5 minute read

Sudahkah Fasilitas-Fasilitas di Kampus ISI Yogyakarta Menunjang Perkuliahan

Mahasiswa?

Fasilitas yang lengkap dan memadai mengambil peran penting dalam menunjang kegiatan perkuliahan para mahasiswa di kampus. Pengadaan dan pemeliharaan fasilitas kampus yang baik perlu menjadi perhatian khusus demi terselenggaranya kesejahteraan mahasiswa.

Advertisement

Bagaimana tanggapan Bapak terkait masalah-masalah umum fasilitas yang ada di kampus, terutama terkait air di jurusan Seni Murni yang macet dan kondisi beberapa toilet yang kurang layak?

“Sebetulnya prosedurnya seperti ini, mereka yang bertugas di prodi/jurusan, jika memang ada kendala ada kendala dan bukti yang jelas dan dengan adanya tunjangan kinerja, beliau-beliau yang bekerja di sana ibaratnya bekerja kan sudah dihargai, yang namanya sarana prasarana paling tidak mengetahui tentang teknikal kendala dan pengatasannya. Namun jika kendala tersebut memang tidak bisa diatasi, harus memberikan keluhan yang jelas terkait masalah yang dihadapi dan memberikan laporan ke pihak kami.”

Bagaimana prosedur pelaporan masalah/kendala tersebut?

“Dari pihak jurusan/prodi ada yang bertugas untuk melaporkan jika ada kendala, sementara mahasiswa tinggal memakai fasilitas yang ada. Kita-kita yang disini adalah sebagai pelayan.”

Apa tanggapan Bapak terkait keluhan mahasiswa yang mengatakan bahwa kendala ini sudah ditemukan sejak masuk awal perkuliahan?

Bapak Jumari menelepon salah satu staf Seni Murni.

A: “Untuk jurusan Seni Murni, air yang tidak bisa mengalir WC yang tidak bersih itu di bagian mana?”

B: “Lantai 2, di bawah ruang dosen”

A: “Itu memang tidak dipakai/ditutup atau kendala seperti apa? Tolong dicek, jika memang benar itu menjadi kendala.”

B: “Baik saya cek, paling masalah mampet di bagian paralonnya, atau kerannya yang rusak,”

A: “Coba dicek dulu, semisal ada keran yang memang rusak bisa diganti. Jika memang perlu penggantian kran diganti saja.”

Dulu pernah ada kotak sampah

organik anorganik dengan ukuran yang besar, kita tidak tahu hilangnya kemana, tahutahu kok malah menjadi karya.

“Karena kalau harus ke sana tanpa ada keluhan mereka ke saya, saya tidak tahu. Kalau memang keluhan itu tidak bisa dicari solusinya, kita bisa cari alternatif lain, seperti mencari tenaga tukang dan lain-lain.”

Bagaimana tanggapan Bapak terkait salah satu masalah utama di FSR yaitu minimnya kotak sampah?

“Kendalanya, kita itu menaruh tempat sampah di halaman itu hilang. Dulu pernah ada kotak sampah organik anorganik dengan ukuran yang besar, kita tidak tahu hilangnya kemana, tahu-tahu kok malah menjadi karya. Lalu untuk fasilitas-fasilitas lainnya seperti meja dan kursi yang pada pada kantin danplaza dibuat sehingga tidak bisa dibawa kemana-mana. Untuk tempat sampah kita programkan untuk tempat sampah diberikan cagak besi agar tidak bisa dilepas. Hal ini juga dengan tetap memperhatikan alokasi dana. Semisal kamu saya kasih uang untuk membeli HVS ukuran A4, kamu belinya ukuran F4, kamu termasuk korupsi. Jadi kita harus paham betul anggaran dana yang turun ditujukan untuk membeli apa. Jadi seperti itu, tempat sampah plastik yang dibawa dengan sistem dorong yang baru diletakkan beberapa hari di kantin saja sudah hilang, bahkan belum mencapai 3 bulan. Tidak tahu oknum mana yang mengambil seenaknya. Jika ketahuan siapa yang mengambil akan jelas.”

