2 minute read

Kiat Bertahan secara

Finansial setelah Bercerai

Takada pasangan suami-istri yang menginginkan perceraian. Namun jika itu terjadi, siapapun harus siap menghadapinya. Bukan hanya mempersiapkan mental, melainkan juga segala sesuatu yang berhubungan dengan uang. Lalu, bagaimana cara bertahan secara finansial ketika menghadapi perceraian? Berikut ini tips dari mereka yang telah melaluinya.

Advertisement

Buat Inventori Aset

Inventori aset ini terutama untuk harta benda yang dihasilkan bersama setelah menikah. Daftar aset kamu sebaiknya meliputi: properti kendaraan bermotor perhiasan rekening tabungan reksa dana saham deposito

Di Indonesia, Undang-Undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974 pasal 35 menyebutkan dua kekayaan yang bukan termasuk harta bersama. Pertama, harta bawaan yang sudah dimiliki suami atau istri sebelum menikah. Kedua, harta perolehan, yaitu harta milik suami atau istri setelah menikah dari hibah, wasiat, atau warisan. Ally, seorang wirausaha muda yang bercerai sekitar tiga tahun lalu mengatakan, “Saya ‘beruntung’ belum terlalu lama menikah, jadi masih cukup jelas aset yang harus dibagi. Waktu itu juga ada pembicaraan verbal tentang apa yang akan kita bagi, dalam hal ini rumah dan mobil,” jelas wanita berusia awal 30an tersebut.

Tinjau Ulang Utang dan Asuransi

Apa saja utang yang terkumpul selama menikah?

KPR, KPA, KPM, asuransi jiwa, asuransi pendidikan anak, hingga asuransi harta berharga perlu kamu tinjau kembali keberadaannya. Segera tutup rekening tabungan atas nama bersama setelah pembagian harta tuntas. Selain itu, tutup kartu kredit tambahan yang diberikan atau beratas nama pasangan sehingga kamu tidak perlu bertanggung jawab terhadap utang mantan suami. Hal yang tak kalah penting, revisi nama tertanggung atau penerima manfaat pada polis asuransi.

“Sejak bercerai, aku langsung menutup dua kartu kredit “gold”-ku. Aku tidak ingin terlibat utang dan hidup tidak tenang. Aku juga langsung membuat asuransi untukku dan anakku, meskipun ia dapat juga tunjangan pendidikan dari papanya,” kata Pritha, 31, seorang ibu satu putri yang bercerai tujuh tahun lalu.

Selesaikan Segala Legalitas dan Copy Semua Dokumen Penting

Ini termasuk mengurus paspor anak, fotokopi akta kelahiran, mengubah Kartu Keluarga (KK), hingga menyesuaikan segala urusan legalitas bisnis bersama.

“Jika berbisnis bersama pasangan, pastikan ada hitam di atas putih yang menyebutkan jumlah saham masing-masing di bisnis tersebut. Jangan sampai kehilangan bagian ketika harus berpisah, hanya karena membangun bisnis berdasarkan saling percaya tanpa ada kekuatan legalitas,” saran Ally.

Pelajari Keterampilan Baru, Perluas Network, dan Tambah Saluran

Pemasukan

Menurut Ally, dirinya mengalami perubahan sejak bercerai. “Secara pribadi, saya jadi lebih berani keluar dari zona nyaman dan mau mencoba berbagai hal baru. Saya juga siap naik ke jenjang yang lebih tinggi, baik itu dalam hal karier, bisnis, jejaring, kontribusi kepada komunitas, dan sebagainya. Itu semua berdampak baik langsung maupun tidak langsung kepada sumber pendapatan dan kesempatan yang datang kepada saya,” jelasnya. Dengan melakukan sedikit «riset», kamu akan menemukan berbagai komunitas dan situs yang bisa menyemangatimu. Salah satu komunitas yang baik untuk diikuti adalah Single Moms Indonesia, tempat berkumpulnya para ibu tunggal untuk saling support satu sama lain.

“Yang paling penting, seharusnya ada atau nggak ada suami, wanita terus berkarya dan (punya) kegiatan, sehingga tetap update dengan ‘dunia luar’ dan punya pegangan dan jalan keluar saat ada kejadian yang tidak diinginkan,” tambahnya. Sementara itu, waktu yang akan pelan-pelan menyembuhkan luka hati, keputusan keuangan yang kamu buat pada saat-saat sensitif ini akan meninggalkan efek yang berkepanjangan. Pastikan kamu memiliki kepala dingin dan membuat keputusan yang benar.

This article is from: