4 minute read

Sepekan, Hendi Raih Empat Penghargaan

BALAIKOTA - Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, kembali meraih penghargaan keempat dalam satu sepekan terakhir. Kali ini, ia berhasil meraih penghargaan Manggala Karya Kencana dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang diserahkan pada malam penganugerahan tanda penghargaan di Rumah Jabatan Gubernur Lampung, Jumat (14/7) lalu.

Sebelumnya pada pekan ini juga, Hendi - sapaan akrab Walikota, meraih penghargaan Pastika Parama dari Kementrian Kesehatan RI, Tokoh Utama Penggerak Koperasi dan pengakuan atas pelayanan publik terbaik bertajuk WOW Public Service Excellence Award Jawa Tengah 2017 dari Markplus Inc.

Advertisement

‘’Walikota Hendi dinilai sukses dalam peningkatan kesejahteraan kependudukan melalui pembangunan keluarga. Hal tersebut terlihat dari berbagai capaian pro- gram inovasi yang dikerjakannya,” terang Kabag Humas Ahyani kepada Koran Pagi Wawasan Minggu (16/7) lalu. Dijelaskan, sesuai data BPS Provinsi Jawa Tengah disebutkan jika pada tahun 2011 Indek Pembangunan Manusia di Kota Semarang hanyalah sebesar 77,58. Hal inilah yang kemudian menjadi perhatian penting Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, hingga akhirnya pada tahun 2016 mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia Kota Semarang menjadi 81,19.

Indeks Pembangunan Manusia atau yang biasa disingkat IPM, merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat. Selain itu besaran IPM juga digunakan sebagai tolok ukur level pembangunan suatu wilayah/negara.

‘’Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat itulah, Walikota Semarang, Hendrar Prihadi melakukan sejumlah inovasi program yang langsung tepat pada tujuannya, yang apalagi kalau bukan ‘Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat’ di Kota Semarang,’’ tutur Achyani.

■ Gebrakan Gebrakannya dimulai dari menginisiasi sejumlah kampung tematik di Kota Semarang, mulai dari Kampung Jamu, Kampung Batik, Kampung Seni, hingga Kampung Jawi. Melalui program Kampung Tematik, Walikota Semarang yang akrab disapa Hendi meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dengan mendorong perputaran ekonomi dari lingkup terkecil.

Gebrakannya inipun, berhasil mencuri perhatian dunia. Salah satu kampung kumuh di Wonosari, Semarang, yang diubahnya

PARKIR BRT: BRT Trans Jateng terparkir di sekitar shelter Stasiun Tawang, belum lama ini. Hingga ini belum ada sinergi antara Trans Semarang dengan Trans Jateng terkait tiket dan juga shelter. ■

Foto: SM Network/ Hendra Setiawan menjadi Kampung Pelangi mendapat pujian dari puluhan media asing. Sekarang, Kampung Pelangi telah menjadi magnet wisatawan ke Kota Semarang. Alhasil perputaran ekonomi di kampung tersebutpun menjadi sangat kencang, dan begitu juga kesejateraan masyarakat di sana pun meningkat drastis. Terpisah, Hendi mengatakan bahwa seluruh apresiasi yang diberikan oleh pemerintah pusat tersebut, menjadi sebuah dorongan untuk melanjutkan apa yang telah dilakukan di Kota Semarang. Selain itu, apa yang dilakukan di Kota Semarang, dapat menginspirasi daerah lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya.

‘’Dan selalu saya katakan, bahwa apa yang kami lakukan adalah baru sebuah permulaan dari sebuah lompatan besar yang siapkan untuk Kota Semarang,’’ tukasnya.■ Hid-die

Ubah Lahan Kosong jadi Green House

MEMANFAATKAN lahan kosong di sekitar rumah menjadi sesuatu yang lebih berdaya guna, bukan persoalan mudah. Begitu pula langkah yang dilakukan ibuibu PKK RW 19 Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang, yang menyulap lahan 5x6 meter menjadi kebun green house, patut diapresiasi.

Dengan memanfaatkan lahan sempit, mereka mengubahnya menjadi area swasembada sayur mayur bersistem hidroponik yang diberi nama green house ‘’Green house ini dibuat, sebagai upaya pembentukan pos daya sayuran bagi ibu-ibu PKK setempat untuk pemenuhan gizi keluarga dan menciptakan masyarakat yang mandiri, produktif, dan bernilai ekonomi,’’ ungkap Febrina, Ketua PKK RW 19 Meteseh, Sabtu (15/7) lalu.

Dijelaskannya, kebun ini dibuat dengan sistem tanam hidroponik, karena keterbatasan media tanam lahan tanah. Media tanam hidroponik dengan pila dibuat bertingkat lima.

Tanaman diisi berbagai jenis sayuran seperti kangkung, kacang panjang, selada, sawi, bayam, kubis dan lainnya. ‘’Selama dua bulan masa tanam, kini sudah dirasakan manfaatnya dengan panen,’’ tukasnya.

■ Mendorong Sementara, salah satu maha- siswi Universitas Diponegoro Rica Dwi Cahyanti, yang mendorong program ini, mengaku senang bisa memberdayakan ibuibu. Diakui, bersama lima kawannya dia membentuk Tim Srikandi, menularkan sistem tanam hidroponik dengan metode STB (Sadarkan, Tanami, Budayakan) untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Meteseh.

‘’Awalnya ibu-ibu PKK di sini hanya melakukan kegiatan rutin seperti pengajian, arisan, dan kumpul biasa. Ini menjadi perhatian khusus kami berlima dalam Tim Srikandi, kami beri pelatihan sejak April membuat greenhouse dan sistem tanam hidroponik,’’ katanya.

Kini, hasilnya luar biasa. Ketahanan pangan dengan pos daya sayur berjalan.

‘’Kegiatan ini terus berjalan sampai pada tingkat pemasaran, dan bisa dimanfaatkan ibu-ibu di sini,’’ pungkasnya.■ Nurul Wakhid-die

SEKAYU - Sebanyak 432 siswa baru kelas X di SMAN 3 Semarang membatik di Halaman Utama SMAN3 Semarang Jalan Pemuda. Kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan pengenalan budaya yang dilakukan setiap tahun selama masa Pengenalan Lingkugan Sekolah (PLS). Hal itu diungkapkan Kepal SMAN Semarang, Wiharto. “Kegiatan PLS dari tahun ketahun selalu kami sisipkan dengan hal yang unik, dalam kai tannya me ngenalkan budaya. Kalau tahun lalu ada angklung, tahun ini mem batik. Para siswa baru ini nanti akan membatik di tengah lapa ngan pagi hari pukul 07.00 WIB,” ungkap Wiharto saat ditemui di kantornya di SMAN 3 Semarang Jalan Pemuda, kemarin.

Hari.......

(Sambungan hlm 17)

Bentuk rasa syukur inilah kita wujudkan dengan menyelangarakan kegiatan ini dan kita tunjukkan kepada siswa dan orang tua siswa,” kata Nining kepada Wawasan, Senin, (17/7).

Selain itu, orang tua siswa juga diajak bersamasama untuk mengikuti kegiatan upacara bendera dalam rangka Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Kenapa orang tua dilibatkan?. Karena lanjut Nining, pihak sekolah ingin orang tua juga ikut terlibat dalam perkembangan putra-putrinya.

“Jadi orang tua tidak pasif hanya menerima raport saja tetapi juga dilibatkan dalam rangka perkembanganan anak.

Setelah upacara bendera kami juga membentuk paguyuban antara orang tua siswa dan guru,” jelasnya.

■ Pendidikan Sebab, hal ini berkaitan, dengan SMP N 23 sebagai pilot sekolah yang mengimplementasikan pendidikan keluarga dan berkaitan penguatan pendidikan karakter. “Jadi

Manfaat...... (Sambungan hlm 17)

tanya. Bisa untuk stamina tetap prima dan kebugaran dalam tubuh,” katanya.

Menurutnya, melakukan aktivitas Yoga, ada beberapa kriteria waktu dalam setiap latihan. “Kalau di kelas studio Saya dalam setiap kelas Yoga ada yang membutuhkan waktu 60 menit, ada juga yang 90 menit dan ada juga yang 120 menit, tergantung kebutuhan,” ucapnya. Sedangkan yang biasa dilakukan, pada kelas reguler atau kelas umum adalah 60 menit saja. “Latihan satu jam dengan sungguh-sungguh dan full konsentrasi sudah lebih dari cukup,” ucapnya.

Idealnya, kata perempuan dengan postur tubuh atletis ini, latihan untuk umum dan untuk bugar 3x untuk pecinta Yoga. Para pecinta Yoga terdiri dari

This article is from: