7 minute read

Pesan Damai Islam Nusantara

Saatnya Sanksi Sosial Diterapkan

WACANA pemberian sanksi sosial bagi para koruptor sudah cukup lama dilontarkan ke publik. Namun hingga kini belum juga bisa terealisasi. Bahkan, pada September 2016, Istana menyatakan sudah menggodok wacana sanksi sosial tersebut sebagai pemberatan guna memberikan efek jera bagi para penjarah uang negara. Saat itu wacana pemberian sanksi sosial disampaikan oleh sejumlah pakar hukum kepada Presiden Joko Widodo. Kementerian Pohukam sebagai “leading sector” pun melakukan kajian mendalam dengan tinjauan dari berbagai aspek, baik hukum, sosial, politik, dan hak asasi manusia.Staf Khusus Komunikasi Presiden, Johan Budi SP juga menyatakan, wacana itu relevan dengan kenyataan masih belum idealnya hukuman bagi koruptor.

Advertisement

Akibat belum idealnya hukuman bagi pelaku tindak pidana korupsi, hingga saat ini “budaya” korupsi masih merajalela di negeri ini. Korupsi seolah tidak ada matinya, meskipun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tak henti-hentinya melakukan operasi tangkap tangan (OTT). Menurut Johan Budi, Presiden Jokowi menginginkan hukuman bagi koruptor bisa dimaksimalkan agar mampu memberikan efek jera. Karena itu, munculnya wacana pemberian saksi sosial diharapkan mampu memberikan efek jera lebih signifikan. Namun kemungkinan wacana itu segera direalisasi, tampaknya masih membutuhkan waktu, karena hingga kini pembahasan dan pengkajian secara serius dari berbagai aspek belum disimpulkan dan dipublikasikan.

Jika saja ketentuan tentang sanksi sosial bagi koruptor itu bisa disiapkan oleh pemerintah bersamaan dengan penyiapan paket reformasi bidang hukum, tentu akan sangat ideal dan tepat, baik dari aspek waktu maupun substansi. Penyiapan paket reformasi bidang hukum, termasuk ketentuan sanksi sosial bagi koruptor, sangatlah urgen mengingat peta jalan reformasi bidang hukum sangat dibutuhkan guna memetakan persoalan dan penentuan langkah-langkah prioritas. Hanya saja, ketentuan pemberian sanksi sosial bagi koruptor perlu dirumuskan dengan baik dan matang agar benar-benar efektif dan mampu memberikan efek jera, karena akan menimbulkan rasa malu bagi koruptor. Misalnya menyapu di jalanan atau menjadi petugas layanan publik.

Kenyataan menunjukkan, meskipun KPK telah bekerja keras menjerat dan memenjarakan para koruptor, namun hingga kini praktek korupsi masih tetap marak di negeri ini. Seolah patah tumbuh hilang berganti. Bahkan kasus besar yang kini tengah ditangani KPK, yakni perkara korupsi “berjamaah” KTP Elektronik, justru melibatkan nama-nama besar politikus dari berbagai partai politik. Dan pada saat yang sama perlawanan pun datang dari Senayan, dengan digulirkannya Hak Angket terhadap KPK. Hingga kini sudah lebih dari 50 bupati dan walikota di seluruh Indonesia dicokok olerh KPK. Selain itu, tak kurang dari ada sekitar 125 anggota DPR/DPRD dan 17 gubernur juga dijerat oleh KPK. Maka, sudah saatnya sanksi sosial bagi koruptor diterapkan.■

Pejabat Kendal “bedhol desa” ke Bali. Beda tipis antara kunker dan piknik. * * *

Ormas radikal anti-Pancasila mulai didata. Seandainya sejak dulu ada ketegasan.

Lewat halalbihalal, Indonesia akan semakin maju karena bangsanya rukun, damai dan tidak “sikut-sikutan”. Pertanyaannya, apakah kita menolak halalbihalal dengan dalih bidah?

HALALBIHALAL menjadi tradisi khas Islam di Nusantara. Di belahan dunia termasuk di Timur Tengah, belum ada tradisi seunik halalbihalal. Mengapa unik? Kita harus menengok sejarah halalbihalal sebagai tradisi yang mengusung pesan damai serta produk lokal Islam di Nusantara. Ada berbagai konsep halalbihalal yang biasanya digelar mulai tanggal 1 sampai 30 Syawal. Bisa open house, reuni, temu kangen sampai pengajian. Tidak hanya di lingkup ormas Islam, pengurus takmir masjid, namun halalbihalal juga sudah lazim digelar lembaga pemerintah dan swasta. Juga lembaga pendidikan, lembaga bisnis dan berbagai komunitas.

Secara penulisan juga variatif. Halalbihalal sebelum dibakukan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penulisannya meliputi “halal bi halal” ada juga yang menulis “halal bihalal”. Namun dalam KBBI, penulisan yang baku adalah “halalbihalal” yang bermakna pertemuan untuk saling memaafkan.

■ Pesan Damai Dalam sejarahnya, halalbihalal digelar Presiden Sukarno untuk mendamaikan berbagai pihak yang sedang konflik politik kala itu. Juga keberagaman pandangan atas ideologi bangsa para kurun waktu 1946-1948. Saat ini, Indonesia memang diramaikan berbagai pandangan dan ideologi kebangsaan yang berbeda-beda.

Kala itu pun, Soekarno sebagai presiden gelisah dan khawatir. Maka ia berinisiatif membuat forum yang mempertemukan berbagai pihak yang sedang konflik. Atas usul KH. Wahab Chasbullah tokoh NU, kala itu Bung Karno sepakat momentum pertemuan itu dinamakan “halalbihalal”.

Sebab, Bung Karno sebelumnya mendapatkan ide untuk menamakan pertemuan itu de-ngan nama “silaturahmi”. Namun karena sudah biasa, dan karena masih dalam momentum Lebaran, maka atas usul KH. Wahab Chasbullah, jadilah halalbihalal menjadi momentum bertemu, silaturahmi, dan menjadi pertemuan yang bermuara saling memaafkan.

Tidak hanya Presiden Soekarno, namun Presiden Gus Duripada tahun 2000 juga tercatat pernah melakukan halalbihalal dengan konsep open house yang

(Sejak dulu selalu komit pada tugas dan fungsi) “ sangat menarik. Saat itu Gus Dur menamakan halalbihalal di istana merdeka dengan konsep “Lebaran Rakyat”.

Banyak masyarakat hadir dari berbagai kalangan. Mulai dari tukang ojek, penjual asongan, tukang parkir, santri, orang desa berbaju lusuh pun kala itu menikmati “istana rakyat” sungguhan. Apalagi Gus Dur saat itu membuka lebar ruang utama, karena biasanya ruang utama hanya untuk tamu-tamu negara, duta dan tamu-tamu kelas VIP.

Lalu bagaimana dengan Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla? Pada awal Lebaran Idulfitri 1438 H kemarin, Jokowi-JK menggelar open house di istana berjemaah. Sebab, biasanya mereka berdua menggelar open house sendiri-sendiri. Namun tahun ini berbeda, ada apa? Apalagi, beberapa tokoh yang disinyalir “membuat gaduh” Jakarta bahkan Indonesia, sebelum dan sesudah Pilkada DKI Jakarta kemarin turut hadir dalam halalbihalal yang digelar Jokowi-JK itu.

Hadir dalam kesempatan itu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Baskoro (Ibas) Yudhoyono bersama keluarga. Meski kalah Pilkada DKI Jakarta, AHY hadir dengan membawa senyum mesra. Hadir juga pemenang Pilkada DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno bersama keluarga. Juga dedengkot Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) Bachtiar Nasir dan timnya. Suasana di istana kemarin sangat sejuk dan membawa dampak positif bagi kelangsungan perpolitikan di Indonesia. Meski sebentar lagi ada Pilkada serentak 2018, Pileg dan Pilpres 2019, namun halalbihalal itu menjadi pesan damai bagi bangsa ini. Terlepas urusan pencitraan dan safari politik, open house yang digelar Jokowi-JK itu menjadi perekat para tokoh politik di negeri ini.

Mengapa demikian? Sebab, halalbihalal sebagai tradisi khas Islam Nusantara dari awal sejarahnya memang digelar Presiden Soekarno dalam rangka mendamaikan dan menyatukan berbagai pihak untuk menjaga keutuhan NKRI.

■ Melestarikan Sebagai bagian dari ibadah muamalah dan tradisi yang melahirkan kemesraan, halalbihalal harus dilestarikan. Bahkan, ha- lalbihalal menjadi ritual wajib di semua kalangan. Apalagi, di hari pertama masuk kerja, baik di lembaga pemerintah atau swasta, halalbihalal menjadi hal wajib dilakukan pertama kali sebelum melakukan kerja selama setahun ke depan.

Ada beberapa hal yang mengharuskan umat Islam dengan mazhab apapun untuk melestarikan halalbihalal. Pertama, sebagai ibadah muamalah, halalbihalal tidak ada hubungannya dengan bid’ah atau bidah. Sebab, bidah hanya berlaku di wilayah ibadah mahzah (syahadat, salat, zakat, puasa dan haji).

Kedua, semua manusia pasti punya salah, apalagi Islam sudah merumuskan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Maka untuk mencapai ampunan Tuhan, terlebih dahulu manusia harus mendapat ampunan maaf dari orang di sekitarnya. Mulai dari ibu, bapak, keluarga, teman bahkan dengan musuh pun harus diutamakan meminta maaf. Halalbihalal menjadi momentum tepat untuk merendahkan hati, menemukan titik temu dan puncaknya adalah kebersamaan sekaligus perdamaian.

Ketiga, halalbihalal mampu menghancurkan egoisme, emosi bahkan mencairkan hubungan antara manusia dengan manusia dan puncaknya pada Tuhan. Keempat, halalbihalal menjadi jalan untuk membangun ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah basyariah (persaudaraan kemanusiaan) dan ukhuwah wataniyah (persuadaraan kebangsaan).

Keempat, selain zakat, tanpa halalbihalal, maka puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadan tidak akan sempurna. Sebab, ciri muslim yang cerdas adalah memegang teguh diktum “almuhafadatu alal qadimissalih, wal akhdu bil jadidil aslah” (mempertahankan nilai-nilai lama yang positif dan mengambil nilai baru yang positif).

Lewat halalbihalal, Indonesia akan semakin maju karena bangsanya rukun, damai dan tidak “sikut-sikutan”. Pertanyaannya, apakah kita menolak halalbihalal dengan dalih bidah?■ Penulis, Direktur Utama Forum Muda Cendekia (Formaci).

Kembalikan Semangat Belajar Siswa

Usai Libur Panjang

Oleh: Suwarni SPd MPd

SUASANA libur panjang sekolah, di mana di dalamnya ada libur Ramadan dan Lebaran sangat menyenangkan. Betapa tidak. Ketika libur tersebut ada kesempatan untuk bercengkrama dengan rekan sebaya sepuasnya, bersilaturahmi dengan saudara atau bertamasya ke luar kota.

Guru sebagai bagian dari pelaku proses pembelajaran selain bertindak sebagai pendidik, guru juga harus memiliki jiwa motivator yang mampu membangun dan memancarkan semangat untuk para siswanya.

Namun setelah libur panjang, biasanya diperlukan adaptasi bagi tubuh baik secara fisik maupun psikis untuk menghadapi kembali berbagai rutinitas yang biasa dijalani. Salah satu permasalahan yang sering terjadi setelah libur panjang adalah menurunnya semangat untuk kembali pada rutinitas. Hal tersebut terjadi hampir pada semua kalangan termasuk pada para siswa, para siswa biasanya mengalami penurunan semangat untuk kembali belajar di sekolah.

Kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan berlangsung lama, guru sebagai fasilitator siswa di sekolah harus memiliki tips untuk mengembalikan semangat belajar siswa setelah libur panjang. Berikut tips yang harus dimiliki oleh guru untuk mengembalikan semangat belajar siswa saat kembali masuk gerbang sekolah.

Kunci pertama menumbuhkan semangat. Semangat merupakan bentuk ekspresi perasaan yang bisa timbul akibat adanya stimulus baik dari luar maupun dari dalam diri, rasa semangat ini memiliki sifat menular dari satu orang ke orang yang lainnya. Untuk memulihkan motivasi belajar siswa, maka langkah pem- buka yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan membangun dan memancarkan semangat ketika berada di kelas.

Guru yang mampu memamcarkan semangat melalui ekspresi nyata akan membantu siswa untuk mengembalikan semangat belajarnya. Sementara guru yang tidak mampu memancarkan semangatnya akan membuat siswa merasa jenuh dan memungkinkan semangat belajar siswa semakin menurun. Rasa semangat bisa dipancarkan oleh guru melalui penampilan yang ceria dan bersahabat, pancaran semangat dari guru ini diharapkan akan membentuk suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa, jika suasana nyaman dan menyenangkan sudah terbentuk maka guru akan mudah mengajak siswa ketika akan memulai kembali belajar mengenai materi pelajaran.

■ Materi Menarik Setelah terbentuk suasana kelas yang nyaman dan menyenagkan, maka tips selanjutnya yang harus dilakukan oleh guru adalah memulai pembelajaran dengan materi yang ringan dan menarik. Pemberian materi yang ringan dan menarik pada awal pembelajaran setelah libur panjang akan membantu siswa mengkondisikan kembali pikirannya sehingga proses adaptasi untuk kembali pada rutinitas kegiatan belajar di kelas dapat berjalan dengan cepat. Materi yang ringan akan menghindarkan siswa dari pera- saan kaget secara psikologis setelah libur panjang dan materi yang menarik akan membuat siswa semakin bersemangat ketika mempelajari materi yang akan diajarkan. Materi yang ringan dan menarik dapat disajikan oleh guru dengan cara mengajak siswa mengingat kembali materi pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan mengkaitkan materi yang dipelajari dengan fenomena dan peristiwa yang terjadi atau dialami siswa selama libur panjang. Kegiatan mengkaitkan materi pelajaran dengan pristiwa yang terjadi selama liburan dapat membuat siswa semakin tertarik mempelajari materi materi yang sedang dipelajari. Demikianlah dua tips yang harus dimiliki oleh guru untuk mengembalikan semangat belajar siswa setelah libur panjang, semangat belajar siswa harus senantiasa dijaga agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik. Guru sebagai bagian dari pelaku proses pembelajaran selain bertindak sebagai pendidik, guru juga harus memiliki jiwa motivator yang mampu membangun dan memancarkan semangat untuk para siswanya. Jika seorang guru menguasai materi dan memiliki kemampuan mengemas materi dengan baik yang disertai dengan kemampuan memotivasi siswa selama proses pembelajaran maka diharapkan akan terbentuk proses pembelajaran yang produktif secara keilmuan, nyaman dan menyenangkan serta efektif dalam pembentukan sikap dan karakter siswa.■

Penulis, guru SDN Pulosari, Karangtengah, Demak.

This article is from: