pembuangan sampah sembarangan dalam Peraturan Walikota Kota Padang, No. 21 Pasal 63 tentang ketentuan pidana bagi masyarakat yang kedapatan membuang sampah sembarangan.
Alasan dikatakan kurang tegas karena denda cuma enam juta dan kurungan tiga bulan, harusnya hukuman lebih berat lagi bagi orang-orang yang membuang sampah sembarangan seperti kurungan 10/20 tahun penjara sehingga menimbulkan efek jera bagi masyarakat” ujar Febri.
9 | Tajuk Utama
Foto: Lusi
Foto: Aldo
Pendidikan Lingkungan Masyarakat Indonesia
Masih Kurang
Isu tentang kesehatan lingkungan merupakan isu yang sangat krusial sebab berkaitan langsung dengan derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan bahkan berhubungan langsung dengan kesadaran dan perilaku masyarakat itu sendiri. Indonesia dinilai masih tertinggal jauh dari negara-negara lain dalam urusan menjaga kesehatan lingkungan. Dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Randy Novirsa, mengatakan bahwa masyarakat Indonesia yang notabenenya kurang menerima pendidikan lingkungan membuat masyarakat cenderung abai terhadap lingkungan dan memiliki kebiasaan membuang sampah sembarangan. Kebiasaan tersebut dapat diubah, tetapi membutuhkan waktu yang lama untuk memelihara kesadaran dan mengubah kebiasaan buruk masyarakat.
“Jepang saja membutuhkan waktu sekitar lima puluh tahun untuk menumbuhkan kesadaran masyarakatnya terhadap kebersihan lingkungan. Kebiasaan membuang sampah sembarangan bisa terjadi akibat lemahnya aturan serta kurangnya pendidikan lingkungan sedari kecil. Hal seperti ini harus diper-
baiki, tetapi butuh usaha dan waktu yang cukup lama,” ujar Randy saat diwawancarai Genta Andalas pada Jumat (19/5/2023).
Pemungutan Sampah di Kota Padang
Masih Konvensional
Sistem pemungutan sampah di Kota Padang masih tergolong konvensional. Pemungutan sampah rumah tangga dilakukan dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) secara manual lalu pada waktu tertentu Dinas Lingkungan Hidup kembali melakukan pemungutan sampah dari TPS ke TPA. Sampah yang dikumpulkan akan tercampur, baik organik maupun anorganik. Belum adanya pemilahan sampah dari skala rumah tangga menyebabkan permasalahan lingkungan semakin pelik. Dalam masalah ini, pemerintah masih bertumpu pada pengumpulan.
Proses recycle di Kota Padang masih minim. Seharusnya, sampah dapat dimanfaatkan terlebih dahulu menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Rentetan permasalahan lingkungan ini kemudian mengarahkan kita pada permasalahan serius terkait kesehatan dan kebersihan. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan berimplikasi dengan tercemar dan menumpuknya sampah di berbagai tempat. Penumpukan sampah di TPS akan berdampak terhadap estetika dan tata kota. Sampah-sampah yang terbawa oleh aliran sungai dan laut dapat menjadi mikroplastic. Sampah yang masuk ke air tersebut akan dimakan
oleh ikan yang pada akhirnya dikonsumsi masyarakat dan dapat menyebabkan kanker.
Menurut Randy, kelemahan pengelolaan sampah di Kota Padang adalah masih terpakunya pengelolaan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup atau sebatas TPS dan TPA. Sampah yang dikumpulkan di TPA pun berpotensi overload. Belum ada badan khusus yang mengelola sampah secara rutin. Kota Padang perlu lembaga atau perusahaan khusus swasta yang turut mengambil peran dalam pengelolaan sampah.
“Pemerintah harus mulai konsen dalam mengatasi permasalahan lingkungan. Perbaiki sistem tata kelola serta keikutsertaan pihak-pihak lain harus lebih digencarkan. Regulasi dan hukum harus ditegakkan bagi orang yang terindikasi mencemari lingkungan,” ucap Randy. Lebih lanjut, Randy mengatakan bahwa pendidikan lingkungan harus diberikan sejak kecil dan perlu pengarahan perilaku masyarakat agar lebih baik nantinya. Kesadaran dalam menjaga lingkungan harus dimulai dari sendiri dan harus turut mengedukasi orang terdekat untuk sadar dan menjaga lingkungan.
● Aisyah, Aldo, Ami, Asa, Atikah, Della, Joy, Kerina, Nabila, Sandra, Syifa, Tiara
10 | Tajuk Utama
Foto: Lusi
11 | Riset & Survei
Pentingnya Memilah Sampah Rumah Tangga Bagi Kesehatan Lingkungan
Sampah adalah benda atau material sisa dari aktivitas manusia yang sudah tidak dipakai lagi dan biasanya dibuang karena sudah tidak memiliki nilai yang berguna. Pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan sangat penting untuk menjaga kesehatan lingkungan dan masyarakat. Tanpa pengelolaan secara baik dan benar, sampah dapat menimbulkan masalah yang akan mencemari lingkungan, menimbulkan bau busuk, dan menyebarkan berbagai penyakit. Selain itu, sampah jika dibiarkan juga dapat menumpuk dan berserakan sehingga dapat menganggu kenyamanan sekitar.
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, Indonesia menghasilkan 29,8 juta ton sampah sepanjang tahun 2021. Sebanyak 40,88 persen sumber sampah di Indonesia berasal dari rumah tangga. Sampah rumah tangga merupakan jenis sampah yang paling dekat dengan masyarakat. Sampah rumah tangga adalah jenis sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, seperti sisa makanan, kemasan plastik, botol, kaleng, kertas, dan lain-lain. Setiap saat masyarakat menghasilkan sampah baik organik, anorganik maupun bahan beracun atau berbahaya yang terkadang tidak disadari oleh masyarakat sehingga persoalan sampah menjadi semakin meresahkan apabila tidak dikelola dengan baik.
Dampak negatif akibat sampah yang tidak dikelola dengan baik pada akhirnya akan kita rasakan dan tentu menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup kita. Sampahsampah ini apabila tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan dan menjadi penyebab berbagai bencana. Pencemaran lingkungan dapat menimbulkan penyakit yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan kita. Selain itu, bukan hanya berdampak bagi manusia tetapi juga makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuhan. Rusaknya habitat mereka akibat pencemaran sampah di laut menimbulkan kematian bagi hewan laut tersebut. Selanjutnya sampahsampah ini juga menjadi penyebab berbagai bencana, mulai dari banjir hingga longsor. Tumpukan sampah di dasar sungai serta sampah yang menutupi aliran air dapat mengakibatkan permukaan sungai meninggi dan menjadi penyebab banjir. Selain banjir, sampah juga dapat menyebabkan longsor akibat tumpukan sampah yang menggunung.
Dosen Teknik Lingkungan Universitas Andalas, Yenni Ruslinda, menjelaskan bahwa tujuan akhir pembuangan sampah itu tidak hanya dibakar atau dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir. Namun, sampah harus dipilah terlebih dahulu dengan konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recyle). Hal ini dilakukan agar dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir serta mempermudah proses daur ulang.
12 | Wawasan
Sumber: Freepik
Beberapa Cara Memilah Sampah di Rumah
Kesadaran masyarakat akan memilah sampah saat ini memang belum optimal. Namun, kontribusi kita dalam memilah sampah dari rumah sangat dibutuhkan. Yenni menjelaskan untuk mengaplikasikannya harus dibangun dari kesadaran masyarakat itu sendiri. Agar bisa mulai memilah sampah di rumah, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, berikut penjelasannya:
1) Mengelompokkan karakteristik sampah melalui wadah
Memilah sampah rumah tangga bisa dilakukan dengan menyiapkan wadah atau tempat penyimpanan sementara yang berbeda, untuk mempermudah mengelompokkan jenis sampah dengan tujuan bisa memudahkan pengolahan sampah yang sudah dipilah. Jenis sampah tersebut bisa dibedakan jadi sampah organik, sampah anorgnik,bahan berbahaya, sampah kertas, dan sampah residu. Wadah tersebut bisa berupa bak plastik, ember, atau keranjang yang mudah dibersihkan. Pemakaian jenis wadah tersebut juga harus memperhatikan jenis sampah.
2) Mengenali dan mempelajari cara memilah sampah
Jika kita ingin memulai pemilahan sampah di rumah, perlu untuk mengenali jenis-jenis sampah yang dihasilkan dalam rumah tangga, seperti sisa makanan yang termasuk ke dalam sampah organik, sampah plastik dan kertas yang termasuk sampah nonorganik dan sampah berbahaya seperti baterai. Kemudian, perlu mempelajari cara memilah sampah yang benar dengan memisahkan sampah organik dari sampah nonorganik atau memisahkan sampah kering dari sampah basah.
3) Memanfaatkan Sampah Kembali
Sampah bisa dimanfaatkan kembali menjadi barang-barang yang berharga. Contohnya adalah membuat vas bunga dari botol plastik, tas dari bahan plastik bekas, dan berbagai barang dari sampah lainnya. Memanfaatkan sampah kembali bisa berguna untuk mengurangi sampah yang ditampung di TPA. Selain itu, memanfaatkan sampah kembali tentu juga menambah keuntungan bagi orang yang melakukannya sebab bisa membuat benda seperti sampah menjadi barang yang berguna.
Bukan hal yang mudah untuk membiasakan diri memilah sampah rumah tangga. Membiasakannya perlu kesadaran dalam diri tiap individu akan sampah. Bahwa sampah yang tercampur dapat menimbulkan ancaman dan dampak negatif yang tidak diinginkan bagi lingkungan kita. Perlu disadari bahwa kontribusi kita dalam memilah sampah dapat meningkatkan jumlah sampah yang akan didaur ulang dan dapat mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA dan lingkungan.
Kunci utama dari pemilihan sampah adalah menggunakan konsep 3R. Reuse yaitu menggunakan kembali, reduce yaitu mengurangi, dan recyle yaitu mendaur ulang. Masyarakat juga harus tau cara memilah sampah yang dibedakan dengan warna tempat sampah. Tempat sampah organik berwarna hijau, sampah nonorganik berwarna kuning, sampah nonorganik berbahaya berwarna merah, sampah nonorganik berbahan kertas berwarna biru, dan tempat sampah residu berwarna abu-abu,” jelas Yenni pada Sabtu (6/5/2023).
“
13 | Wawasan
“
●Ifa, Nabila, Tata
Mengurangi Dampak Fast Fashion
Saat mendengar kata fashion, kita pasti langsung tertuju pada model-model pakaian atau style yang sedang populer. Fashion sendiri memang sudah melekat pada diri manusia sejak dahulu, mulai dari fungsi dasarnya untuk melindungi tubuh manusia dari panas dan dingin cuaca, hingga sebagai bentuk simbol kasta dari seseorang. Hingga saat ini, perkembangan fashion dapat dilihat dari berbagai tren-tren yang selalu berubah di setiap zaman. Ditambah lagi dengan perkembangan zaman, fashion menjadi hal yang bisa diikuti oleh semua kalangan.
Perkembangan fashion semakin pesat berkat berkembang nya e-commerce memudahkan pembeli untuk berbelanja. Sejalan dengan hal tersebut, industri tekstil juga turut berkembang dan produksi tekstil semakin meningkat. Bertambahnya produksi hingga kapitalisasi harga membuat konsumsi tekstil jauh meningkat.
Fast fashion adalah istilah yang digunakan oleh industri tekstil yang memproduksi pakaian dengan jumlah
ingkan pakaian yang dibuat desainer. Selain itu, dengan menggunakan bahan baku yang berkualitas rendah justru berpotensi mencemari lingkungan. Masyarakat terus tergo-
Ilustrasi: Nabila
Industri fashion menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh dari Direktur Asosiasi Daur Ulang Tekstil Inggris, Alan Wheeler yang menyampaikan bahwa industri pakaian telah berkontribusi sebagai penyumbang polusi terbesar kedua di dunia setelah pertanian. Penelitian dari Ellen MacArthur Foundation menyebutkan bahwa industri fashion menghasilkan emisi gas yang lebih merusak iklim dibandingkan industri pelayaran dan penerbangan digabungkan menjadi satu.
Menurut penjelasan Dosen Teknik Lingkungan Unand, Yommi Dewilda, permasalahan sampah akan terus ada karena masyarakat sendiri masih belum sadar akan dampak yang ditimbulkan dari sampah apalagi sampah tekstil yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan merusak ekosistem. “Banyak masyarakat yang membuang sampah tekstil setelah hanya beberapa kali pemakaian, sehingga menyebabkan penumpukan limbah yang akhirnya berakhir di Tempat Pembuangan Akhir atau dibakar yang akan berdampak buruk pada lingkungan,” jelas Yommi pada Sabtu (6/5/2023).
Fenomena fast fashion memang dapat membuat perilaku konsumsi yang berlebihan serta banyaknya pakaian
Sumber: Fashion Revolution
yang berlimbah. Perlu cara-cara yang tepat untuk menghindari dampak negatif dari fast fashion. Pertama, kita dapat membeli pakaian dengan bijak ketika berbelanja. Pilihlah produk yang memiliki kualitas yang bagus dan tahan lama sehingga bisa dipakai lebih lama oleh si pemakai.
Kedua, mendaur ulang pakaian yang tidak lagi digunakan. Hal ini berguna agar pakaian tersebut dapat diolah kembali menjadi barang baru. Selanjutnya, pilih merek yang berkelanjutan. Berkelanjutan artinya mendukung merek-merek pakaian yang menggunakan bahan ramah lingkungan. Terakhir, meningkatkan kesadaran di dalam diri bahwa fast fashion itu memiliki dampak negatif terhadap lingkungan.
Kebiasaan kita untuk tidak mengkonsumsi pakaian secara berlebihan, hal itu dapat memberikan kontribusi pada perubahan yang ada di lingkungan kita. Melakukan perubahan gaya hidup memang bukan hal yang mudah, tapi yang terpenting adalah dengan dimulai dari hal-hal kecil yang akan berdampak besar nantinya.
●Ifa, Nabila, Tata
15 | Wawasan
1 2 3 6 5 4
Sampah dan Cerita Dibaliknya
Masyarakat Penerima Dampak
Pencemaran Sungai Batang Arau
Para Pemulung yang Menggantungkan Hidupnya di TPA Air Dingin
Bahaya Tumpukan Sampah di TPA dan Sungai Batang Arau
17 | Lorong Kabar
Sampah Si Sumber Nafkah
Bau menyengat sudah dapat tercium satu kilometer dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Air Dingin Kota Padang. Pagi itu, tampak puluhan mobil truk berlalu lalang membawa sampah dari penjuru Kota Padang menuju TPA Air Dingin. Pada pukul 07.00 pagi, sudah tampak kesibukan di sana. Pada saat memasuki kawasan TPA, tampak puluhan pemulung yang sibuk memilah sampah yang baru saja tiba dari truk sampah.
Pekerja keras, mungkin itulah frasa yang tepat untuk dapat menggambarkan kegiatan dari pekerjaan yang dilakukan oleh Wasnidar sebagai pemulung harian di TPA Air Dingin Padang. Setiap pagi harinya, saat matahari masih tampak malu-malu, Wasnidar sudah mulai keluar dari rumahnya demi mengais rezeki. Wasnidar mulai melangkahkan kaki dari rumahnya di jalan Risalah menuju jalan setapak. Bermodalkan karung bekas dan kemauan yang kuat, Wasnidar melakukan pekerjaan ini setiap harinya.
Memulung di TPA Air Dingin ini sudah menjadi pekerjaan tetap bagi Wasnidar. Ia menceritakan, kegiatan memulung atau mencari barang bekas di tumpukan sampah TPA dimulai dari pukul 07.00 pagi dan berakhir saat matahari sudah berwarna jingga atau sekitar pukul 17.00 sore. Panas maupun hujan, semua kondisi cuaca ditempuh olehnya demi mengumpulkan barang bekas yang nantinya akan ditukarkan menjadi beberapa puluh ribu rupiah. Pekerjaan ini dia lakukan demi menyambung tali hidup dan mencari sesuap nasi bagi dirinya dan kedua anak tercinta.
Kondisi Cuaca Menghambat Aktivitas
Pemulung
Tidak jarang, kondisi cuaca yang buruk juga acap kali membawa pengaruh bagi banyaknya barang bekas yang dapat dikumpulkan. Tidak hanya kondisi cuaca, bau busuk dari timbunan sampah, debu dan abu yang beterbangan tel ah menjadi hal yang biasa baginya. Apabila terjadi hujan se-
18 | Lorong Kabar
Foto: Yudi
belumnya, bau dari timbunan sampah di TPA akan semakin busuk dan menguar ke sekitar lokasi perumahan di permukiman warga TPA Air Dingin. Kepada kami, Wasnidar mengungkapkan pekerjaan sebagai pemulung harian ini telah dilakukannya selama 16 tahun lamanya.
“Kalau sudah selesai mulung, biasanya akan dikumpulkan dulu lalu lanjut dipilah dan dibersihkan di tenda atau pondok di TPA ini,” kata Wasnidar saat diwawancarai Genta Andalas, Selasa (20/6/2023).
Jika cuaca sedang panas terik, Wasnidar dan teman pemulung lainnya akan berteduh di tenda sembari memilah barang bekas yang telah dikumpulkan. Bila telah selesai memilah dan membersihkan barang bekas tersebut, barang hasil memulung akan diangkut dan dibawa ke pengepul terdekat. Jika sudah terasa banyak barang bekas yang berhasil dikumpulkan, Wasnidar akan menumpang dengan bantuan mobil truk dari petugas TPA untuk membawa barang hasil memulung ke pengepul dekat. Tapi, adapun pemulung yang membawa barang memulungnya menggunakan becak.
Tidak jarang, berbagai macam penyakit sering didapatinya saat sedang memulung. Sakit demam atau penyakit kulit juga seperti sudah menjadi langganan di tubuhnya yang kini sudah tidak muda lagi. Bahkan, belum lama ini Wasnidar sakit demam akibat cuaca panas di TPA. Ia pun mengatakan, tidak hanya demam, sakit flu atau biang keringat sudah seperti hal yang biasa dihadapinya.
“Kalau memulung ini, harus pandai-pandai dalam merawat kesehatan ini dan harus hemat biar di rumah masih bisa makan,” ucap Wasnidar.
Para Pemulung yang Menggantungkan Hidupnya di TPA Air Dingin
Kebanyakan, pemulung di TPA Air Dingin Padang tidak semuanya berasal dari Kelurahan Lubuk Minturun. Wasnidar menceritakan, pemulung di TPA asal daerahnya beragam. Ada yang dari Padang Sarai, Pesisir, Anak Air, dan daerah lainnya. Sama halnya dengan Wasnidar, para pemulung di TPA mengais rezeki di antara timbunan sampah. Keberlangsungan hidup keluarga bergantung dari barang bekas yang mereka kumpulkan setiap harinya.
Dari pekerjaan sebagai pemulung ini, Wasnidar berhasil menyekolahkan bahkan menguliahkan anaknya hingga sukses. Wasnidar memiliki dua orang anak. Anak pertama saat ini telah berhasil bekerja dengan merantau ke Kota Jambi. Anak pertama Wasnidar bekerja di sebuah perusahaan bernama PT WKS di Jambi. Sedangkan, anak kedua masih bersekolah SMP di By Pass. Suka dan duka Wasnidar dalam menghidupi keluarganya sebagai pemulung tidak bisa dipandang sebelah mata. Jerih payah yang dilakukannya bukanlah tanpa alasan, melainkan demi dapat melihat anaknya sukses dari jerih payahnya dalam mencari nafkah.
Dari hasil memulung, Wasnidar bisa mendapatkan penghasilan sebesar Rp30.000 per harinya. Sedangkan
19 | Lorong Kabar
Foto: Della
penghasilan paling besar saat ini yang bisa didapatkan Wasnidar sebesar Rp50.000 per harinya. Barang bekas yang dikumpulkan olehnya biasanya berupa botol-botol plastik yang masih dapat dijual kembali. Turunnya harga barang bekas per kilonya, terutama botol-botol plastik di pengepul membawa dampak bagi penghasilan yang dapat dihasilkan oleh Wasnidar.
Tidak hanya Wasnidar, pemulung Si’i juga ikut membagikan ceritanya kepada kami. Si’i adalah seorang ibu dari lima orang anak yang menggantungkan hidupnya pada pekerjaannya sebagai pemulung. Si’i adalah seorang pemulung borongan yang biasa mengumpulkan barang bekas di salah satu gudang di depan TPA Air Dingin. Di gudang ini, Si’i biasanya bekerja memilah barang bekas yang masih layak dijual lagi dengan temannya yang dilakukan secara bergantian. “Biasanya di sini ada teman yang sama-sama memulung dan memilah barang bekas juga,” ucap Si’i.
Si’i menceritakan, sebagai pemulung borongan pekerjaannya ini dia mulai dari pukul 09.00 pagi, setelah mengantarkan anaknya sekolah. Lalu selesai pukul 14.00 siang. Biasanya, pekerjaan ini bisa dilakukannya tiga hari dalam seminggu. Kegiatan rutin Si’i sebagai pemulung borongan pun tidak jauh beda dengan Wasnidar sebagai pemulung harian. Berkutat dengan mencari barang bekas, memilah, dan membersihkan barang bekas berupa sampah botol-botol plastik.
Bila sudah terkumpul banyak, pengepul akan datang dan menimbang barang bekas tersebut di gudang. Dalam seminggu, Si’i mampu mendapatkan penghasilan paling sedikit sebesar Rp100.000 dan paling banyak sebesar Rp200.000 dalam satu minggu. Sebagai pemulung borongan, Si’i tidak sepenuhnya menggantungkan hidupnya dari mencari dan mengumpulkan barang bekas. Jika tidak ke gudang, maka pekerjaan sampingan yang dilakukan olehnya adalah membuka usaha warung kecil-kecilan miliknya.
Penghasilan yang didapatkan oleh Wasnidar dan Si’i selama menggantungkan hidupnya dari mengumpulkan sampah di TPA Air Dingin yang selalu berubah-ubah tentunya membuat mereka khawatir dengan kelangsungan hidup mereka di masa yang akan datang. Terutama ketika mereka mendengar adanya rencana pembangunan pabrik Refuse Derived Fuel (RDF) guna membakar sampah dan mengolahnya menjadi energi. Kabar yang telah sampai ke telinga mereka ini tentunya membawa pikiran buruk akan penghasilannya esok ketika RDF telah berjalan.
“Pastinya kalau sudah ada pabrik itu penghasilan kami akan berkurang, sampah yang bisa kami pilah dibakar duluan oleh alat itu, kalau sudah begitu saya cuma bisa berserah diri saja lagi,” jelas Wasnidar.
Bagi para pemulung di TPA Air Dingin, setiap hari sangat penting bagi mereka agar bisa mendapat uang. Jika tidak bekerja sehari saja, hangus pula pendapatan hariannya. Jika tidak bekerja maka mereka tidak bisa makan. Sama halnya jika sampah yang bisa dipilah berkurang dalam jumlah yang banyak, tentunya hal tersebut mempengaruhi penghasilan mereka. Oleh sebab itu, Wasnidar berharap mereka bisa mendapat bantuan ataupun kompensasi nantinya ketika RDF sudah mulai beroperasi.
Timbunan sampah yang menggunung tidak hanya dirasakan oleh pemulung maupun pekerja TPA Air Dingin saja. Pemukiman warga sekitar TPA juga ikut merasakan bau tidak sedap dari sampah di TPA. Seorang ibu rumah tangga bernama Marlina yang tinggal di depan kantor TPA Air Dingin mengatakan, bahwa bau yang tidak sedap, debu, dan abu beterbangan telah menjadi hal yang biasa. Jika hari hujan, bau yang ditimbulkan dari sampah di TPA akan semakin buruk.
Masyarakat Penerima Dampak Pencemaran Sungai Batang Arau
Beranjak dari TPA Air Dingin, di mana ratusan keluarga pemulung menggantungkan kehidupannya dengan mengumpulkan sampah, di sisi lain Kota Padang terdapat pula keluarga lain yang merasa resah dengan kehadiran sampah di sisi mereka. Salah satu tempat di Kota Padang dengan sampah yang menumpuk hampir setiap harinya adalah kawasan muara sungai Batang Arau.
Warga di pemukiman sekitar sungai Batang Arau yang berada di Kelurahan Seberang Palinggam, Mardiana menuturkan bahwa air sungai tersebut tercemar oleh limbah buangan dari pabrik karet maupun rumah sakit. “Dari pabrik karet dan rumah sakit dari daerah Jati yang saluran airnya menuju ke sungai Batang Arau. Itulah yang menyebabkan air sungai tercemar,” tutur Mardiana pada Selasa (9/5/2023).
20 | Lorong Kabar
Menurut pengakuan Mardiana, air di sungai Batang Arau sudah sejak lama tidak dimanfaatkan lagi oleh masyarakat. Terlihat dari kondisi air yang sudah tercemar, berubah warna, dan banyaknya tumpukan sampah membuat warga enggan menggunakan air dari sungai tersebut. Oleh karena alasan itulah warga pun mendapatkan air bersih dari bukit melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada kenyataannya, beberapa warga pun ada yang mengeluhkan hal ini karena mereka harus mengeluarkan uang sebesar Rp1 juta rupiah untuk pemasangan alat pemasok air bersih tanpa iuran ataupun bantuan dari pemerintah setempat.
Selain keluhan air bersih dari warga, kondisi air sungai Batang Arau yang berwarna coklat kekuningan dan banyaknya tumpukan sampah juga mengganggu pemandangan mata. Meskipun demikian, untung buruknya kondisi sungai Batang Arau tidak membuat air terlalu bau sehingga tidak terlalu mengganggu masyarakat. Akan tetapi, tetap saja warga berharap agar permasalah sampah ini dapat segera diatasi karena tidak nyaman dilihat oleh warga terutama yang bertempat tinggal di sekitar sungai Batang Arau.
Banyaknya sampah di sungai Batang Arau terutama di bagian muara juga membuat beberapa pemulung juga mencari sampah di sekitaran sungai. Warga sekitar pun terkadang juga turut mengumpulkan sampah yang sekiranya bisa dijual lagi. Sampah berbahan plastik seperti botol maupun gelas plastik, membuat pemulung maupun warga mengambil sampah tersebut di dalam sungai. Mereka masuk ke dalam sungai dan mengambil langsung menggunakan tangan. Sampah berbahan plastik juga termasuk jenis sampah
yang dapat didaur ulang dan dijadikan uang tunai. Kesempatan tersebut juga tidak dilewatkan oleh Mardiana. Tidak hanya Mardiana, beberapa warga lainnya juga ada melakukan hal yang sama.
“Iya, diambil, dikumpulkan, kalau sudah banyak bisa dijual,” tutur Mardiana.
Jumlah sampah yang banyak tidak mampu dibersihkan secara mandiri oleh warga, oleh sebab itu menurut pengakuan warga Safril Tanjung, terdapat pemasangan jaring-jaring dan kubus apung penahan sampah. Tiap harinya terdapat satu speedboat yang datang untuk membersihkan sampah yang telah banyak di jaring. Mereka membersihkan sampah yang tersangkut di jaring hingga bersih.
Anggota DLH Kota Padang, Febri Anusi merupakan salah satu orang yang setiap harinya bertugas mengangkut sampah di jaring dan kubus apung sungai Batang Arau tersebut. Pemasangan jaring dan kubus apung yang ada di sungai berguna agar sampah tidak menyebar terlalu jauh. Kubus apung pun ditanam hingga dasar sungai Batang Arau oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Padang. Febri mengatakan bahwa setiap harinya tersedia satu speedboat yang bertugas mengangkut sampah tersebut.
“Ada satu speedboat yang mengambil sampah itu setiap pagi harinya. Untuk sampah warga, ada pula petugas kebersihan yang selalu mengangkut sampah di bak sampah warga,” ujar Febri.
21 | Lorong Kabar
Foto: Lusi
Lorong Kabar
Bahaya Tumpukan Sampah di TPA dan Sungai
Batang Arau
Timbunan sampah yang dibiarkan terlalu lama di ruang terbuka dapat menyebabkan berbagai permasalahan kedepannya. Dosen Teknik Lingkungan Universitas Andalas (UNAND), Yommi Dewilda menjelaskan bahaya terhadap lingkungan dari timbunan sampah tersebut. Sampah yang ditimbun di ruang terbuka dan terlalu lama akan mengeluarkan sejumlah gas metana ke udara.
“Sejumlah gas metana akan muncul dari timbunan sampah dan bebas di udara. Jika dibiarkan, maka gas metana akan memperparah pemanasan global,” tutur Yommi pada Rabu (7/6/2023). Yommi pun menambahkan bahwa timbunan sampah yang berkepanjangan akan membawa dampak bagi global.
Selain itu, di TPA Air Dingin juga terdapat beberapa hewan ternak warga yang berkeliaran secara bebas di lokasi. Para hewan ternak tersebut memakan beberapa sampah yang ada di sana, seperti sampah limbah rumah tangga. Keberadaan hewan ternak tersebut, dapat membawa efek buruk bagi kebutuhan gizi hewan ternak yang tidak terpenuhi. Lalu, hewan ternak tersebut tidak dapat membedakan makanan di TPA yang mengandung logam maupun tidak.
Permasalahan polusi air akibat sampah di Sungai Batang Arau akan membawa efek yang buruk pada lingkungan dan kesehatan. Yommi pun menuturkan, pencemaran air
terbagi dua berupa akut yang menyebabkan ikan di sungai menjadi mati akibat keracunan. Kedua pencemaran kronis yang efeknya tidak dirasakan sekarang. “Efeknya tidak dirasakan secara langsung. Sekitar 10-15 tahun kedepan, efek dari pencemaran air akan terasa,” kata Yommi.
Air sungai yang telah tercemar pun harus dilihat dari kualitas kehidupan masyarakat sekitar. Yommi menambahkan, setiap rumah di sekitar sungai Batang Arau harus dilihat dahulu pemenuhan kriteria kualitas lingkungannya. Seperti memiliki saluran drainase yang sesuai standar, sanitasi yang bersih, memiliki kualitas air bersih yang layak pakai, septic tank di setiap rumahnya, agar pencemaran air di sungai tidak semakin parah. “Selain rajin dibersihkan, solusi lain yang bisa dilakukan hanya mencegah semakin parahnya sampah di sungai Batang Arau tersebut,” tutup Yommi.
Permasalahan sampah memang telah menjadi momok besar bagi suatu perkotaan yang sedang berkembang, tak terkecuali Kota Padang. Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, masih sangat diperlukan penanganan dan pengelolaan sampah yang baik di Kota Padang. Hal ini berguna agar sampah tidak memberi dampak lingkungan, mengganggu kesehatan, dan estetika. Namun, disisi lain, masih banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sampah, seperti halnya pemulung. Mereka yang merupakan masyarakat marjinal yang juga memerlukan perhatian lebih dari pemerintah.
● Bilqis, Dila, Haura, Ifa, Lusi, Sherly, Tata, Uty, Yudi
22 | Lorong Kabar
Menanti Rezeki di Ujung Senja
Potret seorang pria di tepi muara bersama gelombang kecil yang tenang sore itu, ia menunggu umpan disambut ikan dengan sabar. Jumlah kerutan yang seirama dengan pintanya hanya bisa mengandalkan seutas kail pancing. Embusan angin sore menyerukan panggilan pulang membawa sejerat pengisi makan malam.
Jejak Lensa
Foto: Joy PrimaRabu, 10 Mei 2023
23 | Jejak Lensa
Kapal Kayu
Hamparan air di muara bergelombang kecil menghanyutkan barisan sampah melewati seorang nelayan bersama sahabatnya, perahu kayu di dermaga tumpukan sampah. Dua sahabat itu bersiap untuk mengarungi muara.
Jejak Muara: Nelayan dan
24 | Jejak Lensa
Foto: Joy PrimaRabu, 10 Mei 2023
Foto: Sandra ArdiyanaRabu, 10 Mei 2023 26 | Jejak Lensa
Selaras Gerak di Arus Tenang Muara
Di bawah sentuhan sinar mentari sore, ketika arus sungai sedang tenang terdengar suara percikan air dari kejauhan. Bidikan lensa teralihkan dan terfokus kepada sekolompok yang mendayung kayak. Pergerakan yang selaras mampu membawa dayung menaklukan ketenangan muara Batang Arau.
Indahnya Danau Cimpago yang Tercemar Sampah
Jika kita berbicara seputar tempat wisata, Sumatra Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang cukup terkenal akan keelokan wisatanya. Tempat-tempat wisata tersebut dapat berupa tempat wisata alam maupun buatan, sebut saja Kepulauan Mentawai, sebagai salah satu spot selancar terfavorit bagi para turis mancanegara, Alahan Panjang yang dijuluki swissnya Indonesia, Jam Gadang, Kelok Sembilan, Jembatan Siti Nurbaya, dan masih banyak lainnya. Tak tertinggal salah satu tempat wisata Danau Buatan yang disebut Danau Cimpago. Danau ini terletak di kelurahan purus, kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat.
Danau Cimpago merupakan danau buatan. Danau ini memiliki luas sekitar dua Hektare, berlokasi di wilayah yang cukup strategis, yakni di tengah- tengah pemukiman penduduk, Untuk sampai ke Danau Cimpago, dari pusat Kota Padang kita bisa melewati Jalan Samudera, dan Danau Cimpago berada di sebelah kanan. Jika masuk dari Jalan Purus maka Danau Cimpago berada di belakang Hotel Mercure. Danau Cimpago juga berada tak jauh dari lokasi wisata yang cukup populer di Padang yakni sebelah timur hamparan Pantai Padang.
Menurut sumbarprov.com awalnya danau ini dibangun untuk dapat mengatasi banjir yang terjadi di Kota Padang. Selain itu, juga dibangun dengan tujuan pembenahan kawasan kumuh yang ada di perkotaan. Meskipun dibangun untuk hal tersebut, Danau Cimpago menjadi tempat wisata yang ramai dikunjungi masyarakat kala itu, didukung juga dengan fasilitas sewa perahu dan area bermain untuk anak-anak.
Namun, sangat disayangkan, saat ini kondisi Danau Cimpago sangat memprihatinkan. Ketika melewati Danau Cimpago pemandangan yang kita lihat justru adalah tumpukan sampah, air keruh Danau Cimpago juga menimbulkan bau yang tidak sedap bagi masyarakat dan pengendara yang lewat disana.
Warga sekitar Danau Cimpago, Raf mengungkapkan bahwa danau tersebut dulunya sempat menjadi sumber perekonomian masyarakat. “Dahulu Danau Cimpago ramai dikunjungi, ada beberapa fasilitas pendukung untuk berwisata, seperti sewa perahu, dan wahana bermain anak- anak” tutur Raf saat diwawancarai oleh Genta Andalas pada Rabu (19/4/2023).
28 | Kelana
Foto: Tika
Selain itu Danau Cimpago juga dijadikan lokasi memancing bagi masyarakat sekitar, sebab ada banyak ikan disana. Namun, sekarang sudah menjadi muara sampah dari kanal-kanal di sepanjang Kota Padang, yang mengakibatkan sampah menumpuk. Kualitas air danau pun telah tercemar dengan minyak dan menjadi kotor. Sehingga pemandangan yang indah dulunya telah berganti. Pak Raf juga menambahkan bahwa kawasan danau menjadi tercemar disebabkan oleh tangan-tangan masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan.
“Orang yang tidak bertanggung jawab yang telah membuang sampah sembarangan ke Danau Cimpago, sehingga menjadi tercemar,” ujar Raf.
Raf sendiripun sangat menyayangkan keadaan Danau Cimpago sekarang, dahulunya ada sampan yan bertugas membersihkan danau dan memngambil sampah di sekitar, namun sekarang sudah tidak ada. “Sekitar tahun 2019, ada sampan yang membersihkan danau dan mengambil sampah, tetapi sekarang sudah tidak ada,” ungkap Raf.
Selain itu penduduk sekitar Danau Cimpago lainnya Noven mengatakan bahwa, adanya sampah yang mencemari Danau Cimpago membuat masyarakat pun turut terganggu
dengan tercemarnya Danau Cimpago, karena menimbulkan bau tak sedap saat hujan tiba. “Jika hari hujan maka sampah akan bermuara di sini, akibatnya timbul bau tak sedap,” ungkap Noven saat diwawancarai Genta Andalas pada Rabu (10/5/2023)
Noven pun menuturkan bahwa kotornya Danau Cimpago bukan saja tanggung jawab masyarakat sekitar, melainkan tanggung jawab bersama. “Sampah di danau bukanlah tanggung jawab dari masyarakat sekitar saja, jadi tidak bijak jika menyalahkan siapa-siapa,” tutur Noven.
Perubahan yang terjadi pada Danau Cimpago saat ini sebenarnya merupakan salah satu bagian cerita kecil saja, dari dampak cerobohnya manusia terhadap alam. Peristiwa ini juga hendaknya menjadi kesadaran bagi kita bahwa perbuatan buruk sekecil apapun jika dilakukan sering bahkan terus menerus akan membawa dampak yang serius, bahkan mengancam kehidupan manusia mendatang. Sudah menjadi tanggung jawab semua orang, tidak hanya pemerintah tetapi masyarakat dan pengunjung untuk dapat merawat Danau Cimpago. Kebersihan Danau Cimpago berawal dari kita yang dapat membuang sampah pada tempatnya.
Sumber: Padang.go.id (2015)
29 | Kelana
● Haura, Sherly, Tika
Bagi penduduk Kota Padang, kehadiran banda bakali bukanlah suatu yang asing lagi. Banda bakali telah lama hadir dan bersisian dengan warga Kota Padang sejak lama. Banda bakali merupakan sungai buatan atau yang bisa disebut kanal guna menyiasati banjir yang sering melanda di Kota Padang. Berdasarkan catatan sejarah, kanal ini pertama kali dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1918 yaitu masa pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia.
Sebelum dibangunnya banda bakali oleh Pemerintahan Hindia Belanda, banjir besar sering terjadi di Kota Padang akibat luapan aliran air sungai Batang Arau. Dengan berdasarkan hal tersebut, digali tanah untuk membentuk kanal aliran air yang mengarah kepada muara dari aliran Batang Arau di daerah purus. Aliran air dari banda bakali ini kemudian mengalir hingga ke Samudra Hindia.
Tidak hanya dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda, pembangunan kanal ini kemudian juga dilanjutkan pada masa kedudukan Jepang di Indonesia. Meskipun demikian, menurut pengakuan seorang warga Edi Suardi, banjir masih sering terjadi kala itu. Nurhayati yang telah tinggal di pinggiran kanal banjir banda bakali ini sejak tahun 1962 menyaksikan perjalanan pembangunan banda bakali yang berubah secara berkala hingga kini. Oleh sebab itu, pemerintah Kota Padang pada tahun 1980an memperbesar dan memperlebar kanal untuk memperkecil frekuensi banjir yang terjadi di Kota Padang.
Pembangunan yang dilakukan pun diadakan secara berkala, untuk memanfaatkan lahan yang terpakai karena pembangunan kanal, dibagunlah jalan di bagian samping kanal.
Banda Bakali, Penangkal Banjir Bersejarah di Kota Padang
“Pada tahun 1973 itu belum ada jalan, banda langsung tebing di sampingnya, tetapi di pinggir banda memang orang-orang sudah bangun rumah liar. Oleh karena itu dilakukan penggusuran pada perumahan liar yang berdiri di sekitar banda untuk pembangunan jalan,” jelas Edi saat diwawancarai Genta Andalas, Senin (19/6/2023).
Perbaikan yang dilakukan dengan membangun jalan dan menggusur rumah warga di pinggir banda bakali ini juga dilakukan karena adanya longsor akibat tanah tebing yang berada di pinggir sungai yang membuat kanal tersebut ditutupi tanah. Oleh sebab itu, mulai diletakkan batu-batu penahan agar tidak longsor lagi.
Senada dengan penjelasan Edi, salah seorang warga lainnya di sekitar pinggiran banda bakali, Nurhayati menyebut bahwa terdapat beberapa pembangunan untuk memperbaiki sekaligus mempercantik banda bakali oleh pemerintah Kota Padang pada tahun 1990 an. Sejak kanal banjir banda bakali tersebut diperlebar, permasalahan banjir di Kota Padang pun mulai berkurang.
Melihat perbaikan banda bakali saat ini yang sudah tertata rapi, kondisi saat ini tidak terlepas dari sejarah banda bakali yang sempat memakan banyak korban saat belum diperbaiki. Air banjir yang meluap cukup deras kerap menyeret orang yang berada di sekitar banda hingga hanyut tidak ditemukan. Tak jarang juga di banda bakali sering ditemukan mayat yang terjebak di pinggir banda.
“Dulu ada yang hanyut karena lari ke air, kabarnya melihat saudaranya di pinggir banda, tapi saat diikuti justru malah dia berlari ke air dan berujung hanyut. Dulu sering juga ditemukan mayat yang kejebak di pinggir banda, ternyata sudah hanyut dari arah hulu,” jelas Nurhayati.
Khazanah
30 | Khazanah
Foto: Lusi
Meskipun demikian, bukan berarti banda bakali ini sudah tidak memakan korban lagi hingga kini. Menurut keterangan Nurhayati, bahkan warga sekitar pun memiliki kepercayaan tersendiri bahwa banda bakali memakan korban setiap tahunnya. Beliau pun memiliki seorang adik yang hilang hanyut di banda bakali dan jasad tubuhnya tidak ditemukan hingga kini. Bahkan sudah berupaya mencari dengan memanggil tim SAR, tetapi tak juga membuahkan hasil. Namun, terlepas dari kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat, Nurhayati menyebut bahwa arus air pada kanal ini memang deras dan kuat, terutama pada musim hujan, musim di mana banyak korban hanyut di banda bakali.
Tidak hanya memakan korban nyawa, risiko pencemaran lingkungan juga mengancam banda bakali. Seiring berjalannya waktu, berkembangnya pemukiman di sekitar banda bakali membuat kondisi banda bakali acapkali terlihat kotor dengan sampah yang menumpuk, baik itu di aliran air maupun di pinggir air. Kurangnya kesadaran dari warga akan bijak membuang sampah membuat hal ini terjadi. Terutama kehadiran banda bakali yang terletak di tengah-tengah kota dan aktivitas masyarakat membuat mereka dengan
mudahnya membuang sampah ke aliran air. Menurut pengakuan warga sekitar, sampah yang terlihat di banda bakali tidak hanya bersumber dari warga yang tinggal di sekitar aliran kanal ini saja, melainkan juga sampah kiriman yang terbawa arus dari cabang aliran sungai.
Menghadapi permasalahan sampah yang juga dihadapi di banda bakali ini, telah dilakukan upaya pembersihan secara berkala oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang dan Dinas Pekerja Umum dan Penataan Ruang.
“Upaya pembersihan banda bakali sendiri saat ini yaitu ada personel dari Dinas Pekerja Umum dan Penataan Ruang (PUPR) yang biasanya datang setiap 3 bulan sekali,” jelas Nurhayati.
Selain pembersihan kanal banjir ini, Dinas Lingkungan Hidup juga memasang kubus apung di beberapa titik di banda bakali. Pemasangan kubus apung yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup ini berguna untuk mencegah dan menahan sampah mengalir hingga ke laut.
● Bilqis, Lusi, Uty
Foto: Lusi
Berawal dari kegiatan coaching day atau pelatihan yang diadakan oleh pihak yayasan Karya Salemba Empat (KSE), paguyuban mahasiswa beasiswa KSE Universitas Andalas (UNAND) menciptakan berbagai inovasi produk yang berbahan dasar limbah alam. Tidak hanya berkreativitas menghasilkan produk yang bisa dimanfaatkan, mereka juga memberdayakan masyarakat untuk bergerak melanjutkan produksi produk-produk tersebut nantinya.
Salah satu anggota paguyuban KSE, Winda menceritakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk perhatian pihak yayasan yang menginginkan untuk mengadakan suatu kegiatan Commodity Development (Comdev) atau Pengembangan Komoditas yang mengangkat tema tentang Lingkungan. Kemudian dengan melihat potensi yang ada, maka dipilihlah limbah pohon kelapa untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai jual dan dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan masyarakat.
“Padang punya daerah pesisir pantai yang cukup luas dengan potensi limbah kelapa yang cukup banyak, maka dicari ide untuk mengolah limbah-limbah tersebut menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan bagi masyarakat,” ujar Winda saat diwawancarai Genta Andalas pada Sabtu (20/5/2023).
Selain limbah yang berasal dari pohon kelapa langsung, mereka juga menggunakan limbah santan bekas yang ada pada rumah makan di Kota Padang. Beberapa produk yang berhasil dikembangkan dari limbah kelapa tersebut ialah, sabun cuci piring, coconut fiber (serat sabut kelapa), dan coco peat (serbuk sabut kelapa).
Inovasi Produk Limbah Alam Menjadi Bahan Berguna
Foto: Kerin
Sabun cuci piring yang dibuat berbahan dasar minyak kelapa atau minyak jelantah. Kelompok mahasiswa KSE UNAND akan melakukan kerja sama dengan sejumlah rumah makan yang ada di Kota Padang.
Pihak rumah makan akan menyumbangkan limbahnya, kemudian setiap pihak rumah makan akan memperoleh sabun cuci piring dengan harga terjangkau. Pembuatan sabun cuci piring tersebut telah dilakukan sejak November tahun 2022, tetapi sayangnya saat ini sabun cuci piring ini belum disebarluaskan, karena masih perlu untuk dilakukan uji coba. Beberapa keunggulan dari sabun cuci piring ini ialah, menggunakan bahan alami, ramah lingkungan serta relatif lebih terjangkau dengan mematok harga sekitar Rp12.000 per kemasan.
Lalu, produk lain yang dihasilkan ialah dari limbah sabut kelapa, yakni coconut fiber dan coco peat. Coconut fiber digunakan untuk membuat berbagai macam jenis kerajinan seperti keset, sedangkan coco peat dimanfaatkan untuk media tanam tumbuhan. Coco peat berfungsi sebagai pupuk dan media tanam. Sebagai media tanam, coco peat memiliki daya serap air yang cukup tinggi serta pembuatannya tak memerlukan uji coba seperti sabun cuci piring dan hanya menggunakan teknologi mesin untuk menghaluskan dan menyaring serabut kelapa. Selain inovasi dari sabut kelapa menjadi barang berguna mesin pembuatan produk coconut fiber dan coco peat ini juga dirancang sendiri oleh anggota paguyuban KSE.
Tidak hanya dari limbah kelapa, kelompok mahasiswa KSE UNAND juga mengembangkan sabun cuci tangan berbahan kulit pisang. Masih dengan alasan yang sama,
32 | Lentera
menurut Koordinator Divisi Comdev KSE, Genta Revansha, kulit pisang dipilih sebagai pemanfaatan limbah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat serta berdampak positif bagi lingkungan.
“Di area Pasar Baru banyak tukang goreng pisang dan dari sana dapat ide untuk mengolah limbah kulit pisang yang cukup banyak,” ujar Genta.
Pemilihan produk sabun cuci tangan ini disebabkan oleh kebersihan tangan acap kali terabaikan oleh kita. Oleh sebab itu, melalui program ini nantinya akan meningkatkan kesadaran masayrakat maupun mahasiswa untuk sadar akan kebersihan dari hal-hal kecil.
“Kebersihan tangan itu salah satu hal penting yang kurang disadari oleh masyarakat , jadi selain dari segin ekonomis harapannya dengan adnya sabun cuci tangan dari kuliit pisang ini mengingatkan kembali kepada kita dan masyrakat bahwa mencuci tanagn itu penting minimal sebelum makan, “ujar Genta’
Jenis kulit pisang dalam pembuatan sabun cuci tangan yang dipakai ialah kulit pisang batu, sebab memiliki beberapa kandungan yang menjadikan sabun ini memiliki keunggulan lebih daripada sabun kimia lainnya. Keunggulan tersebut ialah dapat melembabkan kulit, memiliki kandungan zat anti bakteri, serta tidak terdapatnya kandungan SLS yang dapat membuat kulit menipis. Sabun kulit pisang ini telah teruji secara klinis, produksi sabun kulit pisang tersebut saat ini sedang dalam tahap persiapan untuk pengemasan dan selanjutnya akan dilakukan pemasaran.
Dalam memproduksi produk-produk olahan limbah ini, Genta mengakui cukup terkendala saat meracik produk, ia harus memilih formula yang lebih sederhana agar nantinya masyarakat yang akan meneruskan produksi tidak susah untuk memahaminya. Dari adanya kegiatan pemberdayaan limbah ini, Genta berharap bahwa selain dapat bermanfaat
bagi perbaikan lingkungan terutama permasalahan limbah di Kota Padang, tetapi kegiatan ini nantinya dapat menciptakan masyarakat yang lebih berkembang.
“Kita sebagai mahasiswa bakal kembali ke masyarakat, jadi harapannya sebelum kembali ke masyarakat alangkah baiknya kita membantu masyarakat semampu kita,” tutur Genta.
Selain menciptakan produk yang berdamapak baik bagi lingkungan dengan membantu mengurai permasalahan limbah yang ada di Kota Padang, inovasi ini juga membantu pengembangan ekonomi, melalui pemberdayaan masyaakatnya untuk mengembangkan usaha produksi dan distribusi produk inovasi-inovasi tersebut nantinya. Usaha-usaha seperti ini mestinya dapat terus dikembangkan . Pemerintah selaku pihak yang juga memiliki tanggung jawab terhadap hal ini, hendaknya dapat memberi dukungan agar kedepannya muncul langkah-langkah kreatif lainnya yang mampu membantu dalam upaya perbaiakn lingkungan.
Foto: Kerin ● Rivaldo, Syifa, Tiara
33 | Lentera
Ilustrasi: Ifa
SPerlahan tangannya membuka pintu tripleks yang sangat rapuh, jika tidak hati-hati membukanya dapat dipastikan pintu tersebut akan roboh karena tidak dilapisi dengan bahan material yang kuat. Bunyi gesekan pintu tersebut ternyata mencuri perhatian orang-orang yang ada di dalamnya, siapa sangka ruang kecil dan sempit itu ternyata dihuni oleh 4 orang.
“Eh, kakak sudah pulang,” ujar wanita tua yang biasa dipanggil Ibu. Melihat anak gadisnya sudah pulang dari kegiatan seperti biasa membuat ibunya tersenyum. “Sana bersih-bersih dulu habis itu makan, tadi ibu dikasih labu sama pak Tarto dan sudah ibu rebus, nanti kita makan sama- sama,” lanjut ibunya.
Melihat senyum manis terpaut di wajah kusam ibunya membuat gadis ini langsung mengambil handuk usang di samping tempat tidurnya, namanya Risa gadis yang baru menginjak usia 17 tahun dengan kulit sawo matang dan mata yang bulat. Mengingat hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-17 membuatnya berkecil hati, terutama saat mengais sampah tadi ia melihat anak- anak seumuran dengannya sedang menikmati hidup dengan bercanda ria dan makan- makan enak dengan keluarga dan teman-temannya. Tentu saja hal ini membuat Risa bersedih hati, di saat teman-temannya bersenang-senang sedangkan ia pulang sekolah langsung mengais sampah untuk makan besok pagi. Uang yang didapatkan dari pengepul sampah akan disimpan untuk membeli bahan makanan dan terkadang ia simpan untuk membeli es krim kesukaannya.
15 menit berkutat dengan air dingin akhirnya Risa menyelesaikan rutinitasnya setelah kotor-kotoran, sekarang Risa terlihat lebih segar dan bersih walau dengan baju usang kebesaran miliknya. Ia duduk di hadapan ibunya yang sedang memarut kelapa untuk dicampur ke dalam labu rebus yang ia masak tadi.
34 | Cerpen
T T S
Mendatar
2. Gas atau zat cair yang dipakai untuk pendingin ruangan
3. Gelombang bunyi yang merambat melalui udara
5. Jenis organisme yang tidak memiliki klorofil
10. Bata ramah lingkungan
11. Tempat berakhirnya aliran sungai di laut, danau, atau sungai lain
13. Proses berubahnya molekul zat cair menjadi gas
14. Usaha pelestarian makhluk hidup dari kerusakan dan kemusnahan
16. Nama pulau di Nusa Tenggara Timur
18. Kondisi yang indah dan enak bila dipandang mata
19. Cekungan topografi dasar laut
Menurun
1. Batu terkeras di dunia
4. Hewan melata vertebrata yang berdarah dingin
5. Kondisi meningkatnya gas dalam saluran pencernaan
6. Teknik menanam padi pada lahan miring yang bertingkat
7. Golongan makhluk hidup yang bersel satu
8. Kajian ilmu tentang mekanisme dan pergerakan lapisan bumi
9. Fenomena banjir akibat meluapnya air pasang di tepi pantai
12. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi UV sinar matahari
15. Sampah anorganik yang bisa didaur ulang
17. Kondisi tanah dari sisa-sisa tumbuhan yang membusuk
38 | TTS
Kirimkan tulisanmu melalui E-mail kami di redaksi@gentaandalas.com