
1 minute read
PERKEMBANGAN DARI MASA KE MASA
KOTA MALANG 19171929
Keadaan
Advertisement
Pada tahun 1917–1929 pemerintah Kota Malang mengeluarkan delapan tahap rencana perluasan untuk mengendalikan bentuk kota, yang masing-masing disebut sebagai Bouwplan. Deskripsi mengenai Bouwplan I–VIII berikut ini dikutip dari “RencanaPengembanganKotaMalangTahun
1917–1929” dalam buku Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di Malang (HandinotodanSoehargo,1996:62–95):
Rencana perluasan pembangunan kota tahapI(BouwplanI)
Pada tanggal 13 April 1916, dalam rapat gemeenteraaddiputuskanuntukmembangun kawasan perumahan bagi golongan orang Eropa Pemerintahkotamembelitanahseluas
12.939 m² di daerah antara Tjelaket dan Rampal Keputusan ini diambil untuk menanggulangi perkembangan kota yang menjurus kearahutara.
Rencana perluasan pembangunan kotatahapII(BouwplanII)
Generasi baru orang-orang Belanda menganggap alun-alun merupakan simbol yang bernuansa pribumi, mereka inginmenciptakanpusatpemerintahan kota yang lebih bercorak Barat.
Kemudian, pada tanggal 26 April 1920 gemeente memutuskan untuk membentukdaerahpusatpemerintahan yang baru. Dalam pelaksanaan Bouwplan II ini, pihak gemeente dibantu olehIr.HermanThomasKarsten,seorang ahli perencana kota-kota di Hindia Belanda
Kawasan baru ini dinamakan Gouverneur-Generaalbuurt(daerah gubernur jenderal). Kawasan ini terletak di daerah sebelah timur Sungai Brantas dengan luas wilayah 15.547 m². Rencana tersebut baru terealisasikan pada tahun
1922. Daerah ini kemudian dikenal dengan sebutan Alun-alun Bunder, karena inti kawasannya berupa lapangan tebuka berbentuk bulat (dalam bahasa Jawa: bunder) berdiameter124m.

