3 minute read

Sidang Terbuka Doktor Pendidikan

PETOMPON - Wayang Kancil berkembang di Yogyakarta pada tahun 1980-an dipopulerkan oleh Ki Ledjar Soebroto, seniman tatah-sungging wayang. Sepert halnya seni wayang lainnya, Wayang Kancil dikembangkan dan mengandung nilai-nilai budaya bangsa, yang bersifat membangun moral dan bersifat edukatif.

“Seni pertunjukan Wayang Kancil mendapatkan apresiasi, sebagai sebuah alternatif yang mampu membangkitkan nilainilai budaya Jawa dan menanamkan nilai-nilai tersebut dalam konteks pendidikan anak,” papar dosen sekaligus Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) M Kristanto SPd MPd, di kampus I Sidodadi Semarang, kemarin.

Advertisement

Hal tersebut yang mendorongnya melakukan penelitian Wayang Kancil, sebagai potensi lokal sekaligus warisan budaya asli dok Kristanto

Indonesia, yang dimanfaatkan dalam pendidikan anak, dikaji dengan pendekatan psiko-sosiobudaya. Hal tersebut akan diuji dalam sidang terbuka ujian doktor pada Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana

Unnes di kampus Kelud, hari ini, Selasa (18/7).

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain phenomenologycal studies yaitu desain fenomenologi naturalistik. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, pengamatan, sementara teknik pengabsahan data dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, dan diskusi teman sejawat, analisis kasus negatif, dan kecukupan referensial.

■ Ciri Khas

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran dan tokoh dalam Wayang Kancil memiliki ciri khas tersendiri, serta mengandung pesan-pesan yang memiliki relevansi dengan pendidikan anak secara psiko-sosio-budaya. Secara teoritis, penelitian telah mengkonstruksi dan memformulasikan teori tentang culture based creativity, atau kreativitas berbasis

“Masyarakat bisa mengakses perpustakaan digital Jawa Tengah dengan men-download iJateng di Playstore. Untuk men-download, mengakses, meminjam serta membaca buku dapat secara cuma-cuma alias gratis. Jadi, kini, warga Jawa Tengah tak perlu bersusah payah dan menunggu waktu lama untuk mengakses buku melalui perpustakaan. Selamat menikmati kemudahan mengakses dan membaca eBook bersama iJateng,” imbuhnya. Sebagai informasi, peluncuran iJateng didukung pula dengan Pameran Perpustakaan dan Arsip se-Jawa Tengah, Expo Perpustakaan Provinsi, Rapat Koordinasi Pengembangan Perpustakaan, Workshop Story Telling, Lomba Mewarnai untuk anak PAUD dan TK, serta Sosialisasi Perpustakaan Pengelola Perpustakaan Sekolah SLTA se Kota Semarang. “Harapan kami, menjadikan perpustakaan sebagai pusat belajar masyarakat yang berkelanjutan berbasis teknologi informasi dan komunikasi, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” tandasnya.■ M9-Ks kultur,” tambahnya. Penelitian menunjukkan bahwa wayang kancil tidak terlepas dari aspek psikologis yang berkaitan dengan ekspresi dan kreativitas, sosiologis berkaitan dengan masyarakat, dan budaya sebagai implementasi nilai-nilai kultural. Kajian psiko-sosiobudaya menjadi hasil dari penelitian. Secara praktis, hasil penelitian memberikan motivasi ke berbagai pihak, untuk menghadirkan kembali roh atau spirit agar merasuk kepada generasi penerus. “Disarankan agar Wayang Kancil dikenalkan kepada anakanak agar menjadi upaya untuk nguri-uri budaya sendiri agar terus lestari, dan sebagai salah satu sarana pembentukan karakter. Direkomendasikan pula agar temuan penelitian berupa teori culture based creativity dilakukan tindak lanjut penelitian,”pungkasnya. ■ Rix-Ks

JABAT TANGAN: Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Tatang Sulaiman bersalaman dengan salah seorang anggota yang memperoleh apresiasi, Senin, (17/7).■ Foto: Shodiqin-Ks

WATUGONG- Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Tatang Sulaiman memberikan apresiasi kepada satuan berprestasi dalam melaksanakan pembinaan satuan sehingga dapat meminimalisir pelanggaran dan bahkan tidak terjadi pelanggaran.

Apresiasi tersebut diwujudkan dengan memberikan piagam penghargaan kepada satuan yang tidak ada pelanggaran pada se-

Kota....... (Sambungan hlm 17) pernah berjaya pada masanya menjadi kawasan perekonomian, finansial, dan tempat peribadahan,” tukasnya. Tidak selesai sampai di situ, para peserta walking tour juga mendapatkan banyak cerita tentang sejarah tiap bangunan dan mester I TA. 2017.

“Pemberian penghargaan ini untuk kurun waktu selama enam bulan yaitu semester I TA. 2017, yang berdasarkan penilaian dari berbagai aspek diantaranya aspek disiplin dan tidak ada (nol) pelanggaran”, ungkap Tatang saat menyerahkan piagam penghargaan kepada para Komandan Satuan usai upacara yang dilaksanakan di Lapangan Makodam IV/Dipone- titik-titik penting di bekas pusat perekonomian era VOC ini. Arif Hermawan, salah satu peserta walking tour, mengungkapkan bahwa waling tour ini merupakan kegiatan yang positif sekaligus menyenangkan. Bukan hanya jalan-jalan berkeliling Kota Lama tetapi peserta juga menjadi lebih tahu tentang sejarah bangunan yang ada di Kota Lama Semarang.

Diakuinya, Kota Lama Semarang ternyata bukan hanya sekedar kawasan tua yang instagrammable, namun juga memiliki cerita sejarah yang sangat menarik. Geliat perkembangannya dari masa lalu hingga ke masa kini sangat bisa dirasakan saat mengikuti walking tour Kota Lama Semarang kali ini.

“Saya senang mengikuti acara

0727/Karanganyar, Rindam IV/Diponegoro , Secata, Secaba, Dodiklatpur, Dodikjur dan Denpom IV/4 Surakarta. Selain itu juga Balakdam IV/Diponegoro yang tidak ada pelanggaran mendapatkan piagam dan penghargaan antara lain, Infolahtadam, Bintaldam, Jasdam, Kudam, Kumdam, Pendam, Paldam, Topdam, Zidam, Denintel, Sandidam dan Yonkav 2/Turangga Ceta. ■ M13-Ks ini, kerjasama dari GenPI Jateng khususnya Kedungsepur dengan Bersukaria Tour. Saya berharap agenda ini akan terus berlanjut supaya dapat semakin memperkenalkan wisata di Kota Semarang. Semoga dapat pula menjadi daya tarik yang unik untuk memberdayakan wisata kota dengan berjalan kaki,” imbuhnya. ■ Hid-Ks

This article is from: