6 minute read

Garam dari Rp 500 Jadi Rp 3.500

Rekor Harga Tertinggi dalam Sejarah di Jepara

Advertisement

JEPARA-Tahun ini, nasib baik tengah berpihak kepada para petani garam di Kabupaten Jepara. Abdul Lafik, salah seorang tokoh petani garam di Desa Kedung, Jepara, menyebutkan hingga saat ini para petani masih mampu menjual garam dengan harga Rp3.500/kg padahal tahun sebelumnya hanya Rp 500/Kg.

Harga tersebut merupakan rekor baru dalam sejarah produksi garam di Jepara. Para petani tentu saja sangat gembira dengan situasi ini, dan berharap bisa terus menik- mati tingginya harga garam. Sebelumnya, para petani memang harus gigit jari. Sebab, pada musim sebelumnya para petani harus menerima harga Rp 500 untuk setiap kilogram dari hasil produksinya.

Meroketnya harga garam, menurut Abdul Lafik, tidak lepas dari situasi yang terjadi pada musim lalu. Pada saat itu, produksi garam di Jepara bisa dikatakan gagal, karena berbagai kendala cuaca. Pada saat bersamaan pemerintah juga membatasi kran impor garam, sehingga para petani bisa memaksimalkan situasi tersebut.

“Bisa dikatakan kali ini petani benar-benar bisa merasakan ‘manisnya’ garam. Harga kali ini merupakan yang tertinggi yang pernah terjadi. Dan kami para petani benar-benar bisa merasakannya. Karena harganya semula cuma Rp 300 sampai Rp 500 perkilogramnya,” kata Abdul Lafiq yang juga menjabat sebagai ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tirta Petani, Senin (17/7). Pada awal tahun, para petani sudah berusaha untuk memproduksi garam dengan harapan bisa mendapatkan untung di saat harga tinggi. Namun, cuaca yang belum mendukung membuat para petani belum bisa sepenuhnya menghasilkan jumlah maksimal. Hujan membuat mereka harus sering mengulangi proses produksi.

■ Progres Penanaman Modal Triwulan II di Jateng PTSP Imbau Pengusaha Miliki IP

SEMARANG-Kepala Dinas Pe- nanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP)

Provinsi Jateng, Prasetyo Aribowo, mendorong para pengusaha memiliki izin prinsip (IP).

Dalam progres di triwulan kedua, PTSP merealisasikan target hingga 71% yakni Rp 7,43 triliun dari nilai target Rp 10,3 triliun.

Para pengusaha yang menanamkan modalnya di Jateng belum semuanya memiliki IP. Bahkan, sudah ada yang memiliki IP namun tidak melaporkan capaian investasinya. Atas hal itulah, pihaknya optimistis target triwulan kedua bisa tercapai. Meski penanam modal dalam negeri (PMDN) yang tidak memiliki IP tidak salah, hal itu merugikan pihak penanam modal sendiri.

“Tidak punya izin prinsip bisa saja terjadi, karena bidang usahanya adalah usaha jasa di kabupaten/kota. Tidak punya izin prinsip (PMDN) memang tidak salah. Namun mereka kehilangan kesempatan mendapatkan fasilitas master list misal tidak bisa bebas bea masuk untuk barang impor. Tidak bisa mendapatkan

PPN dan PPh atas barang impornya. Padahal, keuntungan tersebut akan menghemat biaya impor bagi investor,” kata Prasetyo kepda wartawan di Kantor DPM-PTSP Jalan Soegijapranata, Senin (17/7).

Dalam data yang dihimpun, terdapat 45 PMDN yang sudah memiliki IP sebanyak 45, namun baru 30 perusahaan yang melaporkan. Sementara, penanaman modal asing (PMA) sudah memiliki IP sebanyak 114, ternyata masih ada 55 yang belum melaporkan di 2017 ini. Mengatasi hal tersebut, pihaknya menurunkan tim di 24 daerah yang akan mempercepat pembuatan laporan kegiatan penanaman modal (LKPM) perusahaan. “Ini tugas dan akan kita kejar.

Tim buru sergap ini dalam waktu seminggu akan memburu mereka ke alamat yang belum lapor. Sehingga kekurangan dari target bisa dipenuhi. Sampai Juli, Rp 17,73 triliun ini (target penanaman modal) masih baik. Meski tidak wajib IP, diskonan pajak akan melayang begitu saja. Saya hanya mendorong, memang tidak wajib, namun itu sangat bermanfaat. Pemkab dan Pemkot sebaiknya mendorong ke arah situ” tu- turnya.Dalam kaitannya dengan sanksi yang tidak melaporkan perkembangan investasinya, kata dia, mulai dari peringatan tertulis atau daring, pembatasan kegiatan usaha hingga pembekuan kegiatan usaha dan atau fasilitasi penanaman modal maupun pencabutan perizinannya. ■

M9-CT

■ Impor Dibatasi Saat ini para petani garam di Jepara berharap agar impor garam tetap dibatasi atau kalau perlu distop sama sekali. Sehingga, harga yang sudah terbentuk bisa stabil seperti sekarang. Namun kalau sampai kran impor dibuka lebar, kemungkinan besar harga garam akan langsung anjlok, karena pasar garam nasional dibanjiri garam dari luar negeri. Seorang pedagang garam, Suparmin mengatakan memang saat ini harga yang terbentuk seperti itu. Di pasaran garam diburu untuk dimanfaatkan di beberapa sektor, misalnya untuk industri dan pengawetan ikan. Satu tombong garam seberat kurang lebih 80 kilogram biasanya dihargai Rp 280.000. Harga itu saat garam masih berada di areal tambak. Namun kalau sudah sampai di pedagang bisa melonjak sampai Rp300.000-Rp400.000. “Jadi lebih mahal karena sudah termasuk ongkos angkut dan biaya buruh panggulnya. Jadi memang seperti itu,” ujarnya, secara terpisah, kemarin.■ Dis-Ct

Etawa Asal Wonosobo Dominasi Kontes

WONOSOBO - Kambing jenis

Etawa ras Kaligesing asal Wonosobo berjaya di kontes Open Regional Jawa Tengah 2017, yang digelar di Lapangan Sampih, Desa Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Minggu (16/7).

Dalam kontes yang digelar

Pemkab bersama Perkanas dalam rangka Hari Jadi ke-192

Wonosobo tersebut, etawa lokal berhasil keluar sebagai juara di empat kelas, dari delapan kelas yang dilombakan.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas

Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Drh Sidik Driyono ketika ditemui di kantornya, Senin (17/7) menyebut empat kelas yang dijuarai Etawa Wonosobo adalah kelas Betina A, Betina B, Betina D, dan Jantan A. “Para juara berasal dari empat kecamatan berbeda, yaitu Sapuran, Wadaslintang, Sukoharjo dan Watumalang, setelah menyisihkan peserta lain dari berbagai daerah di Jawa Tengah,” kata Sidik.

Kontes Open Regional, seperti dijelaskan Sidik, sudah menjadi even rutin tahunan pada setiap agenda Hari Jadi Kabupaten Wonosobo. Tujuan dari gelaran kontes tersebut, menurutnya, adalah untuk memupuk semangat para peternak dalam membudidayakan Etawa di Wonosobo. Potensi ternak, khsususnya jenis kambing Etawa diakui Sidik mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga peternak, karena saat ini populasi kambing dinilainya semakin meningkat. “Secara populasi, kambing di Wonosobo saat ini berada di angka 156.476 ekor, jauh di atas populasi sapi yang berjumlah 21.580 ekor, serta masih di atas domba yang ada di angka 100.518 ekor,” ujarnya. Gambaran potensi ternak tersebut terlihat sepanjang Ramadhan dan Syawal lalu, ketika masyarakat memotong lebih dari 1.700 sapi, yang secara nilai lebih dari 32 miliar rupiah. Selain menggelar kontes Etawa, pihaknya juga membuka kesempatan bagi para pemilik domba lokal dari Wonosobo, atau yang biasa disebut Dombos untuk mengikuti lomba. Di kategori Domba lokal, Sidik mengatakan para peternak dari Kecamatan Kalikajar mendominasi kejuaraan, dimana hampir semua kategori juara direbut me- reka. Pihaknya berharap agar di masa mendatang, semakin banyak peternak yang turut dalam lomba, dan dengan kualitas yang semakin baik. “Ekonomi keluarga juga akan meningkat seiring peningkatan kualitas ternak,” tuturnya.■ Ham-Ct

PANEN GARAM: Para petani garam di Desa Panggung, Kedung, Jepara tengah memanen hasil produksi mereka. Saat ini mereka tengah mengalami masa-masa menggembirakan, karena harga garam meroket. ■ Foto : Budi Santoso

PERESMIAN: Direktur AXA Financial Indonesia, Nina Ong (tengah) beserta jajaran direksi, secara simbolis meresmikan kantor baru mereka di Ruko Mataram Plaza Blok A7 Jalan MT Haryono 427-429 Semarang, Senin (17/7).■ Foto: Arixc Ardana

AXA Financial Indonesia Perluas Market di Semarang

SEMARANG-AXA Financial Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang asuransi, terus melebarkan sayap di Semarang. Ditandai dengan pembukaan kantor ketiga mereka di ibukota Jateng ini yakni di Ruko Mataram Plaza Blok A7 Jalan MT Haryono, setelah sebelumnya memiliki kantor di kawasan Jalan Mangunsarkoro dan Semarang Indah.

“Pembukaan kantor kami yang ketiga di Semarang merupakan langkah ekspansi kantor penjualan, sekaligus mendekatkan diri dengan nasabah kita di Semarang. Kantor ini juga dilengkapi dengan fasilitas penunjang pelayanan nasabah dan pemasaran, seperti ruang training untuk agen, fasilitas untuk ujian Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) hingga ruang rapat,” kata Direktur AXA Financial Indonesia, Nina Ong, Senin (17/7). Rencananya, dalam waktu dekat ini pihaknya juga akan membuka sejumlah kantor baru di beberapa kota di Indonesia. “Kita melihat Semarang dan wilayah sekitarnya, dan Jawa Tengah pada umumnya, memiliki potensi yang dapat kami kelola untuk meningkatkan bisnis AXA. Di Semarang kita memiliki sekitar 400 agen dengan jumlah nasabah sekitar 2.500 polis,” tuturnya.Dalam kesempatan tersebut, pihaknya juga memperkenalkan produk perlindungan jiwa terbaru Maestro Infinite Protection (MIP), yakni produk asuransi whole life yang memberikan perlindungan jiwa optimal hingga nasabah berusia 100 tahun. ■ Rix-Ct

Nanas Madu Purbalingga

Jadi Primadona di SAE

PURBALINGGA–Produk nanas madu dari Purbalingga menjadi salah satu primadona di Soropadan Agro Expo (SAE) 8 yang digelar pada 13-17 Juli 2017 di Temanggung. Komoditas yang dibudidayakan kelompok tani Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja Purbalingga itu menyedot animo pengunjung. Nanas dari Purbalingga pernah menyabet juara I pada lomba buah tingkat Provinsi Jateng pada 2015 lalu.

“Nanas segar dan olahan ludes terjual, kita sudah minta dikirim lagi langsung habis juga. Pengunjung sangat suka dengan nanas ini, karena rasanya manis dan segar,” ujar Suyitno, penanggung jawab stan Dinas Pertanian Purbalingga di lokasi SAE 8, Senin (17/7).

Selain nanas segar, produk olahan yang dipamerkan ada selai, dodol, manisan, cocktail sampai sambel. “Semua hasil kelompok tani dan kreasi wanita tani Desa Siwarak, Karangreja, Purbalingga. Produk andalan kami kali ini memang nanas madu,” kata Suyitno. Berdasarkan pantauan di lokasi ekspo, nanas madu asal Purbalingga memang laris manis. “Saya suka nanas dari Purbalingga, saya kira dari ‘Mbelik’ ternyata Karangreja. Olahanya juga enak, hanya perlu dikembangkan lagi kemasan dan standarnya,” kata Ade Mayasari salah satu pengunjung yang mengaku asal Jakarta. Ia pun memborong nanas untuk keluarganya.■ ST-Ct

Pameran Lukisan Kenang

Raprika Angga Yulianto

SIDOMUKTI - Unwitart Space, salah satu forum kesenian yang mewadahi seniman-seniman Salatiga menggelar acara pameran lukisan dengan tajuk “Reborn” yang berlangsung tiga hari yang berakhir Minggu (16/7) di Jalan Suropati I No 565 Togaten Salatiga. Pameran digelar untuk mengenang almarhum Raprika Angga Yulianto, seorang seniman lukis muda asal Salatiga. Kegiatan ini adalah kali ketiga digelar di Salatiga.

Ketua panitia Raprika Bangkit yang kakak dari almarhum mengatakan, bahwa acara kali ini melibatkan temanteman dari almarhum yang pernah berjuang bersama dan hidup bersama merasakan emosional dan semangat berkarya. Pameran diikuti tak kurang 12 pelaku seni yang terlibat dan menjadi peserta di pameran lukisan ini.

“Karya-karya yang dipamerkan di acara ini adalah hasil karya dari teman-teman almarhum untuk mengapresiasi almarhum. Tujuan acara ini agar menjadi perintis acara kesenian di Salatiga dan seniman lain bisa melanjutkan membuat acara seperti ini,” katanya.■ SMNetwork/H32-SR

Biaya Pengiriman Donasi Buku Gratis

AMATI LUKISAN: Para pengujung mengamati lukisan yang dipamerkan dalam acara pameran lukisan dengan tajuk “Reborn” di Jalan Suropati I No

565 Togaten Salatiga, Minggu (16/7). ■ Foto: SMNetwork/Moch Kundori-SR

This article is from: