2 minute read

Tentang Investasi dan Rumah Pertama

Next Article
Curhat

Curhat

Setelah menikah, waktu itu kami memaksakan diri untuk menabung demi ingin punya rumah pertama. Kami beli dengan mencicil. Dulu kami berpikir bahwa daripada uang habis untuk bayar kontrakan, ya mending uangnya jadi utang produktif. Dulu kami betul-betul nggak bisa nabung karena boros akibat tuntutan gaya hidup. Kalaupun nabung, pasti kepake begitu uangnya turun, selalu ada celah. Jadi, ketika itu kami putuskan, ya sudah yuk kita nabung dengan bentuk mencicil rumah.

Turned out, it was one of the best decision we’ve ever taken. Jadi bayangkan, waktu itu kami cicil rumah yang harganya Rp180 juta. Lokasinya di Pondok Gede, tepat perbatasan Jakarta dan Bekasi.

Advertisement

Tapi sekarang, nilai rumahnya berapa? Harganya berubah menjadi Rp1.3 miliyar dalam waktu 14 tahun.

Dari sini kami belajar bahwa kalau mau cicil rumah memang sebaiknya sejak semuda mungkin.

Bayangkan gini deh, Rp180 juta, itu kami cicil Rp1,8 juta per bulan. Uang Rp1,8 juta kala itu lebih dari setengah gaji saya. Waktu itu berat banget bayarnya. Setengah gaji coba. Gaji suami ketika itu Rp1,5 juta sebagai instruktur. Gaji saya Rp3,2 juta sebagai executive secretary di perusahaan minyak. Masih okelah, ya sebenarnya Rp3,2 juta sama Rp1,5jt masih masuk 30%. Makanya waktu itu bisa. Tapiiii, beberapa bulan kemudian suami memulai start up dan nggak gajian sembilan bulan, seperti yang sudah saya ceritakan sebelumnya. Otomatis, bayar cicilan cuma dari gaji saya saja. Jadi, setengah lebih dari gaji saya alias 1,8 jutanya buat bayar cicilan rumah!

Terus mana baru punya bayi lagi buat beli susu sama pampers. Ya, ampun. Makannya gimana?

Numpang sama mertua. Jadi, kalau teman-teman melihat kami sekarang mungkin hidupnya enak, ru- mahnya asyik, ada kolam renang, tamannya asri, dan segala macam fasilitas lain, jangan bayangkan kami bisa langsung begini. Kami juga dulu melalui masa-masa sulit juga kok, jadi jangan sedih. Semoga kalian juga nanti bisa. Amin!

Kembali lagi, kami memilih untuk menabung lewat mencicil rumah. Karena bayangkan Rp180 juta ya, artinya kalau saya bisa menyisihkan uang Rp1,8 juta setiap bulan, saya butuh 100 bulan untuk bisa beli rumah seharga 180 juta, ya kan? Seratus bulan dibagi 12 bulan itu butuh waktu 8 tahun. Nah, ka- lau saya mencoba menabung Rp1,8 juta selama 8 tahun, apa yang terjadi? Uangnya terkumpul sih

Rp180 juta, tetapi harga rumahnya bukan Rp180 juta lagi, melainkan sudah keburu jadi 1 miliar!

Alhasil, nggak kebeli deh.

Karena itu, meskipun kami berutang, tetapi utang yang kami punya itu produktif karena nilai asetnya, pertumbuhannya itu jauh lebih tinggi daripada bunga yang kami bayarkan. Plus sekarang kami sudah menikmati hasilnya. Karena rumahnya sudah lunas, kalau kami mau jual juga bisa dengan harga berkali-kali lipat. Rumah itu sekarang kami kontrakkan dengan nilai Rp45 juta setahun. Itu artinya, modal 180 juta itu sudah balik dalam waktu

4 tahun. Dan jangan lupa, kami juga sudah puas tinggal di sana selama 11 tahun. Jadi, rumahnya sudah dipakai dan kami tidak mengeluarkan uang siasia buat kontrakan.

Namun sekali lagi, yang saya paparkan tadi adalah pengalaman dan sudut pandang saya dan suami.

Mungkin kamu punya sudut pandang sendiri untuk bahan pertimbangan masing-masing. Pada akhirnya, yang menentukan keputusannya, ya, kalian sendiri.

Semoga kalian bisa memulai investasi. Pahami kondisi, kenali profil risiko, dan tetapkan tujuannya.

Jangan lupa untuk menikmati prosesnya, jangan terpaku hanya pada tujuannya saja. Semoga berhasil dan tetap semangat!

This article is from: