

PENDAHULUAN
SEJARAH KOTA MALANG

NEGARA:Indonesia
JUMLAHPENDUDUK:844.933jiwa
WALIKOTA:Drs.H.Sutiaji
LUAS:110,1km²
Kota Malang tidak lepas dari permasalahan sosial dan lingkungan yang semakin buruk kualitasnya. Kota yang pernah dianggap mempunyai tata Kota yang terbaik di antara Kota-Kota Hindia Belanda, kini banyak dikeluhkan warganya seperti kemacetan & kesemrawutan lalu lintas, suhu udara yang mulai panas, sampah yang berserakan atau harus merelokasi pedagang kaki lima yang memenuhialun-alunKota.
Namun terlepas dari berbagai permasalahan tata Kotanya, pariwisata Kota Malang mampu menarik perhatian tersendiri. Dari segi geografis, Malang diuntungkan oleh keindahanalamdaerahsekitarnyasepertiKotaBatu(yangpadatahun2000menjadiKota madya) dengan agrowisatanya, pemandian cangar, Jawa Timur Park, Museum Angkut, Selecta,Songgoritiatausitus-situspurbakalapeninggalanKerajaanSingosari.

Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambang KotaMalangterdapattulisan;“Malangnamaku, maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika Kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebutberubahmenjadi:“Malangkucecwara”
Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur keretaapipadatahun1879 Berbagaikebutuhan masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculantanpaterkendali.

KAJIAN TEORI/ LITERATURE MORFOLOGI
MORFOLOGI
Morfologi biasanya digunakan untuk skala
kota dan kawasan. Morfologi kota pada
eksistensi keruangan dari bentuk-bentuk
wujud karakteristik kota yaitu analisa
bentuk kota dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Yunus, 2000). Jadi
morfologi kota tidak hanya sebatas
menganalisa bentuk kota tetapi juga
mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi bentuk kota tersebut
Birkhamshaw, Alex J and Whitehand (2012)
menyatakan bahwa dalam aspekaspek urban morfologi, penetapan karakteristik
perkotaan dari berbagai jenis bentuk
adalah hal yang mendasar terutama
dalam kaitannya untuk membedakan dan melakukan pemetaan wilayah yang kebijakan setiap wilayah juga berbedabeda.
KAJIAN BENTUK KOTA
Morfologi sebagai formasi sebuah objek
bentuk kota dalam skala yang lebih luas.
Morfologiperkotaanadalahpenataanatau
formasi keadaan kota yang sebagai objek dan sistem yang dapat diselidiki secara struktural, fungsional, dan visual (Zahnd, 1999)
Tiga unsur morfologi kota yaitu unsurunsur penggunaan lahan, pola-pola jalan dan tipe-tipe bangunan. Dari sinilah pertama kali muncul istilah “Townscape” (Smailes, 1955) Dari pengertianpengertiantersebut,morfologikotasecara sederhana dapat diartikan sebagai bentuk-bentuk fisik kota dengan diketahui secara struktural, fungsional dan visual. Morfologi kota satu dengan kota lain dapat berbeda-beda sehingga morfologi kota ini menjadi pembentuk karakteristik ataucirikhassuatukota.
Dengan adanya teori tersebut maka dalam suatu penelitian morfologi kota, memerlukan kajian morfologi kota dengan berbagai jenis bentuk atau aspek. Menurut Conzen dalam Birkhamshaw, Alex J and Whitehand (2012), morfologi kota memiliki tiga komponen yaitu Ground Plan (pola jalan, blok bangunan), bentuk bangunan (tipe bangunan) dan utilitas lahan/bangunan Analisa bentuk kota meliputi:
Bentuk-bentukkompak
bentuk bujur sangkar (the square cities)
bentuk empat persegi panjang (the rectangularcities), bentukkipas(fanshapedcities), bentukbulat(roundedcities), bentukpita(ribbonshapedcities), bentuk gurita atau bintang (octopus/starshapedcities), bentuk tidak berpola (unpatterned cities).

Bentuk-bentuktidakkompak
Terdiriatas
bentuk terpecah (fragmented cities)
bentukberantai(chainedcities) bentukterbelah(splitcities) bentukstellar(stellarcities).


ANALISA PERANCANGAN KOTA
a. Analisa Figure/ Ground Pada analisa ini meliputi pola sebuah tempat yang membahas mengenai fungsi dan sistem pengaturan, dua pandangan pokok terhadap pola kota yang meliputi organisasilingkungan,figureyangfiguratif dan ground yang figuratif serta sistem poche,teksturfigure/ground.
b Analisa Linkage Ada tiga macam cara penghubung, yaitu linkage visual, linkage struktural, serta linkage bentuk kolektif Semua bentuk tersebut merupakan dinamika perkotaan yang dianggap sebagaigeneratorkota.

c. Analisa Place Pada analisa ini akan dibahas mengenai makna sebuah kawasan sebagai sebuah tempat perkotaan. Analisa Place pada penelitian ini adalah analisa konteks kota dan citra kota yang terdiri dari path (jalur), edge (tepian), district (kawasan), node (simpul), landmark (tengeran). (Lynch, 1969)

KOTA MALANG
Kota Malang, Secara geografis
letak Kota Malang tersebut
menunjukkan berada di tengahtengah wilayah Propinsi Jawa
Timur. Kota Malang terletak pada
dataran tinggi dan berjarak
kurang lebih 90 Km sebelah selatanKotaSurabaya.
Kota di Indonesia mempunyai
kecenderungan menghilangkan
ciri karakter historis peninggalan
zaman Hindu-Budha dan
memunculkan “ketunggalrupaan” arsitektur kota (Budiarjo,1984). Hal ini
disebabkan oleh diabaikannya aspek kesejarahan
pembentukan kota sehingga
kesinambungan sejarah
kawasan kota seolah terputus
sebagai akibat pengendalian perkembangan yang kurang
memperhatikan aspek morfologi
kawasan, demikian halnya denganKota Malang.
Morfologi Kota Malang

merupakan salah satu hasil
karya perencana Kota Thomas
Karsten mengadaptasi konsep
Garden City, dengan

mengutamakan pejalan kaki
sebagai elemen terpenting
dalam koridor suatu kawasan.
Warisan perencanaan pada
zaman kolonial sangat terlihat
pada bentukan fisik bangunan
dan tata lingkungan (Hadinoto,1996).
Unsur lingkungan alamiah Kota Malang sangat dominan, serta bentukan lingkungan buatanseperti bangunan, elemen tata kota dan kehidupan masyarakatnya telah memberikan citra spesifik Kota Malang Sedangkan perkembangan bentuk fisik kota terjadi melalui dua proses yakni; melalui proses perencanaan dan design, proses yang tidak direncanakan dan berkembang dengan sendirinya.
Beberapa kawasan yang memiliki nilai historis hingga kini adalah Jl Ijen, alunalun bundar (alun-alun Kota Malang) dan wilayahKayutangandiKecamatanKlojen.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BENTUK KOTA
LINGKUNGAN
Malangmemilikitingkatkemajuanpada fasilitas umum antara lain adalah perkembangan sarana pendidikan di tiap-tiap kecamatan juga dalam bidang kesehatan seperti rumah sakit danpuskesmas.
Sarana air bersih di kota Malang ditunjang oleh PDAM. kebutuhan air minum dipenuhi Perusahaan Air Minum JawaTimur.
Pengelolaan persampahan di Kota
Malang sebagian besar ditangani oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Rata-rata timbunan sampah kota 1.850 m3/haridanvolumerata-ratasampah yangtelahdikelola1370m3/hari

Pengelolaan limbah kota Malang dilayani dengan fasilitas pengelolaan setempat (on site system) dan fasilitas pengelolaan terpusat (off site system) .

Fasilitas on site system terdiri dari fasilitas on site dan fasilitas komunal. Sedangkan fasilitas off site system menggunakanIPLTdanIPAL.
Secara umum kondisi drainase di Kota


Malang terutama pada saluran drainase tertutup, sebagian besar sudah cukup tua peninggalan jaman penjajahan Belanda. Kondisinya banyak mengalami penurunan kualitas seperti terjadinya penyumpatan dan tidak berfungsinya manhole sebagi street inlet.
Klasifikasi sistem jalan utama di kota
Malang menurut fungsinya terdiri dari jalan arteri Primer dan sekunder yang merupakan poros Utara selatan dan sebagian besar untuk rute Timur-Barat merupakanjalankolektor.
Perkembangan sektor transportasi di Kota Malang terkendala oleh panjang jalan dan kualitas jalan yang relatif stagnan Akibatnya terjadi titik – titik kemacetan,terutamapadajamsibuk. Jumlah penduduk yang besar serta terbatasnya kemampuan yang dimiliki tenaga kerja menyebabkan rendahnya pendapatan yang diterima Hal ini membuat masyarakat berpenghasilan rendah mengalami kesulitan dalam memenuhikebutuhanakanperumahan. sehingga muncul kawasan kumuh terutamakawasankumuhdipusatkota.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BENTUK KOTA
KEHIDUPAN BUDAYA & KONTEMPORER
Kekayaan etnis dan budaya mempengaruhi Malangsi, seni konvensional/tradisional yang ada Salah satu paling populer adalah Topeng
Malangan Wayang (Topeng Malang), yang semakin rusak oleh seni kontemporer. Gaya seni bentuk ini merupakanpertemuandengan3budaya ( Madura, Jawa Tengah,danTengger ). Ini karena Malang memiliki subkultur Jawa
Tengah yang hidup di lereng Gunung
Kawi, subkultur Madura di lereng Gunung
Arjuno, dan subkultur Tengger, sisa budaya Majapahit di lereng Gunung
Bromo-Semeru.
MasyarakatetnisMalangdikenalsebagai
agama, aktif, pekerja , tidak rumit dan bangga sebagai Arek Malang (Arema), untuk memelihara persekutuan dan setia kepada Malang. Seni ini adalah hasil dari kreativitas penduduk asli Malang, karena seni ini dikenal di masa lalu tidak hanya untukmasyarakatlokal,tetapijugadiluar daerah,termasukdiluarnegeri
Kontemporer budaya dari Masa Hindia
Belanda

Pada masa pemerintahan Van der Capellen pada tahun 1819-1824, Pulau
Jawa dibagi menjadi beberapa
karesidenan dan kabupaten. Malang
Raya menjadi Kabupaten Malang
termasuk bagian dari Karesidenan
Pasuruan bersama Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Bangil. Pembentukan
Karesidenan Pasuruan didasarkan pada Staatsblad 1819 No16 yang diperbarui denganStaatsbald1819No.72
(Cahyono, 2011:137) Kabupaten Malang dibagi menjadi 6 buah distrik (kawedanan) berdasarkan Detailed SettlementoftheResidencyofMalang, 1812.
Bentuk Kota Malang pada tahun
1914 menempatkan alun-alun sebagai pusat dan pola jalan berbentuk jejala atau grid menjadi unsur utama dalam perkembangan tata ruang kota. Dalam perencanaan yang dibuat oleh Karsten, jaringan jalan dan keindahan kota menjadi perhatian tersendiri
Kota Malang memiliki beberapa sebutan, mulai dari Paris van oost Java (Paris di Jawa Timur) hingga de bloemenstad (Kota Bunga) (Handinoto, 1996:2; Suprapta, 2016:14). Dalam jurnalnya, Suprapta (2016:14) juga menyebutkan bahwa
Kota Malang dikumandangkan
sebagai kota pensiun bagi warga
Belanda yang tidak kembali ke negaraBelanda
Dalam pembangunan gedung-gedung (baik gedung pemerintahan, tempat tinggal, dan sebagainya) di Kota Malang, perancang merancang bangunan dengan memadukan unsur Indische Empire yang dibawa oleh Belanda dengan unsurlokalNusantara.IndischeEmpiresendiridiperkenalkandiHindiaBelandapada masa pemerintahan Gubernur Jendral Herman Willem Daendels (1808-1811) yang berkembang sepanjang abad ke 19 (Handinoto, 2008:43). Selain itu, unsur lokal Nusantara yang diambil tidak hanya dari bentuk arsitektur joglo Jawa saja. Unsur nusantara yang diambil meliputi arsitektur rumah gadang di Minangkabau dan rumah atau lumbung suku Batak Mandailing (Ramadanta, 2010:130). Beberapa unsur tradisional Tionghoa juga digunakan dalam pembangunan gedung-gedung dibeberapalokasidiKotaMalang.



Kelompok-kelompokmasyarakatyangadadiMalangmenurutHandinoto(1996:23) terdiri atas Penduduk Pribumi Setempat, Penduduk Timur Asing (Vreemde Oosterlingen) yang terdiri atas orang Cina, Arab, serta Timur asing lainnya, dan penduduk Eropa, khususnya Belanda yang memerintah pada masa itu. Suprapta (2016:14)menyebutkanbahwapendudukyangadadiKotaMalangpadatahun1914 mencapai sekitar 40.000 jiwa dengan rincian 33.500 penduduk pribumi Indonesia, 2500jiwapendudukBelanda,dan4000jiwapendudukTimurAsingyangterdiriatas orang Tionghoa dan Arab. Kemajemukan penduduk yang ada di Malang menyebabkan persilangan budaya, khususnya budaya Indis dengan kebudayaan Jawa

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BENTUK KOTA
EKONOMI
Malang merupakan kota yang juga sering dijadikan lokasi wisata. Ini dikarenakan beberapa bagiannya merupakan daataran tinggi.
Sebagaipusatpengolahanbahanbaku dan kegiatan industri. Lokasi Kota
Malang yang relatif sentris terhadap
wilayah sekitarnya menjadikan Malang
sebagai pusat pelayanan jasa distribusi untuk mengelola lebih lanjut dari berbagai bahan baku yang ada.
Dengan demikian maka peran sektor
industriinipadamasamendatangakan lebih dominan. Untuk itu juga perlu disediakan lokasi khusus untuk
pengembanganindustriini
Sebagai pusat pelayanan pariwisata
Kota Malang memiliki beberapa objek wisata, akan tetapi perkembangan wisatanya sendiri lebih ditunjang oleh
lokasi geografis Kota Malang yang terletak diantara pegunungan dan pantai, menjadikan Kota Malang sebagaikawasanyangsentristerhadap pelayanan pariwisata. Kota Malang sendiri lebih banyak menyediakan
prasarana penunjang pariwisata, sedangkan lokasi obyek wisatanya sendiri sebagian besar berada di luar wilayah kota seperti di Batu, Selorejo, Balekambang, Sendang Biru dan sebagainya.
Malang memiliki perkembangan pada sektor perdagangan hotel dan restoran. Setiap kecamatan mempunyai bagian pengolahan seperti bahan pangan, material bangunan maupun pakaian/fesyen. Industri yang berkembang di Kota Malang adalah rokok, kripik tempe, keramik, gerabah, mebel, rotan, emping jagung, saniter, raket, shuttle cock, dan kompor. Perusahaan yang tergolong industri besar (yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang) dan industri sedang (yakni yang memiliki tenaga kerja antara 20 sampai 99 orang) berjumlah 197 perusahaan pada tahun 2007. Dari jumlah itu, 156 perusahaan adalah industri sedang dan 41 perusahaanadalahindustribesar.
Industri kecil dan rumah tangga merupakan tulang punggung industri di KotaMalang Jumlahindustrikecil(yang
memiliki tenaga kerja 5 sampai 19 orang) dan industri rumah tangga (yang memiliki tenaga kerja kurang dari 5 orang) berjumlah sekitar 63 ribu unit. Jumlah ini adalah sekitar 99,9 persen dariseluruhunitusahayangadadiKota Malang
nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku Kota Malang juga naik dari Rp72,16 triliun (2020)menjadiRp76.62triliun(2021).

Sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi kontributor terbesar PDRB, yakni 29,09 persen disusul Industri pengolahan sebesar 26,72 persen dan konstruksisebesar12,39persen.
Baca artikel detikjatim, "Ekonomi Kota Malang Tumbuh 4,21 Persen, Melebihi Target3,5Persen
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BENTUK KOTA
Setiapkemajuandarisektor-sektortersebut juga membantu perkembangan kota dari sektorekonomipadabentukkota.
PENDIDIKAN
Malang merupakan salah satu kota pendidikan sejak masa Hindia Belanda. Malang sendiri mempunyai visi yaitu, "Terwujudnya Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berkualitas, kota sehat dan ramah lingkungan, kota pariwisata yang berbudaya, menuju masyarakat yang maju dan mandiri”. Jadi, selain sebagai kota dengan pariwisata, Malang juga berupaya menjadi kota dengan kualitas pendidikanyangbaik.
Sebagai pusat pendidikan skala nasional. SesuaidengankonsepTriBinaCita,dimana
salah satunya adalah sebagai pusat pendidikan, maka keberadaan pendidikan
tinggi dan menengah di Kota Malang
ternyata sudah mempunyai tingkat pelayanan sampai tingkat nasional Dengan demikian maka Tri Bina Cita Kota Malang sebagai kota pendidikan tinggi perlu disediakan lokasi khusus terutama pada wilayah yang diprioritaskan untuk pengembanganpendidikan.
Malang juga adalah tempat bagi sejumlah
Universitas Negeri yang banyak diminati pelajar Indonesia yang ingin menempuh bangku perkuliahan seperti, Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, UIN MaulanaMalikIbrahim,dll.


Meskibegitu,menurutPersentasePenduduk
Usia 10 tahun ke Atas Menurut Pendidikan
Tertinggi yang Ditamatkan, 2008.
Persentase terbanyak ada pada SMA
sederajat dimana sampai 28,72%.
PEMERINTAHAN
Pemerintah menetapkan fungsi dan peran wilayah untuk menetapkan skala danspesifikasikegiatanyangmenonjol/ dominan untuk dikembangkan di Kota Malang dan dalam lingkup yang lebih luasyaknidalamskalaregional.
Sebagai pusat pemerintahan Kota dan Pembantu Gubernur. Kota Malang sebagai yang dahulu merupakan pusat pemerintahan residen (sekarang pembantu gebenur), memiliki pusat pemerintahan fasilitas perkantoran yang lengkap dan memadai. Oleh sebab itu keberadaan pusat perkantoran yang ada sebaiknya tetap dipertahankan, dan pengembangan berikutnya disarankan mengikuti bentuk (desain)kantoryangsudahadasaatini. Hal ini akan memberikan ciri khusus tentang bentuk dan penampilan perkantorandiKotaMalang
Pemerintah menentukan sektor unggulan untuk dibangun lebih cepat danpesat.
PERKEMBANGAN DARI MASA
KE MASA
AWAL BERDIRI
Secara kronologis perkembangan Kota
Malang dapat dirunut mulai tahun 1400an dengan asumsi bahwa kurun waktu
tersebut kemungkinan telah berdiri suatu institusi sosial politik yang berupa kerajaan. Pendapat ini berdasarkan pada peninggalan berupa gua-gua yang diyakini sebagai tempat menyepi/pertapaan masa Jawa Kuno yang terletak di tepi tikungan Sungai
Brantas di sekitar daerah Kebalon–Kutobedah, tepat berada di bawah bukit yang saat ini digunakan sebagai pemakamanCina.
KEADAAN KOTA MALANG PADA
TAHUN 1914
Pada tahun 1914 inti Kota Malang terletak

tidak lebih dari radius dua kilometer dari pusatnya yaitu Alun-alun Kota. Pola pemukiman masih terpisahpisah dengan
jelas akibat dari berlakunya UndangUndang Wilayah (Wijkenstelsel) 2 di masa sebelumnya. Persebaran daerah pemukimanpenduduknyaadalahsebagai berikut:
DaerahpemukimanorangEropaterletak di jalan-jalan di sebelah barat daya alun-alun (Taloon, Tongan, Sawahan, dan sekitarnya), selain itu terdapat juga di sekitar Kajoetangan, Oro-oro Dowo, Tjelaket,KlodjenLor,danRampal.
Daerah orang Cina (Chinesche Kamp) terdapat di sebelah tenggara alunalun yaitu daerah Kota Lama dan sekitar PasarBesar.
Daerah orang Arab terletak di sebelah belakangmasjidyangterletakdisebelah barat alun-alun disebut sebagai daerah
Orang Pribumi kebanyakan menempati daerah kampung di sebelah selatan alun-alun, yaitu daerah Kebalen, Toemenggoenggan, Djodipan, Taloon, danKlodjenLor.
Daerah militer terletak di sebelah timur SungaiBrantas,yaitudaerahRampal

PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA
KOTA MALANG 19171929
KEADAAN
Pada tahun 1917–1929 pemerintah Kota Malang mengeluarkan delapan tahap rencana perluasan untuk mengendalikan bentuk kota, yang masing-masing disebut sebagai Bouwplan. Deskripsi mengenai Bouwplan I–VIII berikut ini dikutip dari “RencanaPengembanganKotaMalangTahun
1917–1929” dalam buku Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang (HandinotodanSoehargo,1996:62–95):
Rencana perluasan pembangunan kota tahapI(BouwplanI)
Pada tanggal 13 April 1916, dalam rapat gemeenteraaddiputuskanuntukmembangun kawasan perumahan bagi golongan orang Eropa Pemerintahkotamembelitanahseluas
12.939 m² di daerah antara Tjelaket dan Rampal Keputusan ini diambil untuk menanggulangi perkembangan kota yang menjurus kearahutara.
Rencana perluasan pembangunan kotatahapII(BouwplanII)
Generasi baru orang-orang Belanda menganggap alun-alun merupakan simbol yang bernuansa pribumi, mereka inginmenciptakanpusatpemerintahan kota yang lebih bercorak Barat.
Kemudian, pada tanggal 26 April 1920 gemeente memutuskan untuk membentukdaerahpusatpemerintahan yang baru. Dalam pelaksanaan Bouwplan II ini, pihak gemeente dibantu olehIr.HermanThomasKarsten,seorang ahli perencana kota-kota di Hindia Belanda
Kawasan baru ini dinamakan Gouverneur-Generaalbuurt(daerah gubernur jenderal). Kawasan ini terletak di daerah sebelah timur Sungai Brantas dengan luas wilayah 15.547 m². Rencana tersebut baru terealisasikan pada tahun
1922. Daerah ini kemudian dikenal dengan sebutan Alun-alun Bunder, karena inti kawasannya berupa lapangan tebuka berbentuk bulat (dalam bahasa Jawa: bunder) berdiameter124m.


PERKEMBANGAN DARI MASA

KE MASA
Lapisan pertama kawasan ini ialah ruang terbuka (Alun-alun Bunder sebagai poros yang dikelilingi bangunan publik, seperti gedung Balaikota Malang, Hotel Splendid Inn, Hotel Tugu, sekolah HBS/AMS14, rumah tinggal panglima militer (sekarang berfungsi sebagai gedung kompleks Skodam), dan di sebelah tenggara saat ini terdapat gedung DRPD Tingkat II Kotamadya Malang Lapisan kedua adalah perumahan tipe vila dengan bentuk yang berbeda satu sama lain, namun mempunyai kecenderungan tinggi bangunan yang sama. Untuk kelengkapan kawasan sebagai permukiman, maka kawasan ini dilengkapi dengan beberapa fasilitas, seperti: rumah sakit, sekolah, fasilitas olah raga (saat ini menjadi kompleks kolam renang), dan pemakamankhususorangEropadanBelanda (Kerkhof). Lapisan terluar kawasan ialah tepi SungaiBrantasyangdifungsikanpulasebagai lokasi toko tanaman dan pasar burung (Suryorini,2003:81).
Rencana perluasan pembangunan kota tahapIII(BouwplanIII)
Berdasarkan hasil rapat gemeenteraad pada tanggal 26 Agustus 1919 dan 26 April 1920 diputuskan untuk membangun suatu komplekspemakamankhususbagipenduduk berkebangsaan Eropa. Lokasi yang terpilih adalahdaerahSoekoendenganluas3740m², yang terletak di sebelah barat daya kota. Dalam rencana sebelumnya daerah yang hendakdipakaiuntukkomplekspemakanam ini adalah daerah Bareng dan Kauman, tetapi kemudiandibatalkan.
Kompleks pemakaman Soekoen ini dimaksudkanuntukmenampung pindahan pemakaman orang Eropa yang telah ada sebelumnya di Klodjen LorStraat(sekarangJl.Patimura)15,yang akibatdariperluasankotamenjaditidak layak lagi sebagai kompleks pemakaman orang Eropa Dalam pada itu, pelaksanaan pembangunannya dilakukan secara bertahap Pada awalnya dibangun pintu gerbangnya terlebih dahulu dan sebagian dari kompleks tersebut. Sampai sekarang pintugerbangtersebutmasihberdiri

PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA
Rencana perluasan pembangunan kota tahap IV (BouwplanIV)
Rencana perluasan tahap keempat ini dilaksanakan pada tahun 1920 pembangunan ini diperuntukkan bagi perumahan pegawai golongan menengah ke bawah. Lokasi yang dipakai seluas 41401 m² terletak di antara daerah kampung Tjelaket dan Lowokwaroe, di sebelah barat dibatasi oleh Sungai Brantas, di sebelah timur dibatasi oleh Lowokwaroe Straat (Jl. Letjen. Sutoyo) yang merupakanjalanutamamenujuSurabaya.



Rencana perluasan pembangunan kota tahap V (BouwplanV)
Rencana perluasan tahap ini merupakan solusi dari kekhawatiranpemerintahkotamengenaiperkembangan
Kota Malang yang cenderung membentuk pita memanjang menjauhi pusat kota (dari Alun-alun Kota–Kayutangan–Tjelaket–Lowokwaru). Di samping itu, pembangunan perumahan bagi golongan Eropa pada Bouwplan I dianggap tidak cukup memadai karena pembangunan di sepanjang jalan Tjelaket–Lowokwaru tersebut telah tumbuh kembali. Oleh sebab itu, dilakukanlah perluasan ke arah sebelah barat dari jalan utamakota(KajoetanganStraat)
PERKEMBANGAN DARI MASA
KE MASA
Rencana perluasan pembangunan kota tahap VI (BouwplanVI)
Untuk menghindari gejala pembangunan kota yang menumpuk di bagian utara kota, maka dilaksanakan rencanaperluasanpembangunankotatahapVI (Bouwplan VI) yang terletak di bagian selatan kota (di sebelah selatan dari Alunalun Kota) yaitu di daerah Sawahan. Seperti halnya Bouwplan IV, daerah ini diperuntukkan sebagai kawasan permukiman untuk golongan tingkat sosial menengah bawah (Suryorini, 2003:90),denganluasdaerah220.901m².
Rencana perluasan pembangunan kota tahap VII (BouwplanVII)
Pelaksanaan Bouwplan VII ini dimaksudkan sebagai kelanjutan dari Bouwplan V, yaitu pembangunan sebuah arena pacuan kuda seluas 25.294 m² untuk melengkapi fasilitas olahraga kawasan Bergenbuurt. Saat ini bangunan arena pacuan kuda tersebut sudah tidak ada dan menjadi kawasan permukiman, di sudut utara area lapangan ini sekarang terdapat bangunan Kantor PembantuGubernurProvinsiJawaTimur.
Rencana perluasan pembangunan kota tahap VIII (BouwplanVIII)
Pada tahun 1929 pihak gemeente dalam rencana pembangunan kota menyediakan zone industri di dalam kota dengan luas 179.820 m². Zoning industri tersebut diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan besar, maka untuk menunjang kegiatan industri tersebut diperlukan suatu prasarana berupa jalur kereta api. Oleh sebab itu, daerah industri ini direncanakan untuk


ditempatkandidekatemplasemenkeretaapidantremdi selatan kota atau di sebelah timur dari daerah Sawahan (Eilandenbuurt).

PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA
PERKEMBANGAN KOTA MALANG TAHUN 1929–1942

Kondisi politik di Hindia Belanda pada tahun 1922 mengalami perubahan dengan adanyareformasipemerintahan.StaatsbladNo.216Tahun1922,yangmenghendaki penyelenggaraan desentralisasi secara luas dan menyeluruh . Keadaan ini menyebabkan pembubaran dewan-dewan wilayah dan perubahan status GemeentemenjadiStaadsgemeenteyangmemberikanwewenanglebihluas. Staadsgemeente untuk selanjutnya bertanggung jawab kepada pemerintahan provinsi, yang berdasarkan Provincie Ordenantie Tahun 1926 telah terbentuk tiga buahprovinsidiJawa.
Status Kota Malang ditetapkan menjadi stadgemeente pada 1 Januari 1929 dalam status tersebut perkembangan kota terus berlangsung dengan peraturan pembangunan kota yang semakin matang Sesudah tahun 1930 kondisi dunia mengalami resesi ekonomi besar-besaran, termasuk juga Hindia Belanda, pada waktu itu disebut dengan Jaman Malaise. Keadaan ini mengakibatkan rencanarencana pembangunan kota yang dibiayai oleh pemerintah pusat mengalami peenurunan karena kesulitan keuangan yang dialami pemerintah. Meskipun demikian,pembangunankotadiMalangjustrumengalamikemajuanpesat Selama kurunwaktu1929–1942terdapatbeberapausahapembangunankotasebagaimana yangakandiuraikandibawahini.
PERKEMBANGAN DARI MASA
KE MASA
Rencana pembangunan perluasan
kotamelaluiGeraamteplan
Pada bulan Mei 1929 walikota Malang
diganti oleh Ir. E.A. Voorneman. Keadaan

Kota Malang pada waktu itu terjadi spekulasi tanah besar-besaran yang
meliputi seluruh daerah yang tersedia
bagi golongan Eropa walaupun pada tahun-tahunsebelumnyatelahdiletakkan suatu rencana-rencana perkembangan kota.Selamamasapemerintahankolonial
Belanda, Bijblad No 11272 ini kemudian
menjadi dasar pijakan pembangunan
perluasan kota Hal ini berarti untuk
selanjutnya jika pihak pemerintah kota
ingin memperoleh jaminan akan
tersedianya tanah bagi pelaksanaan
perluasan kota, maka pihak pemerintah
kota harus mengajukan suatu
geraamteplan yang mencantumkan
rencana perluasan dan rencana
perbaikan kota. Setelah geraamteplan
tersebutdisetujuimakapemerintahpusat akan memberikan prioritas berdasarkan undang-undang bahwa tanah yang dipergunakan untuk perluasan kota tidak dapat dijadikan hak milik perorangan/swasta
Geraamteplan Kota Malang ini disajikan dalam bentuk piktorial berupa peta rencana. Malang untuk melengkapi dan memperbaiki usulan geraamteplannya Untuk menangani hal-hal tersebut pemerintah Kota Malang mengangkat seorang ahli perencana kota yaitu Ir Herman Thomas Karsten yang telah membantu pihak gemeente sejak pelaksanaan rencana perluasan pembangunan kota tahap II pada tahun 1920. Oleh sebab itu, mulai Agustus 1929 Karsten menjadi penasihat resmi Kota Malangdalamperkembangandanperencanaankota.
Selama pengerjaannya ternyata rencana tersebut mengalami perubahan dikarenakan pertambahan penduduk yang meningkat pesat sehingga diperlukan suatu pemekaran wilayahkota,makahalinipunharusdimasukankedalamrencananya
PERKEMBANGAN DARI MASA
KE MASA
Rencana tambahan global Kota
Malangtahun1935

Maksud utama dari perencanaan ini secara umum adalah memberikan arah pertumbuhan kota di waktu yang akan datang . Terdapat perbaikan yang tidak hanya berlaku untuk gedung, tetapi juga berlaku bagi perluasan dan pembangunanbeberapajalanbaruserta pembenahan jaringan rel kereta api dan trem. Dalam perencanaan tersebut Karsten membagi wilayah kota menjadi lingkungan-lingkungan dengan tujuan/p tertentu,yaitudaerahyangdiperuntukkan bagi bangunan/gedung, daerah untuk industri dan agraris, daerah untuk jalan/lalu lintas kota, dan daerah untuk penghijauan.
1).Daerahuntukbangunanataugedung Di dalam rencana kota, daerah yang diperuntukkanbagigedung dibedakanmenurutjenisnya,yaitu:
Bangunan tipe vila atau perumahan kecil, Bangunan tipe kampung terbuka dan tertutup,18 Bangunantoko, Bangunanperusahaan, Bangunan-bangunan khusus (pasar, sekolah, gedung-gedung pemerintahan,dansebagainya).
Pada tahun 1932 dilakukan revisi atas peraturanbangunanyang merupakan diferensiasi dari tipe-tipe bangunandanpembagiannyadalam lingkunganmenjadisebagaiberikut:
62
a). Tipe yang bercorak kota, yang terdiri atas:
Tipevila, −Tiperumahkecil, Tipekampungterbuka, Tipekampungtertutup
b).Tipeyangbercorakfasilitasumum.
c).Tipeyangbercorakpedesaan/ pedusunan.
PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA
2.)Daerahuntukindustridanagrais
Dalam perkembangan Kota Malang tahun 1929 berdasarkan Bouwplan VIII, zone industri berada di selatan kota (disekitar eplasemen kereta api), maka pada tahun 1933 ditentukan perluasan zone industri di utara kota di dekat penjara Lowokwaroe. Namun, dalam rencana perkembangan kota tahun 1935 zone industri yangbaruinidiletakkandidekatdaerahBlimbing dengan area yang lebih luas dan tetap di lewati oleh rel kereta api serta pembangunan stasiun kecildisebelahutarapenjaraLowokwaroe.


3.)Daerahuntukjalanataulalulintaskota
Dalam pengembangan jaringan jalan yang terpadu,Karstenmengadakan pembedaan kelas jalan menurut fungsinya, yaitu jalan utama, jalan pembagi, dan jalan untuk keindahan kota yang masing-masing harus bertalian erat dengan bagi yang telah ada sebelumnya(HandinotodanSoehargo,1996:132).
Secara praktis jalan utama menjadi penentu keamanan dan kelancaran lalu lintas sehingga organismekotanyadapatberfungsidenganbaik
Darisudutpandangekonomi,jumlahjalanutama harus dibatasi seperlunya saja. Jarak antar jalan utama diperkirakan antara 400–800 m, dan semakinkeluarsemakinbesarjalannya.
4.)Daerahuntukpenghijauan

Kota Malang sebagai kota permukiman harus memiliki ruang-ruang terbuka dan taman yang cukup Pada rencana perluasan kota yang terdahulu terdapat beberapa taman yang dibangun untuk keperluan olahraga, yang belum tersedia adalah taman-taman rekreatif yang digunakan untuk bersantai. Pada perencanaan kota yang lama, ruang terbuka tidak digunakan untuk keperluan olahraga antara lain Alun-alun Kota dan lapangan latihan yang hanya dipakai untuk keperluan militer. Untuk jangka panjang, awalnya direncanakan pembangunan taman dengan memakai seluruh lembah Sungai Brantas yang ada didalamkota
5) Daerah untuk jaringan kereta api dan trem

Jalur kereta api yang memasuki kota dari arah utara diapit sejajar oleh jalan raya. Dengan demikian, lintasan rel yang memotong jalan utama kota dapat dihindari Untuk SS disediakan Stasiun Kota Lama yang baru dibangun di sebelah barat Mergosono Straat , berikut dengan emplasemennya dengan pemindahanemplasementrem.
Disebelahselatanstasiunkeretaapisaat itu sudah ada dua buah viaduct, terobosan ke arah utara ke daerah Sawahan. Untuk lintasan trem tidak mengalami perubahan berarti. Sebenarnya telah direncanakan suatu usahauntukmenghilangkanlintasantrem ini dari jalan besar, namun sampai dengan tahun 1939 usaha tersebut belum terlaksana.
KESIMPULAN
Kota Malang, Secara geografis letak Kota Malang tersebut menunjukkan berada di tengah-tengah wilayah Propinsi Jawa Timur. Kota Malang terletak pada dataran tinggi dan berjarak kurang lebih 90 Km sebelah selatan Kota Surabaya.
Unsur lingkungan alamiah Kota Malang sangat dominan, serta bentukan lingkungan buatan seperti bangunan, elemen tata kota dan kehidupan masyarakatnya telah memberikan citra spesifik Kota Malang. Sedangkan perkembangan bentuk fisik kota terjadi melalui dua proses yakni; melalui proses perencanaan dan design, proses yang tidak direncanakan dan berkembangdengansendirinya
Pada tahun 1917–1929 pemerintah Kota Malang mengeluarkan delapan tahap rencana perluasan untuk mengendalikan bentuk kota, yang masing-masing disebutsebagaiBouwplan.
Selama kurun waktu 1929–1942 terdapat Rencana pembangunan perluasan kota melalui Geraamteplan yang mencantumkan rencana perluasan dan rencanaperbaikankota.
RencanatambahanglobalKotaMalangtahun1935yangterbagiatas: Daerahuntukbangunanataugedung
Daerahuntukindustridanagrais
Daerahuntukjalanataulalulintaskota
Daerahuntukpenghijauan Daerahuntukjaringankeretaapidantrem
SUMBER
https://malangkota.go.id/sejarah-malang/ https://eprints.umm.ac.id/53233/5/BAB%20IV.pdf
https://wwwresearchgatenet/publication/277623489 Identifikasi Pola Morfo logi_Kota_Studi_Kasus_Kecamatan_Klojen_Kota_Malang https://www.researchgate.net/publication/321111114 Pusat Pertumbuhan di K ota Malang Potensi dan Permasalahan
http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/jatim/malang.pdf