
7 minute read
Membentuk Agen Perubahan
dengan Keterampilan Berpikir
Kritis di Era Serba Dinamis
Advertisement
Mahasiswa, sebagai bagian integral dari generasi muda yang terdidik dan terpelajar, memegang peranan penting dalam perkembangan sebuah negara. Di tingkat perguruan tinggi, mereka didorong untuk menjalankan tridharma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian, dan pengabdian (Hafizd, 2022). Dengan menjalankan tridharma ini, mahasiswa tidak hanya memperoleh pengetahuan akademis, tetapi juga mengembangkan kemampuan untuk meneliti dan berkontribusi langsung kepada masyarakat, yang sangat penting untuk peran mereka sebagai agen perubahan.
Di Indonesia, peran mahasiswa sebagai agen perubahan sangat signifikan dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, reformasi politik, dan berbagai gerakan sosial. Misalnya, banyak kegiatan kampanye sosial yang dilakukan oleh mahasiswa seperti kampanye lingkungan hidup melalui media sosial yang saat ini sudah menjadi kebutuhan hidup (Pratiwi, Yunarti, & Komsiah, 2023), kesadaran kesehatan mental (Syahputri, Medy, Mahyani, & Surbakti, 2024), dan pengabdian kepada masyarakat sebagai bentuk kepedulian (Muna, 2022), yang semuanya berkontribusi pada perubahan sosial yang signifikan.
Namun demikian, realitas menunjukkan bahwa meskipun memiliki potensi besar, banyak mahasiswa masih menghadapi tantangan dalam menjembatani kesenjangan antara ilmu teori dan praktik lapangan. Meskipun ada upaya-upaya seperti program bakti sosial, komunikasi langsung dengan masyarakat sering kali masih menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian mahasiswa. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan tinggi untuk terus mengembangkan kurikulum yang memungkinkan mahasiswa tidak hanya berkembang dalam aspek akademik, tetapi juga sosial dan kemampuan beradaptasi dalam konteks masyarakat yang riil.
Berpikir kritis adalah kemampuan penalaran tingkat lanjut di mana seseorang mampu mengevaluasi secara ilmiah dan bijaksana dari berbagai sudut pandang dalam konteks yang beragam. Tujuan utama berpikir kritis adalah untuk membuat keputusan yang efektif (Manurung, Fahrurrozi, Utomo, & Gumelar, 2023).
Mereka bukan hanya menjadi perpanjangan tangan dari ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka kuasai, tetapi juga merupakan penerus bangsa yang siap menghadapi tantangan global yang kompleks. Dalam era dinamika sosial yang semakin cepat, mahasiswa dituntut untuk tidak hanya memahami teori dalam lingkup perkuliahan, tetapi juga untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam kehidupan nyata (Aulia, Asbari, & Renawati, 2024).
Keterlibatan mahasiswa tidak terbatas pada ruang kelas, perpustakaan, atau internet untuk memperdalam studi mereka. Mereka juga diharapkan dapat mengintegrasikan diri dalam masyarakat, menjadi agen perubahan yang mampu menanggapi dan menyelesaikan masalah yang muncul dari perubahan yang terus berlangsung (Istichomaharani, 2016). Peran ini memberikan mereka kesempatan untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan yang mereka miliki dapat diterapkan dalam konteks yang relevan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Berpikir kritis melibatkan keterampilan dalam menafsirkan, menilai, dan menganalisis informasi serta argumentasi yang diperlukan dalam kegiatan sehari-hari. Proses berpikir kritis memerlukan evaluasi terus-menerus terhadap keyakinan dan pengetahuan menggunakan bukti-bukti yang tersedia. Ini mencakup interpretasi, analisis, evaluasi, dan penemuan solusi yang tepat (Maulana, Azzahra, Kusuma, Alfaidz, & Fadhila, 2024).
Kemampuan berpikir kritis menjadi semakin penting di era globalisasi, karena tantangan yang dihadapi masyarakat semakin kompleks dan memerlukan solusi inovatif. Bagi mahasiswa Indonesia, kemampuan ini sangat relevan karena mereka diharapkan menjadi agen perubahan yang mampu menganalisis masalah secara mendalam, mempertanyakan asumsi yang ada, dan mengembangkan solusi berbasis bukti. Dengan keterampilan berpikir kritis yang kuat, mahasiswa dapat berkontribusi secara signifikan dalam pembangunan sosial dan ekonomi negara, serta memainkan peran kunci dalam mendorong kemajuan dan transformasi di berbagai bidang.
Salah satu manfaat utama berpikir kritis adalah peningkatan fokus dan kemampuan dalam menganalisis masalah. Dengan berpikir kritis, seseorang dapat mengidentifikasi masalah secara jelas dan mengembangkan strategi untuk menyelesaikannya berdasarkan analisis yang mendalam. Ini termasuk kemampuan untuk mengatur strategi dan taktik berdasarkan deduksi serta menentukan hasil pertimbangan yang logis. Berpikir kritis juga meningkatkan kemampuan observasi dan pertimbangan seseorang. Keterampilan ini memungkinkan individu untuk melihat detail yang mungkin terlewatkan oleh orang lain, serta mempertimbangkan berbagai perspektif sebelum mengambil keputusan. Hal ini sangat penting dalam menentukan tindakan yang tepat dalam situasi yang kompleks.
Kemampuan untuk mengidentifikasi asumsi berdasarkan fakta dan referensi adalah aspek penting dari berpikir kritis. Ini membantu individu untuk memisahkan informasi yang valid dari yang tidak, sehingga keputusan yang diambil lebih akurat dan berdasarkan bukti yang kuat (Aini, Ridianingsih, & Yunitasari, 2022). Latihan berpikir kritis dapat membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan analitis dan pengambilan keputusan yang lebih baik, serta membuat mereka lebih siap menghadapi tantangan dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir kritis tidak hanya meningkatkan kemampuan analitis, tetapi juga memperkuat keterampilan komunikasi. Mahasiswa yang berpikir kritis mampu menyampaikan argumen dengan jelas dan logis, serta lebih terbuka terhadap perspektif lain. Ini meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerja sama dan berkolaborasi dalam tim, serta membantu mereka menjadi lebih mandiri dan percaya diri dalam mengeksplorasi berbagai sumber informasi.
Kemampuan berpikir kritis juga berperan penting dalam meningkatkan adaptasi mahasiswa terhadap perubahan dan situasi baru. Dengan kemampuan ini, mahasiswa dapat dengan cepat mengidentifikasi dan memahami dinamika yang berubah di sekitar mereka, baik dalam konteks teknologi, sosial, maupun lingkungan. Ini membantu mereka dalam mengembangkan pemikiran yang lebih holistik dan menyeluruh terhadap berbagai permasalahan.

Salah satu tantangan utama dalam mengaplikasikan kemampuan berpikir kritis adalah globalisasi dan kemajuan teknologi. Menurut Yumhi (Pertiwi et al. 2024), kemajuan teknologi dapat membuat mahasiswa terlalu bergantung pada teknologi dalam keseharian mereka. Kemajuan di bidang Artificial Intelligence (AI) juga menambah tantangan, karena AI mampu menghasilkan informasi dan melaksanakan pekerjaan seperti yang dilakukan oleh manusia. Hal ini dapat membuat mahasiswa cenderung mengandalkan solusi instan dan kehilangan kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi secara kritis.
AI dapat memengaruhi kemampuan berpikir kritis mahasiswa karena kemampuannya dalam menyediakan informasi dan solusi secara cepat (Fauziyati, 2023).
Ketergantungan pada AI dapat mengurangi kemampuan mahasiswa untuk membedakan informasi yang valid dan yang tidak, serta menurunkan keterampilan analitis mereka. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengimbangi penggunaan teknologi dengan pengembangan keterampilan berpikir kritis yang lebih mendalam.
Untuk menghadapi tantangan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, salah satu strategi yang efektif adalah dengan membuat proses pembelajaran lebih terpusat pada mahasiswa. Ini dapat dilakukan dengan mendorong mahasiswa untuk lebih aktif dalam menyampaikan gagasan, bertukar pikiran, dan menyelesaikan masalah secara mandiri. Pendekatan ini dapat meningkatkan keterlibatan dan motivasi mahasiswa dalam belajar, serta membantu mereka mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang lebih baik.
Selain itu, peningkatan akses terhadap sumber daya dan teknologi juga sangat penting. Mahasiswa memerlukan bahan bacaan yang relevan dan mutakhir untuk terus memperkaya pemahaman mereka. Alat-alat yang mendukung analisis dan penelitian juga perlu disediakan untuk membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Dengan dukungan yang memadai, mahasiswa dapat lebih mudah mengatasi tantangan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang kuat.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis di kalangan mahasiswa Indonesia sangat penting untuk mendukung peran mereka sebagai agen perubahan. Berpikir kritis memungkinkan mahasiswa mengembangkan keterampilan analitis, evaluatif, dan inovatif yang diperlukan untuk memecahkan masalah kompleks secara efektif. Dengan keterampilan ini, mereka dapat berkontribusi signifikan dalam menghadapi tantangan zaman modern, membangun masyarakat yang lebih berkeadilan, beradaptasi dengan perubahan teknologi, dan memperjuangkan nilai-nilai demokrasi. Oleh karena siap menghadapi dan mengatasi berbagai tantangan yang ada.
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, beberapa langkah konkret perlu diterapkan. Pertama, kurikulum pendidikan harus dirombak untuk lebih menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, termasuk melalui metode pembelajaran yang interaktif dan berbasis proyek. Kedua, pelatihan bagi dosen perlu ditingkatkan agar mereka dapat mengajarkan dan memfasilitasi berpikir kritis secara efektif. Ketiga, universitas harus menyediakan akses yang lebih luas terhadap sumber daya akademik yang berkualitas, termasuk jurnal, buku, dan teknologi pendukung. Selain itu, lingkungan akademik yang mendorong diskusi terbuka dan kolaborasi harus dibangun, sehingga mahasiswa merasa nyaman untuk mengemukakan pendapat dan berdebat secara konstruktif. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan mahasiswa Indonesia dapat lebih siap menghadapi tantangan global dan berperan aktif dalam transformasi sosial yang positif.
• Ibnu Syahid Ismail. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas C angkatan 2022.


Saat ini kita memasuki era Society 5.0 yang serba digital, khususnya pada dunia pendidikan yang menghadapi banyak tantangan dan peluang baru. Perlunya transformasi dalam pendidikan untuk menghasilkan generasi penerus yang mampu menghadapi kompleksitas dunia masa depan. Salah satu solusi untuk mencapai transformasi tersebut adalah dengan mengintegrasikan kecerdasan buatan Artificial Intelegence (AI) ke dalam proses pembelajaran. AI memiliki potensi besar untuk mendukung pendidikan kreatif dan inovatif, yang sangat penting dalam mempersiapkan siswa menghadapi era Society 5.0
Pembelajaran 5.0 berfokus pada pengembangan keterampilan dan karakter siswa, bukan hanya pada transfer pengetahuan, dan di mana pendidikan berpusat pada guru sebagai pemberi informasi, tanpa adanya keterlibatan siswa dalam diskusi. Dengan berfokus pada teknologi seperti Artificial Intelegence (AI) dan Internet of Things (IoT), yang dapat membantu manusia meningkatkan kualitas hidup, bukan menggantikannya.
Penerapan AI dalam pendidikan, memperlihatkan berapa besar potensi teknologi ini untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan, penerapan AI tidak boleh menggantikan peran guru dalam memberikan pendidikan moral dan keteladanan. Saya percaya bahwa teknologi AI dapat menjadi alat bantu yang efektif dalam meningkatkan kreativitas dan inovasi siswa, tetapi perlu diingat bahwa teknologi tidak dapat menggantikan peran manusia dalam pendidikan.
Perubahan zaman menuntut inovasi dalam dunia pendidikan. AI hadir sebagai solusi untuk mempercepat dan mempermudah proses belajar-mengajar. Meski begitu, pemanfaatan AI membutuhkan bimbingan dan kreativitas agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan efektif. AI juga menawarkan banyak manfaat, namun peran guru sebagai fasilitator pembelajaran tetap sangat penting. Guru tidak hanya berperan dalam menyampaikan materi pelajaran, tetapi juga dalam membimbing siswa dalam mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan moral. Dengan adanya AI, guru dapat lebih fokus pada tugas-tugas yang membutuhkan sentuhan manusia, seperti memberikan dukungan emosional kepada siswa, membangun hubungan yang positif, dan menginspirasi siswa untuk mencapai potensi terbaiknya.

Penerapan Artificial Intelligence (AI) dapat melibatkan berbagai teknologi seperti mesin pembelajaran (machine learning), Chatbot, Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan berbagai teknologi lainnya. Pemanfaatan AI dalam pendidikan menghadirkan berbagai peluang baru untuk meningkatkan mutu pembelajaran, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. AI memfasilitasi pembelajaran yang dipersonalisasi dan disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa.
Penerapan AI dalam Pendidikan telah mengubah wajah pendidikan dengan menawarkan berbagai solusi inovatif. Berikut adalah beberapa penerapan AI yang signifikan seperti 1) Mentor Virtual: AI dapat memberikan umpan balik yang personal kepada siswa, merekomendasikan materi tambahan, dan bahkan mengidentifikasi kesulitan belajar siswa, 2) Asisten Suara: Fitur seperti Google Assistant memungkinkan siswa mencari informasi, menyelesaikan soal, dan menemukan referensi dengan mudah hanya dengan suara, 3) Konten
Cerdas: AI dapat mengorganisasi dan merekomendasikan konten pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa, mempermudah pencarian informasi, 4) Penerjemah Presentasi: AI dapat menerjemahkan teks secara real-time, memungkinkan siswa mengakses materi pembelajaran. dalam berbagai bahasa, dan masih banyak lagi.

Era Society 5.0 memerlukan transformasi pendidikan yang signifikan, tetapi transformasi ini tidak boleh berarti mengorbankan nilai-nilai tradisional dalam pendidikan. Dalam konteks ini, pendidikan harus berfokus pada pengembangan keterampilan siswa, bukan hanya pada transfer pengetahuan. Siswa perlu diajarkan untuk berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan berkolaborasi dengan orang lain. Teknologi AI dapat membantu dalam proses ini, tetapi tidak boleh menggantikan peran manusia dalam pendidikan.
Era 5.0 mengharuskan kita untuk terus beradaptasi dengan perubahan yang cepat. AI menjadi bagian yang semakin penting dari kehidupan sehari-hari kita, terutama di bidang pendidikan. Dengan memanfaatkan potensi AI dengan cara yang seimbang, kita dapat menciptakan generasi muda yang akhirnya akan menangani kompleksitas di masa depan. Namun, kita juga perlu memahami bahwa teknologi hanyalah alat. Yang paling penting adalah bagaimana kita menggunakan alat ini untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih ambisius, yaitu menciptakan anggota masyarakat yang lebih bertanggung jawab, didorong karakter, dan berkontribusi positif.
• Ghiovita Fatika Putri. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2022.
