5 minute read

Organda Keluhkan Gojek

SALATIGA - Ketua Organda Salatiga Suyanto mengungkapkan, keberadaan Gojek mempengaruhi pendapatan anggotanya. Hal ini diungkapkan saat audiensi antara Organisasi Angkutan Darat (Organda) dan Induk Paguyuban Angkutan Kota Salatiga (IPAS) dengan Walikota Yuliyanto di Rumah Dinas Walikota, Senin (17/7).

Audiensi yang juga dihadiri IPAS yang diwakili oleh Janto dan Sujaryo tersebut buntut dari kejadian Gojek di Salatiga. Suyanto mengatakan, keberadaan Gojek sedikit banyak mempengaruhi pendapatan tenaga jasa angkutan kota yang telah terlebih dahulu beroperasi di Salatiga.

Advertisement

“Meskipun Gojek beroperasi belum genap satu bulan, namun banyak penumpang angkot beralih ke Gojek. Ini jelas meresahkan kami dan semua anggota,” ujarnya.

Para sopir angkot, ungkapnya, sudah menyampaikan keluhan kepada Organda maupun IPAS. Bahkan mereka sudah berniat untuk demo, namun pihaknya masih melarang mereka.

‘’Kita akan tempuh jalur dialog dulu dengan pemerintah,” paparnya. Sementara perwakilan IPAS Sujaryo, mengungkapan hal seru- pa. Ia mengaku sedih karena sebagian besar mereka yang beralih ke Gojek adalah langganan angkot.

“Angkot sekarang ini sudah sepi, apalagi ditambah keberadaan Gojek. Kami sopir angkot sangat hafal para penumpang, karena sebagian besar mereka adalah langganan. Jika mereka tidak naik angkot pada jam-jam biasanya tentu ada sesuatu. Ketika kami amati dan tunggu lama langganan tersebut ternyata menggunakan Gojek. Sakit Pak,” keluh Sujaryo. Ia mengatakan, para sopir angkot banyak yang menyampaikan keluhannya.

“Kami sopir angkutan merasa sedih karena selama ini membayar retribusi, mengurus KIR dan kewajiban lain telah kami lakukan.

Tapi keberlangsungan usaha kami malah tak dilindungi pemerintah, buktinya banyak kendaraan berplat hitam digunakan ngompreng seperti Gojek,” keluhnya.

■ Respon Organda

Menyikapi keluhan tersebut, Walikota Salatiga Yuliyanto merasa prihatin akan beroperasinya Gojek di Salatiga. Walikota meminta kepada Organda dan IPAS segera membuat surat pernyataan keberatan dan keinginnya.

“Salatiga itu kota kecil, selama ini moda transportasi lebih dari cukup. Indikatornya mudah, penumpang angkota jumlahnya sedikit,” tutur walikota. Yang pasti, pihaknya akan merespon surat dari Organda dan IPAS, dan akan berkoordinasi dengan dinas terkait, yaitu Dinas Perhubungan dan Dinas Kominfo. Selanjutnya dinas terkait akan menentukan langkah lanjutan apakah nantinya bersurat ke Kementerian Kominfo atau akan diskusikan.■ rna/SR

UNGARAN - Program Pengiriman Buku Gratis untuk didonasikan ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) atau Pustaka Bergerak Indonesia mulai dijalankan PT Pos Indonesia (Persero) sejak Mei 2017.

Untuk mengakses layanan ini, PT Pos Indonesia menerapkan ketentuan berat maksimal setiap pengiriman, yakni maksimal 10 kilogram.

“Donasi buku ke TBM tadi, masuk kategori terbebas dari biaya. Hanya bisa dikirim melalui Kantor Pos se-Indonesia, bukan Agen Pos,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia, Gilarsi Wahju Setijono. Program ini dijalankan sebagai wujud implementasi BUMN hadir untuk negeri. Masyarakat bisa memanfaatkan program tersebut setiap tanggal 17. Harapannya, kecintaan masyarakat Indonesia terhadap gerakan membaca buku bakal meningkat. Di samping ikut mendukung pemerataan pendidikan literasi hingga pelosok Indonesia.

Data yang dihimpun menyebutkan, pada akhir

Mei 2017 lalu paket buku yang telah diantar mencapai 171 koli (1 koli setara 150 kilogram-Red). Apabila di- perinci, jumlah terbanyak dalam pengiriman program kirim buku gratis tadi adalah tujuan ke Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, yakni lebih kurang 26,72 persen. Adapun tujuan ke Sulawesi dan Maluku mencapai 21,06 persen. Sedangkan tujuan ke Papua sekitar 18,42 persen.

“Data Juni 2017 meningkat hingga 500 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan demikian, sudah lebih dari 7 ton buku yang sudah kita antar ke berbagai penjuru tanah air,” terangnya. Terpisah, Ketua TBM Warung Pasinaon, Tirta Nursari menuturkan, pihaknya menyambut baik program tersebut. Baru-baru ini, Tirta sudah mendapat informasi terkait layanan tersebut.

“Kami sangat menyambut baik, karena tentu saja akan mendukung gerakan literasi,” tuturnya.■ SMNetwork/H86-SR

Pemkab Sulit Bangun Sarpras TPA Blondo

AUDENSI: Perwakilan Organda dan IPAS usai menyampaikan keluhannya kepada Walikota Yuliyanto saat audensi di Rumah Dinas Walikota, Senin (17/7). ■ Foto: Ernawaty/SR

Pj Sekda Kirim Nama Pengganti Bustanul

ti Kepala Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Bustanul Arifin SH yang tewas kecelakaan ke pemerintah pusat.

SALATIGA – Pj Sekda, Sri Wityowati menandaskan, Senin (17/7) melayangkan satu nama penggan-

‘’Satu nama ini menjadi kewenangan walikota dalam menentukan posisi Pelaksana Tugas (Plt). Kewenangan walikota ya itu (penunjukan nama). Satu nama kita cantumkan dan kita kirim ke Jakarta,” kata Sri Wityowati. Dalam pemilihan nama tersebut, diakui terdapat sejumlah syarat. Sehingga dalam memimpin Disdukcapil dapat langsung mengalir. Kondisi saat ini, katanya, yang dibutuhkan adalah untuk melakukan penandatanganan yang sebelumnya dilakukan oleh almarhum Bustanul Arifin. Dimana, penandatanganan ini sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mengeluarkan surat menyurat terkait kependudukan.

“Kasihan masyarakat jika berlarut-larut. Kita harapkan juga segara ada penggantinya karena pelayanan tidak boleh terganggu,” tandasnya.

■ Kewenangan Walikota

Disinggung siapa nama uang dikirim, Pj Sekda enggan menyebutkan karena menjadi kewe- nangan Walikota. Seperti diketahui, Kepala Disdukcapil Bustanul Arifin SH tewas dalam kecelakaan di jalan tol Semarang – Bawen, Rabu (12/7) malam. Mobil dinas Toyota Rush Nopol H 27 B mengalami pecah ban dan terguling di Km 25.500, tepatnya di daerah Beji, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Sementara, dari pantauan pelayanan di Disdukcapil berjalan normal. Beberapa masyarakat yang ingin melakukan kepengurusan kependudukan tetap mendapatkan pelayanan sebagaimana mestinya.■ rna/SR

Walikota Lepas Kontingen Jumbara PMR

SALATIGA - Ketua Pengurus PMI

Kota Salatiga, Muh Haris menyatakan, Jumpa Bhakti Gembira (Jumbara) PMR dan Temu Karya Relawan PMI Tingkat Provinsi Jateng sebagai sarana untuk mengevaluasi sejauh mana tingkat pengembangan kapasitas generasi muda di masing-masing PMI kabupaten/ kota.

Hal ini disampaikan Muh Haris saat melepas 75 personel PMI Kota Salatiga Jumbara PMR oleh Walikota Yuliyanto, Senin (17/7). Pelepasan kontingen dikemas dalam apel luar biasa di halaman Pemkot Salatiga dan disaksikan sejumlah forkopinda.

Muh Haris menjelaskan, kontingen tersebut akan mengikuti Jumbara yang akan dilaksanakan di Bumi Perkemahan Regaloh, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati, Sabtu (22/07) sampai dengan Kamis (27/07).

“Jumbara merupakan ajang untuk saling berjumpa, berbakti dan bergembira bersama PMR dan juga berkarya bersama KSR (Korps Sukarela) se-Jawa Tengah,” katanya.

‘’Jumbara PMR dan Temu Karya Relawan PMI Tingkat Provinsi Jateng juga sebagai sarana untuk mengevaluasi sejauh mana tingkat pengembangan kapasitas generasi muda di masing-masing PMI kabupaten/kota,” lanjut Haris, yang juga Wakil Walikota Salatiga.

Ia memaparkan, kontingen PMI Kota Salatiga tersebut terdiri dari PMR Mula (setingkat SD), PMR Madya (setingkat SMP), PMR Wira (setingkat SMA), Pembina PMR, KSR, TSR (Tenaga Suka Rela), Pen- donor Darah Sukarela (DDS), Tim Pendukung dan Pengurus PMI. Kontingen tersebut akan mengikuti berbagai kegiatan meliputi travelling kepalangmerahan, cerdas tangkas, kreasi remaja, pemanfaatan limbah lingkungan, penyuluhan kebesihan dan kesehatan, kesiapsiagaan bencana, bakti sosial, outbond, duta PMR, jurnalistik dan life skills,” ulasnya. Sementara Walikota Yuliyanto dalam kesempatan itu mengingatkan seluruh anggota peserta untuk menjaga nama baik Kota Salatiga dan selalu menjaga kekompakan serta kebersamaan. Karena Jumbara menjadi ajang bersilaturahmi dengan kontingen dari 34 kabupaten/kota lainnya. “Ajang ini jangan dijadikan sebagai kompetisi saja, tapi juga sebagai ajang untuk bersilaturahmi dengan kontingen dari 34 kabupaten/kota lainnya. Kembangkan relasi dengan rekan yang berbeda kontingen karena hal tersebut akan mendorong kita untuk berkembang menjadi lebih baik,” kata Yuliyanto.■ rna/SR

UNGARAN- Meski kondisi tempat pembuangan akhir (TPA) Blondo masih mampu menampung sampah, tetapi kontur tanahnya labil. Sehingga Pemkab Semarang kesulitan untuk membangun sarana dan prasarana (sarpras) tambahan pengolahan sampah.

‘’Ada catatan di TPA Blondo, evaluasi sedang dilakukan mengingat tanahnya labil,’‘ kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Semarang, Nurhadi Subroto, Minggu (16/7).

Jika hasil evaluasi menyatakan tanah labil dapat mempengaruhi daya tampung, maka ke depan tidak semua sampah dari Kabupaten Semarang akan dibuang di TPA di Lingkungan Blondo, Kecamatan Bawen tersebut. Dengan demikian Pemkab perlu membangun TPA baru. Upaya tersebut butuh kajian, karena untuk efektivitas ke depan, TPA memang harus dijadikan lokasi pengolahan sampah. Bukan sekadar tempat pembuangan saja. ‘’Aktivitas pengolahan yang dimaksud, misalnya pembuatan pupuk kompos. Di samping pemanfaatan gas metan sebagai sumber energi,’‘ paparnya.

Guna mewujudkan kajian serta beberapa program lanjutan, dalam waktu dekat Dinas Lingkungan Hidup, hendak memetakan wilayah baru, berkaitan dengan pembangunan TPA pengganti TPA Blondo. Studi kelayakan melibatkan beberapa instansi terkait diperlukan agar hasilnya tak berdampak merugikan bagi lingkungan sekitar.

‘’Idealnya dibutuhkan lahan lebih kurang 20 hektar. Ini pekerjaan rumah kami, karena pola lama harus ditinggalkan. Semoga beberapa tahun mendatang, sudah ada calon lokasi TPA baru,’‘ kata Nurhadi. ■ SMNetwork/H86-SR

This article is from: