3 minute read

Kata Pengantar Pembelajaran dari Kearifan Tradisi Lisan

Kata Pengantar  Pembelajaran dari Kearifan Tradisi Lisan

Kata tradisi berasal dari bahasa latin tradition yang berarti menyampaikan atau meneruskan. Dari akar kata ini muncul kata bahasa Inggris traditiondengan makna yang sama. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008), kata tradisi diartikan sebagai hal yang disampaikan atau diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi juga dipahami sebagai adat kebiasaan yang dipertahankan secara turun temurun dan dihayati oleh komunitas pendukungnya. Pada masyarakat praaksara, penyampaian kebiasaan dilakukan dengan cara bertutur atau berbicara secara lisan. Maka, karena penyampaiannya dilakukan secara lisan, kemudian dikenal istilah tradisi lisan.

Advertisement

Menurut Jan Vansina, pengertian tradisi lisan (oral tradition) adalah kesaksian yang diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi.1 Dalam tradisi lisan terkandung unsur-unsur peristiwa sejarah, nilai-nilai moral, nilai-nilai religiositas, adat istiadat, peribahasa, nyanyian, mantra serta cerita khayalan. Sementara itu, menurut Kuntowijoyo, 2 tradisi lisan merupakan salah satu sumber

1 Jan Vansina, Oral Tradition as History, Madison, University of Wisconsin Press, 1985, diterjemahkan oleh Astrid Reza dkk, Tradisi Lisan Sebagai Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2014. 2 Kuntowijoyo lahir di Sanden, Bantul, Yogyakarta, 18 September 1943, wafat 22 Februari 2005 adalah seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan. Sebagai sejarawan, analisis dan pemikirannya ditulis dengan pendekatan disiplin ilmu sejarah dan bersifat kesejarahan telah

sejarah, lantaran dalam tradisi lisan terekam masa lampau manusia yang belum mengenal aksara, yang terkait dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman empiris. Tradisi lisan sejatinya terangkum dalam folklor. Jejak sejarah masa lampau pada masyarakat pra-aksara dalam bentuk dongeng, legenda, mitos, musik, upacara, pepatah, lelucon, takhayul, lagu rakyat, kebiasaan, kepercayaan, alat musik, pakaian, perhiasan, obat-obatan, arsitektur vernakular, dan kerajinan tangan sejatinya merupakan bagian dari folklor. Folklor adalah bagian dari kebudayaan masyarakat yang tersebar dan bersifat tradisional yang diwariskan secara lisan. Sedangkan cerita rakyat sebagai subbagian dari folklor merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa. Lazimnya cerita rakyat mempunyai ciri-ciri: disampaikan turun temurun; tidak diketahui siapa yang pertama kali membuatnya; kaya akan nilai-nilai luhur; bersifat tradisional; memiliki banyak versi dan variasi; mempunyai bentuk-bentuk klise dalam susunan atau cara mengungkapkannya; bersifat anonim karena tidak diketahui nama pengarangnya; berkembang dari mulut ke mulut; dan disampaikan secara lisan.3 Dalam buku ini, disajikan Cerita Rakyat yang berasal dari komunitas Dayak Kenyah Lepoq Jalan yang bermukim di Lung Anai. Pada bagian pertama bertajuk

banyak diterbitkan menjadi buku, di antaranya Budaya dan Masyarakat(1987) dan Pengantar Ilmu Sejarah(1995).

3 Danadjaja, James. Folklor Indonesia. Jakarta: PT. Pustaka Utama Aksara, 1986, juga Bunandra, Murti. Penulisan Cerita Rakyat. Jakarta: Balai Pustaka. 1998.

“Kstaria Apau Kayan” memuat cerita sage, yakni dongeng beraura keperkasaan bercampur dengan fantasi mengenai Lencau Sang Ksatria, Tamen Buring, Sulimerang dan Ujung Tunan Arung serta Uyau Tunyeng. Pada bagian kedua bertajuk “Pernikahan Bangsawan” diceritakan mengenai Jalung Ila Nyukak Sada Langit Megan dan Sigau Belawan. Sedangkan pada bagian ketiga bertajuk “Dongeng Pelipur Lara” memuat sejumlah cerita tentang Lencau Kila; Anyeq Wang; Jalung dan Bungan; Buy dan Monyet yang Licik; Burui dan Padiu. Selanjutnya pada bagian keempat bertajuk “Dongeng Fabel” atau dongeng binatang memuat cerita tentang Tang Tike dan Upit Saleng; Pelanuk dan Payau Betina; Pelanuk dan Pau; serta Pelanuk dan Seq.

Pada semua cerita rakyat Dayak Kenyah Lepoq Jalan niscaya memiliki tema tertentu yang menjadi dasar cerita dan selalu berkaitan dengan berbagai pengalaman kehidupan yang diramu dengan elemen-elemen fantasi. Selain itu, terdapat pula alur cerita, yaitu tahapan peristiwa yang terjadi dalam cerita disertai dengan latar atau keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam cerita. Pada semua cerita niscaya juga terdapat tokoh yakni pelaku dalam suatu cerita disertai penokohan sebagai pelukisan gambaran tentang seseorang yang ditampilkan sebagai tokoh dalam cerita. Selain itu, yang tak kalah penting adalah amanat atau pesan moral yang terkandung dalam cerita. Esensi dari cerita rakyat Dayak Kenyah Lepoq Jalan sejatinya mempertegas tentang pengertian kearifan lokal (local wisdom),pengetahuan lokal (local knowledge) dan kecerdasan (local genious). Kearifan lokal juga dapat dimaknai sebagai karya akal budi, perasaan mendalam, tabiat, perangai, dan anjuran untuk kemuliaan manusia berbudi luhur. Maka, kearifan lokal merupakan kecer-

dasan manusia yang diperoleh melalui pengalaman empiris. Selamat menimba kekayaan peradaban manusia melalui cerita rakyat yang berisi pembelajaran dari kearifan tradisi lisan warisan leluhur Dayak Kenyah Lepoq Jalan. (*)

Roedy Haryo Widjono AMZ

Anggota Dewan Penasihat Naladwipa Institutefor Social and Cultural Studies.