

Ketua HIMA PBSI ‘Afifuddin
Pemimpin Redaksi Ibnu Syahid Ismail
Redaktur Pelaksana
Esty Destina Rahmadhani Herliana
Redaktur
Robith Faiqul Himam, Fea Tegar Nanda Lukmawan Putra, Ibnu Syahid Ismail, Ghiovita
Fatika Putri, Dwi Nur Afiani. Esty Destina Rahmadhani, Herliana, Nurrohmah Hidayatun, Dimas Hafis Saputra, Layla Mamluaturrohmah.
Artistik
Esty Destina Rahmadhani Herliana Ibnu Syahid Ismail
Sirkulasi
Esty Destina Rahmadhani Herliana
Alamat
Gedung PKM FBSB Lt 2 Karangmalang, Yogyakarta 55281
Email himapbsiuny@gmail.com
Web mediahimapbsiuny.wordpress.com

Buletin Mozaik Edisi 1 tahun 2024 telah melalui proses yang cukup panjang sampai akhirnya berhasil diterbitkan secara online. Membawakan tema “Gerbang PBSI: Wujudkan Karsa Bagi Mahasiswa PBSI”, Buletin Mozaik Edisi 1 kembali menghadirkan nuansa baru dalam mendampingi pembaca menyusuri perjalanan panjang mengenai beragam eksplorasi aktivitas penuh makna.
Pada Buletin Mozaik Edisi 1 ini, pembaca diajak turut mengenal kegiatan yang sudah terlaksana dalam masa akhir kepengurusan HIMA PBSI Renaisans. Segala pengalaman yang telah berlalu tentu menorehkan kesan yang mendalam bagi siapa saja yang melaluinya. Oleh karena itu, Buletin Mozaik Edisi 1 akan membawa pembaca merasakan kilas balik terhadap momen-momen tersebut melalui susunan bacaan yang sederhana. Segala karya tulis oleh mahasiswa PBSI yang dimuat dalam Buletin Edisi 1 ini menunjukkan keterlibatan mahasiswa yang ingin berbagi rasa kepada para pembaca.
Walaupun harus berubah wujud, warna, atau struktur di masa depan nanti, Buletin Mozaik akan selalu hadir menyertai para pembaca untuk memberikan informasi sekaligus menjadi sebuah wadah yang mampu menampung ide serta kreativitas seluruh mahasiswa PBSI, dengan demikian, Buletin Mozaik akan memiliki tujuan tetap sehingga dapat terus dilestarikan kebermanfaatannya bagi sesama. Harapan teruntuk para pembaca, yaitu semoga segala hal baik selalu menyertai kita semua di manapun kita berada sampai nanti ketika Buletin Mozaik mendapat kesempatan lahir kembali.
Tim Redaksi
Bahasa dan budaya merupakan cerminan identitas masyarakat yang terus diasuh oleh subjek warga negara agar cerminan itu tidak hilang ditelan zaman. Merasuknya pengaruh global ke dalam bahasa dan budaya menimbulkan dialektika antara lokalitas dengan globalitas yang memengaruhi perilaku sosial dalam bahasa dan budaya. Globalisasi dapat menjadi ancaman ataupun kesempatan, tergantung bagaimana kita menyikapi hal tersebut.
Globalisasi, sebagai proses integrasi internasional yang melibatkan pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek kebudayaan lainnya, memberikan tantangan terhadap bahasa dan budaya. Banyak bahasa di seluruh dunia terancam punah karena kurangnya pemakaian dan pengetahuan generasi muda tentang bahasa ibu mereka. Globalisasi dapat menyebabkan dominasi bahasa-bahasa besar seperti Bahasa Inggris, Mandarin, dan Spanyol, yang mengancam keberadaan bahasa-bahasa kecil.
Dampak positif dari globalisasi budaya adalah perubahan tata nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi rasional, berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju dalam tingkat kehidupan yang lebih baik. Namun, dampak negatifnya adalah berkembangnya sifat individualis karena masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain.
Globalisasi juga berdampak pada penggunaan Bahasa Indonesia. Dampak positifnya adalah kemudahan dalam berkomunikasi dengan orang dari berbagai negara. Namun, dampak negatifnya adalah munculnya eksklusivitas dalam penggunaan bahasa asing yang mengakibatkan banyak generasi muda yang cenderung menggunakan Bahasa “campuran” dalam bersosial media.
Ideologi bahasa dapat menjadi solusi dalam menghadapi tantangan globalisasi terhadap bahasa dan budaya, dengan mempertahankan bahasa sebagai identitas budaya dan memperkuat penggunaan bahasa lokal. Menurut Paul Kroskrity, ideologi merupakan persepsi tentang bahasa dan wacana yang dibangun berdasarkan kepentingan kelompok sosial atau budaya tertentu dan berkaitan erat dengan struktur sosial yang ada dalam masyarakat, sedangkan Joseph Errington mengatakan bahwa ideologi bahasa adalah kerangka untuk menangani gagasan tentang struktur dan penggunaan bahasa dalam kaitannya dengan konteks sosial.
Intermedialitas dapat menjadi sarana untuk mem-
pertahankan keanekaragaman budaya, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan media sosial untuk mempromosikan budaya lokal dan memperkuat identitas budaya. Menurut Juha Herkman, intermedialitas dimaknai sebagai gejala percampuran aspek-aspek seni yang sudah mapan dengan bentuk-bentuk media lainnya sehingga timbul satu bentuk seni yang baru.
Istilah intermedialitas sudah lama dipakai dalam kajian humaniora, lalu intermedialitas dapat memberikan perspektif baru dalam analisis lintas batas media dan hibridisasi genre. Menurut Juha Herkman, intermedialitas merupakan konsep intertekstualitas diterapkan dalam analisis beragam bentuk tekstual yang baru, digital, dan berbasis internet.
Intermedialitas juga dipandang sebagai sebuah pendekatan yang berfungsi untuk menganalisis konsekuensi dan dampak sosial dan budaya dari perkembangan teknologi media, dengan penekanan pada analisis kesinambungan dan perubahan hubungan intermedial. Hal ini mencakup analisis mengenai bagaimana media-media yang berbeda dapat bekerja sama untuk menciptakan konten yang lebih kaya dan kompleks.
Pendekatan intermedialitas ini sangat relevan dalam konteks perkembangan teknologi media modern, khususnya dengan adanya media baru, seperti media digital dan berbasis internet. Perkembangan ini telah mengubah cara kita mengkonsumsi informasi, hiburan, dan budaya, serta cara kita berinteraksi satu sama lain.
Pada praktiknya, intermedialitas dapat berupa campur code. Campur code merupakan fenomena linguistik yang mengacu pada penggunaan lebih dari satu bahasa atau variasi bahasa dalam konteks komunikasi. Hal itu terjadi ketika seseorang beralih antara dua atau lebih bahasa atau variasi bahasa dalam satu kalimat atau percakapan.
Intermedialitas memberikan pengaruh pada tingkah laku sosial, seperti halnya hantaran Imlek. Hantaran imlek yang semestinya itu packaging sederhana tetapi mewah dan berisikan roti-roti kering. Akan tetapi, intermedialitas memberikan suasana baru dalam hal itu. Melalui packaging menggunakan besek dan berisi nasi kuning. Persilangan antara budaya China dengan makanan khas Jawa.
Jadi, bahasa dan budaya adalah cerminan identitas masyarakat, dan pengaruh globalisasi memiliki dampak signifikan terhadap keduanya. Ideologi bahasa dan intermedialitas adalah solusi yang mungkin dalam menghadapi tantangan globalisasi terhadap bahasa dan budaya.
• Fea Tegar Nanda Lukmawan Putra. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas C Angkatan 2023.


Progam kerja Lokakarya HIMA PBSI dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan yang berbeda dari periode sebelumnya. Kali ini, progam kerja yang dinaungi oleh Divisi Kepenulisan dan Divisi Kewirausahaan HIMA PBSI berkolaborasi untuk mengadakan pembekalan dan pelatihan menulis proposal PKM (Progam Kreativitas Mahasiswa) dan P2MW (Progam Pengembangan Mahasiswa Wirausaha). Pelatihan ini dinilai penting untuk mahasiswa dalam persiapan mereka menjelang diadakannya PKM dan P2MW yang akan datang. Berlangsung selama tiga hari, Lokakarya Kepenulisan dan Kewirausahaan termasuk dalam serangkaian acara Gerbang HIMA PBSI UNY 2024. Hari pertama (11/5/2024) dibuka dengan Kuliah Umum Lokakarya Kepenulisan dan Kewirausahaan di pendopo Tedjakusuma. Ibu Beniati Lestari, S.Pd., M.Pd. diundang sebagai narasumber yang mengisi materi untuk pengenalan PKM kepada peserta. Sementara itu, Bapak Arwan Nur Ramadhan, S.Pd., M.Pd. turut mengisi acara sebagai narasumber di bidang P2MW. Kuliah Umum yang berlangsung diharapkan bisa membuat para perserta lebih mengenal PKM dan P2MW sehingga dapat membangun semangat mereka dalam mengikuti serangkaian acara selanjutnya. .
Selanjutnya, pada hari kedua (17/5/2024) diadakan Kelas Kecil 1. Pada acara kali ini peserta dibagi menjadi dua kelas. Kelas kecil pertama diisi oleh peserta yang berminat di bidang PKM. Sementara kelas kecil yang lain diisi oleh para peserta yang berminat pada P2MW. Acara di hari kedua lebih berfokus pada orientasi penulisan proposal dari bidang yang mereka ambil.
Pada bidang penulisan proposal PKM, Ibu Mentari Putrirahayu Prawita, S.Pd., M.Hum. dan Alifah Raihan Nur Hasanah, S.Pd. diundang sebagai pemateri dan pendamping. Lalu, pada bidang penulisan proposal P2MW Bapak Riswanda Himawan, M.Pd. dan Khansa Oktavia Sulaima diundang untuk mendampingi penulisan proposal peserta. Pada kelas kecil kali ini, peserta telah dibagi menjadi beberapa tim. Mereka mulai mencari ide, mengolah ide, dan menulis rancangan proposal bersama teman tim mereka masing-masing. Pemateri juga menyampaikan tata cara penulisan proposal, potensi judul dan cara menyusun bab satu, dua dan tiga sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hari ketiga (24/5/2024) dilanjutkan dengan diadakannya Kelas Kecil 2. Konsep kelas kecil 2 ini adalah pemaparan proposal oleh peserta yang telah dibagi menjadi beberapa tim, lalu dinilai dan ditanggapi oleh juri penilai. Bapak Faisal Isnan, M.Pd. dan Ibu Dwi Larasati, S.Pd. menjadi juri penilai di Kelas Kecil 2 Lokakarya Kepenulisan, sedangkan Bapak Riswanda Himawan, M.Pd. dan Bapak Mawaidi, S.S., M.Hum. menjadi juri penilai di Kelas Kecil 2 Lokakarya Kewirausahaan.

Para juri banyak memberi masukan kepada peserta sekaligus memberi tanggapan yang positif kepada para peserta. Mereka begitu mendukung maupun berpandangan sangat positif terhadap Lokakarya Kepenulisan dan Kewirausahaan. Bukan hanya bermanfaat bagi peserta saja, tetapi juga dapat membantu pembinaan progam PKM dan P2MW yang ada di kampus.
“Pertama saya mengapresiasi teman-teman panitia karena sudah menjalankan Lokakarya kemarin dengan baik, meskipun baru pertama kali dilakukan. Lokakarya kemarin sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang tertarik untuk mengikuti PKM tetapi masih bingung tentang bagaimana PKM itu sendiri. Mungkin di Lokakarya PKM yang akan datang mahasiswa lebih ditekankan dalam menemukan ide-ide yang selanjutnya akan _diajukan dalam seleksi proposal,” ujar M. Trengginas, peserta Lokakarya Kepenulisan.
“Masyaallah acaranya bagus, memanusiakan manusia a.k.a ada konsum yang bisa buat ngemil sambil dengerin pembicaranya. Lingkunganya nyaman juga jadi nggak ngerasa diintimidasi selama acara, apalagi kakak-kakak HIMA juga ngarahinnya lembut banget tuturnya. Keren banget (acaranya). Semoga acara yang kayak gini selalu diadakan tiap tahun (dan) lebih bisa dimeriahkan lagi,” ujar Vira Cahya, peserta Lokakarya Kewirausahaan.
Secara keseluruhan, kegiatan lokakarya ini menjadi langkah awal yang sangat penting bagi Prodi PBSI dalam upaya meningkatkan prestasi di bidang Program Kreativitas Mahasiswa dan Program Pengembangan Mahasiswa Wirausaha. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dari Lokakarya ini, diharapkan mahasiswa PBSI mampu menghasilkan proposal-proposal yang berkualitas dan berdaya saing tinggi, serta siap untuk berkontribusi dalam dunia kewirausahaan dan inovasi pendidikan.
• Robith Faiqul Himam. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas D Angkatan 2022.
• Fea Tegar Nanda Lukmawan Putra. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas C Angkatan 2023.


Purwokerto – Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) menjadi lokasi kegiatan Kunjungan Universitas yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMA PBSI) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) bersama Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia (HIMASASI) UNSOED. Kunjungan Universitas tersebut termasuk ke dalam serangkaian acara Gerbang HIMA PBSI 2024. Acara yang diadakan pada hari Sabtu, 18 Mei 2024 tersebut dihadiri oleh 47 peserta dari HIMA PBSI UNY dan 34 peserta dari HIMASASI UNSOED
Acara yang bertajuk “Menjajaki Sinergi: Menumbuhkan Kolaborasi, Membangun Jembatan Relasi di Perguruan Tinggi” tersebut menyoroti pentingnya menemukan dan mengembangkan potensi kerja sama yang saling menguntungkan antara dua himpunan mahasiswa. Churul Inalzahra Yuniuzahin, salah satu penanggung jawab Kunjungan Universitas, melalui wawancara beberapa waktu lalu menjelaskan alasan di balik pemilihan tema tersebut. Menurutnya, tema ini bertujuan untuk menggali dan mengeksplorasi hal-hal baru yang dapat mendorong kolaborasi atau kerjasama dalam membangun koneksi serta mempererat hubungan, sehingga memungkinkan pertukaran ide dan gagasan yang produktif dan bermanfaat.
Acara dimulai pukul 09.10 WIB dengan sambutan dari Alyah Roes Srikandi selaku Ketua HIMASASI UNSOED yang menyambut baik kesempatan ini sebagai ajang berbagi pengalaman dan wawasan. Sambutan juga disampaikan oleh ‘Afifuddin selaku Ketua HIMA PBSI UNY dan Intan Azarin Nabila selaku Ketua Pelaksana Gerbang HIMA PBSI UNY yang menyampaikan pentingnya berkolaborasi dan menjalin hubungan yang sinergis.
Acara kemudian dilanjutkan dengan presentasi mengenai tugas dan program kerja dari setiap divisi di masing-masing himpunan mahasiswa. Setiap divisi di masing-masing ormawa secara bergiliran menjelaskan rincian dari divisi mereka yang dalam penyampaiannya diwakilkan oleh ketua di tiap divisi. Penjelasan mengenai masing-masing ormawa kemudian dilanjutkan dengan sesi Forum Group Discussion (FGD). Pada sesi ini, setiap peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok yang merupakan divisi dari kedua ormawa yang dianggap linear atau memiliki tupoksi yang serupa. Sesi ini diwarnai dengan tawa canda yang diselipkan di tengah diskusi yang menambah nuansa kehangatan di antara kedua ormawa.
Acara diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dan buah tangan dari kedua ormawa yang dilanjutkan dengan foto bersama sebagai simbol komitmen untuk terus menjalin kerja sama di masa depan. Beberapa peserta menyampaikan kesannya selama mengikuti serangkaian acara dan berharap kegiatan ini bisa menjadi langkah awal dari berbagai kolaborasi positif lainnya.

“Aku have fun banget sama acara kemarin, apalagi bisa bertukar cerita tentang masing-masing proker, HIMASASI jadi punya ide baru juga buat kabinet di tahun selanjutnya berkat kakak-kakak sekalian. Semoga kedepannya kita bisa ketemu lagi. Semoga juga waktunya lebih banyak jadi kita bisa lebih lama mainnya,” ucap Alifia selaku peserta dari pihak HIMASASI UNSOED.
Dengan diadakannya kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat hubungan antara HIMA PBSI UNY dan HIMASASI UNSOED, serta memberikan wawasan baru tentang pentingnya sinergi dan kolaborasi di era digital, khususnya dalam konteks perguruan tinggi.
• Ibnu Syahid Ismail. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas C Angkatan 2022.

Pada tanggal 31 Mei 2024, Ruang Cine Club, Gedung Ki Ageng Suryomentaram FBSB UNY telah diselenggarakan acara Temu Wicara oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta (HIMA PBSI UNY). Temu wicara merupakan salah satu program kerja yang terdapat dalam serangkaian kegiatan titik awal tahun ini. Dengan mengangkat tema “Eksplorasi Kompetensi: Pengenalan Keterampilan Mahasiswa PBSI dalam BIPA, Jurnalistik, dan Penyusunan Buku”, kegiatan ini menjadi salah satu program kerja yang menarik perhatian mahasiswa.
Penanggung jawab kegiatan, Khansa Faiha, menjelaskan bahwa pemilihan tema tersebut didasar-
kan pada keinginan untuk membuka wawasan mengenai keterampilan tambahan yang belum pernah dibahas sebelumnya. Alasan lainnya adalah untuk memberikan kesempatan lebih awal dalam memahami tiga keterampilan tersebut kepada mahasiswa dalam memilih keterampilan yang akan dipelajari di semester enam nantinya.
Acara dibuka dengan sambutan dari ketua HIMA PBSI ‘Afifuddin, ketua Gerbang PBSI Intan Azarin Nabila, dan Pendamping kemahasiswaan, Bapak Faisal Isnan, M.pd. Dilanjutkan dengan acara inti dimana dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama berupa penyampaian materi oleh pembicara dan tanya jawab yang dipimpin oleh perwakilan dari program studi Bapak Faisal Isnan M.pd. Sesi kedua merupakan inti acara, yaitu talkshow bersama narasumber Denny Indria Ferawati, S.Pd. (Mahasiswi PBSI UNY 2019), Siti Kholifah (Mahasiswi PBSI UNY 2019), dan Alyanisa Maulidina (Mahasiswi PBSI UNY 2020). Ketiganya merupakan kakak tingkat dan alumni prodi PBSI yang memiliki pengalaman dalam bidang BIPA, jurnalis, dan penyusunan buku.
Acara berlangsung lancar dan mendapat respons positif dari peserta. Farah Raihanah, salah satu peserta, mengungkapkan “Acaranya seru banget! Jadi kebuka wawasannya terkait pembidangan jurusan besok. Walaupun aku masih semester 2, tapi bisa tetap paham sama materinya karena narasumbernya seru-seru! Pesannya, semoga kegiatan hima lainnya bisa lebih seru dan tidak molor waktunya.
Pesan lainnya buat HIMA/PBSI, pengen banget someday ada data alumni PBSI terkait bidang yang mereka ambil, cerita mereka, dan mereka akhirnya kerja apa. Karena sebenernya, alumni PBSI, alumni UNY itu banyak yang keren-keren, cuma kurang dipublish aja.”
Sebagai penutup, para peserta diajak untuk sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan, serta dilakukan penyerahan sertifikat kepada pembicara sebagai apresiasi atas partisipasi mereka dalam acara ini.
Dengan semangat ini, HIMA PBSI UNY berkomitmen untuk terus mengadakan kegiatan yang bermanfaat bagi mahasiswa dan menyediakan ruang untuk mempublikasikan prestasi alumni dalam berbagai bidang.
• Ghiovita Fatika Putri. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas A Angkatan 2022.
• Dwi Nur Afiani. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas B Angkatan 2023.

Serangkaian titik awal Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMA PBSI) 2024 kini hadir dengan diadakannya puncak kegiatan dari titik awal tersebut, yaitu Ruang Karya #4. Berbeda dengan tahun lalu, Ruang
Karya #4 pada tahun ini tidak mengundang ormawa untuk tampil karena mengembalikan esensi dari tujuan adanya Ruang Karya, yaitu mengapresiasi dan mewadahi bakat dan minat mahasiswa PBSI baik dalam bidang sastra maupun non sastra. Tema besar yang diangkat dalam Ruang Karya #4 adalah Kebersamaan.
“Berangkat dari keresahan yang dialami oleh mahasiswa PBSI terkait tugas kelompok yang harusnya dikerjakan bersama tapi justru dikerjakan sendiri-sendiri jadi kebersamaannya tidak tercapai,” ujar Yayak, selaku penanggung jawab acara Ruang Karya #4. Begitulah alasan di balik tema yang diusung dalam acara Ruang Karya #4.
Acara Ruang Karya #4 dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2024, bertempat di laboratorium karawitan lantai 2 tepatnya di Gedung Ki Narto Sabdo FBSB UNY. Pukul tiga sore, lorong pameran gedung Ki Narto Sabdo Ruang Karya resmi dibuka. Memasuki area pameran, pengunjung disuguhkan dengan karya dari mahasiswa PBSI disetiap titik-titik lorong seperti fotografi, lukisan, kedai karya, kios cerpen, dan warung puisi.
Pameran Ruang Karya #4 juga memiliki titik unggulan, yaitu bianglala yang di dalamnya terdapat foto-foto pengenalan setiap divisi pengurus HIMA PBSI UNY 2024. Tidak jauh dari sana, terdapat titik bernama KORA (Kegiatan Organisasi Asik) yang berisi foto-foto kegiatan pengurus HIMA PBSI UNY 2024 beserta nama-nama dari pengurus itu sendiri. Tidak lupa yang cukup menjadi perhatian pengunjung pada pameran adalah permainan roda pengetahuan.
Rangkaian acara berlanjut dengan dibukanya pertunjukan oleh Raphael Paskhalis Tarigan (Pael) dan Adib Fikri Ghozali (Adib) pada pukul 16.40 WIB. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Gerbang PBSI UNY 2024, Intan Azarin Nabila. Dilanjutkan dengan sambutan oleh Ketua HIMA PBSI UNY 2024, ‘Afifuddin. Kemudian, sambutan terakhir disampaikan oleh pendamping mahasiswa prodi PBSI UNY, Bapak Faisal Isnan, M.Pd. Setelah sesi sambutan selesai, acara dimeriahkan oleh para penampil mahasiswa PBSI yang menampilkan pembacaan puisi, drama, tari, dan penampilan musik.
Ruang Karya #4 turut mengundang bintang tamu, yaitu dari Sasmita Musik dan Gampang Karaoke. Selain itu, terdapat penampilan dari komunitas PBSI yaitu Atap Langit dan Mishbah. Pertunjukan tersebut cukup memukau bagi pengunjung yang datang di acara. Panggung yang disajikan cukup mewah, dibalut dengan dekorasi pasar malam yang semakin menambah minat pengunjung di acara Ruang Karya #4.

“Mataku termanjakan oleh acaranya, dari awal acara hingga akhir,” ujar Sheyra, salah satu pengunjung Ruang Karya #4. Dirinya juga mengatakan bahwa tempat pamerannya baik dan interaktif. Menurutnya, penampilan musik, baca puisi, drama, hingga tari terkesan memanjakan mata. Ia juga memberikan pesan untuk Ruang Karya selanjutnya agar semakin sukses, meriah, dan lebih banyak karya mahasiswa yang dipajang di setiap lorong.
“Aku enjoy saat menonton berbagai penampilannya, mulai dari bernyanyi, drama, dan puisi. Penampilan yang disuguhkan tidak mudah (membuat) bosan. Aku tidak sabar menanti penampilan-penampilan selanjutnya sampai selesai,” ujar Citra, selaku pengunjung yang menikmati pertunjukan di laboratorium karawitan FBSB UNY. Ia mengatakan bahwa penampilan Ruang Karya #4 ini sangat bagus dan mengesankan karena dapat melihat bakat dari mahasiswa PBSI yang ditampilkan. Ia berterima kasih kepada penyelenggara dan berharap jika kualitas Ruang Karya selanjutnya terus ditingkatkan agar lebih baik lagi.
Salah satu penampil dari mahasiswa PBSI, yaitu Wildan yang membacakan puisi dalam acara Ruang Karya #4, mengatakan bahwa acara tersebut dapat menyalurkan bakatnya dalam bidang puisi. Ia berharap jika puisi yang dibacakan bisa menjadi motivasi bagi penonton dan pesan-pesan yang terkandung dalam puisi dapat dijadikan renungan bersama. Oleh sebab itu, melalui acara tersebut bakat-bakat mahasiswa PBSI dapat tersalurkan dan meningkatkan kebersamaan yang terjalin selama acara berlangsung.
Challysia, penanggung jawab Ruang Karya #4, menaruh harapan bahwa Ruang Karya selanjutnya bisa berkembang mengikuti zaman dan memiliki kesan baik di hati pengunjung. Mereka cukup puas dan sangat berantusias dari awal acara hingga penutupan. Beberapa pengunjung juga memberikan komentar positif mengenai Ruang Karya #4, baik dari segi pameran maupun pertunjukan.
• Esty Destina Rahmadhani. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas A Angkatan 2023.
• Herliana. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas A Angkatan 2023.

Yogyakarta, 9 Agustus 2024 – Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sukses menggelar acara Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) tahun 2024. Acara yang berlangsung meriah ini menjadi momen penting bagi mahasiswa baru untuk mengenal lebih dekat lingkungan akademik dan nonakademik di Prodi PBSI UNY.
Pada tahun ini, PKKMB PBSI UNY mengusung tema “Sinergi Merajut Asa, Optimalisasi potensi Berbahasa dalam Mewujudkan Kebersamaan”. Kresna Abista, selaku Ketua Panitia, mengungkapkan makna dari tema tersebut dalam wawancara yang dilakukan beberapa waktu lalu. “Kami mengangkat tema tersebut karena dalam kegiatan PKKMB ini, mahasiswa baru tidak hanya sekadar dikenalkan dengan komponen-komponen yang ada di Prodi PBSI, tetapi kami juga ingin mengoptimalkan serta memaksimalkan potensi berbahasa yang dimiliki oleh mahasiswa baru melalui penugasan yang ada di PKKMB. Harapannya, melalui kegiatan ini mahasiswa baru dapat menjalin kebersamaan antarteman seangkatannya maupun mahasiswa PBSI lainnya.”
Acara dibuka secara resmi oleh Dr. Drs. Teguh Setiawan, M.Hum., selaku Ketua Departemen PBSI UNY, yang ditandai dengan pemukulan gong. Bentuk penyambutan mahasiswa baru 2024 ke dalam keluarga besar Departemen PBSI UNY dilakukan dengan penyematan atribut kepada mahasiswa baru dari Prodi PBSI dan Sastra Indonesia sebagai simbol dimulainya perjalanan mereka sebagai mahasiswa di Departemen PBSI UNY. Setelah itu, mahasiswa baru dikenalkan kepada para dosen dan staff pengajar PBSI serta Sastra Indonesia.
Salah satu momen yang paling dinantikan adalah sarasehan bersama Ketua Departemen PBSI UNY. Dalam kesempatan kali ini, Ketua Departemen memberikan pengenalan lebih rinci kepada mahasiswa baru terkait sistem perkuliahan dan prospek dari Prodi PBSI. Melalui materi sarasehan tersebut, diharapkan mahasiswa baru dapat lebih cepat beradaptasi dalam perkuliahan dan lebih bersemangat dalam meraih prestasi yang membanggakan.
Tidak hanya itu, mahasiswa baru juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan Hermanto, S.Pd., M.Hum., sebagai narasumber yang merupakan alumni dari PBSI UNY. Dalam sesi sarasehan bersama alumni tersebut, mahasiswa baru mendapatkan banyak informasi mengenai kehidupan setelah lulus dari PBSI. Hermanto, yang merupakan dosen di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), menceritakan pengalaman dan alasannya memilih PBSI UNY kala itu. Ia juga memotivasi mahasiswa baru dengan menyampaikan potensi-potensi yang mungkin didapatkan di PBSI dan peran penting PBSI di tengah masyarakat.

Setelah itu, acara ditutup dengan penampilan dari Teater Mishbah yang membawakan pertunjukan teater, serta penampilan musik dari grup Atap Langit yang memeriahkan suasana. Sebagai penutup, panitia juga mengumumkan penugasan terbaik yang telah dikerjakan oleh para mahasiswa baru sebelumnya, sekaligus menandai berakhirnya rangkaian acara PKKMB PBSI UNY 2024.
“Kesan saya setelah mengikuti PKKMB PBSI 2024 sangat seru kegiatannya dan saya dapat bertemu dengan orang-orang hebat seperti alumni PBSI, jadi lebih termotivasi. Kakak-kakak panitia PKKMB-nya juga sangat seru, ramah, dan baik sekali. Rasa keramahan ini yang membuat saya nantinya akan nyaman selama menjadi mahasiswa. Kakak pemandunya juga baik sekali, membantu secara tulus dan mendukung. Saya jadi bersemangat dan ceria selama melaksanakan PKKMB kemarin, serta saya juga jadi tahu tentang fakultas dan prodi yang saya pilih secara lebih dalam lagi. Saya bangga berada di Universitas Negeri Yogyakarta dan Fakultas FBSB UNY,” ungkap Aulia, salah satu mahasiswa baru PBSI UNY, saat diwawancara mengenai kesannya mengikuti PKKMB PBSI UNY 2024.
• Ibnu Syahid Ismail. Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas C Angkatan 2022.




Kenanga punya banyak mimpi. Dia ingin dipeluk oleh kedua orang tuanya. Dia ingin dipuji karena nilai-nilainya yang naik. Dia ingin mendapatkan hadiah, meski hanya sebatas ucapan selamat. Dia juga ingin menjadi seorang guru. Dia ingin mengajari murid-muridnya agar mereka tidak tumbuh menjadi wanita liar seperti dirinya.
Namun, mimpi terbesarnya adalah untuk menjadi seorang ibu. Lagi pula, wanita mana yang tidak ingin memiliki buah hati? Kenanga akan meludah dan berkata bahwa mereka sangat munafik jika ada yang berkata demikian di hadapannya. Dia juga ingin menikah dengan pangeran berkuda putih yang menjemputnya di padang berbunga, dengan gagah mengacungkan pedang besi laksana prajurit di garda terdepan.
Kalau mendengar imajinasinya, teman-temannya mungkin akan tertawa dan berkata, “kau sebenarnya mengharapkan seorang pangeran atau justru pembunuh?”
Pada akhirnya, kalimat itu tidak begitu salah. Yang dia dapatkan adalah seorang pangeran, yang akhirnya membunuhnya bersama mimpi-mimpinya.
‘Pangeran’ itu bernama Bima, seorang pemuda pilihan orang tuanya yang dikenalkan padanya ketika usianya baru saja menginjak 22 tahun.
oOo
Setahun sebelumnya, Kenanga bertemu dengan seorang anak bernama Abimanyu.
Waktu itu dia baru berusia 21 tahun, di semester ke-6 bangku kuliahnya. Dia mengunjungi sebuah panti asuhan untuk survei dan seorang anak dari panti itu tanpa sengaja menarik perhatiannya. Anak itu sangat cerdas dan tampan, tetapi juga pendiam. Dia tidak pernah tersenyum, tertawa, dan hanya bergeming ketika dia membuat lelucon.
Katanya, anak itu adalah pindahan dari panti asuhan lain yang terbakar. Semua penghuni panti asuhan itu, termasuk penjaga dan anak-anaknya meninggal, kecuali dia. Hal itu pula yang membuatnya dijauhi oleh teman-teman di panti barunya.
“Abimanyu si pembawa sial.”
“Abimanyu si suram.”
“Pembawa petaka.”
“Sial.”
Semua itu merujuk pada dirinya.
Pada akhirnya, Kenanga yang berinisiatif untuk
mengajaknya berbicara. Kali pertama, Abimanyu sama sekali tidak mengacuhkannya. Kali kedua, pemuda itu hanya melengos dan kabur dari pandangannya. Kali ketiga, bahkan sebelum Kenanga mengucapkan sepatah kata, anak itu sudah beranjak pergi.
“Hey! Kamu mau baca bukuku nggak?”
Mendengar itu, langkah Abimanyu terhenti. Kenanga lalu tersenyum tipis, mendekatkan diri pada anak yang baru berusia 11 tahun itu. Untung saja Abimanyu tidak menjauh darinya.
“Kenapa? Tertarik dengan buku?”
Kenanga tidak berharap Abimanyu akan menjawab pertanyaannya, tetapi mungkin ada yang aneh hari ini sehingga anak itu akhirnya mau membuka mulut.
“Aksara suka baca buku.”
“Aksara? Siapa itu Aksara?”
“Aksara itu Aksara. Dia sahabatku, Aksara.”
Saat itu Kenanga ingat tentang masa lalu Abimanyu. Panti asuhan terbakar, semua mati, hanya dia yang selamat. Sudut bibir Kenanga yang tersenyum kini menjadi kaku. Dalam hatinya bersimpati, betapa malang hidup anak kecil ini.
Dia tidak bertanya lebih lanjut, hanya menarik tangan anak kecil itu dengan erat dan membawanya untuk duduk di ruang tamu panti. Tangannya yang lain menggeledah tasnya sendiri untuk mengambil sebuah novel yang selalu dia bawa.
“Anyelir dan Mimpi Semu, ini antologi yang aku tulis dan baru diterbitkan setahun lalu. Isinya kumpulan cerita pendek.”
Kenanga menyodorkan novel itu di hadapan Abimanyu, yang hanya ditatap kosong oleh anak itu. Hingga semenit, tangan Kenanga tergantung di udara tanpa dipedulikan oleh Abimanyu.
“Kenapa?”
“Kok pendek?”
“Huh?”
“Kalau novel. Panjang.”
Kalimat Abimanyu yang hanya sepatah dua patah kata sedikit membuat Kenanga berpikir keras. Setelah mencoba memahami beberapa saat, akhirnya Kenanga mampu menangkap apa maksud anak itu.
“Maksudmu, kenapa novel ini isinya pendek-pendek?”
Abimanyu mengafirmasinya dengan satu anggukan kecil.
Kenanga tersenyum, menarik tangan bocah kecil itu dan memindahkan novel di tangannya pada kedua

tangan mungil milik Abimanyu.
“Novel yang baik itu, nggak butuh beribu-ribu kata untuk menyentuh hati pembaca. Nggak butuh berlapis-lapis halaman dan bermusim-musim cerita, novel yang baik itu adalah novel yang menyajikan cerita epik dengan seringkas mungkin, tetapi mampu meninggalkan jejak di benak pembaca.”
Hari berikutnya, tanpa Kenanga duga dia melihat Abimanyu menunggunya di depan gerbang panti sambil memeluk novel miliknya. Anak itu terlihat sangat menyedihkan, begitu menyentuh hatinya hingga dia terpikirkan untuk mengadopsi dan merawatnya.
Lalu begitulah, pada usia 22 tahun kurang 8 bulan, Kenanga secara resmi mengadopsi Abimanyu sebagai anak angkatnya.
Kebahagiaan Kenanga setelah mengadopsi Abimanyu hanya bertahan selama 8 bulan, karena pada ulang tahunnya yang ke 22, orang tuanya memaksanya untuk menikah dengan pemuda bernama Bima. Pada saat itulah, kehidupan dan mimpi yang dia dambakan berubah menjadi neraka yang perlahan menghanguskan kewarasannya.
oOo
Kenanga selalu mengabulkan keinginan orang tuanya. Dia merasa sangat bersalah ketika dia meminta untuk berkuliah ketika keluarganya sendiri bukanlah termasuk keluarga kaya. Oleh karena itu, Kenanga menerima ketika orang tuanya ingin menjodohkannya. Hanya saja yang tidak dia duga, perjodohan itu datang terlalu cepat.
“Tapi, Bu, aku masih mau sekolah. Aku masih mau mengejar cita-citaku,” protes Kenanga saat itu, yang tidak diacuhkan oleh Ibunya.
“Kamu itu perempuan, buat apa sekolah tinggi-tinggi? Nanti akhirnya juga duduk di belakang kompor sambil nimang bayi.”
Dia tidak berharap kalimat itu keluar dari bibir Ibunya. Dia tahu, Ibunya paling menolak ketika Kenanga meminta untuk berkuliah, tetapi kalimat yang keluar dari mulut Ibunya itu bagai duri kecil yang menusuk jantungnya. Tidak terasa, tetapi sangat sakit.
Kenanga lalu menyadari, semua kehidupannya, semua sisa kewarasannya, dan semua kebahagiannya telah berakhir pada hari itu.
‘Pangeran’ berkuda putih yang pernah dia impikan tak pernah datang, karena yang datang ternyata adalah pembunuh. Persis seperti prediksi teman-temannya. Orang itu bernama Bima, usianya terpaut 6 tahun darinya. Latar belakang keluarganya tidak buruk, yang Kenanga sesali adalah Bima bukanlah seorang lelaki yang baik.
Pekerjaannya sehari-hari hanya menghabiskan uang keluarga dengan mabuk-mabukan dan berjudi. Emosinya juga sangat tidak stabil, bahkan beberapa kali Kenanga menjadi pelampiasan dan mengalami kekerasan darinya. Pukulan dan cacian adalah menu baru yang harus dia makan setiap hari.
Itu bukanlah masalah, tetapi Kenanga merasa bersalah pada Abimanyu. Dia ingin membawa Abimanyu untuk memberinya kasih sayang seorang ibu, tetapi karena ketidakbecusannya dalam memilih ayah, anak itu harus merasakan neraka bersamanya.
“Abi, maafkan Ibu, ya?”
Suatu hari ketika tengah mencuci piring, Kenanga meminta maaf pada Abimanyu yang membaca novel di meja makan. Anak itu hanya menatapnya dengan polos.
“Kenapa?”
“Kamu tidak seharusnya mengalami semua ini. Andai kamu masih tinggal di panti, mungkin kamu bisa bermain dengan teman-temanmu.”
“Engga juga. Mereka bukan temanku.”
Kenanga tertawa kecil. Ya, bagaimana bisa orang yang memanggilmu ‘anak pembawa sial’ bisa disebut sebagai teman.
Mereka berdua, seorang wanita dewasa dan seorang anak kecil terdiam di ruangan sempit itu. Suara air mengalir dari keran berhenti dan Abimanyu membalik halaman novel.
“Bu, kenapa nggak kabur?”
Kenanga mendongak. Dia pernah berpikir untuk kabur. Kabur dari suaminya yang kasar, kabur dari orang tuanya yang mengekang, dan kabur dari kehidupannya yang kacau. Hanya saja, dia masih belum berani untuk mengubur mimpinya.
“Apa Ibu nggak lelah?”
Sudah lama sekali Kenanga tidak mendengar kata itu. Entahlah, tubuhnya terasa remuk dan sangat ingin berteriak memprotes, tetapi Kenanga tidak bisa berhenti. Jika dia berhenti, maka mungkin saja dia tidak akan bisa menemukan jalan kembali nantinya.
“‘Kamu tidak harus menuruti apa yang orang lain dikte padamu. Hidupmu adalah pilihanmu. Entah kau akan memilih mengikuti egomu dan mati hari ini atau kau memilih melihat matahari lalu mati esok hari, itu pilihanmu.’ Bukankah Ibu sendiri yang menulis kalimat ini?”
Mata Abimanyu masih terpaku pada novel yang dia baca. Itu adalah antologi novel milik Kenanga, Anyelir dan Mimpi Semu. Meski anak itu pasti sudah membaca novel tersebut berkali-kali, tetapi sepertinya Abimanyu tak pernah bosan membacanya. Setiap kau membaca buku,
meskipun kau sudah tahu isinya, tetapi kau akan selalu menemukan hal baru dari yang kau baca. Begitulah kata Abimanyu kala itu.
Kenanga sudah lupa akan tulisannya sendiri.
Tulisannya penuh dengan mimpi-mimpi dan harapan, yang membuatnya sejenak lupa karena hidup sama sekali jauh dari hal itu. Dia lupa, jika kenyataan sangat jauh dari harapan, maka tidak akan pernah ada yang namanya perjuangan. Pengingat dari Abimanyu menyadarkannya, jika hidup akan berjalan berdasarkan pilihannya sendiri. Dia sendirilah yang memilih mengikat lehernya dengan rantai yang disebut perjodohan, tetapi dia pula yang mengeluh bahwa dia terkekang oleh nasib. Sekarang, entah dia memilih untuk melepaskan rantai itu dan bebas, atau tetap terikat dan mati dalam kegilaan, adalah pilihannya sendiri.

Mata Kenanga berkaca-kaca menatap anak kecil berusia 12 tahun itu. Dia begitu kecil, tetapi juga begitu dewasa. Rupanya benar, kedewasaan tidak terlihat dari usia seseorang.
“Abi, apa kau mau keluar dari rumah ini?” Rumah ini adalah penjara yang pintunya terbuka lebar. Kenanga tidak tahu apakah jika dia kabur, maka sipirnya akan mengejar dan menyeretnya untuk masuk kembali. Hanya saja, dia lebih memilih melihat matahari lalu mati esok hari, daripada membusuk di ruang sempit ini.
• Layla Mamluaturrohmah Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kelas B Angkatan 2024.



