Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya, sehingga proses penyusunan Majalah DIMENSI edisi Agustus 2024 dapat berjalan lancar di tengah berbagai kesibukan yang harus dijalani. Majalah DIMENSI merupakan produk Divisi Kepenulisan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMA PBSI). Majalah ini diterbitkan satu tahun sekali pada periode kepengurusan tahun 2024.
Pada edisi kali ini, Majalah DIMENSI mengangkat tema “Metamesta: Ciptakan Kreativitas Pendidikan di Era Society 5.0.” Mahasiswa telah dihadapkan dengan era Society 5.0 , sehingga mengharuskan mereka beradaptasi dengan era baru untuk memberdayakan kreativitas yang dimiliki. Artinya, mahasiswa harus membiasakan diri hidup berdampingan dengan teknologi baik dalam lingkungan pendidikan maupun masyarakat luas. Adanya teknologi tersebut tentu menciptakan ruang realitas virtual yang dihasilkan melalui komputer bernama Metamesta. Di dunia Metamesta, mahasiswa dapat berkolaborasi dengan teknologi untuk menciptakan kreativitas dalam dunia pendidikan.
Majalah DIMENSI hadir sebagai sarana komunikasi antaranggota HIMA PBSI dan khalayak umum. Selain itu, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai media baca yang bisa membawa pengaruh baik bagi para pembaca. Akhir kata, seluruh tim redaksi menyampaikan permohonan maaf atas segala kekurangan dalam Majalah DIMENSI ini. Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan Majalah DIMENSI serta kepada para pembaca yang meluangkan waktunya untuk membaca Majalah DIMENSI.
Tim Redaksi
Deskripsi Majalah DIMENSI
Majalah DIMENSI (Dinamika Menuju Kreasi dan Ekspresi) merupakan salah satu produk dari Divisi Kepenulisan HIMA PBSI UNY. Majalah ini berisi berbagai karya dari mahasiswa PBSI. Karya-karya yang dipublikasikan dalam Majalah
DIMENSI adalah hasil dari kreativitas dan dedikasi para mahasiswa yang berusaha menyampaikan ide mereka. Majalah ini juga menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengekspresikan diri dan mengasah kemampuan menulis mereka.
Majalah ini hadir dengan berbagai rubrik yang disusun berdasarkan tema tertentu yang telah dirumuskan melalui proses yang cermat. Dalam setiap edisinya, pembaca dapat menemukan beragam tulisan yang tidak hanya menghibur tetapi juga memberikan wawasan dan perspektif baru.
Filosofi logo Majalah DIMENSI:
Font Piksel:
Font piksel mencerminkan digitalisasi yang merupakan bentuk publikasi Majalah DIMENSI yang berupa majalah digital.
Huruf M-E dan N-S:
Huruf M-E dan N-S yang dibuat senada tetapi dengan posisi yang berbeda merupakan cerminan dari kreativitas yang merupakan konten utama dari majalah yang berisi karya-karya.
Warna Hitam/Putih:
Warna hitam dan putih melambangkan warna yang umum digunakan dalam sebuah karya tulis, baik yang berupa tulisan maupun bentuk digitan (hitam: tulisan/ putih: kertas).
Membentuk Agen Perubahan
dengan Keterampilan Berpikir
Kritis di Era Serba Dinamis
Mahasiswa, sebagai bagian integral dari generasi muda yang terdidik dan terpelajar, memegang peranan penting dalam perkembangan sebuah negara. Di tingkat perguruan tinggi, mereka didorong untuk menjalankan tridharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian (Hafizd, 2022). Dengan menjalankan tridharma ini, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademis, tetapi juga mengembangkan kemampuan untuk meneliti dan berkontribusi langsung kepada masyarakat, yang sangat penting untuk peran mereka sebagai agen perubahan.
Di Indonesia, peran mahasiswa sebagai agen perubahan sangat signifikan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, reformasi politik, dan berbagai gerakan sosial. Misalnya, banyak kegiatan kampanye sosial yang dilakukan oleh mahasiswa seperti kampanye lingkungan hidup melalui media sosial yang saat ini sudah menjadi kebutuhan hidup (Pratiwi, Yunarti, & Komsiah, 2023), kesadaran kesehatan mental (Syahputri, Medy, Mahyani, & Surbakti, 2024), dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kepedulian (Muna, 2022), yang semuanya berkontribusi pada perubahan sosial yang signifikan.
Namun demikian, realitas menunjukkan bahwa meskipun memiliki potensi besar, banyak mahasiswa masih menghadapi tantangan dalam menjembatani kesenjangan antara ilmu teori dan praktik lapangan. Meskipun ada upaya-upaya seperti program bakti sosial, komunikasi langsung dengan masyarakat sering kali masih menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian mahasiswa. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan tinggi untuk terus mengembangkan kurikulum yang memungkinkan mahasiswa tidak hanya berkembang dalam aspek akademik, tetapi juga sosial dan kemampuan beradaptasi dalam konteks masyarakat yang riil.
Berpikir kritis adalah kemampuan penalaran tingkat lanjut di mana seseorang mampu mengevaluasi secara ilmiah dan bijaksana dari berbagai sudut pandang dalam konteks yang beragam. Tujuan utama berpikir kritis adalah untuk membuat keputusan yang efektif (Manurung, Fahrurrozi, Utomo, & Gumelar, 2023).
Mereka bukan hanya menjadi perpanjangan tangan dari ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka kuasai, tetapi juga merupakan penerus bangsa yang siap menghadapi tantangan global yang kompleks. Dalam era dinamika sosial yang semakin cepat, mahasiswa dituntut untuk tidak hanya memahami teori dalam lingkup perkuliahan, tetapi juga untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam kehidupan nyata (Aulia, Asbari, & Renawati, 2024).
Keterlibatan mahasiswa tidak terbatas pada ruang kelas, perpustakaan, atau internet untuk memperdalam studi mereka. Mereka juga diharapkan dapat mengintegrasikan diri dalam masyarakat, menjadi agen perubahan yang mampu menanggapi dan menyelesaikan masalah yang muncul dari perubahan yang terus berlangsung (Istichomaharani, 2016). Peran ini memberikan mereka kesempatan untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapat diterapkan dalam konteks yang relevan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Berpikir kritis melibatkan keterampilan dalam menafsirkan, menilai, dan menganalisis informasi serta argumentasi yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari. Proses berpikir kritis memerlukan evaluasi terus-menerus terhadap keyakinan dan pengetahuan menggunakan bukti-bukti yang tersedia. Ini mencakup interpretasi, analisis, evaluasi, dan penemuan solusi yang tepat (Maulana, Azzahra, Kusuma, Alfaidz, & Fadhila, 2024).
Kemampuan berpikir kritis menjadi semakin penting di era globalisasi, karena tantangan yang dihadapi masyarakat semakin kompleks dan memerlukan solusi inovatif. Bagi mahasiswa Indonesia, kemampuan ini sangat relevan karena mereka diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu menganalisis masalah secara mendalam, mempertanyakan asumsi yang ada, dan mengembangkan solusi berbasis bukti. Dengan keterampilan berpikir kritis yang kuat, mahasiswa dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan sosial dan ekonomi negara, serta memainkan peran kunci dalam mendorong kemajuan dan transformasi di berbagai bidang.
Salah satu manfaat utama berpikir kritis adalah peningkatan fokus dan kemampuan dalam menganalisis masalah. Dengan berpikir kritis, seseorang dapat mengidentifikasi masalah secara jelas dan mengembangkan strategi untuk menyelesaikannya berdasarkan analisis yang mendalam. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur strategi dan taktik berdasarkan deduksi serta
menentukan hasil pertimbangan yang logis. Berpikir kritis juga meningkatkan kemampuan observasi dan pertimbangan seseorang. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk melihat detail yang mungkin terlewatkan oleh orang lain, serta mempertimbangkan berbagai perspektif sebelum mengambil keputusan. Hal ini sangat penting dalam menentukan tindakan yang tepat dalam situasi yang kompleks.
Kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi berdasarkan fakta dan referensi adalah aspek penting dari berpikir kritis. Ini membantu individu untuk memisahkan informasi yang valid dari yang tidak, sehingga keputusan yang diambil lebih akurat dan berdasarkan bukti yang kuat (Aini, Ridianingsih, & Yunitasari, 2022). Latihan berpikir kritis dapat membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan analitis dan pengambilan keputusan yang lebih baik, serta membuat mereka lebih siap menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir kritis tidak hanya meningkatkan kemampuan analitis, tetapi juga memperkuat keterampilan komunikasi. Mahasiswa yang berpikir kritis mampu menyampaikan argumen dengan jelas dan logis, serta lebih terbuka terhadap perspektif lain. Ini meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja sama dan berkolaborasi dalam tim, serta membantu mereka menjadi lebih mandiri dan percaya diri dalam mengeksplorasi berbagai sumber informasi.
Kemampuan berpikir kritis juga berperan penting dalam meningkatkan adaptasi mahasiswa terhadap perubahan dan situasi baru. Dengan kemampuan ini, mahasiswa dapat dengan cepat mengidentifikasi dan
memahami dinamika yang berubah di sekitar mereka, baik dalam konteks teknologi, sosial, maupun lingkungan. Ini membantu mereka dalam mengembangkan pemikiran yang lebih holistik dan menyeluruh terhadap berbagai permasalahan.
Salah satu tantangan utama dalam mengaplikasikan kemampuan berpikir kritis adalah globalisasi dan kemajuan teknologi. Menurut Yumhi (Pertiwi et al. 2024), kemajuan teknologi dapat membuat mahasiswa terlalu bergantung pada teknologi dalam keseharian mereka. Kemajuan di bidang Artificial Intelligence (AI) juga menambah tantangan, karena AI mampu menghasilkan informasi dan melaksanakan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia. Hal ini dapat membuat mahasiswa cenderung mengandalkan solusi instan dan kehilangan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi secara kritis.
AI dapat memengaruhi kemampuan berpikir kritis mahasiswa karena kemampuannya dalam menyediakan informasi dan solusi secara cepat (Fauziyati, 2023).
Ketergantungan pada AI dapat mengurangi kemampuan mahasiswa untuk membedakan informasi yang valid dan yang tidak, serta menurunkan keterampilan analitis mereka. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengimbangi penggunaan teknologi dengan pengembangan keterampilan berpikir kritis yang lebih mendalam.
Untuk menghadapi tantangan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, salah satu strategi yang efektif adalah dengan membuat proses pembelajaran lebih terpusat pada mahasiswa. Ini dapat
dilakukan dengan mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam menyampaikan gagasan, bertukar pikiran, dan menyelesaikan masalah secara mandiri. Pendekatan ini dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mahasiswa dalam belajar, serta membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang lebih baik.
Selain itu, peningkatan akses terhadap sumber daya dan teknologi juga sangat penting. Mahasiswa memerlukan bahan bacaan yang relevan dan mutakhir untuk terus memperkaya pemahaman mereka. Alat-alat yang mendukung analisis dan penelitian juga perlu disediakan untuk membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dengan dukungan yang memadai, mahasiswa dapat lebih mudah mengatasi tantangan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang kuat.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis di kalangan mahasiswa Indonesia sangat penting untuk mendukung peran mereka sebagai agen perubahan. Berpikir kritis memungkinkan mahasiswa mengembangkan keterampilan analitis, evaluatif, dan inovatif yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks secara efektif. Dengan keterampilan ini, mereka dapat berkontribusi signifikan dalam menghadapi tantangan zaman modern, membangun masyarakat yang lebih berkeadilan, beradaptasi dengan perubahan teknologi, dan memperjuangkan nilai-nilai demokrasi. Oleh karena
siap menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan yang ada.
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, beberapa langkah konkret perlu diterapkan. Pertama, kurikulum pendidikan harus dirombak untuk lebih menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, termasuk melalui metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis proyek. Kedua, pelatihan bagi dosen perlu ditingkatkan agar mereka dapat mengajarkan dan memfasilitasi berpikir kritis secara efektif. Ketiga, universitas harus menyediakan akses yang lebih luas terhadap sumber daya akademik yang berkualitas, termasuk jurnal, buku, dan teknologi pendukung. Selain itu, lingkungan akademik yang mendorong diskusi terbuka dan kolaborasi harus dibangun, sehingga mahasiswa merasa nyaman untuk mengemukakan pendapat dan berdebat secara konstruktif. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan mahasiswa Indonesia dapat lebih siap menghadapi tantangan global dan berperan aktif dalam transformasi sosial yang positif.
• Ibnu Syahid Ismail. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas C angkatan 2022.
Saat ini kita memasuki era Society 5.0 yang serba digital, khususnya pada dunia pendidikan yang menghadapi banyak tantangan dan peluang baru. Perlunya transformasi dalam pendidikan untuk menghasilkan generasi penerus yang mampu menghadapi kompleksitas dunia masa depan. Salah satu solusi untuk mencapai transformasi tersebut adalah dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan Artificial Intelegence (AI) ke dalam proses pembelajaran. AI memiliki potensi besar untuk mendukung pendidikan kreatif dan inovatif, yang sangat penting dalam mempersiapkan siswa menghadapi era Society 5.0
Pembelajaran 5.0 berfokus pada pengembangan keterampilan dan karakter siswa, bukan hanya pada transfer pengetahuan, dan di mana pendidikan berpusat pada guru sebagai pemberi informasi, tanpa adanya keterlibatan siswa dalam diskusi. Dengan berfokus pada teknologi seperti Artificial Intelegence (AI) dan Internet of Things (IoT), yang dapat membantu manusia meningkatkan kualitas hidup, bukan menggantikannya.
Penerapan AI dalam pendidikan, memperlihatkan berapa besar potensi teknologi ini untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan, penerapan AI tidak boleh menggantikan peran guru dalam memberikan pendidikan moral dan keteladanan. Saya percaya bahwa teknologi AI dapat menjadi alat bantu yang efektif dalam meningkatkan kreativitas dan inovasi siswa, tetapi perlu diingat bahwa teknologi tidak dapat menggantikan peran manusia dalam pendidikan.
Perubahan zaman menuntut inovasi dalam dunia pendidikan. AI hadir sebagai solusi untuk mempercepat dan mempermudah proses belajar-mengajar. Meski begitu, pemanfaatan AI membutuhkan bimbingan dan kreativitas agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan efektif. AI juga menawarkan banyak manfaat, namun peran guru sebagai fasilitator pembelajaran tetap sangat penting. Guru tidak hanya berperan dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga dalam membimbing siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan moral. Dengan adanya AI, guru dapat lebih fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan sentuhan manusia, seperti memberikan dukungan emosional kepada siswa, membangun hubungan yang positif, dan menginspirasi siswa untuk mencapai potensi terbaiknya.
Penerapan Artificial Intelligence (AI) dapat melibatkan berbagai teknologi seperti mesin pembelajaran (machine learning), Chatbot, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan berbagai teknologi lainnya. Pemanfaatan AI dalam pendidikan menghadirkan berbagai peluang baru untuk meningkatkan mutu pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. AI memfasilitasi pembelajaran yang dipersonalisasi dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa.
Penerapan AI dalam Pendidikan telah mengubah wajah pendidikan dengan menawarkan berbagai solusi inovatif. Berikut adalah beberapa penerapan AI yang signifikan seperti 1) Mentor Virtual: AI dapat memberikan umpan balik yang personal kepada siswa, merekomendasikan materi tambahan, dan bahkan mengidentifikasi kesulitan belajar siswa, 2) Asisten Suara: Fitur seperti Google Assistant memungkinkan siswa mencari informasi, menyelesaikan soal, dan menemukan referensi dengan mudah hanya dengan suara, 3) Konten
Cerdas: AI dapat mengorganisasi dan merekomendasikan konten pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa, mempermudah pencarian informasi, 4) Penerjemah Presentasi: AI dapat menerjemahkan teks secara real-time, memungkinkan siswa mengakses materi pembelajaran. dalam berbagai bahasa, dan masih banyak lagi.
Era Society 5.0 memerlukan transformasi pendidikan yang signifikan, tetapi transformasi ini tidak boleh berarti mengorbankan nilai-nilai tradisional dalam pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan harus berfokus pada pengembangan keterampilan siswa, bukan hanya pada transfer pengetahuan. Siswa perlu diajarkan untuk berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan berkolaborasi dengan orang lain. Teknologi AI dapat membantu dalam proses ini, tetapi tidak boleh menggantikan peran manusia dalam pendidikan.
Era 5.0 mengharuskan kita untuk terus beradaptasi dengan perubahan yang cepat. AI menjadi bagian yang semakin penting dari kehidupan sehari-hari kita, terutama di bidang pendidikan. Dengan memanfaatkan potensi AI dengan cara yang seimbang, kita dapat menciptakan generasi muda yang akhirnya akan menangani kompleksitas di masa depan. Namun, kita juga perlu memahami bahwa teknologi hanyalah alat. Yang paling penting adalah bagaimana kita menggunakan alat ini untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih ambisius, yaitu menciptakan anggota masyarakat yang lebih bertanggung jawab, didorong karakter, dan berkontribusi positif.
• Ghiovita Fatika Putri. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2022.
Menyasar Teknologi Pembelajaran Realitas Maya dan Realitas Tertambah
Merdeka belajar yang telah dicanangkan beberapa tahun lalu menjadi paradigma yang terus digembar-gemborkan. Keleluasaan mengadakan pembelajaran juga menjadi PR serius bagi sekolah terlebih bagi guru. Revolusi digital tidak ketinggalan digaungkan dengan diluncurkannya platform-platform pembelajaran dan mendorong guru berinovasi pada pembelajaran. Evaluasi proses belajar selama pandemi Covid-19 juga menjadi petunjuk operasional menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi digital di kelas.
Perkembangan kecerdasan buatan dan teknologi digital menjadi lebih gencar sebagai metode praktis yang tidak dapat dicapai oleh metode pengajaran konvensional. Terlebih pengalaman pembelajaran jarak jauh di Indonesia turut membuat inovasi dibidang teknologi pendidikan terus dicanangkan. Perkembangan teknologi kecerdasan buatan merevolusi cara pengajaran dan pembelajaran yang lebih efektif. Pandemi global turut mempercepat adopsi pembelajaran yang menunjang pembelajaran jarak jauh. dipungkiri platform pembelajaran digital telah es pembelajaran dewasa ini.
Reality
Reality
peran dengan baru
meningkatkan pada proses cara kerja AR ini?
berbasis VR peserta didik pada pengalaman belajar di lingkungan virtual. Cara situasi.
mendukung dan pemikiran kritis pada pembelajaran. Jika VR menawarkan fleksibilitas belajar dan akses lebih luas ke berbagai sumber belajar, AR menawarkan pendekatan pembelajaran interaktif dengan mengintegrasikan elemen digital ke dunia nyata. Hal tersebut memungkinkan
peserta didik melihat dan berinteraksi dengan objek 3D yang relevan dengan materi pelajaran secara real-time. Tentu dukungan perangkat yang memadai akan membuat pembelajaran berbasis AR di kelas lebih optimal. Keterampilan dan pengetahuan pendidik untuk mendesain pembelajaran VR dan AR diperlukan dan menjadi tantangan pembelajar sepanjang hayat. Laju perbahan teknologi dewasa ini berkembang dalam berbagai arah yang terpengaruh faktor inovasi, kebutuhan pasar, dan regulasi. Keberlanjutan inovasi pada teknologi pendidikan diarahkan untuk membuat pembelajaran inklusif, lebih efektif, dan terakses dengan mudah. Pentingnya kapasitas adaptif terhadap perubahan kondisi dan tuntutan baru yang muncul. Kapasitas adaptif tidak hanya kemampuan mengubah cara kerja atau strategi, tetapi juga kemampuan belajar dengan mengembangkan keterampilan baru.
penalaran menjadi kompetensi penting setiap individu untuk mampu mengintegrasikan teori dan penerapannya secara Bagaimana kita bisa memanfaatkan VR dan AR pada pembelajaran? Teknologi VR dan AR pembelajaran dapat dijangkau melalui , laptop, tablet, atau komputer. Contoh VR dan AR untuk media pembelajaran seperti Google Assistant Education, Youtube, Google Lens, dan aplikasi filter pada sosial lain.
Asisten Google dapat difungsikan untuk mendapatkan jawaban cepat dan mencari informasi tambahan. Google Lens membantu mengenali objek atau teks di nyata dan menghadirkan
Aplikasi filter untuk membuat filter pelajaran. Filter AR dapat menampilkan informasi, kuis interaktif, atau simulasi untuk siswa belajar. Mengolah aplikasi dan fitur yang ditawarkan media sosial yang umumnya digunakan untuk hiburan dapat diadaptasi menjadi alat pendidikan yang efektif.
YouTube juga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pendidikan. Algoritma YouTube menampilkan video relevan berdasarkan riwayat penelusuran dan pola tontonan. Pendidik dapat mengarahkan penelusuran video untuk menemukan materi pembelajaran tambahan bagi peserta didik. Video pembelajaran yang direkomendasikan bisa mencakup penjelasan konsep materi pelajaran, eksperimen, tutorial, dan banyak lagi, yang semuanya dapat diakses kapan saja untuk menunjang belajar. Cara ini memberikan fleksibilitas belajar yang memungkinkan peserta didik belajar dengan kecepatan dan jadwal waktu mereka sendiri.
Pemanfaatan AR, VR, dan AI dalam pendidikan memiliki potensi signifikan pada efektivitas pembelajaran. Teknologi diintegrasikan pada pembelajaran menawarkan solusi praktis dan inovatif untuk tantangan-tantangan yang dihadapi pembelajaran konvensional. Seiring dengan perkembangan teknologi, pemanfaatan platform digital menjadikan pengalaman belajar yang lebih kaya. Namun, ada beberapa pertimbangan untuk pengimplementasian secara berkelanjutan meski teknologi VR dan AR ini menjanjikan.
menggunakan perangkat dapat mengurangi konsentrasi selama pembelajaran. Penggunaan perangkat elektronik bukan tidak mungkin mengakibatkan ketergantungan, sehingga memengaruhi kemampuan peserta didik menyelesaikan tugas tanpa bantuan teknologi digital. Sebagaimana teknologi VR dan AR dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, lantas tidak mengabaikan metode pembelajaran tradisional dan interaksi tatap muka. Kombinasi seimbang antara teknologi dan metode pembelajaran kontekstual menciptakan lingkungan belajar interaktif. Hemat saya, pembelajaran berbasis VR dan AR berpotensi besar memperkaya proses pembelajaran jika diterapkan dengan bijak dan didukung infrastruktur yang memadai. Teknologi harus dilihat sebagai alat pelengkap yang menambah dimensi baru dalam pembelajaran, bukan sebagai pengganti metode lama. Bukankah teknologi diciptakan sebagai alat bantu dan efisiensi pengguna?
• Hanifah Luthfiana. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas B angkatan 2020.
Pemanfaatan VR dan AR mempermudah akses belajar dan pengalaman lingkungan belajar realistis dan praktikal yang tidak mudah diakses dalam kehidupan nyata. Di samping kemudahan tersebut adapun biaya yang mungkin menjadi hambatan pengadaan perangkat–terutama sekolah dengan anggaran terbatas dan tidak semua pendidik menguasai keterampilan teknis sehingga perlu diadakan pelatihan. Apalagi isu kesenjangan pendidikan di Indonesia masih hangat diperbincangkan. Tidak semua memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan barangkali menambah daftar kesenjangan pendidikan.
Kita juga tidak bisa lupa begitu saja pada permasalahan peserta didik pada pengalaman pembelajaran era pandemi Covid-19. Distraksi dan gangguan ketika
Goenawan Soesatyo Mohamad yang biasa dipanggil Goen, merupakan jurnalis dan sastrawan kritis kelahiran 29 Juli 1941 di Karangasem Batang, Pekalongan, Jawa Tengah. Anak bungsu dari delapan bersaudara dan menulis sejak usia 17 tahun. Ayahnya seorang tokoh pergerakan di kotanya, sehingga ayahnya dapat memberi fasilitas bacaan yang memadai. Pernah mempelajari ilmu politik di Belgia dan menjadi Nieman Fellow di Harvard University, Amerika Serikat. Ia seorang pendiri dan mantan pemimpin redaksi Majalah Berita Tempo pada tahun 1971. Tulisannya banyak mengangkat yang sedang hangat diperbincangkan seperti HAM, demokrasi, agama, korupsi, dan lain sebagainya.
Mengikuti pendidikan di Fakultas Psikologi UI (1960-1964), kemudian memperdalam pengetahuan di College d’Europe, Brugge, Belgia (1965-1966), Universitas Oslo, Norwegia (1966), dan Universitas Harvard (1989-1990). Pernah menjadi wartawan Harian Kami (1966-1970), anggota Dewan Kesenian Jakarta (1968-1971), pemimpin redaksi majalah Ekspress (19701971), anggota Badan Sensor Film (1969-1970), redaktur Horizon (1967-1972; 1972-1992 salah seorang anggota Dewan Penasihat majalah ini), pemimpin redaksi majalah Tempo (1971-1994), dan pemimpin redaksi majalah Zaman (1979-1985).
Goenawan pernah mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), asosiasi jurnalis independent pertama Institut Studi menggarap isu menerbitkan serangkaian media dan buku perlawanan terhadap Orde Baru yang mempersatukan seperti seniman, aktivis, cendekiawan. Dari persatuan lahir Teater Utan Kayu, Radio 68H, Galeri Lontar, Kedai Islam Liberal, terJurnalisme Penyiaran, “Komunitas Utan
Majalah tempo kembali terbit setelah Soeharto diturunkan jabatannya pada tahun 1998. Hal tersebut membuat beberapa perubahan jumlah halaman namun tetap mempertahankan isinya. Tempo semakin memperluas usahanya dengan menerbitkan surat kabar bernama Koran Tempo yang kita kenal saat ini. Tiga
puluh tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan di antaranya adalah kumpulan puisi Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis, Asmaradana (1992), Misalkan kita di Sarajevo (1998), dan Sajak-sajak Lengkap 1961-2001 (2001).
Selain membuat kumpulan puisi, Goenawan juga menghimpun esai ke dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980), Catatan Pinggir (1982), Kesustraan dan Kekuasaan (1993), Setelah Revolusi Tidak ada lagi (2001), Kata, waktu (2001), Eksotopi (2002), Tuhan dan Hal-hal yang tak selesai (2007). Catatan Pinggir menjadi sebuah artikel pendek yang paling terkenal dan populer, biasanya dimuat secara mingguan di halaman paling belakang dari Majalah Tempo. Hal ini yang membuat kumpulan esainya juga semakin dikenal oleh kalangan luas karena memuat pandangan kritisnya dari sisi jurnalisnya.
Goenawan banyak menghadiri konferensi baik sebagai pembicara, narasumber maupun peserta. Ia pernah mengikuti konferensi yang diadakan di Gedung Putih pada tahun 2001 dimana Bill Clinton dan Madeleine Albright menjadi tuan rumah. Ia juga mendapatkan penghargaan Professor Teeuw dari Leiden University Belanda (1992), Louis Lyons dari Harvard University (1997), International Editor of the Year Award dari World Press Review (1999), International Press Freedom Award oleh Committee to Protect Journalists (1998), Kusala Sastra Khatulistiwa (2001) untuk kumpulan puisi Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001, bersama wartawan Joesoef Ishak mendapat Wertheim Award (2005), dan Anugrah Sastra Dan Davis
Kini ia masih aktif membagikan pemikiran terbukanya dalam dunia politik, ekonomi, dan kondisi sosial masyarakat. Bahkan pemikirannya tersebut menjadi ladang untuk berdiskusi maupun menyampaikan pendapat dari beberapa pihak terkait. Ia sudah pensiun menulis kolom Catatan Pinggir di majalah Tempo karena sudah lanjut usia dan ingin menikmati masa pensiunnya. Kosistensinya menulis kolom Catatan Pinggir juga sudah terpaut sejak 45 tahun tanpa jeda. Oleh sebab itu, Catatan Pinggir banyak mendapat apresiasi dari banyak orang karena kedisiplinannya dalam membuat tulisan untuk majalah Tempo.
• Esty Destina Rahmadhani. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2023.
Dampak Perkembangan Teknologi
Terhadap Perubahan Kognisi
dalam Pendidikan
Teknologi digunakan manusia dalam kehidupan untuk menunjang kegiatan sehari-hari.
Kecanggihan teknologi mempermudah kegiatan baik dalam hal pembelajaran maupun meringankan pekerjaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Contoh pemanfaatan dari adanya kecanggihan teknologi adalah penggunaan internet untuk memperoleh informasi yang luas dan memperkuat suatu argumen. Hal tersebut merupakan contoh kecil dari adanya kecanggihan teknologi yang berada di lingkungan pendidikan, khususnya berada di perguruan tinggi.
Secara etimologi, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata techne yang berarti seni, kerajinan, atau keterampilan; dan logos yang berarti ilmu atau studi. Teknologi adalah sesuatu yang mengacu pada objek benda yang dipergunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, seperti mesin, perkakas atau perangkat keras (Darimi, 2017:112). Bisa kita artikan juga bahwa teknologi merupakan sesuatu yang mengacu objek yang memiliki manfaat yang dapat mempermudah kegiatan manusia. Teknologi pada saat ini telah memasuki era Society 5.0. Di mana era teknologi mengalami perubahan yang besar dan berdampak bagi kehidupan manusia.
Adanya perubahan dalam penggunaan teknologi tak lepas dari adanya globalisasi. Globalisasi yang terjadi begitu cepat mengakibatkan batas-batas yang ada di dunia hampir tidak terlihat. Manusia dengan mudahnya bisa berkunjung ke negara lain. Informasi tersampaikan dengan cepat dan kita bisa melihat keadaan dunia hanya melalui handphone yang kita miliki. Melalui handphone, kita bisa melihat keindahan dan hal yang terjadi di luar sana. Globalisasi yang begitu cepat mengakibatkan banyak peristiwa menyebar tidak terbatas ruang maupun waktu.
dari negara lain pun dapat dengan bebas untuk melakukan tindakan kriminal. Contoh kasus yang akhir-akhir ini terjadi menimpa masyarakat Indonesia adalah terbobolnya data-data negara. Peristiwa seperti itu yang mengakibatkan masyarakat sangat resah terhadap kehidupannya. Mereka merasa semakin takut untuk melakukan kegiatan-kegiatannya. Pembobolan data yang dilakukan oleh peretas juga berdampak pada mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi atau dikenal dengan beasiswa KIP-K. Terkhusus angkatan 2024, pemerintah mengungkapkan bahwa mereka tidak memiliki data cadangan pada mahasiswa baru. Kehilangan data bukanlah masalah kecil, hal ini sangat meresahkan bagi mahasiswa. Di mana para pendaftar dan penerima KIP-K ini sangat berharap maupun bergantung terhadap beasiswa tersebut untuk menunjang perkuliahan mereka. Pemerintah saat ini sedang melakukan perbaikan data dan pemulihan dengan selambat-lambatnya pada tanggal 29 Juli 2024. Adanya berita tentang pemulihan data tersebut sedikit melegakan bagi para mahasiswa, baik yang mendaftar maupun yang telah terdaftar pada beasiswa KIP-K.
Perlu kita ketahui bahwa dengan adanya kecanggihan teknologi saat ini tidak hanya sisi positifnya saja yang perlu disorot. Sisi negatif dari adanya kecanggihan teknologi juga perlu kita sorot. Tujuannya adalah menghindari, mawas diri, dan mencegah dari adanya hal-hal yang tentunya sangat tidak kita inginkan seperti halnya masalah yang telah terjadi. Teknologi memang sangat mempermudah manusia dalam kegiatan sehari-hari. Akan tetapi, penggunaannya pun perlu kita atur dengan baik dan benar, sehingga kita tetap mendapatkan manfaat dan berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Adanya kecanggihan teknologi juga tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat. Adanya kasus-kasus kriminal merupakan dampak yang diakibatkan dari adanya kecanggihan teknologi. Kemudahan dalam penggunaan teknologi juga tidak lepas kejahatan yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Pelaku kriminal tidak hanya dari dalam negeri, tetapi masyarakat
Sebagai manusia yang terdidik, terkhusus mahasiswa, kita seharusnya tahu apa yang harus dilakukan dengan baik jika dihadapkan dengan percepatan arus globalisasi tersebut. Sebagai mahasiswa yang bijak, memanfaatkan teknologi dengan baik bukan lagi kewajiban yang dilakukan dengan rasa keterpaksaan, tetapi hal tersebut seharusnya dilakukan dengan rasa sadar diri yang tinggi. Hal itu dilakukan karena mahasiswa merupakan salah satu cerminan bagi masyarakat ke depannya dan menjadi penerus bangsa. Jika mahasiswa melakukan tindakan yang baik dan bermanfaat bagi orang lain, negara pun akan terkondisikan dengan baik untuk ke depannya.
• Dwi Nur Afiani. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas B angkatan 2023.
Berubah atau Kalah
Pembahasan mengenai AI atau kecerdasan buatan beberapa tahun ini menjadi topik utama tentang bagaimana hal ini berdampak pada dunia. Salah satu bidang yang terpengaruh secara ugal-ugalan adalah dunia pendidikan. Masuknya kecerdasan buatan ke dunia pendidikan telah menimbulkan revolusi besar di dalamnya. Integrasi AI dalam dunia pendidikan memicu transformasi yang signifikan, membawa angin segar sekaligus tantangan baru. Seperti halnya sebuah pisau dapur yang dapat digunakan untuk memotong sayuran, di sisi lain juga bisa melukai tangan sendiri saat digunakan dengan tidak tepat. Dalam dapur pendidikan, peranan mahasiswa sebagai juru masak utama harus memiliki kebijaksanaan dan kemampuan yang baik agar hal tersebut tidak melukai dirinya sendiri.
Apakah kita sebaiknya menolak AI?
Sudah bukan rahasia lagi ketika kalian menggunakan ChatGPT atau Google Gemini untuk mengerjakan tugas-tugas di perkuliahan. Tidak sedikit mahasiswa yang bahkan hanya menyalin mentah-mentah jawaban dari progam tersebut, dan bukan dari hasil pemikirannya. Dengan demikian, maka yang mendapat gelar sarjana bukan mahasiswa itu sendiri melainkan ChatGPT-nya, ChatGPT. S. Pd. kira-kira begitu. Jika hal tersebut dibiarkan, kreativitas mahasiswa semakin lama akan punah. Kemudahan yang diberikan kedua program tersebut dapat menjadikan mahasiswa manja. Hal tersebut merupakan salah satu contoh dampak negatif dari penggunaan kecerdasan buatan. Di sisi sebaliknya, apakah kecerdasan buatan ini hanya memiliki dampak negatif? Bagaimana jika kecerdasan buatan ini digunakan dengan bijak?
Menolak AI berarti juga menolak kemajuan. Zaman selalu berubah dari tahun ke tahun. Kita dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat ini. Sekarang, orang-orang yang tidak bisa berubah akan dengan sendirinya kalah. Banyak hal positif yang diberikan oleh AI. Melalui sistem pembelajaran adaptif, AI mampu menyesuaikan materi dan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan individu setiap mahasiswa. Selain itu, AI juga memfasilitasi pembelajaran mandiri dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang terpersonalisasi. Dengan adanya asisten virtual berbasis AI, mahasiswa dapat memperoleh bantuan belajar kapan saja dan di mana saja. Hal-hal tersebut tentunya bisa didapatkan ketika kita bisa memanfaatkannya dengan baik, bukan malah dimanfaatkan.
Bagaimana sikap kita terhadap AI?
