
10 minute read
Menyasar Teknologi Pembelajaran Realitas Maya dan Realitas Tertambah
Merdeka belajar yang telah dicanangkan beberapa tahun lalu menjadi paradigma yang terus digembar-gemborkan. Keleluasaan mengadakan pembelajaran juga menjadi PR serius bagi sekolah terlebih bagi guru. Revolusi digital tidak ketinggalan digaungkan dengan diluncurkannya platform-platform pembelajaran dan mendorong guru berinovasi pada pembelajaran. Evaluasi proses belajar selama pandemi Covid-19 juga menjadi petunjuk operasional menyelenggarakan pembelajaran berbasis teknologi digital di kelas.
Perkembangan kecerdasan buatan dan teknologi digital menjadi lebih gencar sebagai metode praktis yang tidak dapat dicapai oleh metode pengajaran konvensional. Terlebih pengalaman pembelajaran jarak jauh di Indonesia turut membuat inovasi dibidang teknologi pendidikan terus dicanangkan. Perkembangan teknologi kecerdasan buatan merevolusi cara pengajaran dan pembelajaran yang lebih efektif. Pandemi global turut mempercepat adopsi pembelajaran yang menunjang pembelajaran jarak jauh. dipungkiri platform pembelajaran digital telah es pembelajaran dewasa ini.
Advertisement
Reality
Reality peran dengan baru meningkatkan pada proses cara kerja AR ini? berbasis VR peserta didik pada pengalaman belajar di lingkungan virtual. Cara situasi. mendukung dan pemikiran kritis pada pembelajaran. Jika VR menawarkan fleksibilitas belajar dan akses lebih luas ke berbagai sumber belajar, AR menawarkan pendekatan pembelajaran interaktif dengan mengintegrasikan elemen digital ke dunia nyata. Hal tersebut memungkinkan peserta didik melihat dan berinteraksi dengan objek 3D yang relevan dengan materi pelajaran secara real-time. Tentu dukungan perangkat yang memadai akan membuat pembelajaran berbasis AR di kelas lebih optimal. Keterampilan dan pengetahuan pendidik untuk mendesain pembelajaran VR dan AR diperlukan dan menjadi tantangan pembelajar sepanjang hayat. Laju perbahan teknologi dewasa ini berkembang dalam berbagai arah yang terpengaruh faktor inovasi, kebutuhan pasar, dan regulasi. Keberlanjutan inovasi pada teknologi pendidikan diarahkan untuk membuat pembelajaran inklusif, lebih efektif, dan terakses dengan mudah. Pentingnya kapasitas adaptif terhadap perubahan kondisi dan tuntutan baru yang muncul. Kapasitas adaptif tidak hanya kemampuan mengubah cara kerja atau strategi, tetapi juga kemampuan belajar dengan mengembangkan keterampilan baru. penalaran menjadi kompetensi penting setiap individu untuk mampu mengintegrasikan teori dan penerapannya secara Bagaimana kita bisa memanfaatkan VR dan AR pada pembelajaran? Teknologi VR dan AR pembelajaran dapat dijangkau melalui , laptop, tablet, atau komputer. Contoh VR dan AR untuk media pembelajaran seperti Google Assistant Education, Youtube, Google Lens, dan aplikasi filter pada sosial lain.
Asisten Google dapat difungsikan untuk mendapatkan jawaban cepat dan mencari informasi tambahan. Google Lens membantu mengenali objek atau teks di nyata dan menghadirkan menggunakan perangkat dapat mengurangi konsentrasi selama pembelajaran. Penggunaan perangkat elektronik bukan tidak mungkin mengakibatkan ketergantungan, sehingga memengaruhi kemampuan peserta didik menyelesaikan tugas tanpa bantuan teknologi digital. Sebagaimana teknologi VR dan AR dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran, lantas tidak mengabaikan metode pembelajaran tradisional dan interaksi tatap muka. Kombinasi seimbang antara teknologi dan metode pembelajaran kontekstual menciptakan lingkungan belajar interaktif. Hemat saya, pembelajaran berbasis VR dan AR berpotensi besar memperkaya proses pembelajaran jika diterapkan dengan bijak dan didukung infrastruktur yang memadai. Teknologi harus dilihat sebagai alat pelengkap yang menambah dimensi baru dalam pembelajaran, bukan sebagai pengganti metode lama. Bukankah teknologi diciptakan sebagai alat bantu dan efisiensi pengguna?
Aplikasi filter untuk membuat filter pelajaran. Filter AR dapat menampilkan informasi, kuis interaktif, atau simulasi untuk siswa belajar. Mengolah aplikasi dan fitur yang ditawarkan media sosial yang umumnya digunakan untuk hiburan dapat diadaptasi menjadi alat pendidikan yang efektif.

YouTube juga dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pendidikan. Algoritma YouTube menampilkan video relevan berdasarkan riwayat penelusuran dan pola tontonan. Pendidik dapat mengarahkan penelusuran video untuk menemukan materi pembelajaran tambahan bagi peserta didik. Video pembelajaran yang direkomendasikan bisa mencakup penjelasan konsep materi pelajaran, eksperimen, tutorial, dan banyak lagi, yang semuanya dapat diakses kapan saja untuk menunjang belajar. Cara ini memberikan fleksibilitas belajar yang memungkinkan peserta didik belajar dengan kecepatan dan jadwal waktu mereka sendiri.
Pemanfaatan AR, VR, dan AI dalam pendidikan memiliki potensi signifikan pada efektivitas pembelajaran. Teknologi diintegrasikan pada pembelajaran menawarkan solusi praktis dan inovatif untuk tantangan-tantangan yang dihadapi pembelajaran konvensional. Seiring dengan perkembangan teknologi, pemanfaatan platform digital menjadikan pengalaman belajar yang lebih kaya. Namun, ada beberapa pertimbangan untuk pengimplementasian secara berkelanjutan meski teknologi VR dan AR ini menjanjikan.
• Hanifah Luthfiana. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas B angkatan 2020.

Pemanfaatan VR dan AR mempermudah akses belajar dan pengalaman lingkungan belajar realistis dan praktikal yang tidak mudah diakses dalam kehidupan nyata. Di samping kemudahan tersebut adapun biaya yang mungkin menjadi hambatan pengadaan perangkat–terutama sekolah dengan anggaran terbatas dan tidak semua pendidik menguasai keterampilan teknis sehingga perlu diadakan pelatihan. Apalagi isu kesenjangan pendidikan di Indonesia masih hangat diperbincangkan. Tidak semua memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan barangkali menambah daftar kesenjangan pendidikan.
Kita juga tidak bisa lupa begitu saja pada permasalahan peserta didik pada pengalaman pembelajaran era pandemi Covid-19. Distraksi dan gangguan ketika




Goenawan Soesatyo Mohamad yang biasa dipanggil Goen, merupakan jurnalis dan sastrawan kritis kelahiran 29 Juli 1941 di Karangasem Batang, Pekalongan, Jawa Tengah. Anak bungsu dari delapan bersaudara dan menulis sejak usia 17 tahun. Ayahnya seorang tokoh pergerakan di kotanya, sehingga ayahnya dapat memberi fasilitas bacaan yang memadai. Pernah mempelajari ilmu politik di Belgia dan menjadi Nieman Fellow di Harvard University, Amerika Serikat. Ia seorang pendiri dan mantan pemimpin redaksi Majalah Berita Tempo pada tahun 1971. Tulisannya banyak mengangkat yang sedang hangat diperbincangkan seperti HAM, demokrasi, agama, korupsi, dan lain sebagainya.
Mengikuti pendidikan di Fakultas Psikologi UI (1960-1964), kemudian memperdalam pengetahuan di College d’Europe, Brugge, Belgia (1965-1966), Universitas Oslo, Norwegia (1966), dan Universitas Harvard (1989-1990). Pernah menjadi wartawan Harian Kami (1966-1970), anggota Dewan Kesenian Jakarta (1968-1971), pemimpin redaksi majalah Ekspress (19701971), anggota Badan Sensor Film (1969-1970), redaktur Horizon (1967-1972; 1972-1992 salah seorang anggota Dewan Penasihat majalah ini), pemimpin redaksi majalah Tempo (1971-1994), dan pemimpin redaksi majalah Zaman (1979-1985).

Goenawan pernah mendirikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), asosiasi jurnalis independent pertama Institut Studi menggarap isu menerbitkan serangkaian media dan buku perlawanan terhadap Orde Baru yang mempersatukan seperti seniman, aktivis, cendekiawan. Dari persatuan lahir Teater Utan Kayu, Radio 68H, Galeri Lontar, Kedai Islam Liberal, terJurnalisme Penyiaran, “Komunitas Utan
Majalah tempo kembali terbit setelah Soeharto diturunkan jabatannya pada tahun 1998. Hal tersebut membuat beberapa perubahan jumlah halaman namun tetap mempertahankan isinya. Tempo semakin memperluas usahanya dengan menerbitkan surat kabar bernama Koran Tempo yang kita kenal saat ini. Tiga puluh tahun menekuni dunia pers, Goenawan menghasilkan berbagai karya yang sudah diterbitkan di antaranya adalah kumpulan puisi Parikesit (1969) dan Interlude (1971), yang diterjemahkan ke bahasa Belanda, Inggris, Jepang, dan Prancis, Asmaradana (1992), Misalkan kita di Sarajevo (1998), dan Sajak-sajak Lengkap 1961-2001 (2001).

Selain membuat kumpulan puisi, Goenawan juga menghimpun esai ke dalam Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972), Seks, Sastra, dan Kita (1980), Catatan Pinggir (1982), Kesustraan dan Kekuasaan (1993), Setelah Revolusi Tidak ada lagi (2001), Kata, waktu (2001), Eksotopi (2002), Tuhan dan Hal-hal yang tak selesai (2007). Catatan Pinggir menjadi sebuah artikel pendek yang paling terkenal dan populer, biasanya dimuat secara mingguan di halaman paling belakang dari Majalah Tempo. Hal ini yang membuat kumpulan esainya juga semakin dikenal oleh kalangan luas karena memuat pandangan kritisnya dari sisi jurnalisnya.
Goenawan banyak menghadiri konferensi baik sebagai pembicara, narasumber maupun peserta. Ia pernah mengikuti konferensi yang diadakan di Gedung Putih pada tahun 2001 dimana Bill Clinton dan Madeleine Albright menjadi tuan rumah. Ia juga mendapatkan penghargaan Professor Teeuw dari Leiden University Belanda (1992), Louis Lyons dari Harvard University (1997), International Editor of the Year Award dari World Press Review (1999), International Press Freedom Award oleh Committee to Protect Journalists (1998), Kusala Sastra Khatulistiwa (2001) untuk kumpulan puisi Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001, bersama wartawan Joesoef Ishak mendapat Wertheim Award (2005), dan Anugrah Sastra Dan Davis

Kini ia masih aktif membagikan pemikiran terbukanya dalam dunia politik, ekonomi, dan kondisi sosial masyarakat. Bahkan pemikirannya tersebut menjadi ladang untuk berdiskusi maupun menyampaikan pendapat dari beberapa pihak terkait. Ia sudah pensiun menulis kolom Catatan Pinggir di majalah Tempo karena sudah lanjut usia dan ingin menikmati masa pensiunnya. Kosistensinya menulis kolom Catatan Pinggir juga sudah terpaut sejak 45 tahun tanpa jeda. Oleh sebab itu, Catatan Pinggir banyak mendapat apresiasi dari banyak orang karena kedisiplinannya dalam membuat tulisan untuk majalah Tempo.
• Esty Destina Rahmadhani. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas A angkatan 2023.
Dampak Perkembangan Teknologi
Terhadap Perubahan Kognisi
dalam Pendidikan dari negara lain pun dapat dengan bebas untuk melakukan tindakan kriminal. Contoh kasus yang akhir-akhir ini terjadi menimpa masyarakat Indonesia adalah terbobolnya data-data negara. Peristiwa seperti itu yang mengakibatkan masyarakat sangat resah terhadap kehidupannya. Mereka merasa semakin takut untuk melakukan kegiatan-kegiatannya. Pembobolan data yang dilakukan oleh peretas juga berdampak pada mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi atau dikenal dengan beasiswa KIP-K. Terkhusus angkatan 2024, pemerintah mengungkapkan bahwa mereka tidak memiliki data cadangan pada mahasiswa baru. Kehilangan data bukanlah masalah kecil, hal ini sangat meresahkan bagi mahasiswa. Di mana para pendaftar dan penerima KIP-K ini sangat berharap maupun bergantung terhadap beasiswa tersebut untuk menunjang perkuliahan mereka. Pemerintah saat ini sedang melakukan perbaikan data dan pemulihan dengan selambat-lambatnya pada tanggal 29 Juli 2024. Adanya berita tentang pemulihan data tersebut sedikit melegakan bagi para mahasiswa, baik yang mendaftar maupun yang telah terdaftar pada beasiswa KIP-K.
Teknologi digunakan manusia dalam kehidupan untuk menunjang kegiatan sehari-hari.
Kecanggihan teknologi mempermudah kegiatan baik dalam hal pembelajaran maupun meringankan pekerjaan yang dilakukan oleh mahasiswa. Contoh pemanfaatan dari adanya kecanggihan teknologi adalah penggunaan internet untuk memperoleh informasi yang luas dan memperkuat suatu argumen. Hal tersebut merupakan contoh kecil dari adanya kecanggihan teknologi yang berada di lingkungan pendidikan, khususnya berada di perguruan tinggi.
Secara etimologi, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata techne yang berarti seni, kerajinan, atau keterampilan; dan logos yang berarti ilmu atau studi. Teknologi adalah sesuatu yang mengacu pada objek benda yang dipergunakan untuk kemudahan aktivitas manusia, seperti mesin, perkakas atau perangkat keras (Darimi, 2017:112). Bisa kita artikan juga bahwa teknologi merupakan sesuatu yang mengacu objek yang memiliki manfaat yang dapat mempermudah kegiatan manusia. Teknologi pada saat ini telah memasuki era Society 5.0. Di mana era teknologi mengalami perubahan yang besar dan berdampak bagi kehidupan manusia.
Adanya perubahan dalam penggunaan teknologi tak lepas dari adanya globalisasi. Globalisasi yang terjadi begitu cepat mengakibatkan batas-batas yang ada di dunia hampir tidak terlihat. Manusia dengan mudahnya bisa berkunjung ke negara lain. Informasi tersampaikan dengan cepat dan kita bisa melihat keadaan dunia hanya melalui handphone yang kita miliki. Melalui handphone, kita bisa melihat keindahan dan hal yang terjadi di luar sana. Globalisasi yang begitu cepat mengakibatkan banyak peristiwa menyebar tidak terbatas ruang maupun waktu.
Perlu kita ketahui bahwa dengan adanya kecanggihan teknologi saat ini tidak hanya sisi positifnya saja yang perlu disorot. Sisi negatif dari adanya kecanggihan teknologi juga perlu kita sorot. Tujuannya adalah menghindari, mawas diri, dan mencegah dari adanya hal-hal yang tentunya sangat tidak kita inginkan seperti halnya masalah yang telah terjadi. Teknologi memang sangat mempermudah manusia dalam kegiatan sehari-hari. Akan tetapi, penggunaannya pun perlu kita atur dengan baik dan benar, sehingga kita tetap mendapatkan manfaat dan berguna bagi kehidupan sehari-hari.

Adanya kecanggihan teknologi juga tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat. Adanya kasus-kasus kriminal merupakan dampak yang diakibatkan dari adanya kecanggihan teknologi. Kemudahan dalam penggunaan teknologi juga tidak lepas kejahatan yang bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Pelaku kriminal tidak hanya dari dalam negeri, tetapi masyarakat

Sebagai manusia yang terdidik, terkhusus mahasiswa, kita seharusnya tahu apa yang harus dilakukan dengan baik jika dihadapkan dengan percepatan arus globalisasi tersebut. Sebagai mahasiswa yang bijak, memanfaatkan teknologi dengan baik bukan lagi kewajiban yang dilakukan dengan rasa keterpaksaan, tetapi hal tersebut seharusnya dilakukan dengan rasa sadar diri yang tinggi. Hal itu dilakukan karena mahasiswa merupakan salah satu cerminan bagi masyarakat ke depannya dan menjadi penerus bangsa. Jika mahasiswa melakukan tindakan yang baik dan bermanfaat bagi orang lain, negara pun akan terkondisikan dengan baik untuk ke depannya.
• Dwi Nur Afiani. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas B angkatan 2023.

Berubah atau Kalah
Pembahasan mengenai AI atau kecerdasan buatan beberapa tahun ini menjadi topik utama tentang bagaimana hal ini berdampak pada dunia. Salah satu bidang yang terpengaruh secara ugal-ugalan adalah dunia pendidikan. Masuknya kecerdasan buatan ke dunia pendidikan telah menimbulkan revolusi besar di dalamnya. Integrasi AI dalam dunia pendidikan memicu transformasi yang signifikan, membawa angin segar sekaligus tantangan baru. Seperti halnya sebuah pisau dapur yang dapat digunakan untuk memotong sayuran, di sisi lain juga bisa melukai tangan sendiri saat digunakan dengan tidak tepat. Dalam dapur pendidikan, peranan mahasiswa sebagai juru masak utama harus memiliki kebijaksanaan dan kemampuan yang baik agar hal tersebut tidak melukai dirinya sendiri.
Apakah kita sebaiknya menolak AI?
Sudah bukan rahasia lagi ketika kalian menggunakan ChatGPT atau Google Gemini untuk mengerjakan tugas-tugas di perkuliahan. Tidak sedikit mahasiswa yang bahkan hanya menyalin mentah-mentah jawaban dari progam tersebut, dan bukan dari hasil pemikirannya. Dengan demikian, maka yang mendapat gelar sarjana bukan mahasiswa itu sendiri melainkan ChatGPT-nya, ChatGPT. S. Pd. kira-kira begitu. Jika hal tersebut dibiarkan, kreativitas mahasiswa semakin lama akan punah. Kemudahan yang diberikan kedua program tersebut dapat menjadikan mahasiswa manja. Hal tersebut merupakan salah satu contoh dampak negatif dari penggunaan kecerdasan buatan. Di sisi sebaliknya, apakah kecerdasan buatan ini hanya memiliki dampak negatif? Bagaimana jika kecerdasan buatan ini digunakan dengan bijak?
Menolak AI berarti juga menolak kemajuan. Zaman selalu berubah dari tahun ke tahun. Kita dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu cepat ini. Sekarang, orang-orang yang tidak bisa berubah akan dengan sendirinya kalah. Banyak hal positif yang diberikan oleh AI. Melalui sistem pembelajaran adaptif, AI mampu menyesuaikan materi dan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan individu setiap mahasiswa. Selain itu, AI juga memfasilitasi pembelajaran mandiri dengan menyediakan berbagai sumber belajar yang terpersonalisasi. Dengan adanya asisten virtual berbasis AI, mahasiswa dapat memperoleh bantuan belajar kapan saja dan di mana saja. Hal-hal tersebut tentunya bisa didapatkan ketika kita bisa memanfaatkannya dengan baik, bukan malah dimanfaatkan.
Bagaimana sikap kita terhadap AI?
Mau bagaimanapun, kecerdasan buatan ini merupakan produk dari perkembangan peradaban. Jika slogan yang digaungkan adalah “Pendidikan Investasi Peradaban” maka investasi pendidikan yang harus dilakukan adalah dengan memanfaatkan produknya, kecerdasan buatan. Benar, manusia tidak akan pernah bisa lari dari kemajuan teknologi. Maka kemampuan yang paling berharga adalah kemampuan adaptasi. Bukan hanya mahasiswa saja yang dituntut untuk maju, tetapi juga seluruh elemen yang terkait di universitas. Selain itu, setiap zaman memiliki generasinya masing-masing. Ketika zaman sudah berubah, pemain lama yang mengisi peran sebelumnya harus mau mengalah ketika mereka memang tidak bisa beradaptasi. Permasalahan modern membutuhkan solusi modern. Solusi tersebut hanya bisa ditemukan oleh generasi yang mengalami perubahan-perubahan yang menimbulkan gejolak berbagai permasalahan. Generasi sebelumnya meneruskan harapan kepada generasi selanjutnya untuk menggapai cita-cita yang semua orang impikan. Dalam cepatnya perubahan yang terjadi ini pilihannya hanya dua, berubah atau kalah.
Kesimpulan
Mengabaikan AI berarti menolak kemajuan, dengan penggunaannya yang bijak dapat memberikan manfaat besar. Namun, penggunaan AI yang tidak bijak dapat menghambat kreativitas mahasiswa. Ketergantungan yang berlebihan pada AI untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik tanpa pemahaman yang mendalam dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah mahasiswa. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk menggunakan AI sebagai alat bantu yang mendukung proses belajar mereka, bukan sebagai pengganti pemikiran dan usaha mereka sendiri. Sikap yang tepat adalah menerima AI sebagai bagian dari perkembangan peradaban dan beradaptasi dengannya. Ini berarti tidak hanya menggunakan AI untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pendidikan, tetapi juga mengembangkan kebijaksanaan dan keterampilan untuk memanfaatkannya secara maksimal. Seperti halnya dalam pembuatan tulisan ini, beberapa ide menggunakan bantuan AI. Terakhir, dalam menghadapi cepatnya perubahan zaman, kemampuan untuk beradaptasi dengan teknologi baru seperti AI menjadi sangat berharga.
• Robith Faiqul Himam. Mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas D angkatan 2022.