Bagaimana jika kita me-request anggaran dana yang dibutuhkan untuk fasilitas-fasilitas kampus ke pemerintah? Apakah akan langsung diberikan?

“Belum tentu. Karena tergantung APBN, per bulan satu Indonesia dapat berapa, ISI berapa. Kita sudah kerap kali mengajukan, dimana dana yang ada di kita tidak hanya untuk kebutuhan itu. Sekarang begini, mahasiswa di ISI sampai lulus menghabiskan biaya berapa? Kalau kita menuntut fasilitas yang penuh, paling tidak nanti mahasiswa harus membayar lebih mahal. Semua berjalannya memakai dana. “

Bagaimana dengan kendala air yang kurang bersih?

“Kendala air di daerah ISI memang sumber airnya kurang layak digunakan. Bagian depan kampus merupakan jalur pembuangan sampah ke limbah di Bantul. Beberapa bulan lalu pernah dilakukan tes Puskesmas Sewon, dengan sampel air yang ada di Kriya dan Senmur, terbukti bahwa kualitas air kurang layak pakai. Semuanya kembali lagi ke alokasi dana, pembelian fasilitas harus disesuaikan dengan arahan dan panduan dari anggaran yang diminta. Apabila meminta mengajukan dana ke pemerintah untuk pengadaan barang, harus sesuai prosedur. Apabila fasilitas ingin terpenuhi seutuhnya, minimal UKT mahasiswa harus dinaikkan.

Pengadaan fasilitas kampus juga harus menyesuaikan alokasi dana yang dibayar mahasiswa untuk berkuliah. Pengadaan sarana prasarana yang semakin ditingkatkan juga berpengaruh terhadap biaya UKT mahasiswa yang otomatis harus dinaikkan juga. Masalah nyamuk yang ada di Plaza FSR, pernah diajukan untuk dilakukan fogging tetapi susahnya minta ampun. Sudah pernah mengajukan surat ke puskesmas, harus ada yang kena DBD dulu baru diproses. Kita pernah mencari alternatif sendiri dengan menyewa alat untuk fogging di Krapyak, tetapi kembali lagi ke biaya lumayan tinggi untuk jangkauan area per meter persegi. Kembali lagi perlu ke alokasi dana.”

Bagaimana dengan masalah lampu dan mushola di gedung Seni Murni?

“Untuk masalah tersebut, ketika lampu pada pagi hari diganti, sore bisa hilang. Bukan hal yang sering lagi, tapi sudah pasti. Karena kita punya data tentang penggantian lampu yang dapat ditanyakan pada karyawan di jurusan. Maka alternatifnya diganti dengan jenis lampu TL LED agar tidak mudah untuk dicopot. Untuk penjagaan, tidak mungkin jika toilet harus selalu dijaga oleh petugas. Selain itu, benar adanya bahwa ruang shalat tidak ada, sehingga mahasiswa menggunakan perpustakaan untuk beribadah.

Lalu bagaimana dengan masalah air di Kriya?

“Air di sana sangat kotor dan keruh. Pagi dialirkan, sore harinya air di tampungan sudah sangat kotor dan berwarna cokelat seperti hasil korosi besi. Karena sumber air yang kotor ini, kotoran mudah mengendap di pipa penyalur sehingga menimbulkan kerak-kerak. Padahal air termasuk kebutuhan utama. Makanya di sini, air tidak layak untuk dipakai. Solusinya yaitu dengan melakukan pengadaan PDAM, membuat tampungan dan lain sebagainya, itu juga kembali ke pengadaan dana dan biaya yang cukup besar”Lalu bagaimana dengan kendala di gedung Desain Produk tentang galeri penyimpanan karya yang masih kurang?

“Galeri penyimpanan karya itu antar prodi. Dahulu jurusan Desain Produk sudah ada gedung namun jurusan belum dibuka. Maka dari itu, Galeri Soetopo yang berada di tengah itu dimanfaatkan dulu sebagian untuk galeri penyimpanan jurusan DKV dan sebagian lagi untuk jurusan Desain Interior. Kemudian barulah dibuka jurusan Desain Produk, sehingga galeri penyimpanan ini harus dibagi untuk 3 jurusan desain ini. Gedung galeri ini merupakan milik Fakultas Seni Rupa, jadi idealnya dapat dipakai untuk semua jurusan. Jika dari pihak prodi mengeluhkan sesuatu, kita yang memfasilitasi dan mendistribusikan. Kemudian untuk masalah gedung baru prodi TKS. Dikarenakan merupakan bangunan baru tentu masih ada kendala, masih dalam tahap perawatan. Masih ada kebocoran, dan masalah lainnya. Yang bertanggung jawab pihak kontraktor selama 6 bulan setelah serah terima gedung. Untuk ini wewenangnya ke pihak rektorat.”

Bagaimana alur prosedur tentang anggaran dana yang dihibahkan untuk pengadaan dan pemeliharaan fasilitas kampus?

“Jadi pembagian anggaran per fakultas di masing-masing jurusan diperoleh dari kesepakatan rapat perencanaan. Masalah yang ada pada masing-masing fakultas akan dilaporkan pada pimpinan fakultas kemudian untuk dibahas secara terbuka pada rapat perencanaan tersebut. Namun, hal ini dengan tetap memperhatikan rasio dari mahasiswa dari masing-masing fakultas, kemudian dialokasikan ke tiap jurusan sesuai dengan kebutuhan prioritas.”

Apa tanggapan Bapak terkait kendala-kendala kurangnya fasilitas yang dikeluhkan oleh mahasiswa?

“ Untuk mushola kampus memang benar adanya terbatas, karena memang difokuskan pada Masjid ISI yang sifatnya pemerataan secara menyeluruh. Pembuatan fasilitasfasilitas dan gedung di kampus pada dasarnya berasal dari dana mahasiswa sendiri, BNBP. Seperti gedung Mediarta dan TKS, dan Animasi masih belum memiliki gedungnya sendiri. Untuk pemeliharaan gedung dan lingkungan, pengadaan dilakukan per tahun. Sehingga keluhan yang didapatkan dari dosen maupun mahasiswa pun tidak dapat disetujui secara tiba-tiba. Karena pasti dibutuhkan pihak ketiga dalam kegiatan pemeliharaan/pengadaan ini. Semua dilakukan terencana sesuai tahunnya, dan direalisasikan pada tahun selanjutnya.

“Yang juga menjadi salah satu problem kita saat itu yaitu adanya TKDN, sehingga semua produk harus melalui tahap legalisasinya. Sementara terdapat banyak alat-alat penunjang kegiatan pembelajaran mahasiswa, seperti kamera, yang belum TKDN. Hal ini menjadi salah satu penghambat, terutama untuk produk-produk impor yang melalui proses perizinan masuk yang panjang. Hal ini kemudian memunculkan keluhan mahasiswa karena alatalat kampus yang mungkin sudah tidak layak pakai atau tidak terbarukan.”

Apa resolusi atau harapan Bapak terkait pemeliharaan fasilitas-fasilitas yang ada di kampus?

“Solusinya yaitu dengan meminimalisir produk-produk impor. Hal ini juga guna memicu produsen-produsen dalam negeri untuk menciptakan produk-produk yang setara kualitasnya dengan produk-produk buatan luar negeri. Jadi ada 2 jenis pengadaan barang, yaitu kontraktual dan ekatalog yang diterapkan yaitu yang secara langsung. /ekatalog. Tetapi yang langsung itu pun juga sudah dilakukan secara terencana di masing-masing fakultas. Terencana secara awal dan disampaikandengan jelas kebutuhan pengadaannya. Adapun kelebihan anggaran BNBP yang didapatkan di setiap akhir tahun, juga menjadi salah satu problematika manajemen keuangan kita, karena proses persetujuan TKDN juga menjadi terlalu mepet dan akan terhambat, yang mana jika tidak diambil tindakan cepat maka anggaran tersebut akan hangus. Harapannya fasilitas-fasilitas pendukung para mahasiswa ini segera melewati masa transisi sehingga fasilitas-fasilitas ini tahun depan sudah DI TKDN.”

This article is from: