
3 minute read
#UNITCURHATDARURAT
by Nuniek Tirta
If you don’t like something, change it. If you can’t change it, change the way you think about it.—Unknown
#UnitCurhatDarurat adalah ruang yang saya gunakan untuk mendengarkan cerita teman-teman di media sosial terkait permasalahan dalam relationship. Hampir setiap hari saya menerima curhat melalui Direct Message (DM) ke akun Instagram saya, @nuniektirta. Tidak semua langsung saya balas, sesempatnya saya saja. Kadang saya balas melalui instagram juga, kadang saya bahas bareng suami dan dijawab melalui podcast yang bisa didengarkan di https://anchor.fm/nuniek-tirta-sari.
Advertisement
Curhat tentang Toxic Parent
“Dari kecil dibesarkan oleh orang tua yang selalu mengecilkan anaknya sendiri sampai sudah kawin dan punya anak pun selalu berucap bahwa anak-anaknya ini tidak mampu berdiri sendiri. Aku termasuk orang yang percaya “perkataan ibu sama dengan doa”. Aku harus gimana, ya Mbak melanjutkan hidup untuk bisa “tebal telinga” bahkan
EGP sama apa pun perkataan orang tua yang selalu mengecilkan hati. I do still useless and very small meskipun sudah berusaha maksimal mengurus rumah tangga sendiri selama 10 tahun ini. Maaf ya Mbak jadinya curhat kepanjangan.”
Orang bilang kita harus menghormati orang tua karena mereka yang melahirkan kita ke dunia ini. Meski demikian, mereka belum tentu bisa menjadi mentor yang baik buat kita. Jadi, jangan berkecil hati... sebab belum tentu semua perkataan orang tua itu benar. Tidak. Tidak selalu benar. Apalagi yang curhat sudah cukup dewasa, tentu sudah punya tingkat pemikiran yang bisa memfilter, mana yang baik dan mana yang tidak. Unfortunately, memang kalau masih anak kecil apalagi di bawah usia 13 tahun, orang tua sedang memakai controlling hat. Kenapa?
Karena pada usia itu prefrontal cortex anak belum siap. Jadi, anak-anak memang belum sepenuhnya paham mana yang baik dan mana yang jahat.
Dengan demikian, kontrol dari orang tua memang diperlukan pada usia-usia tertentu. Silakan baca tentang Prinsip 3 Topi Parenting, ya.
Who’s in control of your life? Perkataan orang tua tidak berada di bawah kendali kita. Yang ada di bawah kontrol dan kendali kita adalah bagaimana kita bereaksi, menangkap, dan menerimanya. Tetap hargai dan hormati mereka, tetapi tidak harus menelan mentah-mentah apa yang mereka katakan. Mungkin saja, orang tua kamu juga diperlakukan seperti itu oleh orang tuanya. Jadi, orang tua kamu tidak break the chain, tetapi malah menurunkannya ke kamu. Nah, hati-hati jangan sampai kamu menurunkannya lagi ke anak. Kalau sudah paham ini tidak baik, tidak bagus, dan tidak positif, ya tidak perlu dituruti. Perhatikan beberapa poin yang akan saya sampaikan ini.
Pertama, bagaimana cara orang tua mendidik kita, bagaimana cara orang tua membesarkan kita itu adalah sesuatu di luar kontrol kita. Kita tidak mungkin memilih ingin dilahirkan oleh siapa, tetapi kita selalu bisa memilih bagaimana kita merespons tindakan dan perkataan mereka. Ketika orang melemparkan batu ke kita, kita bisa memilih apakah kita mau menjadikan batu itu sebagai batu sandungan atau batu lompatan? Jadi, batunya mau membuat kita tersandung atau mau menjadikannya sebagai pijakan agar kita mampu melompat lebih tinggi lagi, itu yang ada di dalam kontrol kita. Nah, kenapa tidak itu saja yang benar-benar kita perhatikan ketimbang kita yang lelah sendiri karena perilaku orang lain yang tidak sesuai dengan harapan kita?
Kedua, saya percaya semua orang itu pada dasarnya baik. Apa pun yang dilakukannya, menurut dia baik. Kalau menurut orang lain jahat, mungkin memang pemahamannya yang berbeda. Jadi, coba ditelisik lagi, dipahami mengapa orang tua memperlakukan kamu seperti itu. Apakah kalau dilihat lagi di pohon keluarganya, dia juga diperlakukan seperti itu oleh orang tuanya? Kemungkinan besar sih begitu, ya. Kalau sudah bisa mengerti dan memaafkan, rasanya bukan lagi kesal, tetapi justru malah kasihan. Kalau sudah kasihan, jadinya kita tidak ada rasa benci atau dendam lagi. Kalau sudah tahu itu, then break the chain! Cukup akar buruknya berhenti di kamu saja, jangan sampai diturunkan ke anak, ya. Karena biasanya pola akan berulang kalau tidak disadari. Paling tidak, kalau sudah tahu diperlakukan seperti itu tidak enak, jangan memperlakukan hal yang sama kepada anak.
Ketiga, akui bahwa kamu terluka. Jangan disangkal, jangan ditutup-tutupi. Akui saja memang perlakuan itu melukai hatimu. Setelah mengakui bahwa kamu terluka, olah dan regulasilah perasaanmu itu. Mau dibawa ke mana rasa itu? Oke, kamu sedih sekarang, lalu mau diapakan rasa sedihnya?
Mau dibuat satu landasan bahwa ‘oke anakku nggak boleh merasakan sedih yang sama seperti aku’, atau justru mau cari tau ‘oke, aku mau mempelajari, kenapa sih orang tuaku bisa seperti itu?’ Jadi, semua yang positif diambil dan yang negatif dijadikan pelajaran.
Dalam banyak hal di kehidupan ini, ada satu kunci yang kalau kita jadikan pegangan bisa membantu kita memandang segala sesuatu dengan perspektif yang jauh lebih positif: selalu temukan makna di setiap kejadian yang pernah kita alami.
Jadi, misalnya kalau kamu pernah merasakan tidak enak dikucilkan sama orang tua, maknanya apa nih? Apa sih kira-kira yang Tuhan ingin sampaikan melalui kejadian-kejadian ini? Mungkin Tuhan sedang mengajarkan kita bagaimana berbesar hati.
Mungkin Tuhan sedang menguji kita, bagaimana te- tap menghormati dan mencintai orang tua tanpa kita harus patuh oleh semua kata-katanya yang tidak membangun. Kita tidak bisa mengubah orang tua kita, tetapi kita bisa kok mengarahkan bagaimana mereka memperlakukan kita, apalagi kalau kita sudah dewasa. Dan yang terpenting, sebagai manusia dewasa kita bisa mengolah emosi, mengatur reaksi, dan mengambil keputusan sendiri.
Kalau sudah memaafkan dan memahami, yang terakhir adalah rekonsiliasi. Kalau hal itu bisa dilakukan, bagus sekali. Akan tetapi, kalau dirasa kurang bermanfaat, tidak perlu dilakukan pun tidak apa-apa. Maksudnya, memaafkan itu untuk kedamaian diri sendiri, bukan untuk orang yang membuatmu marah itu meminta maaf. Sementara rekonsiliasi itu untuk perdamaian kedua belah pihak. Kalau salah satunya malah jadi tidak damai, ya tidak perlu.