KO N T E M P O R E R
K R I S I S F A S I L I T A S
K A M P U S
tampak mata Problematika Fasilitas Kampus 3 | interupsi Sudahkah
Fasilitas-Fasilitas di Kampus ISI Yogyakarta Menunjang Perkuliahan
Mahasiswa? 5 | demisioner new arrival 9 | sikat Lumut di Plaza Fakultas
Seni Rupa 10 | jujur Keluh Kesah Mahasiswa mengenai Fasilitas Kampus
yang Kurang Memadai 12 | ironi 15 | event kampus “Gama Harsa” menuju
Bahagia Para Pengkarya Muda 16 | komik 18
K
EDISI #18 | MEI 2023 B U L E T I N
Salam Persma!!!
Institusi akademik perguruan tinggi menjadi gerbang
akhir bagi mahasiswa dalam memasuki gerbang kehidupan
sesungguhnya. Menjalani pembelajaran di kampus menjadi rutinitas yang wajib mahasiswa jalani. Keseharian dalam
pembelajaran ini tentu harus didukung dengan fasilitas kampus yang memadai untuk dapat menyuplai kebutuhan mahasiswa
dalam mencapai kesuksesan dalam pembelajaran. Namun sangat
disayangkan banyak fasilitas kampus yang masih banyak
kekurangan dan ketidak jelasan fasilitas yang ada. Ini membuat
menurunya perkembangan akan pembelajaran yang mahasiswa
hadapi, yang seharusnya pembelajaran di kampus bisa dengan
maksimal namun sayang sebab kekurangan dan buruknya
fasilitas yang ada membuat mahasiswa tidak dapat berkembang
dalam pembelajaran dengan maksimal. Tentu selain dari pihak
kampus dalam menyiapkan fasilitas, dari pihak mahasiswapun
harus serta bertanggung jawab dengan fasilitas yang ada, seperti tidak merusak dan mencoret fasilitas yang ada di kampus.
Sehingga ini menjadi kerja sama yang bagus dalam
memaksimalkan fasilitas kampus.
PUNGGAWA KONTEMPORER
PELINDUNG:
MUHAMMAD SHOLAHUDDIN, SSN., MT
PEMBINA PRESSISI:
FRANSISCA SHERLY TAJU SSN. MSN.
PIMPINAN UMUM:
TRI PAMUNGKAS AJI / FOTOGRAFI 2019
BENDAHARA:
USNUL HOTIMAH /BTF2019
SEKRETARIS:
AISYAH KHAIRUNNISA KUSUMA / TKS 2019
PIMPINAN REDAKSI:
SYAHRUL ZIDANE ASSIDIQ / FOTOGRAFI 2019
REDAKTUR PELAKSANA:
PUTRI HESTI LESTARI
KEPALA DIVISI FOTOGRAFI:
ALIF ADITIA
KEPALA DIVISI ILUSTRASI:
MUHAMMAD ABI HAMZAH
Permasalahan tersebut menjadi tema dalam pembuatan buletin Kontemporer kali ini. Tim Penulis dari LPM Pressisi sudah mencari tahu dan mencatat apa saja mengenai pentingnya fasilitas kampus bagi mahasiswa Institut Seni
Indonesia Yogyakarta dalam meningkatkan pembelajaran selama berada di lingkungan kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Beberapa topik yang diangkat antara lain mengenai tentang kurangnya fasilitas untuk pembelajaran di tiga Fakultas yang ada di ISI Yogyakarta, rusaknya beberapa fasilitas penunjang umum seperti Toilet serta kekurangan dalam menunjang aktivitas mahasiswa dalam berkegiatan di kampus.
Akhir kata, kami sampaikan selamat membaca!
Redaksi
EDITOR:
YUSUP MAULANA RAMDANI AZA
PUTRI HESTI LESTARI
PUTRI INTAN MARGARETA
MUHAMMAD MAULANA WIRAKRAMA
REPORTER:
KENNETH PERMANA
SYIFA MUFIDA DEVI
MARIA SANTISSIMA T B
RAHMI LISTIANA ELIZA
NURUL A'MAL MUSTAQIMAH
FOTOGRAFER:
SYIFA MUFIDA
ILUSTRATOR:
MUHAMMAD ABI HAMZAH
NANDA MELYA HAPSARI
LAYOUT:
GITANJALI MAYRA EKARINI
KONTRIBUTOR:
KANIA DHARMAWAN
ALAMAT: UKM PERS MAHASISWA PRESSISI
GEDUNG STUDENT CENTER
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
JALAN PARANGTRITIS KM.6,5SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA 55188,INDONESIA
KONTAK: WEB: LPMPRESSISI.COM
FACEBOOK: LPM PRESSISI
E-MAIL : ISIPRESSISI@GMAIL.COM
INSTAGRAM @LPMPRESSISI
KONTEMPORER GORESAN
K
PENA
Problematika Fasilitas Kampus
DEVI / DKV 2022
Satu tahun sudah berlalu sejak resmi berakhirnya pandemi Covid-19 di Indonesia. Sektor pendidikan-terutama perguruan tinggi-yang terdampak dan tadinya melaksanakan perkuliahan secara daring pun sekarang sudah melaksanakan perkuliahan secara luring. ISI Yogyakarta telah melaksanakan perkuliahan secara luring sejak dimulainya tahun ajaran baru 2022/2023 setelah kurang lebih dua tahun lamanya melaksanakan perkuliahan daring. Bersamaan dengan itu, dibutuhkan fasilitas kampus yang memadai untuk menunjang kegiatan mahasiswa selama berada di lingkungan kampus ISI Yogyakarta.
Fasilitas sarana seperti ketersediaan kertas gambar, pensil, cat, kelengkapan studio fotografi, dll. Mengingat kegiatan perkuliahan di kampus ini didominasi oleh praktik menggunakan alat-alat tersebut. Fasilitas prasarana seperti ketersediaan dan pemeliharaan gedung serta ruangan untuk perkuliahan teori maupun praktik. Lantas, bagaimana kondisi fasilitas yang ada di kampus ini? Apakah fasilitas sarana dan prasarana yang ada di ISI Yogyakarta ini sudah memadai untuk menunjang kegiatan perkuliahan?
Kami menanyakan pendapat beberapa mahasiswa mengenai hal ini. Salah satunya adalah Laily, mahasiswa Jurusan Seni Murni angkatan 2022, Fakultas Seni Rupa. Ia mengatakan bahwa fasilitas sarana dan prasarana yang ada di jurusannya kurang memadai untuk menunjang kegiatan perkuliahan sehingga membuat pembelajaran selama di kampus terganggu, “Yang paling mendasar yaitu tong sampah yang masih kurang. (Di) 1 lantai hanya (ada) 1 tong sampah, (tetapi ukurannya) kecil dan terletak di pojok sehingga kurang terlihat. Yang kedua toilet. Kalau ada air, toiletnya rusak, sebaliknya kalau ada toilet, keran/airnya tidak mengalir/bermasalah. Jadi tidak ada yang benar-benar dalam keadaan baik.”
Selain itu, ia juga menambahkan bahwa di
gedung jurusannya tidak terdapat fasilitas mushola untuk melaksanakan ibadah. Sehingga mahasiswa yang ingin beribadah harus pulang dulu untuk melaksanakan ibadah dan kembali lagi ke kampus setelahnya, “…Tempat sholat/ibadah tidak ada. Tidak ada gudang (untuk) tempat arsip karya. Perpustakaan fakultas/jurusan ada namun tidak bisa dimasuki, padahal sejatinya ada. Bangku di depan kelas tidak ada, untuk sekedar berkumpul-kumpul. Meja praktik kurang, fasilitas pendukung pembelajar kurang proper seperti AC dan WC kelas. Masalah utamanya karena dicuri/rusak, Bahan praktik tidak diwadahi/disediakan.”
Beberapa mahasiswa lain juga merespons hal yang sama terutama mengenai masalah keberadaan tempat sampah sebagai alat penunjang kebersihan di kampus ISI Yogya. Jumlah tempat sampah yang tersebar di Fakultas Seni Rupa sendiri tidak begitu banyak dan hanya tersedia di beberapa titik saja, seperti di plaza Fakultas Seni Rupa, kantin, dan beberapa titik di gedung prodi/jurusan yang ada di Fakultas Seni Rupa. Di sejumlah gedung bahkan hanya ditemukan sedikit tempat sampah, sehingga beberapa mahasiswa membuat tempat sampah sendiri menggunakan barang yang ada seperti kardus atau tripleks yang disusun, dll. Adanya inisiatif para mahasiswa ini memunculkan pertanyaan lain, yaitu jika ada laporan atau keluhan dari mahasiwa mengenai fasilitas sarana dan prasarana di kampus, bagaimana pihak kampus memproses laporan dan keluhan tersebut? Apa solusi yang ditawarkan oleh pihak kampus untuk mengatasi permasalahan ini?
Kami mengonfirmasi keluhan-keluhan yang disampaikan para mahasiswa -terutama di Fakultas Seni Rupa- kepada pihak dekanat yang mengurus pengadaan dan pemeliharaan fasilitas di Fakultas Seni Rupa, Bapak Jumari. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya setiap masalah mengenai fasilitas yang ada di prodi/jurusan merupakan tanggung jawab para penjaga/karyawan
KONTEMPORER TAMPAK MATA
K
Sayangnya, upaya untuk mengatasi masalah ini belum dapat dilakukan
karena adanya kendala dalam pengadaan dana yang memerlukan proses yang panjang dan terbilang rumit.
yang ada di prodi/jurusan tersebut, “Sebetulnya prosedurnya seperti ini, mereka yang bertugas di prodi/jurusan, jika memang ada kendala dan bukti yang jelas dan dengan adanya tunjangan kinerja, beliau-beliau yang bekerja di sana ibaratnya bekerja kan sudah dihargai, yang namanya sarana prasarana paling tidak mengetahui tentang teknikal kendala dan pengatasannya (atas masalah yang terjadi). Namun jika kendala tersebut memang tidak bisa diatasi, harus memberikan keluhan yang jelas terkait masalah yang dihadapi dan memberikan laporan ke pihak kami.” Selanjutnya jika ada kendala mengenai fasilitas, mahasiswa melaporkan hal tersebut ke karyawan yang bertugas. Jika tidak ditemukan solusi, maka setelahnya baru dibuat laporan kepada dekanat mengenai permasalahan yang dialami. Jadi, koordinasi dan kerja sama antara mahasiswa, karyawan, dan pihak kampus harus terjalin dengan baik agar komunikasi demi kesejahteraan dan kenyamanan bersama dapat tercipta.
Lainnya, beliau menambahkan bahwa beberapa masalah fasilitas seperti lampu kamar mandi dan tempat sampah sudah beberapa kali ditangani tetapi sering kali ada oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang mengambil/menghilangkan barang-barang tersebut, entah apa motifnya. Misalnya, ketika lampu kamar mandi/tong sampah baru saja diganti, tak lama setelah itu hilang tanpa jejak. Ketika ditemukan lagi sudah berubah wujud menjadi karya dan diletakkan di tempat lain.
Selain itu, masalah tentang ketersediaan dan kebersihan air di beberapa gedung yang ada di Fakultas Seni Rupa sendiri merupakan masalah penting. Pak Jumari mengatakan hal ini disebabkan oleh adanya jalur pembuangan sampah ke limbah di daerah Bantul. Air yang dialirkan pagi hari sudah berubah menjadi keruh dan kotor ketika sore hari. Sehingga membuat kualitas air di sekitarnya tidak layak pakai. Sayangnya, upaya untuk mengatasi masalah ini belum dapat dilakukan karena
adanya kendala dalam pengadaan dana yang memerlukan proses yang panjang dan terbilang rumit.
Bapak Age Hartono selaku Pembantu Rektor II menanggapi permasalahan ini dan mengakui adanya kekurangan pada beberapa fasilitas sarana dan prasarana yang ada di ISI Yogyakarta, “…Pembuatan fasilitas-fasilitas dan gedung di kampus pada dasarnya berasal dari dana mahasiswa sendiri, BNBP. Seperti gedung Mediarta dan TKS, dan Animasi masih belum memiliki gedungnya sendiri. Untuk pemeliharaan gedung dan lingkungan, pengadaan dilakukan per tahun. Sehingga keluhan yang didapatkan dari dosen maupun mahasiswa pun tidak dapat disetujui secara tiba-tiba…” Beliau juga mengatakan bahwa semua keluhan tersebut nantinya akan dibahas di rapat perencanaan tahunan. Perencanaan pembangunan dan pengadaan fasilitas pun tidak bisa dilakukan sekaligus karena perlu mempertimbangkan pengalokasian dana dan skala prioritas setiap tahun.
Adanya TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) juga menjadi salah satu alasan mengapa sulit melakukan pembaruan dan pengadaan fasilitas sarana seperti perlengkapan untuk pembelajaran mahasiswa. Beberapa barang yang akan dihadirkan sebagai penunjang sarana pembelajaran mahasiwa seringkali mendapatkan kendala karena sistem ini. Pak Age berujar, “Yang juga menjadi salah satu problem kita saat itu yaitu adanya TKDN, sehingga semua produk harus melalui tahap legalisasinya. Sementara terdapat banyak alat-alat penunjang kegiatan pembelajaran mahasiswa, seperti kamera, yang belum TKDN. Hal ini menjadi salah satu penghambat, terutama untuk produk-produk impor yang melalui proses perizinan masuk yang panjang. Hal ini kemudian memunculkan keluhan mahasiswa karena alatalat kampus yang mungkin sudah tidak layak pakai atau tidak terbarukan.” Adanya hambatan dalam pengadaan dana dan sistem TKDN yang memerlukan proses lama, membuat permasalahan fasilitas kampus di ISI
Yogyakarta semakin pelik.
Pak Age menuturkan bahwa solusi untuk mengatasi permasalahan ini adalah meminimalisir penggunaan produk-produk impor supaya produsen dalam negeri terpacu untuk meningkatkan kualitasnya. Beliau juga berharap fasilitas yang ada di kampus segera melewati masa transisi dan tahun depan sudah di TKDN, sehingga dapat menunjang kegiatan para mahasiswa dengan maksimal.
4
BULETIN KONTEMPORER
Sudahkah Fasilitas-Fasilitas di Kampus ISI Yogyakarta Menunjang Perkuliahan
Mahasiswa?
Fasilitas yang lengkap dan memadai mengambil peran penting dalam menunjang kegiatan perkuliahan para mahasiswa di kampus. Pengadaan dan pemeliharaan fasilitas kampus yang baik perlu menjadi perhatian khusus demi terselenggaranya kesejahteraan mahasiswa.
Bagaimana tanggapan Bapak terkait masalah-masalah umum fasilitas yang ada di kampus, terutama terkait air di jurusan Seni Murni yang macet dan kondisi beberapa toilet yang kurang layak?
“Sebetulnya prosedurnya seperti ini, mereka yang bertugas di prodi/jurusan, jika memang ada kendala ada kendala dan bukti yang jelas dan dengan adanya tunjangan kinerja, beliau-beliau yang bekerja di sana ibaratnya bekerja kan sudah dihargai, yang namanya sarana prasarana paling tidak mengetahui tentang teknikal kendala dan pengatasannya. Namun jika kendala tersebut memang tidak bisa diatasi, harus memberikan keluhan yang jelas terkait masalah yang dihadapi dan memberikan laporan ke pihak kami.”
Bagaimana prosedur pelaporan masalah/kendala tersebut?
“Dari pihak jurusan/prodi ada yang bertugas untuk melaporkan jika ada kendala, sementara mahasiswa tinggal memakai fasilitas yang ada. Kita-kita yang disini
adalah sebagai pelayan.”
Apa tanggapan Bapak terkait keluhan mahasiswa yang mengatakan bahwa kendala ini sudah ditemukan sejak masuk awal perkuliahan?
Bapak Jumari menelepon salah satu staf Seni Murni.
A: “Untuk jurusan Seni Murni, air yang tidak bisa mengalir WC yang tidak bersih itu di bagian mana?”
B: “Lantai 2, di bawah ruang dosen”
A: “Itu memang tidak dipakai/ditutup atau kendala seperti apa? Tolong dicek, jika memang benar itu menjadi kendala.”
B: “Baik saya cek, paling masalah mampet di bagian paralonnya, atau kerannya yang rusak,”
A: “Coba dicek dulu, semisal ada keran yang memang rusak bisa diganti. Jika memang perlu penggantian kran diganti saja.”
INTERUPSI
Wawancara dengan Bapak Jumari, Pembantu Dekanat
KONTEMPORER K
MARIA SANTISSIMA TRINDADE BORROMEU / DESAIN PRODUK 2022 RAHMI LISTIANI ELIZA / DKV 2022
Dulu pernah ada kotak sampah
organik anorganik dengan
ukuran yang besar, kita tidak
tahu hilangnya kemana, tahutahu kok malah menjadi karya.
“Karena kalau harus ke sana tanpa ada keluhan mereka ke saya, saya tidak tahu. Kalau memang keluhan itu tidak bisa dicari solusinya, kita bisa cari alternatif lain, seperti mencari tenaga tukang dan lain-lain.”
Bagaimana tanggapan Bapak terkait salah satu masalah utama di FSR yaitu minimnya kotak sampah?
“Kendalanya, kita itu menaruh tempat sampah di halaman itu hilang. Dulu pernah ada kotak sampah organik anorganik dengan ukuran yang besar, kita tidak tahu hilangnya kemana, tahu-tahu kok malah menjadi karya. Lalu untuk fasilitas-fasilitas lainnya seperti meja dan kursi yang pada pada kantin danplaza dibuat sehingga tidak bisa dibawa kemana-mana. Untuk tempat sampah kita programkan untuk tempat sampah diberikan cagak besi agar tidak bisa dilepas. Hal ini juga dengan tetap memperhatikan alokasi dana. Semisal kamu saya kasih uang untuk membeli HVS ukuran A4, kamu belinya ukuran F4, kamu termasuk korupsi. Jadi kita harus paham betul anggaran dana yang turun ditujukan untuk membeli apa. Jadi seperti itu, tempat sampah plastik yang dibawa dengan sistem dorong yang baru diletakkan beberapa hari di kantin saja sudah hilang, bahkan belum mencapai 3 bulan. Tidak tahu oknum mana yang mengambil seenaknya. Jika ketahuan siapa yang mengambil akan jelas.”
Bagaimana jika kita me-request anggaran dana yang dibutuhkan untuk fasilitas-fasilitas kampus ke pemerintah? Apakah akan langsung diberikan?
“Belum tentu. Karena tergantung APBN, per bulan satu Indonesia dapat berapa, ISI berapa. Kita sudah kerap kali mengajukan, dimana dana yang ada di kita tidak hanya
untuk kebutuhan itu. Sekarang begini, mahasiswa di ISI sampai lulus menghabiskan biaya berapa? Kalau kita menuntut fasilitas yang penuh, paling tidak nanti mahasiswa harus membayar lebih mahal. Semua berjalannya memakai dana. “
Bagaimana dengan kendala air yang kurang bersih?
“Kendala air di daerah ISI memang sumber airnya kurang layak digunakan. Bagian depan kampus merupakan jalur pembuangan sampah ke limbah di Bantul. Beberapa bulan lalu pernah dilakukan tes Puskesmas Sewon, dengan sampel air yang ada di Kriya dan Senmur, terbukti bahwa kualitas air kurang layak pakai. Semuanya kembali lagi ke alokasi dana, pembelian fasilitas harus disesuaikan dengan arahan dan panduan dari anggaran yang diminta. Apabila meminta mengajukan dana ke pemerintah untuk pengadaan barang, harus sesuai prosedur. Apabila fasilitas ingin terpenuhi seutuhnya, minimal UKT mahasiswa harus dinaikkan.
Pengadaan fasilitas kampus juga harus menyesuaikan alokasi dana yang dibayar mahasiswa untuk berkuliah. Pengadaan sarana prasarana yang semakin ditingkatkan juga berpengaruh terhadap biaya UKT mahasiswa yang otomatis harus dinaikkan juga. Masalah nyamuk yang ada di Plaza FSR, pernah diajukan untuk dilakukan fogging tetapi susahnya minta ampun. Sudah pernah mengajukan surat ke puskesmas, harus ada yang kena DBD dulu baru diproses. Kita pernah mencari alternatif sendiri dengan menyewa alat untuk fogging di Krapyak, tetapi kembali lagi ke biaya lumayan tinggi untuk jangkauan area per meter persegi. Kembali lagi perlu ke alokasi dana.”
Bagaimana dengan masalah lampu dan mushola di gedung Seni Murni?
“Untuk masalah tersebut, ketika lampu pada pagi hari diganti, sore bisa hilang. Bukan hal yang sering lagi, tapi sudah pasti. Karena kita punya data tentang penggantian lampu yang dapat ditanyakan pada karyawan di jurusan. Maka alternatifnya diganti dengan jenis lampu TL LED agar tidak mudah untuk dicopot. Untuk penjagaan, tidak mungkin jika toilet harus selalu dijaga oleh petugas. Selain itu, benar adanya bahwa ruang shalat tidak ada, sehingga mahasiswa menggunakan perpustakaan untuk beribadah.
6 BULETIN KONTEMPORER
Lalu bagaimana dengan masalah air di Kriya?
“Air di sana sangat kotor dan keruh. Pagi dialirkan, sore harinya air di tampungan sudah sangat kotor dan berwarna cokelat seperti hasil korosi besi. Karena sumber air yang kotor ini, kotoran mudah mengendap di pipa penyalur sehingga menimbulkan kerak-kerak. Padahal air termasuk kebutuhan utama. Makanya di sini, air tidak layak untuk dipakai. Solusinya yaitu dengan melakukan pengadaan PDAM, membuat tampungan dan lain sebagainya, itu juga kembali ke pengadaan dana dan biaya yang cukup besar”Lalu bagaimana dengan kendala di gedung Desain Produk tentang galeri penyimpanan karya yang masih kurang?
“Galeri penyimpanan karya itu antar prodi. Dahulu jurusan Desain Produk sudah ada gedung namun jurusan
belum dibuka. Maka dari itu, Galeri Soetopo yang berada di tengah itu dimanfaatkan dulu sebagian untuk galeri penyimpanan jurusan DKV dan sebagian lagi untuk jurusan Desain Interior. Kemudian barulah dibuka jurusan Desain Produk, sehingga galeri penyimpanan ini harus dibagi untuk 3 jurusan desain ini. Gedung galeri ini merupakan milik Fakultas Seni Rupa, jadi idealnya dapat dipakai untuk semua jurusan. Jika dari pihak prodi mengeluhkan sesuatu, kita yang memfasilitasi dan mendistribusikan. Kemudian untuk masalah gedung baru prodi TKS. Dikarenakan merupakan bangunan baru tentu masih ada kendala, masih dalam tahap perawatan. Masih ada kebocoran, dan masalah lainnya. Yang bertanggung jawab pihak kontraktor selama 6 bulan setelah serah terima gedung. Untuk ini wewenangnya ke pihak rektorat.”
Bagaimana alur prosedur tentang anggaran dana yang dihibahkan untuk pengadaan dan pemeliharaan fasilitas kampus?
“Jadi pembagian anggaran per fakultas di masing-masing jurusan diperoleh dari kesepakatan rapat perencanaan. Masalah yang ada pada masing-masing fakultas akan dilaporkan pada pimpinan fakultas kemudian untuk dibahas secara terbuka pada rapat perencanaan tersebut. Namun, hal ini dengan tetap memperhatikan rasio dari mahasiswa dari masing-masing fakultas, kemudian dialokasikan ke tiap jurusan sesuai dengan kebutuhan prioritas.”
Apa tanggapan Bapak terkait kendala-kendala kurangnya fasilitas yang dikeluhkan oleh mahasiswa?
“ Untuk mushola kampus memang benar adanya terbatas, karena memang difokuskan pada Masjid ISI yang sifatnya pemerataan secara menyeluruh. Pembuatan fasilitasfasilitas dan gedung di kampus pada dasarnya berasal dari dana mahasiswa sendiri, BNBP. Seperti gedung Mediarta dan TKS, dan Animasi masih belum memiliki gedungnya sendiri. Untuk pemeliharaan gedung dan lingkungan, pengadaan dilakukan per tahun. Sehingga keluhan yang didapatkan dari dosen maupun mahasiswa pun tidak
dapat disetujui secara tiba-tiba. Karena pasti dibutuhkan pihak ketiga dalam kegiatan pemeliharaan/pengadaan ini. Semua dilakukan terencana sesuai tahunnya, dan direalisasikan pada tahun selanjutnya.
“Yang juga menjadi salah satu problem kita saat itu yaitu adanya TKDN, sehingga semua produk harus melalui tahap legalisasinya. Sementara terdapat banyak alat-alat penunjang kegiatan pembelajaran mahasiswa, seperti kamera, yang belum TKDN. Hal ini menjadi salah satu penghambat, terutama untuk produk-produk impor yang melalui proses perizinan masuk yang panjang. Hal ini kemudian memunculkan keluhan mahasiswa karena alatalat kampus yang mungkin sudah tidak layak pakai atau tidak terbarukan.”
Apa resolusi atau harapan Bapak terkait pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada di kampus?
“Solusinya yaitu dengan meminimalisir produk-produk impor. Hal ini juga guna memicu produsen-produsen dalam negeri untuk menciptakan produk-produk yang setara kualitasnya dengan produk-produk buatan luar negeri. Jadi ada 2 jenis pengadaan barang, yaitu kontraktual dan ekatalog yang diterapkan yaitu yang secara langsung. /ekatalog. Tetapi yang langsung itu pun
Wawancara dengan Drs. AG. Hartono, MS., Pembantu Rektor II ISI Yogyakarta
7 BULETIN KONTEMPORER
juga sudah dilakukan secara terencana di masing-masing fakultas. Terencana secara awal dan disampaikandengan jelas kebutuhan pengadaannya. Adapun kelebihan anggaran BNBP yang didapatkan di setiap akhir tahun, juga menjadi salah satu problematika manajemen keuangan kita, karena proses persetujuan TKDN juga menjadi terlalu mepet dan akan terhambat, yang mana jika tidak diambil tindakan cepat maka anggaran tersebut akan hangus. Harapannya fasilitas-fasilitas pendukung para mahasiswa ini segera melewati masa transisi sehingga fasilitas-fasilitas ini tahun depan sudah DI TKDN.”
8 BULETIN KONTEMPORER
Lumut di Plaza Fakultas Seni Rupa
Plaza Fakultas Seni Rupa atau yang biasa dikenal sebagai Plaza FSR merupakan salah satu prasarana di Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang umumnya digunakan oleh mahasiswa sebagai tempat berdiskusi, bersantai, mengerjakan tugas, dan kegiatan lainnya. Karena itu, Plaza FSR menjadi fasilitas yang penting, terutama untuk mahasiswa di Fakultas Seni Rupa itu sendiri. Musim hujan dalam beberapa waktu ini, menyebabkan kenaikan suhu lembab pada beberapa tempat termasuk di wilayah kampus, hal ini membuat pertumbuhan lumut kian meluas terutama di Fakultas Seni Rupa yang identik dengan banyaknya tetumbuhan. Selain itu, curah hujan yang tinggi, diiringi dengan kurang maksimalnya peresapan air hujan, menjadi penyebab terjadinya banjir di Plaza FSR beberapa waktu lalu.
Adanya lumut yang meluas dan licin di kawasan Plaza FSR dikhawatirkan akan menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan, mengingat letak Plaza FSR yang strategis dan menjadi salah satu jalur yang sering dilalui mahasiswa. Berdasarkan wawancara singkat kepada beberapa mahasiswa di Fakultas Seni Rupa mengenai dampak keberadaan lumut di Plaza FSR, menuai beragam jawaban, ada beberapa mahasiswa yang tidak ingin disebut namanya, terpeleset dan sampai terjatuh karena licin nya lumut, mereka turut mengomentari dampak negatif lainnya seperti, mengurangi minat untuk melewati Plaza FSR dan hilang nya mood setelah terpleset. Menurut mereka, tempat yang paling rawan di sekitar Plaza FSR adalah di bagian tangga dan jalanan yang mengintari pohon ditengah Plaza.
"Jalan biasa aja bisa kepleset loh ini Cip, jadi harus ati-ati bener" komentar Khirza, salah satu mahasiswi Fakultas Seni Rupa.
Selain membahayakan, kedatangan mahasiswa baru Institut Seni Indonesia Yogyakarta, tahun 2023 mendatang juga menjadi hal penting yang perlu ditinjau, sebab Plaza FSR memiliki fungsi utama saat dilaksanakanya PKKMB Fakultas, Plaza FSR menjadi tempat berkumpulnya mahasiswa baru Fakultas Seni Rupa, dan menggunakan bagian tengah plaza yang saat ini masih ditumbuhi dengan lumut yang licin dan meluas. Lantas bagaimana jika lumut masih belum ditangani? tentunya Plaza FSR tidak dapat berfungsi dengan semestinya.
Di sisi lain, keberadaan lumut di Fakultas Seni Rupa menambah kesan estetika kampus, namun hal ini hanya terjadi pada musim kemarau, karena saat musim kemarau tiba, lumut akan menghijau dan sejuk dipandang mata. Lain hal nya saat musim penghujan, lumut akan menjadi licin dan membahayakan.
KONTEMPORER K SIKAT -
TEKS: SYIFA MUFIDA / DESAIN MODE KRIYA BATIK 2022 FOTO: SYIFA MUFIDA / DESAIN MODE KRIYA BATIK 2022
Plaza FSR - Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Selasa (14/02). Tergenang banjir akibat hujan yang cukup lebat.
Mengingat pentingnya keamanan dan kenyamanan dalam fasilitas kampus, diperlukan adanya pembersihan lumut di wilayah Fakultas Seni Rupa, demi mencegah resiko buruk yang mungkin terjadi di kemudian hari dan membuat fasilitas kampus dapat berfungsi dengan baik. Pembersihan lumut mungkin bisa di lakukan secara bertahap, dengan cara melakukan pembersihan dari satu bagian ke bagian lainnya, menyesuaikan luasnya wilayah di Fakultas Seni Rupa.
11 BULETIN KONTEMPORER
Plaza FSR - Fakultas Seni Rupa, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Selasa (14/02). Tergenang banjir akibat hujan yang cukup lebat.
Keluh Kesah Mahasiswa mengenai
Fasilitas Kampus yang Kurang Memadai
TEKS: KENNETH / FOTOGRAFI 2022
1. Menurut kamu, fasilitas apa yang kurang atau tidak ada di prodi/jurusan kamu?
2. Apakah dengan ketidakadaan atau kekurangan fasilitas tersebut mengganggu kegiatan dan kenyamanan dalam perkuliahan?
3. Dari kapan fasilitas tersebut tidak ada/rusak?
4. Saran atau masukan apa yang dapat kamu berikan untuk meningkatkan kelengkaan fasilitas/sarana prasarana di fakultas/prodimu?
Laily, (Seni Murni '22)
1. “Yang paling mendasar yaitu tong sampah yang masih kurang. 1 lantai hanya 1 tong sampah, kecil dan terletak di pojok sehingga kurang terlihat. Yang kedua toilet. Kalau ada air, toiletnya rusak, sebaliknya kalau ada toilet, keran/airnya tidak mengalir/beramsalah. Jadi tidak ada yang benar-benar dalam keadaan baik. Kebersihan kurang terjaga, lampu kurang memadai. Wastafel tidak ada kaca. Tidak ada pemisah antara laki-laki dan perempuan. Tempat sholat/ibadah tidak ada. Tidak ada gudang/tempat arsip karya. Perpustakaan fakultas/jurusan ada namun tidak bisa dimasuki, padahal sejatinya ada. Bangku di depan kelas tidak ada, untuk sekadar berkumpul. Meja praktik kurang, fasilitas pendukung pembelajar kurang proper. AC, WC kelas. Masalah: dicuri/rusak. Tidak ada kantin. Bahan praktek tidak diwadahi/disediakan.”
2. “Sangat mengganggu. Contoh: ke toilet atau ibadah harus effort pulang kos/kontrakan sehingga pembelajaran di kampus tidak fokus dan terganggu.”
3. “Dari sejak dulu. Hingga sekarang belum ada perubahan.”
4. “Diperbaiki, diedukasi mahasiwa yang usil dan mengambil tanpa izin, ada rasa saling menjaga. Kampus juga harus bisa memfasilitasi dan mengayomi dengan baik, jangan ditaruh di arsip gudang saja karena mahaiswa butuh fasilitas pembelajaran yang baik dan mendukung.”
Dalia, (Despro '21)
1. “Fasilitas yang kurang ada:
Ÿ Toilet: kadang kotor, lampunya reduh, jadi agak serem gituu. Gak nyaman deh pokoknya. Apalagi posisinya dipojokan toh jadi rada serem juga.
Ÿ Tidak ada meja/working space di luar kelas: memang ada banyak kursi tunggu di lobby (which is good setidaknya. Tapi it would be better kalo ada kaya beberapa area untuk nugas bareng di kampus. So I think we need table)
Ÿ Kurang stop kontak : either di kelas/di lobby, ini cuma ada beberapa dan tmptnya kurang strategis. Padahal kalau ada banyak dan tempatnya deket sama kursi/meja bakal lebih enak dan membantu kita (untuk charge HP/laptop)
Ÿ Fasilitas mesin/alat-alat kerja yg kemungkinan besar dibutuhkan despro kurang: padahal kita tugasnya praktek banget, akan sangat baik kalau disediakan beberapa alat kerja yg bisa digunakan mahasiswa. Jadi mahasiswa tidak kebingungan/tidak selalu harus ke tukang saat membuat produk. Tools knowledge kan juga bagus utk kita.
Ÿ Kurangnya gudang/tempat penyimpanan karya mahasiswa : karena rilll everywhere itu ada karya yang dibiarin gitu aja. Entah di kelas studio, di lobby, di galeri. kalo ada beberapa its okay lah.. emang keliatan
KONTEMPORER K JUJUR
itu untuk pajangan. Tapi kalo jumlahnya kebanyakan. Itu keliatan bgt cuma numpukin/jejerin karya yang udah gak kepake”
2. “Misal di skala 1-10, menurutku 3 sih.. itu not really a big deal, gak terlalu krusial dan konsistensi kebutuhan/pemakaian fasilitasnya juga gak tiap hari banget. Tapiii untuk momen-momen tertentu, yaa we need it wkwkkw Dan bakal lebih betah di kampus kalo ada halhal itu”
3. “Fasilitasnya kurang baik/gaada itu sejak awal masuk kuliah ya”
4. “Lebih concern tentang karya-karya mahasiswa itu sih, maybe dosen bisa mempertegas muridnya untuk ambil karya tugas mereka. Kalo yang bagus mau disimpen jadi pajangan boleh beberapa, tapi yang b aja.. dosen gabutuh, mahasiswa gamau bawa pulang, yaudah dipertegas kalo itu bakal dibuang aja gitu. Dripda menuh-menuhin kampus berdebu. Atau kalo produknya besar misal kursi or sejenisnya, bisa adain event atau challenge mahasiswa untuk jual karya mereka. Sekalin toh jadi tolak ukur, is it good enough untuk dipasarkan? Apakah in real life orangorang mau beli? Tujuan despro kan itu juga. Dan yaaaa Setidaknya barang itu pindah dan gak berjejer di kampus deh wkwkwk”
Najma (DKV '22)
1. “Menurutku, yang menonjol banget toiletnya sih. Di gedung DKV toilet lantai 1 bagus tapi ga ada kacanya, sementara lantai 2 ada kacanya tapi toiletnya kurang nyaman dipake. Koleksi buku di perpustakaannya juga sih, aku kira awalnya bakal ada banyak buku fiksi atau teenlit gitu ternyata sedikit bgt. Sama lab komputernya sih ternyata ga ada komputernya.”
2. “Toilet lantai 1 itu ga ada cerminnya, dan kayanya banyak banget ya orang yang ke kamar mandi itu buat sekadar benerin penampilan atau cuci tangan doang. kalo untuk lantai 2, kamar mandinya itu gelap dan agak berdebu sih, jadi bikin ga yakin mau pake. Terus sebenernya sejauh ini matkul yang pake ruang labkom itu cuma metodologi desain sih, jadi untuk angkatan 22 rasanya ga terlalu mengganggu ya, tapi tetep aneh aja lab komputer ga ada komputernya.”
3. “Dari awal masuk kuliah (sekitar Agustus 2022) kondisi toiletnya udah seperti itu. Untuk komputer kurang tau sih soalnya semester 1 ga pernah make dan baru tau kalo ga ada pas semester 2. ”
4. “Mungkin bakal lebih seru kali ya kalo labkomnya beneran ada komputernya, jadi mahasiswa bisa punya kesempatan buat eksplor lebih di kampus di bawah pantauan dosen gitu ya. Terus baru baru ini kantin udah mulai buka lagi, dan lumayan ngebantu buat kalo mau jajan jajan di sela-sela matkul, tapi kayanya perlu nambahin tempat sampah di tempat-tempat yang mudah terlihat di sekitar kantin. Untuk fasilits yang lain ada baiknya kalo ditambahin dan diperbaiki supaya lebih nyaman buat dosen, mahasiswa, sama pekerja lainnya.”
David (FTV '21)
1. “Fasilitas tempat sampah yang sebenarnya sudah ada namun masih tidak mudah dijumpai, sama Kantin fakultas/prodi yang kurang memadai untuk menjadi fasilitas tingkat fakultas/prodi”
2. “Tidak terlalu mengganggu perkuliahan, namun cukup mengganggu kegiatan mahasiswa di kampus.”
3. “Semenjak saya masuk berkuliah, untuk sampah sudah diadakan namun belum optimal.”
4. “Pengembangan kantin yang memadai untuk 3 prodi dan pengadaan tempat sampah secara langsung untuk masing-masing gedung prodi”
Akbar Nanda Kharisma (Fotografi '19)
1. “Aksesoris Studio: blom ada lightmeter, background masih sedikit, Perpustakaan Kampus yang kurang luas sehingga mengganggu kenyamanan pembaca, dan toilet jurusan prodi fotografi yang masih kurang: hanya ada toilet di lantai 2, tidak ada di lantai 3.”
2. “Ya, tentu saja. Menganggu karna kalo pas kelas di atas gitu harus turun dulu, kalo dari tempat sampah udah mulai dikasih beberapa tempat.. perpus belum.. trus kalo buat studio malah agak sedikit berantakan karena jarang ada yang membersihkan dan fasilitas yang kadang rusak tapi penjaganya ga ngecek. Keluhan/kritik dari mahasiswa
13 BULETIN KONTEMPORER
belum teraspirasikan dengan baik, Karena nyatanya sampai saat ini belum ada penanganan, baru di tempat sampah.”
3. “Beberapa tahun lalu.”
4. “Memperbanyak tempat sampah, menambah aksesoris studio foto prodi fotografi, memperluas perpustakaan.”
Bravo (Penciptaan Musik '21)
1. “Yang kurang itu, toiletnya kurang bagus, AC kurang dingin.”
2. “AC mengganggu karena membuat pengap ketika berada di kelas khususnya ketika kelas penuh”
3. “Fasilitas sudah kurang baik sejak awal masuk tahun 2021.”
4. “Diadakannya cleaning service khusus membersihkan toilet, AC harus dibersihkan rutin”
Meiman (PSP '22)
1. “Menurut saya, ada beberapa fasilitas kampus yang masih belum begitu cukup dan tersedia untuk kebutuhan mahasiswa di prodi saya, seperti halnya tempat sampah. Memang tempat sampah ada, namun Masih tergolong kurang dan tidak banyak di setiap sisi kelas mahasiswa maupun di luar gedung kampus. Adapun yang lain seperti Wi-Fi (masih tidak cukup untuk kebutuhan mahasiswa dan perlu perbaikan karena lemot dan tidak terhubung dengan perangkat mahasiswa), CCTV harus ada disetiap sudut dalam ruangan kelas maupun setiap sudut di luar kelas (terutama dalam kelas).”
2. “Tentu saja dengan kurangnya fasilitas dalam perkuliahan ini akan membuat mahasiswa tidak merasa nyaman dan sedikit mengganggu perkuliahan. Karena mahasiswa membutuhkan keamanan dan juga kebebasan akses dalam perkuliahan.”
3. “Tidak dapat saya pastikan lebih kapan fasilitas ini kurang atau tidak ada. Namun,yang pasti kurangnya fasilitas terbilang sudah mulai sulit saya dapatkan sejak saya awal masuk dalam proses pembelajaran dalam perkuliahan di ISI Yogyakarta.”
4. “Saran tidak lebih dari pendapat orang lain, hanya menginginkan agar setiap kekurangan fasilitas kampus dapat segera dibenahi dan diberikan serta menerima segala keluhan mahasiswa tentang kekurangan dalam fasilitas kampus,karena tanpa fasilitas kampus yang mencukupi akan membuat progress pembelajaran tiap mahasiswa sedikit terganggu dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya dalam pembelajaran.”
14 BULETIN KONTEMPORER
I
KONTEMPORER K IRONI
LUSTRASI: NANDA
“Gama Harsa” menuju Bahagia Para Pengkarya Muda
“Apa yang membuatnya menarik adalah bagaimana sebuah acara yang cukup spesial dan besar ini digarap oleh mahasiswa-mahasiswi baru yang notabene tidak punya basic dalam penciptaaan karya dan juga pameran karya” tutur Ahmad Zainal Arifin yang akrabnya dipanggil Pinpin sebagai ketua pelaksana krema.
Krema merupakan wadah dari mahasiswamahasiswi baru Fakultas Seni Media Rekam ntuk membuat sebuah karya pertama yang debut dalam pameran di inisiasi oleh tiga prodi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarya. Acara ini dibuka dengan pemotongan tumpeng dan pemecahan telur sebagai simbolis acara.
“Dalam acara krema ini, kelompokku membuat sebuah film pendek dokumenter berjudul Resan. Jadi, Resan ini merupakan komunitas lokal non profit, yang bergerak dalam pelestarian lingkungan dan memasukkan
unsur kebudayaan juga didalamnya”. Tutur Nabila salah satu sutrdara dari film yang dipamerkan dalam acara krema angkatan 2022 ini. “Aku dan timku memamerkan karya film berjudul remedi dan ilustrasi mengenai film tersebut”. Disusul Venus sebagai salahsatu sutradara film animasi. Dari kedua pernyataan sutradara Nabila dan Venus, karya dari anak fotografi dipamerkan individu dalam galeri Pandeng “2 anak kecil yang sedang bermain kincir aingin di sawah, Berceritaa tentang masa kecil aku yang bermain kincir angin di sawah sama temen ku gituu” tutur Lulu salah satu pengkarya foto.
Keterlibatan dalam acara ini antara lain yaitu BEM Fakultas Seni Media Rekam sebagai penanggung jawab, Ahmad zainal arifin sebagai ketua pelaksana krema, Andi Abin wakil dari Animasi dan Parama wakil dari Fotografi. Yang terlibat adalah seluruh mahasiswa FSMR angkatan 2022 yang menjadi panitia keseluruhan acara krema. Acara krema ini dilaksanakan tanggal 27-29 Januari 2023, persiapan memakan waktu sekitar 3 bulan.
KONTEMPORER K EVENT KAMPUS
TEKS: NURUL A'MAL MUSTAQIMAH FOTO: DOKUMENTASI ISTIMEWA
Satu setengah bulan untuk pengkaryaan dan satu setengah bulan lagi untuk persiapan pameran. Dilaksanakan di ruang lingkup fakultas seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarya dan dipromosikan ke seluruh kampus lain serta sekolahsekolah kejuruan daerah Yogyakarta.
“Acara krema ini memang menarik sih. Karna kita yang bisa dibilang baru memasuki dunia perkuliahan harus membuat sebuah karya dan di tampilkan dalam pameran perdana kita. Jadi, kita bisa tahu seberapa dalam keterampilan yang kita punya, kita bisa belajar lebih dan evaluasi lagi nantinya” Tutur Nabila. Acara ini dilaksanakan karena sudah menjadi kultur Fakultas Seni Media Rekam yang mana mahasiswa baru membuat sebuah acara pengkaryaan dan pameran. “Yang menjadi motivasi dan strateginya adalah ibarat bagaimana api ini agar terus menyala, semangat ini agar terus menyala sampai kapanpun, alasannya juga adalah karna ini sudah menjadi program BEM yang sudah disetujui oleh Dekanat” tutur Pinpin dengan semangat.
“Krema tahun ini sangat berkesan sekali bagi saya sebagai ketua. Melihat bagaimana kita bersama sama kolektif membuat karya, membuat film, animasi, membuat foto dan juga pamerannya pun membuat kita kolektif bekerja sama dan saling peduli satu sama lain” tutur Pinpin.
“Cukup puas sih. Gimanapun aku dan temantemanku udah berusaha dalam produksi film ini. Dan, ketika film ini akhirnya di tampilkan di krema, di lihat oleh masyarakat umum, ga cuman dari lingkup kampus doang, itu udah menjadi hal yang membanggakan bagi aku dan teman-temanku. Tapi, gimanapun krema ini kan masih awal bagi aku dan teman-teman, jadi kami belum mau terlalu berpuas diri dulu. Karna masih harus banyak belajar ke depannya, untuk menciptakan karya yang
lebih baik lagi selanjutnya” “Kalau dibilang puas mungkin untuk saat ini iya menurutku aku dan timku udah bikin yang terbaik, tapi aku ngerasa kalau aku masih bisa bikin karya yang lebih baik dari ini” “Puas bangett karana untuk membuat karya itu aku penuh rintangan yang wah bangt dan aku bisa melewati nya” Ungkap kepuasan acara dari para pengkarya.
Pendistribusian dan lain – lain sudah ada dipikirkan, semua karya yang dihasilkan dalam krema ini secara berkala tergantung ke kelompoknya juga itu
didistribusikan ke acara-acara screening atau pameranpameran lain dan harapan dari ketiga narasumber ini selaku panitia adalah semoga tahun depan acara ini akan terus berjalan sesuai dengan timeline yang dari awal sudah ditatapkan. Dan menjadi semangat yang takan pernah padam sampai kapanpun.
17 BULETIN KONTEMPORER
ILUSTRASI: NANDA KONTEMPORER K KOMIK