Haluan Mahasiswa 2021 Edisi III

Page 1


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

Salam Redaksi Salam Perjuangan! Terima kasih kepada teman-teman pembaca yang masih setia menunggu Haluan kami terbit. Sepanjang perjuangan pengerjaan Haluan Mahasiswa edisi ke-3, kami akan menyajikan informasi penting dan menarik seputar Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pertama kalinya melaksanakan pembelajaran secara daring, menuai informasi-informasi baru yang segar. Informasi-informasi tersebut yaitu seberapa efektifnya pembelajaran daring, penugasan PKKMB yang tidak relevan dengan tujuan acara, tidak adanya mekanisme pemberian sanksi Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO) oleh pihak kampus, serta keresahan para penerima Bidikmisi dan KIP-K. Kami terus-menerus berupaya untuk tumbuh bersama pembaca dalam dialektika yang disajikan. Tabik!!!

Tim Redaksi Pemimpin Redaksi Hastomo Dwi Putra Redaktur Pelaksana Sonia Renata Reporter dan Penulis Izam Komaruzaman Riyasy Asbabur Sekar Tri Widati Sonia Renata Yoga Alfauzan

Tata Letak Izam Komaruzaman

2

Editor Qory Hadiansyah Hastomo Dwi Putra Ihsan Dwirahman Abdul Fadhlan Aziz

DIDAKTIKA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

Daftar Isi

Salam Redaksi..................................................................1 Tim Redaksi....................................................................1 Daftar Isi..........................................................................2 Media Sosial.....................................................................2 Berita I............................................................................4 Berita II...........................................................................7 Berita Utama..................................................................10 Berita IV........................................................................13 Cerita Pendek.................................................................20 Puisi...............................................................................23 Opini..............................................................................24 Resensi Buku.................................................................28 MEDIA SOSIAL @lpmdidaktika www.didaktikaunj.com Lpmdidaktikaunj@gmail.com Gedung G, Lantai 3, Ruang 304, Kampus A UNJ Jl. Rawamangun Muka, RT.11/RW.14, Rawamangun, Pulo Gadung @lpmdidaktika

DIDAKTIKA

3


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

BERITA I

Simpang Siur Penanganan KBGO di Kampus

Pandemi Covid-19 yang mengharuskan kita beraktivitas secara daring, menuntut berkembangnya teknologi informasi dan pengunaan media sosial secara masif.Namun hal ini turut menyebabkan permasalahan, yakni Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO), tak terkecuali di lingkungan kampus.

J

agad Twitter sempat digegerkan oleh cuitan dari akun @kafir_introvert yang diketahui sebagai salah satu peserta Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Negeri Jakarta (Penmaba UNJ). Ia menangkap gambar seseorang yang melakukan mastrubasi di Zoom Meeting ketika ujian Penmaba UNJ sedang berlangsung pada Sabtu (17/7/2021) lalu. Kasus ini termasuk sebagai KBGO yang dikategori ke dalam pelecehan, sebab membagikan gambar tidak senonoh kepada banyak orang.

Kasus KBGO yang melibatkan nama UNJ juga pernah dilakukan oleh mahasiswa FIS UNJ berinisial MU. Melalui cuitan akun Twitter @kiaraless, pelaku meneror dan mengancam korban akan menyebarkan foto atau video yang tidak pantas. Akun tersebut membuat thread yang berisi kronologi pengancaman yang dilakukan MU. Korban merasa tidak terima karena pelaku menyebarkan nomor ponselnya ke grup tidak senonoh. Akibatnya, banyak pesan yang melecehkan dari nomor tak dike4

DIDAKTIKA


nal. Dalam thread tersebut, pelaku mengancam beberapa perempuan lain.

pemilihan dekan. Jadi, menurutku, upaya kampus dalam menangani kasus KGBO masih kurang maksimal” jelas Aldeta April yang menjabat sebagai Koordinator Space UNJ menyampaikan kemungkinan mengapa kampus tidak tanggap menangani kasus KBGO. Menurutnya, ini dikarenakan kampus belum memiliki mekanisme pemberian sanksi terhadap pelaku kekerasan seksual.

Pihak Kampus Abai Lemahnya perlindungan hukum dari kampus mendorong para aktivis gender kampus menyikapi hal ini. Study and Peace (Space) UNJ, Gerakan Perempuan (Gerpuan) UNJ dan Forum Perempuan (FP) UNJ, organisasi yang berfokus pada isu perempuan dan gender di kampus dengan cepat merespon kasus yang menjerat MU. Ketiganya bekerja sama menangani kasus ini. Menurut Bilqis yang tergabung dalam Forum Perempuan UNJ, sejauh ini FP sudah menghubungi pihak Dekan Fakultas Ilmu Sosial untuk meminta ketegasan terkait kasus ini dan masih menunggu kelanjutan infonya. Namun lewat satu bulan, pihak kampus masih belum merespon kejadian tersebut. Senada dengan Bilqis, Aldeta dari Gerpuan UNJ juga mengungkapkan alasan mengapa kampus tidak juga turun tangan menangani kasus ini. Menurutnya kasus MU tidak setenar kasus sebelumnya yang menjerat S. S merupakan mahasiswa UNJ yang terlaporkan melakukan pelecehan verbal di Twitter dengan mengancam memerkosa mahasiswa baru. “Waktu kasus S itu kampus peduli karena booming kemana-mana dan di saat yang bersamaan juga terjadi DIDAKTIKA

5

BERITA I

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


BERITA I

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA Cahyaningtyas, mahasiswi Pendidikan Bisnis angkatan 2020. Menurutnya, pihak kampus belum menyediakan ruang aman dan penanganan, baik dari kekerasan seksual verbal atau fisik. Desy, mahasiswi Prodi Pendidikan Ekonomi angkatan 2019 berharap agar kampus lebih aware tentang kasus kekerasan seksual. Kampus juga sebaiknya memberi edukasi dan sosialisasi mengenai kekerasan seksual dan menyediakan hotline untuk orangorang yang terlanjur menjadi korban. Sejalan dengan keduanya, Space, Gerpuan, dan FP UNJ, berharap pihak kampus tidak sekedar peduli terhadap nama baik instansinya, namun juga berani menindak tegas pelaku kekerasan seksual, serta memberikan perhatian khusus terkait kasus kekerasan seksual.

Syaifudin, Staf Humas Wakil Rektor (WR) 3 mengatakan, aturan kampus mengenai kekerasan seksual secara spesifik memang belum diatur. Namun, lanjutnya, kasus kekerasan seksual merupakan kegiatan yang memperburuk citra institusi. “Terdapat jelas dalam buku panduan kode etik mahasiswa yang berarti peraturannya sudah ada,” ungkapnya. Kode etik mahasiswa yang dimaksud termaktub dalam pasal 11 poin (g), “Tidak melakukan ancaman atau tindakan kekerasan terhadap sesama mahasiswa baik di dalam lingkungan maupun di luar lingkungan Universitas.” Namun hingga Agustus 2021, tercatat tiga dari empat kasus terlapor ke pihak kampus merupakan kasus KBGO, itu artinya kasus KBGO memang sedang marak terjadi di era serba digital seperti saat ini.

"

"

Kampus juga sebaiknya memberi edukasi dan sosialisasi mengenai kekerasan seksual dan menyediakan hotline untuk orangorang yang terlanjur menjadi korban

Menurutku, upaya kampus dalam menangani kasus KGBO masih kurang maksimal ~Aldeta Harapan untuk Kampus Selain belum adanya mekanisme pemberian sanksi yang spesifik, pihak kampus juga kurang baik dalam penanganan dan penyediaan ruang aman. Hal itu ditegaskan oleh

Penulis: Sekar Tri Widati Editor: Abdul

6

DIDAKTIKA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

Anggaran Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) untuk angkatan 2021 naik dari Rp1,3 triliun menjadi Rp2,5 triliun, disesuaikan dengan akreditasi prodi dan indeks harga berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2019. Akan tetapi tidak berdampak kepada angkatan sebelumnya. Kebijakan kenaikan biaya KIP-K kuliah 2021 disampaikan dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, yang tayang pada akun youtube dibidikmisicom, 18 Maret 2021 lalu. Kenaikan biaya KIP-K 2021 yang semula Rp1,3 triliun dan dibagikan merata kepada seluruh penerima KIP-K secara nasional, berubah menjadi Rp2,5 triliun. Anggaran biaya Rp2,5 triliun tersebut tidak lagi disamaratakan, namun disesuaikan dengan akreditasi prodi dan indeks harga daerah atau secara sederhana disebut biaya hidup di daerah mahasiswa berkuliah. Rincian biaya pendidikan per mahasiswa program studi akreditasi A sebesar Rp8.000.000 hingga batas maksimum Rp12.000.000, program studi akreditasi B sebesar Rp4.000.000, dan program studi akreditasi C sebesar Rp2.400.000. Sementara itu, untuk biaya DIDAKTIKA

hidup pada KIP-K 2021 dibagi berdasarkan indeks harga pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2019). Biaya hidup untuk klaster satu sebesar Rp800.000/bulan, klaster dua sebesar Rp950.000/bulan, klaster tiga sebesar Rp1.100.000/bulan, klaster empat sebesar Rp1.250.000/bulan, dan klaster lima sebesar Rp1.400.000/bulan.

"

Anggaran KIP-K 2021 mengalami kenaikan sebesar 1,2 triliun

Pada akun youtube yang sama (dibidikmisicom), Nadiem menjawab terkait tidak berdampaknya kenaikan satuan biaya KIP-K pada angkatan sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena tidak cukupnya anggaran dana yang tersedia. Walau begitu, pemerintah tetap melakukan kebijakan tersebut dan tetap harus dilaksanakan pada angkatan 2021. Nadiem mengatakan bahwa kenaikan 7

BERITA II

Naiknya Anggaran KIP-K Angkatan 2021, Timbulkan Keresahan bagi Penerima Bidikmisi dan KIP-K Angkatan Sebelumnya


BERITA II

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

biaya tersebut bertujuan agar para calon mahasiswa yang berasal dari keluarga kurang mampu merasa lebih percaya diri untuk memilih institusi pendidikan tinggi terbaik di Indonesia, baik swasta maupun negeri. Kabar gembira ini tidak begitu disambut dengan baik oleh mahasiswa penerima bidikmisi dan KIP-K angkatan sebelumnya di UNJ. Pasalnya, kenaikan biaya tersebut hanya diperuntukan kepada calon mahasiswa angkatan 2021 saja. Hal ini banyak menimbulkan berbagai respon di kalangan mahasiswa penerima bidikmisi dan KIP-K. Menanggapi respon mahasiswa, Shandy selaku Staf Pengembang Wakil Rektor III Kemahasiswaan UNJ, pada Kamis (5/8/2021), menegas-

kan bahwa banyak orang yang tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya dan meminta semua mahasiswa penerima bidikmisi dan KIP-K agar dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. “Temanteman penerima KIP-K tidak perlu terlalu berkesan iri, tapi pikirkan output yang bisa kalian hasikan,” ucap Shandy. Shandy menyatakan bahwa sebenarnya informasi kenaikan biaya KIP-K ini telah disampaikan melalui sosialisasi dari Kemendikbud hanya saja belum mendapat surat edaran resmi. Ia juga menyatakan telah menyampaikan kepada pihak Forum Bidikmisi (FBM) UNJ. Namun, Muhammad Rifan selaku ketua FBM UNJ 2021, mengatakan belum ada informasi lebih lan8

DIDAKTIKA


siswanya. Prinsip keadilan dan transparansi menjadi alasan utama mengenai permasalahan kebijakan tersebut. Menanggapi hal tersebut, Anissa Fauziyah, Fakultas Ekonomi prodi Pendidikan Bisnis Angkatan 2020 penerima KIP-K, menyatakan keberatannya mengenai kebijakan tersebut. Ia sangat menyayangkan bahwa kebijakan tidak diberlakukan secara merata. “Keberatan sih, soalnya gak merata,” keluhnya. Selaras dengan Anissa, Koordinator KIP-K Fakultas Ilmu Sosial UNJ, Renaldo Ibrahim, merasa hal tersebut tidak adil, padahal mereka ada di kampus yang sama, wilayah yang sama, namun mendapat perlakuan yang berbeda. "Ada pertanyaan besar kepada pemerintah, mengapa membuat suatu kebijakan yang implementasinya menimbulkan ketimpangan?” ucapnya.

jut dan meminta agar tetap menunggu perkembangan informasi selanjutnya. Minimnya informasi yang diberikan oleh pihak kampus kepada mahasiswa terkait kebijakan kenaikan biaya KIP-K 2021 juga masih menjadi masalah terkait benar atau tidaknya berita tersebut. Pasalnya, sudah hampir lebih dari lima bulan semenjak kebijakan tersebut dipublikasikan, belum ada pemberitahuan apapun dari pihak kampus ataupun dari Forum Bidikmisi (FBM) itu kepada penerima Bidikmisi ataupun KIP-K. Padahal, kebijakan tersebut sudah banyak diangkat oleh berbagai media nasional. Beberapa mahasiswa penerima KIP-K juga berharap bahwa informasi yang didapat oleh pihak kampus agar segera disampaikan kepada mahaDIDAKTIKA

"

Banyak orang yang tidak bisa melanjutkan kuliah karena keterbatasan biaya dan meminta semua mahasiswa penerima bidikmisi dan KIP-K agar dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Penulis: Yoga Alfauzan Editor: Ihsan Dwirahman

9

BERITA II

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

PKKMB UNJ: Orientasi atau Promosi?

UTAMA

Penugasan PKKMB UNJ 2020 yang tidak relevan membuat para mahasiswa terbebani, seperti penugasan video promosi.

U

niversitas Negeri Jakarta (UNJ) akan kembali mengadakan acara rutin tahunan, yakni Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB). PKKMB 2021 rencananya diadakan pada Senin (16/8/2021) hingga Sabtu (21/8/2021) secara daring menggunakan platfrom yang sama dengan tahun kemarin, yaitu Zoom, Youtube, WhatsApp, dan berbagai aplikasi lainnya. Acara yang dihelat selama sepekan tersebut, tentu memerlukan dana yang cukup. Dana tersebut diberikan oleh kampus dari registrasi peserta. Namun, menurut Farizki selaku koordinator sponsor PKKMB 2020 mengatakan, dana yang didapatkan dari kampus tidak mencukupi, sehingga membuat kegiatan terhambat, “Maka, dibutuhkan adanya sponsor sebagai dana tambahan,” ujarnya. Tiap tahun, panitia PKKMB melibatkan sponsor, mulai dari produk makanan ringan hingga minuman. Seperti tahun lalu, panitia bekerja sama dengan perusahaan Frisian

Flag. Dalam kesepakatannya, peserta diharuskan membuat satu video promosi produk tersebut kemudian diunggah ke akun media sosial masing-masing. Hal ini diganjar dengan dua kotak susu dari pihak sponsor. Farizki menuturkan, produk yang didapatkan dari video promosi tersebut diserahkan dan dikonsumsi oleh panitia. Di sisi lain, mahasiswa baru justru membeli produknya untuk tugas 10

DIDAKTIKA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

"

Tidak seharusnya mahasiswa baru membeli suatu produk dengan uangnya sendiri untuk mempromosikan produk tersebut

pembuatan video promosi tersebut. Helni, salah satu mahasiswi baru 2020 Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, mengkritik penugasan tersebut. Menurutnya, tidak seharusnya mahasiswa baru membeli suatu produk dengan uangnya sendiri untuk mempromosikan produk tersebut. Selain itu, penugasan tersebut hanya membuang waktu mahasiswa baru. “Tidak ada efeknya buat kita (mahasiswa baru 2020), DIDAKTIKA

Tidak relevannya tujuan dari penugasan video promosi ini juga disetujui oleh Barizki, selaku ketua PKKMB 2021. Ia mengatakan bahwa penugasan video promosi yang diadakan saat PKKMB 2020 memang tidak relevan dengan tujuan PKKMB. Dalihnya, penugasan tersebut hanya untuk selingan kegiatan dan melatih kreativitas saja. Padahal, mahasiswa baru juga mendapat tugas selain video promosi, seperti yang terjadi di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS). Para mahasiswa baru diharuskan membuat ‘buku tugas’ yang berisi struktur organisasi, diantaranya kepanitiaan PKKMB FBS 2020, OPMAWA dan ORMAWA di FBS, struktur birokrasi, Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), dan BEM FBS. Tugas tersebut pun masih kurang efektif untuk mengenalkan kampus. Hal ini disampaikan oleh Thifal, mahasiswa 11

UTAMA

tidak menguntungkan,” ungkapnya. Senada dengan Helni, Nabila, mahasiswi Pendidikan Seni Rupa 2020, mengatakan tugas tersebut tidak bermanfaat dan tidak ada hubungannya dengan tujuan PKKMB.


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA upi. Sedangkan sponsor hanyalah bagian dari kreativitas para panitia. Dana yang diberikan dari kampus nantinya akan digunakan un-

UTAMA

"Dana dari kampus atau lebih khususnya dari WR 3, sudah mencukupi. Sedangkan sponsor hanyalah bagian dari kreativitas panitia." Pendidikan Seni Rupa. Ia menambahkan, penugasan tersebut seakan “melihat sekali kemudian lupa” dengan struktur dan anggota di dalamnya. Kendati menuai kritik, pada PKKMB 2021, sponsor akan tetap diadakan karena dana yang diberikan oleh pihak kampus masih belum jelas jumlahnya. Barizki mengatakan, “dana dari kampus masih belum pasti. Pihak kampus bilang ajukan saja (sponsor).” Namun, berbeda dengan pernyataan Barizki, Shandy Aditya selaku staf Wakil Rektor (WR) 3 mengatakan dana dari kampus atau lebih khususnya dari WR 3, sudah mencuk-

tuk kuota internet yang diutamakan untuk panitia, logistik, dan dana save. Sedangkan kuota untuk mahasiswa baru masih diproses oleh WR 1. Sedangkan untuk rencana pemberian materi dan penugasan, Shandy mengatakan, “jangan menyusahkan para mahasiswa baru, lebih baik seperti me-record materi agar bisa ditonton kembali oleh para mahasiswa baru karena kita tidak tahu teman-teman bisa aksesnya kapan.” Penulis: Sonia Renata Editor: Qori Hadiansyah 12

DIDAKTIKA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ) telah berjalan hampir satu setengah tahun. Karena itu, kami dari tim LPM Didaktika melakukan jajak pendapat kepada 46 mahasiswa mengenai pengalaman mereka selama mengikuti perkuliahan secara daring. Tabel 1

S

ejak 2020 lalu, pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Dalam surat tersebut, pemerintah menyebut bahwa pembelajaran diwajibkan secara daring/online. Oleh karena itu, Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Komarudin, mengeluarkan Surat Edaran Rektor No. 7/UNJ39/SE/2020 tentang Upaya Peningkatan Kewaspadaan dan Pencegahan terhadap Covid-19 di Lingkungan

DIDAKTIKA

UNJ dan Labschool yang dikeluarkan per tanggal 14 Maret 2020. Akhirnya, pembelajaran daring/online itu sendiri telah dilaksakan selama tiga semester dari semester 112 hingga 114. Sehubungan dengan ini, kami dari tim LPM Didaktika melakukan jajak pendapat kepada 46 mahasiswa soal pengalaman mereka selama mengikuti perkuliahan secara daring. Sekitar 81% dari mereka memasuki perkuliahan pada 2020, dan sisanya pada 2019. Pada tabel 1, menunjukkan: 15 orang dari Fakultas Ekonomi, 8 orang dari Fakultas Bahasa dan Seni, 13 orang dari 13

BERITA IV

Masih Banyak Keluhan Tentang PJJ


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

BERITA IV

Fakultas Teknik, 7 orang dari Fakultas Ilmu Sosial, dan 3 orang dari Fakultas Pendidikan Psikologi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terbagi menjadi tiga tema besar, yaitu: Fasilitas dan Perangkat Elektronik, Kegiatan Belajar Mengajar saat PJJ, dan paradigma pendidikan baru yang ingin dibangun UNJ.

memiliki perangkat yang memadai. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2, 58% responden mengaku mengalami kendala pada perangkat mereka selama PJJ. Selain itu, sebanyak 54% memiliki masalah pada jaringan internet, seperti yang terlihat pada tabel 3. Berkaitan dengan hal tersebut,

Perangkat seperti Smartphone/Laptop tidak mengalami kendala selama PJJ

Tabel 2

Tabel 3

Mia Ivana, mahasiswi Tata Busana angkatan 2020 mengeluhkan bahwa UNJ masih minim dalam menyediakan fasilitas belajar. Walaupun bukan berupa gedung, kelas, dan fasilitas kampus, setidaknya mahasiswa diberikan kuota gratis sebagai kompensasi dari beberapa

Fasilitas dan Perangkat Elektronik Sehubung dengan fasilitas kampus yang tidak digunakan, mahasiswa diharuskan memakai laptop, komputer, ataupun smartphone pribadi sebagai perangkat utama pelaksanaan PJJ. Namun, tidak semua responden 14

DIDAKTIKA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

fasilitas kampus yang tak digunakan. Selanjutnya, sarana yang digunakan pun beragam, mulai dari; Google Classroom, Zoom Meeting, Youtube, WhatsApp, Google Meet, Microsoft Teams, dan Learning Management System (LMS) milik UNJ. Sekitar 40 orang mengaku menggunakan Zoom Meeting sebagai sarana yang sering digunakan dan 16 lainnya menggunakan sarana Youtube dalam pembelajaran online. Dari data yang ada, Zoom Meeting ternyata lebih diminati oleh dosen sebagai media Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Walaupun begitu, pihak kampus masih belum menyadiakan Zoom Meeting Premium. Menurut Annisa Larasati, mahasiswi Pendidikan Tata Boga 2020. Pihak kampus perlu menyiapkan Zoom Unlimited agar mahasiswa tidak kerepotan menyediakan Zoom Meeting dan KBM dapat berjalan lancar. DIDAKTIKA

Kegiatan Belajar Mengajar saat Pandemi Smartphone alam tabel 5 menyebutkan beberapa persoalan yang menyangkut kegiatan pembelajaran selama PJJ. Perihal materi yang diberikan, 52% responden setuju bahwa dosen sudah bisa menyampaikan materinya dengan baik. Walaupun, 37% tidak mengakui demikian dan 2% kurang setuju. Selain itu, kebanyakan responden setuju bila tugas-tugas yang diberikan tidak memberatkan mereka. 58% responden mengakuinya dan sisanya merasa keberatan. Menanggapi hal itu, Ferdy Fernando, mahasiswa Pendidikan Ekonomi 2019 menyebutkan bahwa sebaiknya dosen tidak sekadar memberikan link Youtube, namun lebih bertanggungjawab atas materi yang ia berikan. “Beberapa tenaga pendidik hanya memberikan tugas hampir 80% dan 20% materi,” lanjut Ferdy. 15

BERITA IV

Tabel 4


BERITA IV

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA selama PJJ, sehingga ia tidak terlalu paham materi dari dosen tersebut. “Saya tidak terlalu paham materi selama pembelajarannya tapi saya juga berusaha belajar mandiri,” ujarnya. Walaupun dengan keterbatasan interaksi secara langsung, 60% responden mengaku bahwa komunikasi dan diskusi berjalan lancar selama PJJ. Lebih banyak dari responden yang mengaku sebaliknya yaitu 39%. Perihal kesehatan mata para responden selama PJJ. Sekitar 86% responden mengaku, PJJ mempengaruhi kesehatan mata mereka. Seperti yang terjadi pada, Andhika Chandra Kias Chahyadi mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2020. Ia merasakan

Selama PJJ, 69% responden mengaku perkuliahan mereka sudah berjalan tepat waktu. Namun 30% diantaranya tidak menyetujui hal demikian. Seperti kata Rachmadona Ardilla, mahasiswa Pendidikan Ekonomi 2020. Ia mengatakan, beberapa mata kuliah tidak berjalan tepat waktu, sehingga jadwal kuliahnya berantakan. Menyoal keaktifan dan kecakapan dosen, 72% responden menyatakan bahwa dosen sudah aktif dan komunikatif dalam mengajar secara online. Walaupun begitu, 26% responden menyatakan sebaliknya. Menurut Dini Septia, mahasiswi Tata Boga 2020, sebagian dosen khususnya Mata Kuliah Umum (MKU) kurang aktif

Tabel 5

16

DIDAKTIKA


saat harus berlarut-larut menatap layar komputer itu cukup melelahkan mata. Kebanyakan dari responden mengakui bahwa PPJ masih kurang efektif. Sebanyak 52% tidak setuju dan 2% sangat tidak setuju bahwa PJJ sudah efektif.

"

Pihak kampus perlu menyiapkan Zoom Unlimited agar mahasiswa tidak kerepotan menyediakan Zoom Meeting dan KBM dapat berjalan lancar. Paradigma Baru Learning Management System LMS UNJ merupakan situs pembelajaran online yang dibuat oleh UNJ dan telah digunakan sejak semester 113 lalu. Situs pembelajaran ini, menganut tiga paradigma pendidikan baru, Yaitu: 1) Heutagogy (Pendekatan pembelajaran yang mendorong mahasiswa mampu mengarahkan diri sendiri dan dapat membekali soft skills yang dibutuhkan

di era digital). 2) Peeragogy (pendekatan pemeblajaran yang berfokus pada upaya belajar dan mencipta bersama dengan pendekatan case-based, problem-based, dan project-based learning). 3) Cybergogy (sistem layanan pendidikan berbasis siber yang merupakan bentuk layanan di era digital), Pada tabel 6 menunjukan, 66% dari responden merasa sudah bisa mengoperasikan perangkat digital dan ini sejalah dengan paradigma Cybergogy dan 10% diantaranya sudah bisa namun masih merasa kurang untuk pembelajaran online. Namun 13% lainnya masih belum bisa. Sementara itu, sebanyak 60% responden setuju bahwa LMS mampu membuat mahasiswa mandiri dalam belajar. Namun, 23% responden lain berkata berbeda, mereka meras LMS masih belum bisa mendorong mereka belajar mandiri.

Apakah anda setuju bahwa LMS UNJ telah menerapkan Cybergogy dengan optimal? Tabel 6

DIDAKTIKA

17

BERITA IV

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA Apakah anda setuju bahwa LMS UNJ telah menerapkan Heutagogy dengan optimal?

BERITA IV

Tabel 7

Apakah anda setuju bahwa LMS UNJ telah menerapkan Peeragogy dengan optimal? Tabel 8

Menanggapi hal tersebut, Fayza Eka Fardani mahasiswi Pendidikan Ekonomi 2020 mengaku bahwa LMS UNJ masih lelet untuk diakses. Kesulitan juga dialami oleh Ridwan Guci, mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2020. Ia menyarankan, “Server LMS mohon diperluas lagi agar tidak gampang down,” ujarnya. Terkait unsur peeragogy, yang

salah satu indikatornya adalah kerja sama. Sebagian besar responden (72%) setuju bahwa LMS UNJ sudah optimal mengarahkan mahasiswa berkerjasama dalam mengerjakan tugas. Tidak seluruh responden berpendapat sama, 28% lainnya menganggap bahwa LMS UNJ masih belum optimal dalam penerapan peeragogy ini. Keseluruhan jawaban respon18

DIDAKTIKA


den menyimpulkan bahwa LMS UNJ lumayan berhasil dalam mengamalkan “paradigmanya”. Walaupun beberapa kendala seperti server yang rentan down dan terkadang masih lamban dapat mengurangi keutuhan pengalaman belajar. Sehubungan dengan jajak pendapat Didaktika mengenai PJJ, Yudrik Jahja, Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) setuju bahwa PJJ memang masih belum efektif. Menurutnya, hal ini disebabkan karena belum terjalinnya interaksi timbal balik antara mahasiswa dan dosen. “Mahasiswa kurang antusias seperti berbicara sendiri tanpa ada teman untuk berdiskusi langsung. Kuliah tatap maya menjadikan kita bosan, jenuh, dan stres,” ujarnya. Masih berhubungan dengan efektivitas PJJ, Yudrik perpendapat bah-

wa memberikan tugas yang bersifat “pemecahan masalah” dapat membangun kreativitas mahasiswa. Contohnya, seperti tugas yang ia berikan, “Misal membuat esai tentang pembangunan sekolah sesuai ide dan kreativitas mahasiswa tanpa memikirkan luas lahan, besarnya biaya operasional, dan lain sebagainya. Jadi mahasiswa dapat melatih kreativitasnya,” ucapnya. Berkenaan dengan LMS, Yudrik berpendapat bahwa aplikasi ini justru membuat dosen malas mencari materi yang akhirnya membuat KBM menjadi pasif. Pasalnya, dosen hanya mencopy saja materi yang sudah ada tanpa mengetahui tujuan dan maksud dari pembuatan materi itu. ‘’Saya khawatir pada akhirnya dosen dan mahasiswa berkurang atau malah hilang daya juang, kreatifitas, kebebasan berinovasi, dan menjadi kuper (kurang pergaulan),’’ pungkasnya. "Yudrik Jahja, Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) setuju bahwa PJJ memang masih belum efektif. Menurutnya, hal ini disebabkan karena belum terjalinnya interaksi timbal balik antara mahasiswa dan dosen." Penulis: Asbabur Riyasy Editor: Ihsan Dwirahman

DIDAKTIKA

19

BERITA IV

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

Ilalang

CERPEN

A

Oleh: Asbabur Riyasy

da pondok modern yang di belakannya terbentang lapangan luas tak terawat. Hijau kekuning-kuningan, rumput ilalang tumbuh tinggi memenuhi seisi lapangan. Lapangan itu tampak terbengkalai dan kurang perhatian. Biasanya para santri kerap melewati lapangan itu, untuk "kabur" katanya. Di sisi lain lapangan luas itu, tempat warung Cak No berada. Warung kedua bagi para santri yang muak makan di kantin pondok modern. Setiap sore, seorang pujangga dengan perlengkapan siap untuk mengarit, kaos partai lusuh kebesaran dan sarung dijinjing satu jengkal dari mata kaki. Dengan membawa celurit ia memotong-motong ilalang. Tak ada yang tau siapa dia, apa yang ia ingin lakukan, dan dimana ia tinggal. Namun, setiap hari ia mengarit di lapangan itu. Kala ufuk merah memenuhi langit, kala itu pula ia pulang membawa ilalang dalam karung. Semua tampak wajar, tak ada yang terlalu memperhatikannya. Keberadaannya hanyalah bagian dari kehidupan. "Memang dia tu orang gila." "Emang dia ga punya keluarga?" "Ya begitulah pengangguran," cuitancuitan warga yang ku dengar. Memang agak aneh bahwa orang-orang tak terla-

lu memperdulikannya tapi sering membicarakannya. Ketika langit berubah jingga, ketika itu sore telah tiba, ketika itu pula para santri mulai berkumpul di depan asrama, menunggu magrib sambil berbincang bersama. Sore juga waktu si pujangga itu mengumpulkan ilalang. Dari asrama lantai dua aku bersama para santri sedang berbincang asik bak bocah senja dengan khas kopinya yang begitu pahit. Tak sengaja kami memandang keluar dan melihat si pujangga itu. "Itu siapa sih cuk! tiap hari ngarit terus", ucap Tono dengan bingung. "Gatau orang gila kali," sambung Basri dengan logat DKI. "Ngawur!! itu orang sedang nyari makan....!!" sela Rojim agak sarkas. Aku hanya diam menyimak pembicaraan, tidak tahu ingin berucap apa. Ufuk merah sudah memenuhi langit, waktunya para pengurus datang dengan tongkat menggiring para santri bak domba peternakan. Tok tok tok tok "HEI!!!! kalian tau magrib ga!!!?" suara pengurus lantang sambil memukulmukul tongkat. Dengan langkah cepat, gerombolan santri yang tadi asik berbincang bergegas pergi ke masjid. Sore berganti malam, malam berganti siang. Seperti biasa, siang hari 20

DIDAKTIKA


waktunya makan. Mereka yang muak dengan kantin pondok modern mulai berpakaian untuk lekas pergi ke luar. Di warung, Cak No, aku dan para santri memesan tempe penyet. Menu langganan yang selalu mengingatkan kita kepada kantin pondok modern. Sebab makanan di sana hanya ada tempe. Entah direbus atau digoreng semuanya tidak enak. Melihat lapangan yang luas tak terawat itu mengingatkanku pada pujangga si tukang ngarit. Bila dipikir memang semua hanya gejala alam, bahkan kita pun juga gejala alam. Bagian kecil dari gejala-gejala alam. Mengikuti arus alam yang bergejala. Sama, si pujangga juga gejala alam, gejala yang timbul karena hadirnya alam. Kita dan si pujangga bersatu menjadi gejala untuk gejala-gejala alam yang lain. Begitulah alam, selalu bergejal. Tak sadar ku melamun, hari sudah sore tapi pesanan belum datang, tak usahlah banyak protes, kadang hal yang tidak datang hanya bisa kita ikhlaskan. Karena sudah sore, aku dan para santri berangkat pulang. Saat berjalan pulang terasa ada yang janggal, tapi sepertinya itu hanya gejala alam. Jadi ku biarkan saja. Sore berganti malam, malam berganti pagi, setelah itu sore datang lagi. Aku dan para santri bergerombol di depan asrama lantai dua berbincang-bincang menunggu magrib. Kala asik mengobrol Tono dengan bingung bercuit "Eh kok lapangannya sepi ya?". DIDAKTIKA

"Iyalah, Ndoli baru rame!!" Basri dengan logat DKI menyela. Aneh rasanya kalau tak ada dia" kata Rojim. "Memang, seperti ada yang kurang gitu" lanjut Tono. Hari minggu, hari libur bagi santri pondok pesanten moderen. Dalam rangka memulihkan penyakit penasaran kita, aku dan para santri mencoba mencari informasi di sekitar masyarakat. Kita kaget, ternyata hilangnya si pujangga jadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat setempat. "Loh memang dia diculik." "Sehari yang lalu dia masih ada kok." "Si pujangga kemana ya?" "Di rumah juga tidak ada." "Jangan-jangan sudah mati," cuitan-cuitan warga yang ku dengar. Keadaan mulai tegang, warga setempat ber ramai-ramai membicarakannya. Hampir setiap ada perkumpulan pasti ku dengar namanya dibahas. Hingga akhirnya berita ini tersebar ke kalangan santri pondok modern. Keadaan yang semakin tegang ini membuat santri-santri menjadi empati. Seolah-olah semua orang telah kehilangan sesosok pejuang. Mereka rindu, resah, kangen, dan sedih. Entah mengapa mereka merasa bertanggungjawab atas kehilangan ini. Padahal barangnya tak pernah dijaga kenapa merasa kehilangan? Akhir dari keresahan ini berujung kesepakatan. Aku, para santri dan warga setempat sepakat untuk bergotongroyong mencari si pujang21

CERPEN

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


CERPEN

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA ga. Seluruh sudut-sudut desa mereka telusuri. Pak RT membagi tugas ke tiap-tiap orang. Beberapa kelompok ada yang mencari ke hutan dan beberapa kelompok ada yang menelusuri jejaknya. Di kali ia tidak ada, di hutan tidak ada, di lapangan tidak terawat itu pun juga tidak ada. Hari mulai gelap. Dengan persaaan kecewa para warga terpaksa pulang. meskipun tidak membuahkan hasil, mereka harus merundung niat membasuh keringat. Menyalakan lentera dan mandi demi membersihkan diri untuk tidur yang nyenyak. Malam hari memang satu-satunya waktu untuk istirahat bagi orang desa. Hari-hari berganti, siang berganti malam-malam berganti siang. Sepertinya orang-orang sudah mulai menyerah. Karena usaha mereka tak kunjung membuahkan hasil. Semangat mereka mulai pudar begitu pula dengan rasa kehilangan mereka. Sang pujangga tak kunjung kembali. Kemanapun mereka mencari tak ada sisa-sisa petunjuk darinya. Bahkan aritnya saja tidak ada. Seakan ditelan bumi pencarian terpaksa diakhiri, bukan karena karena keinginan hati, hamun lelah telah menghapus hawa kehilangan di kampung ini. Keadaan mulai tenang, seakan tidak terjadi apa-apa. Tak lebih dari seminggu jarak insiden kehilangan yang lalu. Namun semua nampak biasa saja. Tak ada lagi si pujangga, tak lagi terdengar celoteh tentangnya sedikit-

pun. Ia telah hilang, lenyap dari deretan ilalang lapangan yang tak terawat. Warga berkegiatan seperti biasa, para santri pergi ke warung seperti biasa, hari-hariku pun juga sama "seperti biasa". Aku dan para santri berkumpul di depan asrama lantai dua. Tandanya sudah sore. Saat berbincang bincang asik Tono menengok ke arah lapangan itu. Tak ada kata yang keluar dari Tono. Mungkin ia berpikir lapangan yang tak terawat itu hanya gejala alam saja. "Bro itu lapangan kalo dirawat bisa jada lahan" Basri dengan logat DKI. "Yaudah, kamu saja yang rawat nanti saya yang pakai" jawab Rojim. Aku hanya diam tersenyum. Padahal baru kemarin merasa kehilangan tapi sekarang sudah hilang ingatan. Rasanya aneh memang. Rasa menegangkan bak masa penjajahan hilang seketika. Orang-orang yang kemarin merasa kehilang, dengan cepat merasa tidak memiliki. bagian kehidupan yang hilang sekarang sudah tidak ada. Karana tak ada yang sadar kalau ada yang hilang. memang mereka pernah sadar? Sebelum aku hendak berangkat ke masjid, sekalilagi ku memandang lapangan itu. Aku merasa ada yang kurang. Namun yasudahlah, mungkin itu hanya gejala alam.

22

DIDAKTIKA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

Momentum Oleh: Sekar Tri Widati

Perasaannya membludak setiap itu. Diucapkannya doa 1000 kali dalam sehari, berpasrah mengharapkan adanya balasan dalam setiap doanya pada Tuhan Dirangkainya eksplikasi mengenai harapnya pada hari itu, "Semoga selalu bahagia," begitu katanya Selama itu pula ditunggunya jawaban. Masih sama tak ada, Tuhan belum mengabulkan. Lantas dihentikannya habituasi setiap 6 Desember Dihilangkan olehnya doa-doa berserta harapan juga perasaan.

DIDAKTIKA

23

PUISI

Momentum agung 6 Desember selalu memenuhi hati seorang perempuan selama setengah dasawarsa


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

OPINI

Jessica, antara Kekuatan Pikiran dan Supranatural serta Pandangan dalam Lingkup Psikologi "Teman imajiner" bukanlah kata asing bagi kebanyakan orang. Bahkan, mungkin banyak juga yang pernah memilikinya saat kecil. Tapi, bagaimana jika "teman imajiner" ini dapat diajak berbicara, bermain, bersentuhan, hingga bahkan melakukan apapun yang diperintahkan? Itulah Metode Jessica, suatu keadaan ketika kita dapat menciptakan teman imajiner sekaligus asisten secara sadar yang pada dasarnya merupakan perwakilan dari potensi yang ada pada diri kita sendiri. Teman imajiner, secara materil, sebenarnya berbentuk abstrak. Maksudnya, tampilan teman imajiner ini dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang yang memanggilnya dan tidak akan bisa dilihat oleh orang lain. Bagaimanapun, teman imajiner hanya akan muncul apabila dipanggil dan akan selalu menuruti apa yang diperintahkan kepadanya. Metode Jessica pertama kali ditemukan oleh Saiful Anam, seorang hypnotherapist asal Indonesia. Diberi nama Jessica karena saat kali pertama Saiful Anam melakukan uji

coba, sukarelawan pertama menamakan teman imajinernya itu Jessica. Umumnya, metode Jessica digunakan sebagai upaya pelarian diri dari kehidupan nyata yang tidak sesuai dengan harapan, baik dilakukan secara sadar atau tidak. Metode ini juga mungkin digunakan oleh orang-orang yang merasa kesepian, kurang perha-

24

DIDAKTIKA


tian dari orang sekitar, atau orang yang tidak bisa percaya pada orang lain (trust issues). Dalam hal ini, Metode Jessica dijadikan sebagai bentuk coping atau cara seseorang menangani stres dari tekanan yang mereka alami karena dapat menghadirkan teman imajiner selayaknya individu di dunia fisik. Dalam penelitian Saiful Anam, teman khayalan dalam metode ini mengandung empat aspek kemampuan. Pertama, remote viewing, dimana kemampuan ini mengizinkan penggunanya untuk menyatukan pandangan dengan teman imajinernya untuk melihat objek yang tak terjangkau oleh mata. Kedua, parts therapy, dimana si pengguna dapat menghadirkan wakil-wakil sebagai representasi dari dirinya yang bermasalah serta melakukan pemecahan masalah secara kognitif. Ketiga, out of body, metode ini dianggap dapat memberikan pengalaman saat kesadaran keluar dari tubuh dengan bantuan dari teman imajiner. Terakhir, mengirim mimpi, yang menyatakan bahwa seseorang dapat mengirimkan konten mimpi tertentu kepada orang lain melalui perantara teman imajinernya. Tentu dengan adanya hal-hal tersebut, banyak orang yang menginginkan teman imajiner, baik sebagai asisten atau sebatas teman bicara. Tapi, apakah memiliki teman imajiner merupakan hal baik dalam sisi psikologis seseorang? DIDAKTIKA

Antara Skizofrenia vs Maladaptive Daydreaming vs Metode Jessica Memiliki teman yang hanya bisa dilihat, diraba, dan diajak bicara oleh diri sendiri mungkin akan membuat beberapa orang ragu akan kesehatan mentalnya, karena ciri-ciri tersebut sangat mirip dengan gejala yang dialami oleh penderita skizofrenia. Namun pada dasarnya, skizofrenia dan Metode Jessica ini berbeda. Para penderita skizofrenia tidak dapat mengendalikan halusinasi yang dialaminya untuk muncul sesuka hatinya. Sedangkan Metode Jessica hanya dapat dimasuki apabila seseorang mengakses kondisi trance. Kondisi trance atau kondisi hipnosis adalah kondisi pikiran yang secara ilmiah dialami oleh setiap individu. Lazimnya, untuk masuk dan keluar dari kondisi ini tidak dapat dilakukan secara sadar karena merupakan sesuatu yang ilmiah. Namun, tidak menutup kemungkinan individu dapat masuk dan keluar dari kondisi ini. Hal yang membedakan berikutnya adalah seseorang yang mengidap penyakit skizofrenia tidak dapat dilakukan secara sukarela. Umumnya, skizofrenia dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti keturunan genetik, komplikasi saat kelahiran, cedera otak, stress, ataupun penggunaan narkoba. Perbedaan yang paling mendasar adalah penderita skizofrenia mengalami gejala dari psikosis, yaitu kondisi di 25

OPINI

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


OPINI

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA mana penderitanya kesulitan membedakan realita dengan pikirannya sendiri. Hal ini mendorong si penderita untuk memercayai apa yang dihalusinasikannya sebagai bagian dari kenyataan. Terdapat kasus lain yang serupa dengan Metode Jessica, yaitu Maladaptive Daydreaming. Eli Somer, seorang psikologi klinis asal Israel yang sudah sering melakukan penelitian mengenai fenomena ini, mengatakan bahwa Maladaptive Daydreaming atau yang sering disebut MD merupakan sebuah aktivitas fantasi ekstensif yang dapat menggantikan interaksi manusia dan/atau mengganggu jalannya fungsi akademik, interpersonal, ataupun kejuruan pada seseorang. Intinya, seseorang yang mengalami MD akan sering berimajinasi secara kompulsif sehingga melupakan tugas atau kondisinya di dunia nyata. Maladaptive Daydreaming memiliki beberapa kesamaan dengan Metode Jessica. Mereka dapat masuk ke dalam dunia imajinasi kapanpun dan dimanapun mereka inginkan, juga dapat mengetahui mana yang merupakan bagian dari imajinasi mereka dan mana yang bukan. Perbedaannya, dalam Metode Jessica, seseorang dapat berbicara, menyentuh, dan melihat langsung objek imajinasi mereka secara nyata. Meskipun memiliki sejumlah kesamaan, namun pada hakikatnya ketiga kasus tersebut berbeda antara

satu sama lain. Selain itu, baik Maladaptive Daydreaming maupun Metode Jessica, keduanya tidak termasuk dalam kategori gangguan pada DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), yaitu kriteria standar untuk klasifikasi gangguan mental, sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai sebuah gangguan psikologis. Siapa Sebenarnya Jessica? Jessica, sebagai teman imajiner dapat melakukan apapun yang diperintahkan oleh subjeknya. Namun, imajinasi tersebut juga bisa menjadi tidak terkendali, Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa Jessica memiliki dua sisi yang berbeda, antara yang baik dan yang jahat. Seperti dalam film Star Wars, perseteruan antara sisi terang (Jedi) dan sisi gelap (Sith), Jessica juga memiliki sisi gelapnya tersendiri. Sisi gelap ini biasa disebut Dark Jessica. Dark Jessica diibaratkan Darth Vader yang harus segera disingkirkan. Ia akan cenderung memanipulasi pikiran pemanggilnya, bahkan tak segan melukainya. Saiful Anam menggambarkan proses imajinasi dalam metode ini identik dengan introject, yakni perwujudan dari sosok orang lain yang dipelihara di dalam pikiran. Sederhananya, ketika mengenal seseorang, minimal kita telah mengenal dua versi dari orang tersebut: pertama, sosok nyata seseorang dari dunia fisik; kedua, persepsi 26

DIDAKTIKA


tentang sosok orang tersebut di dalam pikiran kita. Karena hanya merupakan persepsi, introject tidak dapat mencerminkan sikap atau kepribadian valid dari seseorang. Ia dapat menjadi sama baiknya, lebih baik, ataupun lebih jahat dari sosok aslinya di dunia nyata. Bagaimana Psikologi Memahami Fenomena Jessica Method Sepintas, metode Jessica memang kurang dapat dipercaya secara ilmiah. Namun, penelitian Saiful Anam ini dilakukan berdasarkan eksperimen bersama saudaranya. Ia mengharapkan metode Jessica dapat menjadi metode terapeutik yang mudah. Namun, secara ilmiah halal seperti ini banyak menimbulkan pertentangan terutama dalam dunia ilmu medis. Dr. Putri Claudya tidak membenarkan metode ini. “Bila pun metode itu benar-benar bekerja sesuai dengan apa yang diklaimkannya, yaitu menciptakan teman khayalan. Hal ini tentu tidak baik adanya karena berarti memicu gangguan saraf di otak yang mengakibatkan psikosis,” ucapnya. Ia beranggapan bahwa kondisi dimana seseorang merasa memiliki teman khayalan, secara medis merupakan pertanda suatu gangguan jiwa berat, atau yang disebut psikosis. Dr. Nadia Nurofotul Fuadah mengatakan bahwa memanggil sosok teman imajiner akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman. Pengembangan diri menjadi DIDAKTIKA

solusi yang tepat agar individu dapat mencapai apa yang diharapkannya. Dalam pendekatan biologis, berolahraga juga dapat dijadikan solusi dengan menaikan kadar serotonin pada otak. Serotonin berfungsi untuk mempengaruhi emosi dan suasana hati. Orang yang memiliki kadar serotonin yang rendah berisiko berakhir dengan depresi. Aktivitas lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kadar serotonin adalah dengan berjemur di bawah sinar matahari atau mengekspresikan diri di dunia nyata (membuat karya seperti lagu, buku, lukisan, dan lain-lain). Bagaimanapun, bentuk coping terbaik adalah bersama keluarga ataupun orangorang terkasih. Daripada mengandalkan sosok teman imajiner sebagai bentuk pencurahan hati, akan jauh lebih berdampak apabila menghadirkan orang yang benar-benar memiliki hubungan. Dari hubungan inilah, orang akan cenderung merasakan perasaan emosional secara riil dengan tidak melupakan hubungannya dengan dunia nyata. Apabila cara-cara tersebut tidak berhasil memberikan perubahan yang signifikan secara psikis, pergi meminta bantuan professional, seperti psikolog atau psikiater lebih direkomendasikan daripada menggunakan Metode Jessica tersebut. Penulis: Yoga Alfauzan Editor: Hastomo Dwi P 27

OPINI

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

Hegemoni, Kegagalan Revolusi dan Cerminan Masa Kini

RESENSI

“Kenapa revolusi di dunia Barat menemui kebuntuan? Kenapa kaum proletar di Barat tidak bisa mengambil jalan Bolshevik Rusia? Seorang pemikir asal Italia berusaha menganalisis fenomena ini dengan pengalaman perjuangannya di Italia sebagai dasar analisis–dialah Antonio Gramsci.”

A

ntonio Gramsci merupakan seorang sekretaris jendral Partito Comunista d'Italia (Partai Komunis Italia) yang lahir di Ales Sardinia, 22 Januari 1891. Dirinya divonis penjara 20 tahun pada 12 Mei 1928 oleh rezim fasis Benito Mussolini. Selama waktunya di penjara itu dirinya menulis karya penting yaitu Prison Notebook. Dalam bab-bab awal buku ini dijelaskan tentang latar belakang kehidupan dan pemikirannya. Dirinya terpengaruh Marxisme dari kakaknya yang merupakan pemimpin lokal kelompok sosialis Cagliari. Darinya pula Gramsci mendapat berbagai macam bacaan tentang politik dan pergerakan, terutama tentang Marxisme yang sedang populer saat itu. Gramsci adalah salah satu pemikir neo-marxis, salah satu pemikirannya yang paling masyhur adalah tentang hegemoni. Menurutnya, "Hegemoni adalah sebuah rantai kemenangan yang didapati melalui mekanisme konsensus ketimbang melalui penindasan terhadap klas sosial lainnya." (hlm 120).

Jadi, hegemoni dapat diartikan sebagai penguasaan suatu kelas terhadap kelas sosial lain dengan mekanisme konsensus–dibanding penguasaan melalui kekerasan. Hal tersebut cenderung menekankan pada penguasaan moral intelektual. Kebijakan kenaikan gaji dan pengurangan 28

DIDAKTIKA


jam kerja dari kaum borjuis merupakan contoh dari hegemoni yang melemahkan semangat revolusi kaum proletar. Gramsci juga mengkritik pernyataan Karl Marx dalam Manifesto Komunis. Bahwa kejatuhan borjuis dan kemenangan proletar tidak dapat dihindari. Dia pun turut menolak pandangan Marx yang determinis, justru menurutnya kaum borjuis secara aktif melakukan usaha-usaha untuk membuat kaum proletar terpana dengan hegemoni budaya kelas borjuis. Hingga kaum proletar menerima keadaan umum tersebut, dengan kata lain kaum borjuis tidak membiarkan diri mereka jatuh. Taylorisme dan Integrasi Budaya Borjuis Hegemoni lahir di dalam perusahaan atau pabrik lewat praktik Taylorisme. Paham tersebut mengilhami manusia sebatas mesin belaka. Dengan mekanisme-mekanisme internal yang dapat diadaptasikan dengan kebutuhan-kebutuhan industri modern. Dalam kacamata Gramsci, Taylorisme berusaha melemahkan solidaritas buruh, lewat tiga cara. Pertama, proses produksi pekerja harus terbatas pada tugas-tugas tertentu. Kedua, sikap otomasi mekanis sebagai proses produksi dan penyuapan dalam bentuk insentif agar melunturkan solidaritas para buruh. Ketiga hal tersebut berhasil DIDAKTIKA

diterapkan di Amerika Serikat, hasilnya adalah pemangkasan sikap kritis dan kesadaran politik kelas pekerja. Lewat cara-cara tadi, Taylorisme berhasil menetralisasikan pertentangan kelas yang terjadi dalam masyarakat. Merubahnya dari pertentangan kelas menjadi keinginan akan gaji atau upah yang lebih baik. Tanpa disadari inilah yang kemudian disebut integrasi budaya yang memperkuat hegemoni borjuis. Ini juga yang terjadi di Italia saat Ordino Nuovo berkuasa, pabrik Fiat mengadopsi Taylorisme Amerika ke dalam sistem manajemennya. Sehingga sikap kritis dan tematis buruh terpangkas, hanya produktifitas dan keterpanaan pada hegemoni budaya borjuis yang tersisa. Sehingga manusia tidak ada bedanya seperti mesin. Selain itu, hegemoni juga terjadi di lembaga pendidikan, lembaga agama dan media. Sehingga tidak memungkinkan pembangkitkan kesadaran kritis dari kaum buruh. Mekanisme-mekanisme tersebut memperkuat hegemoni budaya dari kaum borjuis. Negara: Hegemoni yang Diperkuat Kekerasan “Negara merupakan alat penindasan dari kelas yang berkuasa.” (Karl Marx). Marx menaruh negara pada elemen suprastruktur sementara hubungan produksi atau mode produksi 29

RESENSI

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


RESENSI

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA menjadi basic structure. Gramsci berusaha mendobrak tradisi pemikiran marxisme ortodoks. Di mana basis ekonomi berperan besar menentukan suprastruktur. Menurut pandangannya basis ekonomi dapat menentukan suprastruktur namun masyarakat sipil dan negara juga dapat menentukan ekonomi–dibanding konsepsi hirarkis Marx. Konsep Gramsci mengenai ekonomi, negara dan masyarakat sipil cenderung horizontal atau sejajar. Tidak ubahnya dengan Marx, Gramsci mengartikan negara sebagai alat kekuasaan kelas dominan. Jika sebelumnya dijelaskan hegemoni merupakan kekuasaan dengan dasar konsensus, berbalik dengan negara yang menggunakan kekerasan. Dalam hal ini, dia menyebutnya sebagai negara integral yang memiliki dua ciri yaitu alat-alat kekerasan (koersi) dan alat penegakan hegemoni seperti media, pendidikan, agama dan lainnya. Berbeda dengan negara totaliter yang memiliki unsur paksaan, negara integral masih menyediakan peluang untuk menghasilkan konsesus tanpa paksaan. Walaupun hegemoni umumnya hanya bergerak di bidang budaya dan pada tingkat mempengaruhi kesadaran. Bukan berarti aparat koersi tidak bekerja lagi, justru antara keduanya dapat berjalan seiringan. Dalam konteks negara

barat, kebanyakan dari mereka adalah negara integral dengan hegemoni total. Di mana subjeknya sudah terintegrasi dengan sistem yang diinginkan kelas dominan, ini juga berkaitan dengan integrasi budaya borjuis yang membuat buruh terpana. Berbeda dengan Russia yang merupakan negara dengan hegemoni menurun. Ditandai dengan melemahnya hegemoni serta munculnya konsepsi baru yang dibawa Lenin. Jadi, hanya tinggal menunggu momentum saja untuk meruntuhkan hegemoni yang terjadi. Setiap negara memiliki konteks yang berbeda itulah mengapa perjuangannya juga berbeda. Melawan Hegemoni Ada masa di mana kekuatan hegemoni berkurang, ketika penguasa mulai kehilangan konsesusnya dan tersisa hanya dominasi dengan kekerasan. Hal tersebut yang Gramsci sebut krisis hegemoni. Terdapat dua penyebab krisis ini terjadi, yaitu kebijakan tidak populer dari kelas penguasa dan peningkatan aktivitas politik kelas proletar. Krisis hegemoni juga tidak selamanya berpaku pada permasalahan ekomomi, namun jika gejalanya serius hal barusan sangat berpengaruh. Di sisi lain untuk merubah suatu krisis menjadi aksi, kesadaran massa harus sudah terbentuk sehingga dapat menghasilkan perubahan yang revolusioner. 30

DIDAKTIKA


Namun dalam siasat krisis hegemoni terdapat sebuah paradoks, yaitu makin ekstensif perkembangan industri negara kapitalis maju, semakin rendah militansi kaum buruh dan keinginan untuk menjatuhkan kapitalisme" (hlm 171). Dalam menghadapi hal ini, kaum buruh dapat menggunakan dua cara. Pertama, setiap negeri membutuhkan survei yang tepat dalam merencanakan strategi revolusinya, Gramsci menolak pandangan internasionalisme Marx. Dirinya justru mengatakan bahwa partai komunis harus memahami konteks politik yang berbeda dari setiap negara agar bisa membuat rencananya sendiri dalam membangun sosialisme sebagai jembatan menuju komunisme. Kedua, counter-hegemoni dengan membangun budaya-budaya kelas proletar. Hal ini ditujukan sebagai perang posisi kepada hegemoni budaya borjuis sehingga ketika revolusi turwujud. Sudah terdapat budaya-budaya proletar yang menjadi dasar masyarakat. Refleksi Secara umum, gagasan hegemoni masih populer dalam ilmu komunikasi hingga hari ini. Konsep hegemoni tidak hanya menjadi basis dari perjuangan revolusioner namun juga dipakai sebagai suatu teori dalam ilmu komunikasi. Gagasan hegemoni juga tidak sepenuhnya harus ditanggapi seDIDAKTIKA

bagai sesuatu yang buruk, bahkan hegemoni ini bisa dikatakan gagasan netral yang konsepnya bisa dipakai di mana saja antara baik maupun buruk. Hingga saat ini, kita masih sering melihat bentuk-bentuk hegemoni dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya informasi yang bertebaran di dunia maya dapat dimanfaatkan sekelompok orang untuk mencapai hegemoni atas suatu kaum. Misal saja fenomena buzzer yang menebarkan banyak informasi (flooding information) tentang keunggulan suatu Rancangan Undang-Undang (RUU). Orang-orang di media sosial yang terjebak dalam suatu bentuk kesamaan hanya akan menemukan informasi dari buzzer tersebut tanpa ada sanggahan dari pihak lain. Sehingga mereka terhegemoni dan bisa disetir kearah yang diinginkan buzzer tersebut. Identitas Buku Judul: Antonio Gramsci Negara dan Hegemoni Penulis: Nezar Patria dan Andi Arief ISBN: 979-9075-66-1 Tahun: 2015/cetakan IV Penerbit: Pustaka Pelajar Hlm: 195 Penulis: Izam Komaruzaman Editor: Abdul

31

RESENSI

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA


HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

32

DIDAKTIKA


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.