Mau bagaimanapun, kecerdasan buatan ini merupakan produk dari perkembangan peradaban. Jika slogan yang digaungkan adalah “Pendidikan Investasi Peradaban” maka investasi pendidikan yang harus dilakukan adalah dengan memanfaatkan produknya, kecerdasan buatan. Benar, manusia tidak akan pernah bisa lari dari kemajuan teknologi. Maka kemampuan yang paling berharga adalah kemampuan adaptasi. Bukan hanya mahasiswa saja yang dituntut untuk maju, tetapi juga seluruh elemen yang terkait di universitas. Selain itu, setiap zaman memiliki generasinya masing-masing. Ketika zaman sudah berubah, pemain lama yang mengisi peran sebelumnya harus mau mengalah ketika mereka memang tidak bisa beradaptasi. Permasalahan modern membutuhkan solusi modern. Solusi tersebut hanya bisa ditemukan oleh generasi yang mengalami perubahan-perubahan yang menimbulkan gejolak berbagai permasalahan. Generasi sebelumnya meneruskan harapan kepada generasi selanjutnya untuk menggapai cita-cita yang semua orang impikan. Dalam cepatnya perubahan yang terjadi ini pilihannya hanya dua, berubah atau kalah.
Kesimpulan
Mengabaikan AI berarti menolak kemajuan, dengan penggunaannya yang bijak dapat memberikan manfaat besar. Namun, penggunaan AI yang tidak bijak dapat menghambat kreativitas mahasiswa. Ketergantungan yang berlebihan pada AI untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik tanpa pemahaman yang mendalam dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah mahasiswa. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk menggunakan AI sebagai alat bantu yang mendukung proses belajar mereka, bukan sebagai pengganti pemikiran dan usaha mereka sendiri. Sikap yang tepat adalah menerima AI sebagai bagian dari perkembangan peradaban dan beradaptasi dengannya. Ini berarti tidak hanya menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pendidikan, tetapi juga mengembangkan kebijaksanaan dan keterampilan untuk memanfaatkannya secara maksimal. Seperti halnya dalam pembuatan tulisan ini, beberapa ide menggunakan bantuan AI. Terakhir, dalam menghadapi cepatnya perubahan zaman, kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi baru seperti AI menjadi sangat berharga.
• Robith Faiqul Himam. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas D angkatan 2022.
Mengukir Prestasi di Tiga Bidang: Inspirasi menjadi Mahasiswa Aktif dan Berprestasi
Tundra Alif Juliant merupakan mahasiswa
aktif program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta (PBSI UNY) angkatan 2022 yang berhasil meraih banyak prestasi dalam bidang digitalisasi, dan olahraga. Tundra memiliki kisah menarik
selama perjalanannya dalam meraih kejuaraan di berbagai bidang yang Tundra tekuni. Pada kesempatan kali ini, mewawancarai Tundra membagikan pengalaman dan tips-tips untuk menjadi motivasi bagi mahasiswa agar lebih semangat dalam mengejar prestasi.
Menjadi mahasiswa aktif dan berprestasi itu penting. Menurut Tundra, akan ada banyak manfaat yang diperoleh saat seorang individu dikenal menjadi mahasiswa aktif dan berprestasi, yaitu: memperkuat personal branding, pencantuman prestasi untuk melamar pekerjaan, dan nilai tambah saat mendaftar universitas tingkat selanjutnya.
Dikenal sebagai seorang mahasiswa aktif dan berprestasi tentu akan mendapatkan pandangan positif sekaligus menjadi contoh bagi orang lain. Di sisi lain, dapat membuka peluang tidak terduga atau kesempatan baik yang muncul. Salah satu contohnya manfaat kuatnya personal branding adalah mendapatkan rekomendasi untuk mewakili kelas dalam cabang lomba tertentu. Selanjutnya, pencantuman prestasi mahasiswa saat melamar pekerjaan. Menurut Tundra, HRD dapat mengecek history (jejak digital) pelamar mengenai kegiatan ataupun keaktifan calon melalui laman. Terakhir, nilai tambah saat mendaftar universitas di tingkat selanjutnya. Adanya pengalaman-pengalaman tersebut akan mempermudah saat seorang individu akan mendaftar ke jenjang S2 atau S3 (Jalur prestasi, pencantuman IPK, sertifikasi, dan lain sebagainya).
Adapun perlombaan yang baru-baru ini berhasil diraih adalah Juara 3 Kejuaraan Nasional Taekwondo Presisi II Senior Under-68 kg, Medali Emas Olimpiade Sains Pelajar Tingkat Nasional (OSPAN) 2024. Juara 1
Lomba Fotografi Nasional (UMUM) Sang Guru Event Competition Tangerang, Juara 1 Lomba Membaca Puisi Tingkat Nasional (UMUM) Sang Guru Event Competition Tangerang. Medali Perunggu Indonesian Youth Science Competition Tingkat Nasional, dan masih banyak lagi kejuaraan lain.
Semasa SMP dan SMA, Tundra kurang aktif dalam kegiatan berorganisasi ataupun mencari prestasi dibidang nonakademik. Hal itu dikarenakan Tundra masih berfokus pada bidang akademik saja. Tundra masuk dalam kelas unggulan semasa SMP dan berhasil menempuh SMA dalam waktu dua tahun. SMA yang Tundra tempuh memiliki sistem SKS, sistem SKS adalah progam yang diberikan dengan memangkas semester dari enam bulan per semester menjadi empat bulan per semester. Kebetulan, progam tersebut diikuti satu angkatan dan hanya sekian saja yang lolos, salah satunya adalah Tundra. Meskipun demikian, sewaktu SMA Tundra aktif mengikuti latihan di Sasana Kickboxing, ekstrakurikuler taekwondo, juga mendapatkan rekomendasi untuk mengikuti cabang lomba baca puisi, menulis puisi, dan beberapa kali mengikuti pertandingan.
Kejuaraan yang berhasil diraih semasa SMA adalah Juara 1 Fotografi tingkat SMA Nasional dalam kompetisi online, Juara 2 unjuk bakat tingkat SMA Nasional dalam kompetisi online, Juara 3 Musikalisasi Puisi tingkat sekolah, Juara terfavorit 1 menulis puisi dalam buku Antologi Puisi Paradigma Penyair Aksara, dan kejuaraankejuaraan lainnya.
Motivasi Tundra muncul saat transisi dari SMA menuju dunia perkuliahan, Tundra menyadari bahwa mengejar prestasi itu penting tidak hanya mengejar akademik saja, tapi keseimbangan akademik, nonakademik, keterampilan, dan berorganisasi itu sama pentingnya. Tundra lantas mencoba lebih masa transisi tersebut untuk mengikuti lombayang lebih bersifat online Tundra mengatakan kegiatan tersebut lumayan untuk menambah pengalaman, prestasi dan mengisi waktu.
Tundra membagikan tips menjadi mahasiswa aktif dan berprestasi, yaitu: kenali diri, memaksimalkan potensi, dan konsisten dalam menjalani (suatu bidang). Dalam proses mengenali diri atau mengenali potensi diri, seorang individu mempertanyakan jati diri dan kemampuan, tentang apa yang mereka bisa, tentang apa yang mereka suka. Tundra mencoba mengenali diri, di mana minat, bakat, dan fokus pada beberapa bidang.
Tundra fokus dalam tiga bidang, pertama adalah sastra, sering mengikuti lomba cerpen, puisi baik secara daring maupun luring. Kedua adalah digitalisasi, Tundra memaksimalkan lomba dalam bidang ini, seperti: fotografi/ videografi, poster, desain, dan shot movie Ketiga adalah olahraga, Tundra menekuni dua cabang olahraga yang sudah dimulai sejak SMA, yaitu: taekwondo dan boxing Kedua cabang tersebut baru dimulai sejak SMA dan baru mengolah, saat ini Tundra juga baru berproses. Waktu SMA, Tundra juga sudah mencoba pertandingan dalam cabang tersebut tapi belum berhasil memenangi kejuaraan. Akan tetapi, pada akhirnya berkat konsistensi dan fokus, mencoba lomba lagi, latihan berulang kali dibarengi dengan kuliah yang rajin, sampai pada akhirnya berhasil meraih kejuaraan. Apabila masih ada waktu dan memungkinkan bisa juga dibarengi dengan kegiatan berorganisasi. Tundra lebih sering mengikuti perlombaan bidang sastra dan videografi (digital). Tundra menekankan (lebih intensif) dalam bidang itu, sebab ketika kalah dalam pertandingan dapat membuktikan diri di bidang yang lain. Untuk membuat planning ke depan, memang
memerlukan beberapa titik fokus tertentu. Tundra mengatakan seorang individu dapat menentukan hal-hal yang menjadi fokus utama dalam kurun waktu tertentu (contohnya planning untuk setiap semester). Cara membagi waktu, seorang individu dapat memprioritaskan apa yang paling utama dan tujuan utama. Tundra juga mengingatkan untuk tidak lupa selalu berdoa.
Relasi yang didapat selama perjalanan meraih prestasi adalah Tundra bertemu dengan banyak teman-teman yang mengasyikkan, menyatu, membaur, suportif, memiliki tujuan dan motivasi yang sama di ekstrakurikuler. Baik di dalam atau di luar kampus, Tundra bertemu dengan banyak orang yang cukup beragam dan tentu juga mengasyikkan.
Dari perjalanannya, Tundra juga bertemu dengan orang-orang hebat, coach-coach yang sudah melintang sampai Thailand dan Filipina, bahkan bertemu master karate.
• Herliana. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2023.
Peran AI dalam Transformasi Pembelajaran di Era Society 5.0
Era society 5.0, era yang diwarnai dengan integrasi teknologi canggih seperti AI, IoT, Big Data, dan robotika, telah mengantarkan berbagai transformasi signifikan di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Kemunculan era ini membuka gerbang peluang untuk menciptakan sistem pembelajaran yang lebih personal, adaptif, dan inklusif, sehingga mampu menjawab kebutuhan dan tantangan pendidikan di masa depan. AI, sebagai salah satu pilar utama teknologi di era ini, menawarkan berbagai solusi inovatif yang dapat merevolusi cara kita mengajar dan belajar.
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/ AI) mengacu pada kemampuan mesin untuk meniru kecerdasan manusia dalam mempelajari, berpikir, dan mengambil keputusan. Ini melibatkan penggunaan algoritma dan teknik komputasi yang kompleks untuk mengolah data, mengenali pola, dan membuat prediksi atau tindakan yang cerdas (Yustiasari, 2023). Dengan kemampuan AI untuk menganalisis data dalam jumlah besar, kita dapat memahami preferensi dan kebutuhan belajar setiap siswa secara mendalam, memungkinkan pendekatan pembelajaran yang lebih personal dan sesuai dengan kecepatan masing-masing individu. AI juga memfasilitasi evaluasi yang lebih objektif dan akurat melalui penggunaan algoritma canggih yang mengurangi bias dan kesalahan manusia dalam penilaian. Selain itu, AI dapat menyediakan umpan balik real-time kepada siswa, membantu mereka memperbaiki kesalahan dengan segera dan memperkuat pemahaman mereka tentang materi pelajaran.
Menuju Pembelajaran yang Lebih Personal
Pemanfaatan AI dalam pendidikan memungkinkan penyusunan pembelajaran yang dipersonalisasi, dengan menyesuaikannya pada kebutuhan dan kemampuan unik setiap individu siswa. Hal ini dimungkinkan melalui sistem AI yang mampu menganalisis data kinerja dan
preferensi belajar siswa. Berdasarkan data tersebut, sistem AI dapat memberikan materi pembelajaran yang tepat dan menyesuaikan kecepatan pengajaran, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan optimal sesuai dengan ritmenya masing-masing.
Melalui analisis data, AI dapat mengidentifikasi preferensi dan kebutuhan belajar masing-masing mahasiswa secara individual. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang gaya belajar dan tingkat pemahaman masing-masing mahasiswa, sistem AI dapat memberikan rekomendasi dan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka (Firdaus, dkk, 2024).
Pemanfaatan Data dan Umpan Balik Nyata AI tidak hanya mampu mempersonalisasi pembelajaran, tetapi juga menyediakan analisis data dan umpan balik secara real-time, baik bagi guru maupun siswa. Data-data ini dapat membantu guru dalam memahami area mana dalam pembelajaran yang perlu diperkuat dan area mana yang telah dikuasai dengan baik oleh siswa. Hal ini memungkinkan guru untuk memberikan arahan dan bimbingan yang lebih terfokus dan tepat sasaran kepada setiap siswa.
Di sisi lain, siswa juga mendapatkan manfaat dari umpan balik real-time yang diberikan oleh sistem AI. Umpan balik ini dapat berupa hasil pengerjaan tugas, kuis, atau penilaian lainnya. Dengan mengetahui hasil belajar secara langsung, siswa dapat segera memahami kekuatan dan kelemahan mereka, sehingga mereka dapat melakukan perbaikan dengan lebih cepat dan efektif. Teknologi Artificial Intelligences (AI) memiliki kemampuan memberikan penjelasan yang tepat dan saran perbaikan yang direkomendasikan, serta materi terkait dan tugas tambahan yang telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik setelah dilakukan analisis kebutuhan untuk peningkatan efektivitas pembelajaran (Kisno, dkk, 2023).
Pengembangan Kurikulum yang Efisien
AI juga berperan penting dalam pengembangan kurikulum yang lebih responsif dan efisien. Algoritma AI mampu menganalisis tren pendidikan terkini, umpan balik dari siswa dan guru, serta data lainnya untuk mengidentifikasi area dalam kurikulum yang perlu diperbaiki dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Hal ini memungkinkan penyusunan kurikulum yang lebih relevan dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat.
Penerapan AI dalam penilaian kinerja siswa juga membawa dampak positif dalam meningkatkan objektivitas dan akurasi penilaian. Algoritma AI dapat meminimalisir bias dan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang kemampuan siswa yang sebenarnya, sehingga hasil penilaian dapat menjadi dasar yang lebih tepat untuk menentukan langkah selanjutnya dalam proses belajar mengajar. Penerapan AI juga dapat merangsang perkembangan keterampilan kognitif seperti pemecahan masalah, kreativitas, dan pemikiran analitis, memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih holistik (Jayawardana & Sugiarto, 2023).
Komitmen dan Kolaborasi dalam Pendidikan Meskipun menawarkan berbagai solusi inovatif untuk meningkatkan kualitas pendidikan, transformasi dengan dukungan AI ini juga menghadirkan beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah kesiapan infrastruktur dan sumber daya manusia untuk mengimplementasikan teknologi AI di sekolah-sekolah. Diperlukan kolaborasi yang kuat antara pendidik, pembuat kebijakan, masyarakat untuk mengatasi tantangan ini, dan memastikan bahwa manfaat era Society 5.0 dapat dirasakan oleh semua pihak.
Teknologi AI telah menjadi terobosan dalam pendidikan karena dapat membantu siswa belajar lebih mudah dan menjadi lebih mandiri. Ini tidak harus menggantungkan peran guru yang terlalu dominan, tetapi memungkinkan guru untuk bergerak ke tingkat yang memberikan pencerahan dengan kata kunci penting. Yang lebih penting lagi, guru harus kembali ke esensi mengajar, yaitu pendidikan moral (Putri Supriadi, dkk, 2022).
• Fea Tegar Nanda Lukmawan Putra. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas C angkatan 2023.
Pendidikan di Era Society 5.0 Membangun Ekosistem Kreatif, Inovatif, dan Mampu Bersaing
Era Society 5.0 merupakan fase perkembangan masyarakat yang mengintegrasikan dunia fisik dan digital secara lebih dalam. Era Society ini keberlanjutan dari era Revolusi Industri 4.0 yang mengacu pada penggunaan teknologi digital dan otomatisasi. ini diinisiasi oleh Jepang sebagai langkah lanjut dari Revolusi Industri 4.0, yang menekankan pada teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Things (IoT), dan Big Data untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Singkatnya era Society 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam kehidupan dengan cara yang lebih manusiawi dan berkelanjutan. Dalam konteks pendidikan, era ini membawa tantangan sekaligus peluang besar untuk menciptakan kreativitas yang lebih tinggi dalam proses belajar mengajar. Penggunaan teknologi merupakan inti dari 5.0. Integrasi teknologi dalam pembelajaran dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan menarik. Misalnya, penggunaan Virtual Reality Augmented Reality (AR) dapat membantu siswa konsep yang sulit dengan cara visual dan praktis. Selain itu, media pembelajaran daring atau online memungkinkan akses ke sumber daya pendidikan dari berbagai dunia, memungkinkan siswa belajar dari berbagai perspektif dan metode yang berbeda. Bagi tenaga pendidik aspek ini juga memiliki andil yang besar, pendidik tidak hanya terpaku pada satu sumber belajar saja akan mereka juga akan mengkolaborasikan bahan pelajaran dari berbagai sumber melalui media daring sehingga yang diberikan kepada siswa lebih bervariatif dan lebih update.
Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PBL) adalah pendekatan yang efektif untuk mengembangkan kreativitas siswa. Dalam PBL, siswa bekerja dalam tim untuk menyelesaikan proyek nyata yang relevan dengan kehidupan mereka. Proses ini tidak hanya mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga keterampilan berpikir kritis, kolaborasi, dan manajemen waktu. Era Society 5.0 dengan segala teknologinya memungkinkan proyek-proyek ini menjadi lebih kompleks dan menantang, memicu kreativitas siswa untuk menemukan solusi inovatif.
Teknologi AI dan Big Data memungkinkan personalisasi pendidikan yang lebih baik. Melalui
data, pendidik dapat memahami kebutuhan, minat, dan gaya belajar masing-masing siswa secara lebih mendalam. Maka dengan itu, tenaga pendidik dapat merancang kurikulum dan metode pengajaran yang disesuaikan dengan individu, melalui metode ini capaian pembelajaran pengajar capai akan lebih tinggi presentase ketercapaiannya. Personalisasi ini tidak hanya meningkatkan pembelajaran, tetapi juga mendorong siswa mengeksplorasi minat mereka lebih dalam, sehingga kreativitas mereka dapat berkembang dengan optimal. Society 5.0 memfasilitasi kolaborasi global melalui teknologi komunikasi yang canggih. Siswa dapat bekerja sama dengan teman sebayanya dari berbagai negara dalam proyek-proyek bersama, bertukar ide, dan mempelajari budaya yang berbeda. Kolaborasi semacam ini mampu memperluas wawasan siswa dan mendorong mereka untuk berpikir di luar batas-batas tradisional. Hal ini sangat penting dalam mengembangkan kreativitas yang berbasis pada keberagaman ide dan perspektif.
Selain keterampilan teknis, Society 5.0 menekankan pentingnya keterampilan abad 21, seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi. Pendidikan harus dirancang untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan ini. Misalnya, melalui diskusi terbuka, debat, dan kegiatan kreatif lainnya, siswa dapat dilatih untuk berpikir secara kritis dan kreatif. Penggunaan teknologi juga bisa dioptimalkan untuk mengasah keterampilan komunikasi dan kolaborasi melalui platform-platform digital. Lingkungan belajar yang mendukung adalah faktor kunci dalam mendorong kreativitas. Ruang kelas harus dirancang agar fleksibel dan dapat disesuaikan dengan berbagai kegiatan pembelajaran serta minat dan potensi peserta didik. Penggunaan teknologi harus dipadukan dengan metode pembelajaran yang inovatif. Selain itu, penting juga untuk menciptakan budaya sekolah yang menghargai dan mendukung kreativitas. Pendidik harus didorong mencoba pendekatan baru dan siswa harus diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi ide-ide mereka.
Menciptakan kreativitas pendidikan di era Society 5.0 memerlukan integrasi teknologi yang cerdas, pendekatan pembelajaran yang inovatif, dan lingkungan yang mendukung. Dengan memanfaatkan potensi teknologi dan pendekatan baru, kita dapat membentuk generasi masa depan yang tidak hanya berpengetahuan luas tetapi juga kreatif dan Society 5.0 memberikan peluang besar bagi dunia pendidikan untuk bertransformasi dan menghadirkan pengalaman belajar yang lebih kaya dan bermakna.
Endah Permatasari. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas C angkatan 2022.
Identitas Buku
Judul Buku : Novel Pangeran Diponegoro:
Menggagas Ratu Adil
Penulis Buku : Remy Sylado
Penerbit : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Tahun Terbit : Cetakan pertama 2007
Jumlah Halaman : 340 Halaman
Sinopsis Novel
Cerita dimulai dari Ratnaningsih sebagai wartawan surat kabar Republik. Ia berkeinginan untuk menuntaskan rasa penasarannya memperoleh informasi langsung dari orang-orang sebagai bahan liputannya yang dimuat dalam rangkaian repotase di surat kabarnya tentang masyarakat Jaton di hemparan
Plateau tanah Minahasa yang konon disebut-sebut sebagai ma-syarakat keturunan Pangeran Diponegoro. Selanjutnya, Ratnaningsih bertemu dengan seorang lelaki tua berumur 90 tahunan yang membawa tongkat dan tasbih. Teryata lelaki tua tersebut merupakan turunan asli Menadurahman. Lelaki tua itu menceritakan tentang rahasia tiga serangkai yaitu Kyai Mojo, Sentot Prawirodirjo, dan Kanjeng Pangeran Diponegoro yang bagi warga masyarakat sebagai Sultan Abdul Hamid Herucukro Amirul Mukminin Sayidin Panotogomo Khalifatullah Tanah Jawi. Semua-nya wafat pada tahun 1855 yaitu Kyai Mojo wafat pada 21 Desember 1855 di Tondano, Sentot Prawirodirjo wafat pada 17 April 1855 di Bengkulu, dan Kanjeng Pangeran Diponegoro wafat pada 8 Januari 1855 di Makassar.
Ontowiryo: onto berarti ‘yang terakhir’, ‘yang pengunjung’, ‘yang pamungkas’: dan wiryo berarti ‘keberanian’, ‘keberkuasaan’, ‘kesaktian’, ‘keluhuran jiwa’ merupakan nama kecil Pangeran Diponegoro.
Sejak kecil Ontowiryo diasuh oleh neneknya yaitu Ratu Ageng istri Sultan Hamengku Buwono I. Ayah Pangeran Diponegoro bernama Gusti Raden Mas Suroyo sebagai Sultan Hamengku Buwono III, ibunya bernama Raden Ajeng Mangkarawati, pamannya bernama Pangeran Bei atau Pangeran Ngabehi Joyokusumo, sedangkan kakeknya Sultan Hamengku Buwono II. Di usia sepuluh tahun Ontowiryo dituntun untuk memahami Qur’an, menguasai bacaan-bacaan kebudayaan Jawa, primbon, dan suluk, serta kitab-kitab kawruh sekaligus dilatih untuk mahir melempar lembing, menggagar keris, dan berpacu kuda. Buku kesukaan Ontowiryo: At Tuhfah karya Syekh Ibn Hajar, dan Nasihatul Muluk karya Iman Gazali. Saat usia 17 tahun Ontowiryo gemar menunggangi kuda. Ontowiryo menganggap Belanda sebagai setan karena Ontowiryo saat duduk memegang kail di pinggir sungai ia kaget melihat Belanda tiba-tiba nongol di hadapannya, melotot kepadanya de-ngan mata birunya, maka Ontowiryo mencolot dan berlari terbirit-birit.
Pada usia enam tahun Ontowiryo belajar di lembaga pendidikan di Perdikan Mlangi yang didirikan oleh kakak Sultan Hamengku Buwono I karena kesedarahan dengan pendirinya Kyai Nuriman. Pada pekan pertama Ontowiryo belajar di Perdikan Mlangi belajar tentang huruf Jawa dan Arab. Ontowiryo sangat menonjol kecerdasannya pada pengetahuan. Namun, ada juga anak yang bernama Wironegoro keturunan Untung Surapati. Persaingan Wironegoro dengan Ontowiryo sebetulnya dipanas-panasi dengan sa-ling mengejek oleh teman-temannya masing-masing. Ketika dewasa keduanya menjadi musuh, karena Wironegoro menjadi mayor dalam kesultanan yang berada di kubu Belanda dan Ontowiryo menjadi Pangeran Diponegoro yang memimpin pemberontakan terhadap Belanda.
Patih Danurejo II merupakan menantu Sultah Hamengku Buwono II, ia menemui Jan Willem van Rijnst yang merupakan seorang oportunis bedegong yang berasal dari Belanda tenggara, lahir di Heerlen daerah Limburg penduduk. Namun, demi mencari muka pada kekuasaan Hindia Belanda ia bermuka topeng kepada Letnan Gubernur Jendral Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles. Patih Danurejo mengatakan kepada Jan Willem van Rijsnt bahwa Sri Sultan sedang membangun kekuatan dalam pikiran rakyat bukan hanya bedil namun dengan kebudayaan yaitu kesenian khususnya wayang dan tembang macapat. Patih Danurejo II ingin menggerogot kekuasaan Sri Sultan. Padahal Danurejo II selama ini melakukan penyebaran gunjingan, desas-desus, dan hal buruk tentang Sri Sultan
sehingga keadaan pemerintah menurut anggapannya menjadi timpang.
Sri Sultan Hamengku Buwono II memerintah Raden Mas Suroyo untuk melakukan eksekusi hukuman mati terhadap Patih Danurejo II pelaksanaan akan dilakukan di tempat terbuka di alun-alun sehingga dapat disaksikan oleh masyarakat. Namun, bukan tangan Gusti Raden Mas Suroyo yang awalnya ditugasi sang ayah untuk membunuh Danurejo II melainkan seorang algojo. Algojo yang dimaksud adalah lelaki kekar berbusana hitam dengan wajah tertutup kain hitam. Kraton mengadakan pertemuan untuk membahas kesiapan Raden Mas Suroyo untuk menjadi Sultan Raja. Sultan Hamengku Buwono I, akrabnya Sultan Swargi. Sultan Hamengku Buwono II, akrabnya Sultan Sepuh. Sultan Hamengku Buwono III, akrabnya Sultan Raja. Pertemuan dilakukan di dalam kraton bangunan Kedung Jene. Pertemuannya dihadiri oleh semua pembantu Raden Mas Suroyo, Raden Ayu Ngabdani, Pangeran Notopuro, Raden Ayu Jayadiningrat. Namun ada yang tidak hadir dalam pertemuan itu yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Bei mereka lebih memilih untuk mejadi pengikut Pangeran Diponegoro.
Notokusumo sudah lama tidak cocok dengan sultan, kini ia meninggalkan kesultanan dan membuat bangunan sendiri dengan nama Puri Paku Alam, ia juga mengangkat dirinya sebagai adipati bergelar K.G.P.A Paku Alam I. Dalam perpecahan Sultan Hamengku Buwono II dengan Paku Alam terjadi karena Belanda memanasi kedua belah pihak. Van Rijnst bergunjing tentang kejelekan Sultan Hamengku Buwono II kepada Notokusumo dan begitu pula sebaliknya.
Pertemuan Van Rijnst dengan Adipati Anom berlangsung diam-diam pada malam hari di Plengkung Gading atau Nirbaya. Van Rijnst sangat yakin bahwa ia dapat mengahasut, mengadu domba Raden Mas Suroyo. Sasarannya jatuh ke nama Adipati Anom sebab dalam pikiran Raden Mas Suroyo memiliki ambisi yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai putra mahkota. Daendles datang ke kraton dengan membawa 2300 orang anggota serdadu dengan senjatannya yang berada di luar kraton. Saat memasuki kraton Daendles bercakap-cakap dengan Sultan Hamengku Buwono II, Sultan memperkenalkan barang-barang pusaka kraton yang terdiri dari wayang, tombak, keris. Namun Daendles sangat ketus lalu ia memberi isyarat kepada Don Lopez untuk mendentumkan 5 peluru meriam. Panas hati Ontowiryo melihat kesombongan dan kesemenaan Daendles. Sultan Hamengku Buwono III ragu-ragu dalam
membela rakyatnya yang sudah terhimpit miskin dan sengsara. Sebab naik tahtanya direka oleh penjajah. Sehingga peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah kolonial yang menyiksa rakyat dan tidak dilawan oleh sultan. Sehingga rakyat mengeluh soal keadaan sekarang. Hal tersebut bebarengan dengan Daendles dipanggil pulang ke Eropa untuk ditempatkan oleh Napoleon Bonaparte ke Polandia. Kini penggantinya adalah Gubernur Jendral Jan Willem Janssens. Dari peristiwa tersebut dapat dibaca kesan bahwa kekuatan Belanda-Prancis di Nusantara sudah rawan. Saat Daendles menggusur Sultan Hamengku Buwono II dan digantikan oleh Sultan Hamengku Buwono III itu adalah bukti tidak sukannya Belanda, namun sekarang tiba-tiba Sultan Hamengku Buwono II menggeser kembali Sultan Hamengku Buwono III. Ditariknya Daendles dari Hindia bekaitan dengan dipecatnya raja Belanda Louis Napoleon oleh Napoleon Bonaparte di Prancis karena alasan tidak becus.
Tentara Inggris menangkap Van Rijnst, ditangkap dan menyekapnya di Kwitang yang tidak jauh dari gedung All Saints Anglican Church. Van Rijnst mengaku bahwa dirinya ilmuan bukan penjabat atau bagian dari Belanda. Ia mempelajari tentang tabiat-tabiat pangeran, pandangan politik, perilaku seks, sosialnya. Raffles masuk ke Yogyakarta pada 1811 dengan tentaranya yang berhenti di Semarang. Raffles mewakili kerajaan Inggris yang menduduki Jawa, mencopot dengan tidak hormat kekuasaan Sultan Hamengku Buwono II yang telah melakukan kecurangan terhadap Sultan Hamengku Buwono III, dan mengembalikan kekuasaan kepada Sultan Hamengku Buwono III. Raflles juga memutuskan Sultan Hamengku Buwono II diasingkan ke Pulau Pinang yang akan ditemani oleh putranya Pangeran Mangkudiningrat yang berdasarkan catatan Belanda, merupakan orang-orang yang tidak bisa dipercaya. Raffles juga sudah berjanji kepada Sultan Hamengku Buwono III memberi hadiah kereta yang ia pesan langsung dari Inggris. Kini Sultan Hamengku Buwono III memiliki dua kereta yang indah, mewah, dan mejadi pusaka kraton. Kereta pertama diberi nama Nyi Jimat, kereta kedua diberi nama Kanjeng Kyai Garudayaksa. Dua tahun setelah menjadi Sultan Hamengku Buwono III, pada tahun 1814 ia wafat di usia 43 tahun.
Kelebihan Novel
Pengarang Remy Sylado pada novelnya yang berjudul Pangeran Diponegoro: Menggagas Ratu Adil ia memberikan penjelasan kalimat pada setiap ceritanya. Ia juga mengajak pembaca merasakan ketegangan, sadis, liciknya pada sistem pemerintahan masa dahulu. Kalimat dalam bacaan diselipkan puisi-puisi atau tembang macapat itu. Novel ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat baik dewasa maupun orang tua karena bahasa yang terdapat dalam novel mudah dipahami dan terdapat kata kunci penjelasan di bahwah teks. Selain itu, mengajarkan pembaca untuk melestarikan budaya dan menjadi penerus bangsa Indonesia. Melestarikan budaya merupakan tugas setiap orang, terutama generasi muda sebagai penerus bangsa. Dalam hal ini, novel tersebut dapat menjadi inspirasi bagi para pembaca untuk menjaga warisan budaya leluhur kita.
Kekurangan Novel
Pada kekurangan di cerita novel yaitu cerita kerap berpindah-pindah waktu dan tempat, terkadang menyisipkan cerita dan pemikiran yang tidak selalu relevan dengan plot utama. Selanjutnya pada struktur ini meskipun memungkinkan eksplorasi yang lebih luas dan mendalam. Namun, dapat membingungkan pembaca dan mengganggu fokus pada kisah utama.
Kesimpulan
Sebagai penerus bangsa kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dengan tidak melakukan peri-laku seperti pengkhianatan, korupsi, dan lain-lainnya. Hal tersebut akan merugikan negara dan dapat membahayakan masa depan bangsa Indonesia. Sebagai pemuda yang cerdas dan kreatif, kita harus memberikan kontribusi pada negara dengan cara berbuat kebaikan dan menghindari perilaku yang merugikan. Maka dari itu kita harus mencintai tanah air Indonesia.
• Tarissa Noviyanti Az Zahra. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2022.
Aku ingin menghentikan dan mengulang waktu. Rasanya dunia ini terlalu terburu-buru berubah. Mulai dari rumah tempat tinggal keluargaku hingga penghuni di dalamnya, semuanya telah berubah. Satu dekade yang lalu ketika usiaku baru tujuh tahun, rumah belum sesepi ini. Aku ingat kala itu cat dinding rumahku masih berwarna putih, taman di halaman rumah masih ditumbuhi rumput hijau yang subur dan pohon rambutan masih berdiri tegak di sana. Tak lupa, terlihat pot-pot bunga milik ibu berjejeran di sekeliling taman. Semua kenangan indah akan masa kecilku terjadi di rumah ini.
Rasanya baru kemarin aku dan kakakku bermain ayunan di pohon rambutan itu. Ayunan yang dibuat oleh bapak dari seutas tali dan ban bekas yang telah dimodifikasi. Selepas puas bermain, kemudian aku dan kakak akan membantu ibu menyirami tanamantanamannya di sore hari. Tentu saja aku dan kakak tidak hanya menyiram tanaman, tapi juga saling menyiram satu sama lain. Baju kami jadi basah, kemudian ibu akan me-ngomel. Semua itu kini hanya tinggal kenangan.
Pasalnya, ketika usiaku menginjak lima belas tahun, keluargaku meninggalkanku sendirian untuk selamanya. Malaikat mengajak bapak, ibu, dan kakakku pulang ke pangkuan-Nya sesaat setelah terjadi kecelakaan pada mobil yang mereka naiki. Kecelakaan itu terjadi karena hujan lebat yang membuat mobil tergelincir di tikungan tajam menurun. Mobil yang mereka naiki berakhir masuk ke jurang. Kejadian naas itu berlangsung saat perjalanan pulang setelah mereka mengunjungi rumah Tante.
Sebetulnya, pagi hari itu kami sekeluarga berangkat bersama ke rumah Tante. Setelah senja menghilang, aku memilih menginap di rumah Tante, sementara mereka memilih pulang. Tidak ada yang tahu hujan lebat akan turun di tengah perjalanan mereka pada malam itu.
Kalau aku bisa mengulang waktu, aku akan membuat mereka ikut bermalam di rumah Tante bagaimanapun caranya. Akan tetapi, waktu dengan teganya tidak memberikan manusia kesempatan untuk mengulang. Mustahil untuk mengulang kembali kenangan indah masa kecilku. Sekarang yang bisa kulakukan hanyalah mengenang.
Itulah sebabnya aku kembali menginjakkan kaki di halaman rumah ini. Di depan rumah yang cat dindingnya sudah mengelupas, berlumut, dan ditumbuhi tanaman rambat. Rumput-rumput di area halaman rumah yang tidak dipasangi paving blocks semakin tinggi, bahkan ber-bagai tanaman liar pun ikut tumbuh subur. Pohon rambutan tempatku bermain ayunan kala itu sudah rata dengan tanah. Saksi bisu kenangan bersama keluargaku sudah berubah. Dengan begitu kejamnya, waktu terus berjalan. Waktu enggan mengerti perasaan hati seseorang. Waktu tidak mau berhenti atau berputar ke belakang. Aku geram. Bagaimanapun caranya aku akan berusaha menghentikan dan mengulang waktu.
Aku berbalik badan, melangkah keluar dari halaman rumah melewati gerbang. Kulihat tanteku sedang berjalan mendekat ke arahku, aku pun menunggu di depan gerbang rumah.
Aku menyapanya terlebih dulu. “Tante dari mana aja?”
“Rumah tetangga sebelah. Itu yang nanti ikut bantu jual rumahmu. Nanti tante sama om urus semuanya.”
Sejenak aku melirik pada spanduk bertuliskan ‘Rumah Ini Dijual’ yang terpasang di gerbang rumah. Aku menghela napas panjang. Masih ada rasa tidak rela yang memberatkanku untuk melepas rumah ini pada pemilik baru. Akan tetapi, aku lebih berat hati membebani Om dan Tante yang kini merawatku dibandingkan dengan merelakan rumah itu. Hasil penjualan rumah itu akan digunakan untuk membayar pendidikanku selama menempuh perguruan tinggi.
“Pulang yuk. Udah mau sore, takut Om kamu nyariin.” Aku mengangguk setuju pada ajakan Tante. Aku pun mengekorinya masuk ke dalam mobil yang terparkir di area paving blocks halaman rumahku. Tante menghidupkan mesin mobilnya, lalu mobil mulai bergerak meninggalkan halaman rumahku menuju ke rumah Tante. Aku lagi-lagi menghela napas panjang.
Aku berusaha memulai obrolan. “Tante, waktu jalannya cepet banget, ya. Rasanya baru kemarin Om Adi
sama Tante Anna main ke rumahku waktu lebaran, terus kita bakar-bakaran di teras.”
Tante tersenyum, melirikku sekilas sebelum kembali fokus mengemudi. “Iya, rasanya baru kemarin. Padahal terakhir ke sana udah tiga tahun lalu. Kamu cepet banget gedenya, udah mau kuliah aja.”
“Kalau mungkin, aku pengen bisa berhentiin waktu atau ngulang waktu ke masa lalu.”
“Berhentiin waktu?” Mendengar Tante mengulang kalimatku, aku merasa déjà vu. Aku merasakan hawa familier yang aneh, tak dapat kujelaskan dengan kata-kata. Rasanya aku pernah mendengar seseorang menanyakan hal yang sama padaku. Sekilas aku mengingat, bapak pernah melontarkan pertanyaan itu setelah aku berkata bahwa aku ingin punya kekuatan super yang mampu menghentikan waktu. Kudapatkan inspirasi itu seusai menonton seorang tokoh superhero dalam tayangan kartun. Mengetahui keinginanku, bapak tersenyum penuh makna. Ia langsung memintaku ikut pergi ke ruang kerjanya. Aku diberi buku gambar dan peralatan menggambar olehnya. Aku senang sekaligus bingung.
“Bapaaak, tapi ‘kan aku gak mau gambar. Aku ‘kan maunya bisa berhentiin waktu kaya superhero itu … tuuhh …” Aku berkata sambil menunjuk seorang tokoh kartun layar televisi. Seketika kulanjutkan ucapanku, “tapi malah suruh gambar. Kenapa suruh gambar?”
“Kalau kamu ingin bisa menghentikan waktu, coba gambar momen ketika kamu merasa ingin menghentikan waktu.”
Ucapan bapak yang itu masih kuingat hingga sekarang, meski sejujurnya kala itu aku tidak mengerti secara mendalam maksud ucapan bapak. Otakku menangkap maksud kalimat itu sebagai perintah dari bapak agar aku belajar menggambar. Akan tetapi, aku masih ragu dengan benda-benda di kedua tanganku. “Tapi aku ‘kan gak pinter gambar?”
Alis bapak naik satu, “bukan berarti ga bisa kan?”
“Bisa. Tapi nanti diajarin bapak kan?”
Bapak mengangguk, lalu berpesan, “nanti tiap selesai menggambar, perlihatkan ke Bapak. Bapak mau lihat.”
Seusai perbincangan itu, aku mulai mencoba menggambar. Mulai dari gambar diriku bermain bersama boneka kesayanganku, kakak menendang bolanya, bapak naik sepeda, hingga ibu yang sedang menyiram pot bunganya. Seharusnya aku menunjukkan gambar-gambar itu pada bapak sesuai permintaannya, namun aku enggan melakukannya. Menurutku, gambarku jelek. Ada beberapa kertas gambar yang sobek karena aku tak puas dengan hasil gambarku yang jelek. Aku menggambarnya lagi, lalu menghapusnya, mengulang kegiatan itu berkali-kali.
Kertas gambarnya menjadi tipis hingga akhirnya sobek. Aku kesal. Aku pun menemui bapak di ruang kerjanya. Aku berdiri di depan mejanya, tanganku menyembunyikan hasil gambar-gambarku di belakang. Kepalaku menunduk, tubuhku kugoyangkan sedikit ke kanan dan kiri sambil melirih, “Bapak … aku gak bisa ….”
Ia yang tadinya fokus dengan pekerjaannya pun berhenti sejenak. Menatapku dengan tanda tanya, “Kenapa?”
“Gambarku jelek.” Aku mengembuskan napas dengan kesal.
Bapak mengulurkan tangannya, “mana lihat?”
Aku menyerahkan buku gambarku padanya. Ia segera menilik karya-karyaku di dalamnya. Aku memastikan, “jelek kan?”
Senyumnya mengembang. Diletakkannya buku itu di atas meja. “Bapak punya solusi biar gambarmu bagus.”
“Apa?”
Tak ada balasan darinya. Perhatiannya beralih ke laci meja. Tangannya menarik laci, mengambil suatu benda dari dalam sana. Benda itu lalu diberikan kepadaku.
“Pensil?” Aku tahu nama benda itu, tetapi alasan ia memberikan pensil itu masih menjadi tanda tanya bagiku.
Ia berkata, “itu pensil ajaib.” Senyumnya merekah saat tatapannya dilayangkan pada pensil ditanganku. Kulihat bentuk pensil itu sama seperti pensil yang digunakan oleh kebanyakan orang. Aku belum menemukan sisi keistimewaannya. “Kalau kamu pakai pensil itu, nanti gambarmu hasilnya bakal bagus. Tapi ada syaratnya,” sambungnya diakhiri jeda.
“Apa? Kalo ga boleh beli es krim, aku gak mau gambar lagi loh.” Mengingat waktu itu bapak kerap kali melarangku makan terlalu banyak es krim. Sebab, ia tak mau putrinya sakit tenggorokan.
“Pensilnya harus dipakai setiap hari.”
Aku penasaran pensil ajaib itu betulan ajaib atau sebaliknya, namun aku enggan menggambar setiap hari. “Kalo ga tiap hari?”
“Kalau bisa setiap hari.”
Percakapaan itu terjadi ketika umurku baru delapan tahun. Karena pada saat itu tontonanku kartun-kartun fantasi, aku pun mempercayai bahwa keajaiban-keajaiban dalam kartun juga bisa terjadi dalam kehidupan nyata. Aku juga percaya Bapak dan ucapannya mengenai pensil ajaib itu. Kuanggap pensil itu betulan ajaib.
Walau aku tidak menggambar setiap hari dengan menggunkan pensil itu seperti permintaan bapak, tetapi aku menjadi lebih sering menggambar berkat hal itu. Aku menggambar apapun yang kusukai, kuinginkan, dan sedang kupikirkan. Tiap selesai menggambar sesuatu, aku
DIMENSI 2024 | 34
selalu menunjukkan karyaku kepada bapak.
Bila menurut bapak gambarku bagus, aku akan diapresiasi. Bila sebaliknya, ia akan mengajariku. Hal itu meningkatkan semangatku dalam menggambar. Lama-kelamaan, menggambar pun menjadi hobiku. Mengenang sekilas tentang kenangan manis itu membuat diriku tak sadar menampilkan kedua lesung pipiku.
Tante Anna pun segera menegurku, “anak ini lagi ditanya kok malah bengong sambil senyum-senyum. Anak gadis ini mikirin apa sih?”
Seketika aku kembali pada kenyataan. “Hah? Gimana, Tante?”
“Gak jadi deh, lupain aja. Biasanya kalau udah gini nih, tandanya kamu ngantuk. Kamu kalau ngantuk tidur aja, nanti kalau udah sampe Tante bangunin.”
Aku terkekeh, “Makasih, Tante.”
Waktu berlalu begitu cepat karena aku tertidur selama perjalanan pulang. Rumah Tante yang menjadi tujuan kami berada di kota yang berbeda dari kota tempat rumah keluargaku berdiri. Meski kedua kota bertetangga, butuh dua jam perjalanan untuk menempuh jarak antara kedua-nya. Rumah Tante menjadi tempat tinggal baruku sejak seminggu setelah keluargaku dimakamkan.
Setibanya di dalam rumah tante, kami berpisah di ruang keluarga dan aku langsung melangkahkan kaki ke kamarku. Langkahku berhenti di depan rak buku. Kuambil buku gambar yang kugunakan sewaktu kecil dulu. Buku itu kugenggam hingga aku terduduk di kursi belajarku. Kubuka halaman demi halaman sambil mengingat kenangan-kenangan masa kecilku.
Di halaman ke empat, tergambarkan seorang wanita yang sedang menyiram pot bunga. Kaki dan tangan wanita itu tidak sama panjang. Tubuhnya sama sekali tidak proporsional. Orang lain dapat mengetahui bahwa itu adalah gambar seorang wanita dari rambutnya yang panjang dan bawahannya yang mengenakan rok. Sejujurnya gambar itu memang jelek seperti anggapanku dulu.
Akan tetapi, bagiku gambar itu tidak sekadar dinilai dari bagus atau tidak tampilannya. Aku menganggap gambar itu bermakna dan bernilai tak terhingga. Melalui gambar itu, aku mengabadikan Ibu yang sedang menyiram tanaman. Kupaksa waktu berhenti di halaman kertas itu. Gambar itu bagai gerbang waktu ke masa lalu yang dapat membawaku mengulang waktu dalam ingatan masa kecilku. Dahulu aku tidak mengerti jawaban bapak atas permintaanku yang ingin menghentikan dan mengulang waktu. Kini, aku mulai mengerti. Bagiku kini, menggambar lebih dari sekadar mengisi waktu luang. Menggambar menjadi pelarian diriku dari kesedihan, ketakutan, dan penyesalan dalam
diriku. Terutama kesedihan akibat kehilangan keluargaku. Tak hanya hasilnya, aku juga bisa menikmati proses saat menggambar. Waktu menjadi lebih bermakna saat menggambar. Waktu luang yang sering kugunakan untuk meratapi kesedihan dan menyesali keadaan, kini diisi dengan proses menciptakan karya-karya indahku. Tiga bulan berlalu. Aku terduduk lagi di kursi belajarku dengan buku gambar masa kecilku yang terbuka di atas meja. Kupandang lukisan yang terpasang di dinding dekat meja belajarku. Itu lukisan aku dengan keluargaku. Kulukis kami berempat di depan rumah yang dindingnya masih berwarna putih, dengan taman berhiaskan pot-pot bunga milik ibu dan pohon rambutan masih kokoh me-njulang di halamannya. Kamera terluput untuk mengabadikan momen itu, tetapi aku tidak. Untungnya aku bisa menuangkan memoriku dalam kanvas itu.
Berkat bapak dan pensil ajaib semasa kecil dulu, kini aku mampu melahirkan lukisan itu. Kala itu ternyata bapak tidak memintaku membuktikan kebenaran mengenai pensil ajaib yang membuatku penasaran. Sebenarnya Bapak memintaku berlatih menggambar. Ia memintaku menekuni bakat yang kumiliki, sehingga di masa kini aku punya sesuatu yang dapat mengantarkanku lebih dekat pada cita-citaku. Menjadi ilustrator seperti bapak.
Lukisan itu telah kugunakan sebagai portofolio untuk syarat masuk tes perguruan tinggi. Hasilnya aku di terima di perguruan tinggi impianku, di tempat bapak menempuh gelar sarjananya. Aku siap menyambut harihari yang diisi dengan menggambar. Sudah kuputuskan untuk menggambar sepanjang hidupku. Akan aku buktikan bahwa aku bisa memberhentikan dan mengulang waktu melalui lebih banyak karya-karyaku di masa depan. Melalui karyaku pula, akan kuabadikan semua orang yang kusayang. Bapak, terima kasih telah mengajari aku menggambar.
• Awalya Citra Rini. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2023.
“Nomor urut 21, silahkan menuju ruang pemeriksaan.”
Suara panggilan menggema di setiap sudut ruang tunggu rumah sakit. Beberapa orang masih menunggu nomornya antreannya dipanggil. Ada seorang lansia berdiri dengan tongkatnya, ada seorang anak kecil yang menunggu sembari digendong ibunya, ada suami yang mengantarkan istrinya, dan ada juga beberapa anak muda mengantarkan orang tua mereka yang sudah lanjut usia. Diantara sekumpulan antrean tadi, ada seorang gadis remaja dengan rambut panjang hitam legam dan setelan baju rapi berwarna merah muda duduk di pojok ruangan. Dia disana untuk mengantar ibunya yang sudah paruh baya melakukan pemeriksaan rutin.
“Nomor urut 22, silahkan menuju ruang pemeriksaan.”
“Ibu masuk dulu ya nak, kamu tunggu di sini aja.”
“Loh aku ngga nemenin Ibu aja di dalam?”
“Ngga usah. Ibu di dalam bakalan lama, nanti kamu bosen nunggunya. Udah kamu duduk di sini aja biar ibu masuk ke dalam sendiri, biasanya juga ibu masuk sendiri.” Wanita paruh baya tersebut lantas beranjak dari kursi tunggunya dan masuk ke ruang pemeriksaan tanpa ditemani anak gadisnya.
Gadis itu hanya mengangguk mendengar perkataan ibunya, setelah itu dia bergegas kembali ke tempat duduk di ruang tunggu.
Sepuluh menit berlalu ibunya tak kunjung keluar dari ruang pemeriksaan. Gadis itu hanya melamun sembari membuka tutup ponselnya, menunggu ibunya keluar dari ruang pemeriksaan.
“Mbak kursinya kosong, saya boleh duduk di sini?” Wanita dengan setelan kantoran serta rambutnya yang diikat rapih mendatangi gadis muda itu. Kedatangan wanita ini membuat gadis tersebut menghentikan lamunannya.
“Oh iya mbak ini kosong, Ibu saya sudah masuk ke ruang periksa barusan. Silahkan dipakai duduk aja.”
Gadis itu mempersilahkan wanita tadi duduk persis di sebelahnya, di tempat duduk yang digunakan ibunya sebelumnya.
“Owalah sama kalau begitu mbak, saya juga nganterin Ibu saya cek kesehatan rutin hari ini.” Wanita itu menimpali pernyataan gadis tadi.
Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis ke arah si wanita tanpa membalas jawabannya lagi.
Dua puluh menit menunggu, ibu dari gadis tersebut juga tak kunjung keluar dari ruang pemeriksaan. Dirinya sudah mulai suntuk karena sedari tadi hanya duduk dan diam saja tanpa melakukan kegiatan apapun.
Tidak lama kemudian ada seorang remaja dengan seragam putih abunya duduk tepat di sebelah kiri gadis tersebut. Jadi saat ini si gadis dengan setelan merah muda, si wanita dengan setelan baju kantor serta rambutnya yang diikat rapi, dan si remaja dengan seragam putih abunya duduk saling bersebelahan tanpa ada obrolan di antara mereka.
Setelah cukup lama senyap, remaja tersebut memulai obrolan dengan gadis di sebelah kirinya.
“Kakak, lagi nganterin siapa?”
Dirasa mulai suntuk sedari tadi hanya diam saja, gadis tersebut menjawab pertanyaan dari si remaja dan memulai obrolan mereka berdua.
“Aku lagi nganterin Ibu aku buat periksa kesehatan rutin, kamu sendiri pulang sekolah gini nganterin siapa?”
“Sama, aku juga nganterin mama buat periksa kesehatan rutin,” jawab remaja tersebut dengan wajah yang senantiasa ceria, meskipun terlihat dari seragamnya yang sudah sedikit kotor dan berantakan, terlihat bahwa dia pasti baru saja pulang dari sekolah.
“Sepertinya hari ini memang ada jadwal pemeriksaan rutin ya, tadi mbak-mbak di sebelah juga bilang lagi nunggu ibunya periksa rutin.”
“Mungkin juga sih kak, oh iya kalo boleh tau nama kakak siapa? aku Mentari,” remaja tersebut memperkenalkan dirinya kepada gadis tadi. Mentari namanya, sesuai dengan wajahnya yang sedari tadi memancarkan senyuman yang bercahaya.
“Aku Bintang, salam kenal ya Mentari.”
Gadis tersebut juga memperkenalkan dirinya, mereka berdua mulai membicarakan lebih banyak hal sembari menunggu Ibu mereka keluar dari ruang pemeriksaan.
“Aku udah nungguin dari sekitar dua puluh menit
yang lalu, tapi ibuku belum keluar dari ruang pemeriksaan, makannya sekarang udah mulai suntuk nih Mentari.” Bintang mengeluhkan rasa suntuknya kepada Mentari.
“Lama juga ya kak Bintang berarti pemeriksaannya, aku juga udah mulai bosen dari tadi gaada temen ngobrol. Untung aja ketemu kak Bintang yang mau di ajak ngobrol, hehehehe.”
“Eh iya, kakak yang di sebelah itu namanya siapa ya? kak Bintang udah ajak kenalan?”
“Belum, hahaha dari SMA dulu aku emang ngga berani ngajak kenalan orang duluan karena terlalu malu. Coba Mentari yang ajak kenalan, mbaknya juga dari tadi kelihatannya sendirian ngga ada temen.”
Mentari mengangguk dengan sangat semangat mendengar perintah Bintang tadi. Mentari lantas beranjak dari tempat duduknya dan berpindah ke sebelah wanita tadi.
“Halo, kakak lagi nungguin mama kakak juga buat periksa kesehatan rutin?”
Wanita tadi sempat terkaget dengan sapaan Mentari, namun dia tetap menjawab pertanyaan Mentari dengan senyuman di wajahnya.
“Iya, kok kamu tau?”
“Kita bertiga sama tau kak. Aku, kakak, dan kakak yang di sebelah situ sama-sama nungguin mama kita. Kebetulan banget ya.”
“Oh iya namaku Mentari, nama kakak siapa?”
“Hai Mentari, namaku Bulan. Kebetulan ya bisa samaan gini.”
“Kak Bulan ga bosen dari tadi di sini diem aja sendirian? Yuk, ngobrol bareng aja sekalian kakak kenalan sama kakak yang di sebelah situ.”
Dengan senyumannya yang tetap memancar, Mentari mengajak Bulan berbicara bersama sekaligus berkenalan dengan Bintang untuk menghilangkan rasa suntuk mereka.
“Oh boleh-boleh. Kebetulan juga nih aku lagi bosen nungguin bundaku dari tadi lama banget, hahahaha.” Bulan akhirnya menerima ajakan Mentari.
“Saya Bulan.”
“Saya Bintang, Mbak.”
Bulan dan Bintang akhirnya saling berkenalan. Lama kelamaan obrolan mereka terasa semakin menyenangkan. Mereka membahas tentang banyak hal bersama di ruang tunggu rumah sakit itu.
Setelah tiga puluh menit lebih mereka berbincang bersama, akhirnya pintu ruang pemeriksaan terbuka.
“Ibu.”
“Bunda.”
“Mama.”
Mereka menyapa wanita paruh baya yang keluar
dari ruang pemeriksaan tersebut secara bersamaan.
“Loh itu Ibu aku mbak Bulan, Mentari.”
“Mungkin kalian yang salah orang. Ini Bundaku, Bintang, Mentari.”
“Kak Bulan, Kak Bintang, ini mamaku yang aku ceritain tadi.”
Mereka bertiga saling memandang bingung, karena ternyata orang yang mereka tunggu sedari tadi adalah orang yang sama.
Wanita paruh baya yang mereka anggap sebagai Ibu mereka hanya berdiri dan bingung melihat situasi ini.
“Kok bisa sama? Ini beneran Ibuku, loh.”
“Ini Bundaku, aku udah bilang dari tadi.”
“Ini juga beneran mamanya Mentari, kak.”
Mereka masih kebingungan dengan situasi yang mereka hadapi. Bintang, Bulan, dan Mentari, masingmasing dari mereka menggengam erat tangan wanita paruh baya yang sedari tadi hanya bisa terdiam setelah keluar dari ruang pemeriksaan.
Tak lama kemudian wanita paruh baya tadi meneteskan air matanya.
“Kondisinya masih belum membaik, Bu.”
Seorang dokter yang juga baru saja keluar dari ruang pemeriksaan datang menghampiri mereka berdua. Wanita paruh baya tadi semakin deras meneteskan air mata mendengar pernyataan yang diberikan oleh dokter tersebut.
“Putri ibu masih harus dirawat di sini sampai dia benar-benar bisa mengendalikan dirinya sendiri.”
“Bintang sayang, Bintang anak ibu satu-satunya. Kamu itu seorang Bintang nak, putri kecintaan Ibu. Ini ibu, cuma ibunya Bintang,” ucap wanita paruh baya tadi sembari memeluk seorang gadis yang berdiri tepat di depannya.
Bintang hanya diam saja dan masih kebingungan mendengar ucapan ibunya.
Sudah lima tahun berlalu sejak mendapat trauma dari ayah tirinya, Bintang mengalami gangguan pada mentalnya yang menyebabkan Bintang memiliki banyak kepribadian dalam dirinya. Hal ini menyebabkan Bintang tidak bisa menjalani hidupnya sebagai dirinya sendiri. Dua kepribadian lainnya senantiasa muncul akibat trauma masa lalu yang pernah dia alami.
Kepribadian utamanya adalah dirinya sendiri yaitu seorang Bintang, seorang yang sangat penyanyang, terutama pada ibunya. Sebelumnya Bintang sudah masuk semester empat di jurusan seni rupa, namun penyakit yang dia alami ternyata semakin parah dan menganggu proses perkuliahannya. Akhirnya ia harus berhenti melanjutkan pendidikan tersebut. Kepribadian lain yang ia miliki adalah seorang Bulan, wanita karier yang sukses, berpenampilan
rapi dengan rambut yang selalu tertata. Kepribadian ini adalah permunculan dari pengharapan Bintang setelah ia lulus dari perkuliahan, yaitu menjadi wanita dewasa yang sukses dalam berkarier.
Kepribadian lainnya adalah seorang Mentari, remaja SMA yang selalu ceria memancarkan senyumnya dan senang bergaul dengan banyak orang. Kepribadian ini merupakan perwujudan dari harapan yang Bintang miliki di kehidupan sekolahnya, yaitu menjadi anak yang ceria dan memiliki banyak teman. Akan tetapi, hal tersebut tidak pernah bisa Bintang lakukan di kehidupan sekolahnya dulu, karena perbuatan jahat ayah tirinya yang membuat Bintang menjadi seorang remaja SMA yang pemurung dan tertutup. Kepribadian-kepribadian yang muncul dari diri Bintang adalah perwujudan dari hal-hal yang tidak bisa ia lakukan dalam kehidupannya sebagai seorang Bintang.
“Waktu jenguk sudah selesai Ibu.” Seorang suster datang menghampiri Bintang dan wanita paruh baya yang memeluknya sedari tadi.
Wanita paruh baya tersebut hanya mengangguk mendengar ucapan itu.
“Ibu pulang dulu ya nak, Bintang harus cepat sembuh supaya kita bisa sama-sama lagi di rumah.”
Wanita paruh baya tadi masih memeluk erat tubuh Bintang kemudian melepaskan pelukan itu sembari berpamitan. Ia bergegas keluar meninggalkan ruangan rawat inap anaknya.
Ruangan tersebut bertuliskan bangsal kejiwaan.
• Sheyra Putri Khoirunnisa. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2023.