Warta PKKMB Edisi II 2022

Page 1

BERITA UTAMA: Sambutan Rektor, Pesan-Pesan Khusus Untuk Mahasiswa Baru dan Semangat Menuju PTN-BH RESENSI: Budaya Pelecehan Seksual di Korea SASTRA: Bukan Aku yang Terakhir Berdiri

Selamat membaca! @lpmdidaktika lpmdidaktikaunj@gmail.com @lpmdidaktika www.didaktikaunj.com Berita Utama

Selamat datang mahasiswa baru UNJ. Di hari kedua PKKMB ini, Di daktika kembali menghadirkan Warta PKKMB. Tentunya dengan berag am tulisan yang menarik, seperti berita tentang sambutan rektor kemarin pagi. Kabarnya rektor tengah menyemangati mahasiswa baru untuk lebih antusias menyambut UNJ menuju PTN-BH. Selain itu, ada dua resensi buku yang membahas mengenai pelecehan seksual dan nilai dari suatu in formasi.Berbagai

tulisan tersebut kami siapkan khusus untuk kalian. Terus pantau perkembangan PKKMB UNJ di Warta PKKMB. Kami juga meny iapkan Suara Mahasiswa untuk kawan-kawan Maba 2022 bersuara. Sam paikan apapun keresahanmu tentang PKKMB, kamu bebas berpendapat di Suara Maba.

Pemimpin Redaksi Hastomo Dwi Putra Redaktur Pelaksana Ragil Firdaus Tata Letak Syifa Nabila Editor Siti AdindaDevitaNurainiSariRizki Meilani Putri Syifa LailaZahraEzraMuhammadArnetoNamiraNabilaPratiwiBaylissWibowoRagilFirdausHanifPramuningtyasNurainiFitri Ahmad Qori RiyasyAbdul Asbabur Sonia IhsanHastomoVamelliaRenataBelaSekretariat Gedung G, Lantai 3, Ruang 304, Komplek UNJ, Jl. Rawamangun, Muka No. 1, Jakarta Timur 13220 Reporter dan penulis

“Menyambutmahasiswabaru,KomarudinberharapagarparamahasiswamemilikisemangatperjuanganuntukmencapaikeberhasilansertamenyiapkandirimenujustatusPTN-BH”

Haloo kawan-kawan mahasiswa!

Senin (22/07), rangkaian aca ra Pengenalan Kehidupan Kam pus Mahasiswa Baru (PKKMB), dilaksanakan secara luring dengan kapasitas 60 persen dari seluruh jumlah mahasiswa baru, setelah selama dua tahun UNJ melak sanakan PKKMB secara daring. Berlokasi di GOR Rawamangun, rangkaian acara resmi digelar hingga tanggal 27 Agustus 2022. Komarudin selaku rektor UNJ, memberikan sambutan sekaligus secara resmi membuka kegiatan PKKMB. Komarudin, mengawali pidatonya dengan men gangkat sebuah refleksi sejarah dari awal berdirinya IKIP Jakarta, hingga berganti menjadi UNJ, sebagai salah satu kampus yang

SAMBUTAN REKTOR, PESAN-PESAN KHUSUS UNTUK MAHASISWA BARU DAN SEMANGAT MENUJU PTN-BH

Di penghujung pidatonya, Komarudin mengingatkan bahwa saat ini UNJ semakin dekat untuk berstatus PTN-BH. Hal ini, diyak ininya sebagai fase menuju kedewa saan. Dengan menganalogikan kata BH yang diartikan sebagai buste hpunder atau penyangga payudara, seseorang yang memakai penyang ga payudara dapat dikatakan sebagai orang yang sudah dewasa. “Oleh karena itu, marilah kita menjadi orang yang dewasa,” tambahnya. Sebagai penutup, Komarudin menegaskan kembali untuk mening katkan diri serta hal-hal yang penting untuk mencapai sebuah keberhasilan yang diinginkan. Melalui adversity, mencapai kompetensi, serta meraih prestasi setinggi-tingginya. sepanjang sejarah tak pernah lepas dari perjuangan. “Sejak masa Orde Baru hingga Reformasi, kami ter us berjuang menegakan kebenaran dan keadilan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama di bidang pendidikan,” pungkasnya. Untuk itu, Komarudin mengajak para mahasiswa baru untuk berjuang secara penuh dan ber harap dapat mencapai keberhasilan.

yang harus dicapai mahasiswa baru. Hal ini, yang dimaksud Komarudin sebagai sebuah keberhasilan. Per tama-tama, mahasiswa baru har us memiliki kompetensi. Bertolak pada visi dari menteri pendidikan dan kebudayaan melalui kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merde ka (MBKM), maka diharapkan agar para mahasiswa bisa meraih kompetensi yang tidak hanya terpaku pada bidang akademik, tetapi juga kompetensi-kompetensi lain. Seperti, kompetensi kepriba dian, kepemimpinan, bahkan juga kompetensi sosial. “Jangan hanya asik baca buku, anda harus bisa mengembangkan diri, sehingga tidak hanya memiliki hard skill tetapi juga soft skill,” tegasnya. Selanjutnya, dalam mencapai sebuah keberhasilan, penting untuk berpegang pada prestasi yang bisa diraih. Berdasarkan ke pada kompetensi yang dimiliki, Komarudin berharap agar maha siswa bisa meraih prestasi setinggi mungkin, tidak hanya dalam lingkup daerah ataupun nasional, tetapi juga internasional. “Sangat mem banggakan jika melihat FIK dan FBS yang memiliki prestasi dunia, tetapi akan lebih membanggakan jika yang lain turut menyumbang prestasi di kancah dunia,” ujarnya. Terakhir, selain memiliki kompetensi dan prestasi, mahasis wa harus memiliki adversity atau Komarudin mengartikannya sebagai ketahanmalangan, di mana seseorang yang dapat secara efektif memanfaatkan kesulitan dan hambatan yang ada. Selain keta hanmalangan, ketangguhan serta kegigihan membuatnya yakin mahasiswa bisa melewati tantangan dan cobaan yang ada. Baginya, prestasi bisa didapatkan jika ma hasiswa memiliki adversity. “Terus berjuang untuk bisa memantapkan jati diri, sehingga bisa menjadi mahasiswa yang berprestasi di tingkat dunia,” tegasnya kembali.

Komarudin mengingatkan, mahasiswa harus memiliki paradigma baru dalam kehidupan bermas yarakat, berbangsa dan bernega ra. Baginya, dengan menyandang status mahasiswa, sudah sepatutnya memiliki pola pikir serta pola hidup yang berbeda dengan siswa. Kemudian, ia juga menya takan harapanya tentang tiga hal Penulis : Ezra Hanif Editor : Asbabur Riyas

Universitas Negeri Jakar ta (UNJ) telah mengubah be berapa program studi Diploma Tiga (D3) menjadi program studi Sarjana Terapan (D4), pada 30 Mei 2022. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pen didikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Mendikbudristek), nomor 138/D/ khususnyaPerubahan12ProdiD3menjadiD4berdampaklangsungkepadamahasiswa,mahasiswapenerimabeasiswaKJMU,KIP-K,danBidikmisi. OT/2022 dan nomor 139/D/ OT/2022, terdapat 12 Prodiyang mengalami perubahan. Perubahan berfokus pada tiga fakultas, diantaranya Fakultas Ilmu Sosial (FIS),Fakultas Ekonomi (FE), dan Fakultas Teknik (FT). Di FIS, perubahan terjadi pada Prodi Hubungan Masyarakat dan Komu nikasi Digital. Adapula Prodi D3

Perjalanan Wisata yang diubah menjadi D4 Usaha Perjalanan Wisata. Selain itu, di FE terdapat perubahan dari Prodi D3 Akun tansi menjadi D4 Akuntansi Se ktor Publik, Prodi D3 Administrasi Perkantoran menjadi D4 Administrasi Perkantoran Digital, serta D3 Manajemen Pemasaran menjadi D4 Pemasaran Digital. Sementara itu, FT menjadi fakultas yang memiliki jumlah perubahan terbanyak, yaitu 7 Prodi. Ketujuh Prodi tersebut adalah Prodi D3 Tata Rias yang diubah menjadi D4 Kosmetik dan Perawatan Kecantikan, Prodi D3 Teknik Mesin menjadi D4 Teknologi Rekayasa Manufaktur, Prodi D3 Teknik El ektronika menjadi D4 Teknologi Rekayasa Otomatisasi, Prodi D3 Transportasi menjadi D4 Manajemen Pelabuhan dan Logistik Maritim, Prodi D3 Teknik Sipil menjadi D4 Prodi Teknologi Rekayasa Kon struksi Bangunan Gedung, Prodi D3 Tata Boga menjadi D4 Seni Kuliner dan Pengelolaan Jasa Makanan, serta Prodi D3 Desain Mode menjadi D4 dengan nama prodi yang sama. Dian Yusuf mahasiswa D4 Prodi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital juga setuju dengan adanya perubahan ini. Ia mengingat apabila lulusan D3 in gin melanjutkan S1 pastinya akan memerlukan waktu yang lumayan lama dan tambahan biaya. Namun, perubahan 12 Pro di tersebut tentunya memberikan dampak langsung kepada mahasis wa. Chairunisa Ayu Pramesti dari D4 Akuntansi Sektor Publik 2021 merasa berat apabila harus menam bah masa kuliahnya. Sebab biaya kuliahnya tentu akan bertambah. Ia juga mendapatkan UKT golongan 6 dengan besaran sekitar 6 jutaan. Chairunisa sendiri memang belum pernah mengajukan kerin ganan UKT, sebab ia tidak termasuk kategori yang dapat mengajukan keringanan. Ia juga mengatakan bahwa proses pengajuan keringanan UKT lumayan lama. “Takut tertinggal dalam pengisian KR Skarena kapasitas kelas,” ucapnya. Tak terkecuali mahasiswa penerima beasiswa, seperti KJMU, KIP-K, dan Bidikmisi. Ketiga bea siswa tersebut memiliki masa bea siswa selama 6 semester apabila sesuai dengan saat pertama kali mahasiswa mendaftar kuliah jenjang D3. Padahal dengan adanya perubahan Prodi dari D3 ke D4 ini, mahasiswa harus menempuh masa perkuliahan selama 8 semester. Sehingga para mahasiswa penerima beasiswa mulai mem pertanyakan kelanjutan dari bea siswa mereka. Salah satu ma

D3 KE D4, MAHASISWA PERTANYAKAN BIAYA KULIAH DAN KELANJUTAN BEASISWA

Berita II

Menanggapi berbagai per tanyaan mahasiswa KJMU, Ketua Forum KJMU UNJ 2022, Siti Ro Penulis : Syifa Nabila Editor : Hastomo Dwi Putra

Dwi Cahyo Wicaksono selaku Kepala Divisi Koordinasi Integrasi Fakultas FBM UNJ diberitahu oleh staf Wakil Rektor III bahwa untuk angkatan 2019, beasiswa bidikmisi tidak akan diperpanjang dan hanya sampai semester 116. Sementara untuk angkatan 2020-2021, beasis wa KIP-K akan diperpanjang dengan menambah 2 semester tambahan agar sesuai dengan masa kuliah D4. Kendati sudah diberi tahu oleh staf Wakil Rektor III, pihak FBM masih menunggu surat resmi dari universitas yang menyatakan kejelasan perubahan D3 ke D4. “Kami juga perlu validasi untuk dapat membagikan informasi mengenai perubahan D3 ke D4,” terang Dwi.

hasiswa Prodi D4 Administrasi Perkantoran Digital 2021 sekaligus sebagai penerima KJMU, Maulhi ka Putri, berharap agar beasiswa KJMU bisa menutupi biaya kuli ah hingga akhir studi 8 semester. “Jika memang tidak bisa (menutupi), semoga kampus bisa mem berikan keringanan berupa pembe basan UKT,” jelasnya. Sama halnya dengan Maulhika, salah satu mahasiswa Prodi D4 Teknik Rekayasa Manufaktur 2020 yang juga penerima KJMU, Rimba Afriyansyah sangat menyayangkan adanya informasi dari Grup KJMU FT 2020/2021 bahwa beasiswa KJMU tidak bisa diperpanjang. Bahkan mahasiswa diminta untuk mengisi surat pernyataan pengunduran diri sebagai penerima KJMU ke sekolah asal masing-masing. bi’ah Adawiah mengatakan bahwa pihaknya pun masih menunggu info dari dinas dan biro hukum KJMU. Dian Yusuf pun demikian. Meskipun ia setuju dengan adanya perbaikan ini, ia juga mempertanyakan kelanjutan beasiswanya. Sebagai mahasiswa penerima KIP-K, ia sudah pernah menanyakan peri hal keberlanjutan beasiswanya ke pada Koorprodi Bapak Asep Sugiarto M.Si..“Kalau jawaban dari Pak Koorprodi beasiswa akan diusaha kan (diperpanjang) sampai lulus,” Meskipun demikian, sampai saat ini keterangan yang tertera pada situs resmi KIP-K terkait jenjang perkuliahan yang tengah dijalanin ya masih D3. Ia sangat berharap apabila beasiswa yang dimilikinya dapat diperpanjang, sesuai dengan yang dikatakan Koorprodi.

Kondisi-kondisi tersebut mendorong Jeong Moon Jeong untuk merubah nasib di lingkungan baru, yaitu kerja di perkotaan. Bayangan nya, kota akan menjadi tempat yang aman. Bukannya menemukan nasib baik, Jeong kembali menemu kan lingkungan yang bias gender dan kerap melecehkan perempuan.

Jeon Moon Jeong, seorang perempuan yang lahir di salah satu desa di Korea Selatan. Ia hidup dari keluarga yang sangat miskin. Ibu dan ayahnya bekerja sebagai pemulung. Lantaran kondisi ekonomi, perihal pendidikan anak tidak men jadi prioritas utama. Akan tetapi, bagi Joeng pendidikan merupakan suatu kebutuhan bagi setiap individu, untuk mendapatkan pengala man dan pembelajaran yang baik.

BUDAYA

Kemudian, ia kembali dilecehkan ketika masuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Bibir gurunya meng hampiri telinga Jeong seolah berbisik, tetapi malah bibir tersebut menempel tepat di daun telinga Jeong. Kenyataan pahit bahwa ke tika Joeng berbagi pengalamannya kepada sesama wanita mengenai ketakutan atau kekerasan seksual yang terjadi. Wanita lain malah mengatakan kalimat acuh tak acuh. Seperti, “Bukan kau saja yang menderita” atau “Aku tidak mengalami hal seperti itu, mung kin kau saja yang terlalu perasa.”

Diantara kasus-kasus pelecehan seksual, yang paling sulit ditangani adalah di tempat kerja. Ketimpangan relasi kuasa menyebabkan sebuah keadaan terlapor menyalahgunakan sumber daya pengetahuan, ekonomi atau status sosialnya untuk mengendalikan korban. Hal ini dapat dilihat dari data menteri ketenagakerjaan Ko rea, bahwa jumlah laporan di tem pat kerja sering kali meningkat. Nyaris berlipat ganda, dari 236 di tahun 2012 dan menjadi 556 di tahun 2016. Bahkan mungkin banyak kasus lain yang tidak dilaporkan. Ketika kementerian kesetaraan gender dan keluarga di Korea melakukan survei menge nai pelecehan seksual di tempat Resensi

BagiJeong,Koreabukannegarayangramahkepadahak-hakperempuan.Merekaterlukadankebingungan,karenatidaktahubagaimanamerekaseharusnyamengekspresikandiridalambudaya.

Peristiwa itu membuatnya trauma, bahkan membuatnya eng gan berhubungan dengan laki-laki.

“Pada kenyataannya, semakin muda usia seseorang, se makin sering ia akan mengala mi pelecehan,” -halaman 115.

SEKSUALPELECEHANDIKOREA

Jeong ketika duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Saat menginjak kelas 4 SD, ia dilecehkan oleh wali kelasnya, yang meraba payudaran ya, sambil mengatakan, “Suhu tubuh manusia selalu hangat.”

Tidak hanya itu, kondisi desa dipenuhi dengan normalisasi terhadap tindakan pelecehan seksual. Masyarakat menganggap, hal itu merupakan hal lumrah. Mis alnya, pengalaman Jeong Moon

kerja. 78,4% korban pelecehan berkata bahwa mereka tidak melakukan tindakan apa-apa. Ala san utama mereka (48,7%) ada lah mereka tidak menganggap hal itu sebagai masalah serius. Alasan kedua (48,2%) adalah mereka merasa masalah tidak akan tersel esaikan walaupun mereka melapor. Keresahan para perempuan dengan banyaknya kasus pelece han seksual yang tidak diberi sank si keras membuat mereka mencari cara untuk mencegah kejadian kekerasan seksual terulang. Sa lah satunya adalah dengan mem bentuk gerakan kesetaraan gender atau feminisme. Kehadiran feminis justru dianggap sebuah an caman oleh para kaum laki-laki.

“Pengaruh kalangan feminis sudah membuat sistem jadi bias terhadap laki-laki sehingga polisi membuktikan seorang wanita dan tetesan air mata sebagai bukti yang cukup untuk menjebloskan pria tak bersalah ke dalam penjara,” kata Son, dari berita tirto.id pada (11/01/2022) sebagai salah seorang pelaku kekerasan seksual. Bahkan, demi meneguhkan tingginya derajat lelaki di atas per empuan, warganet di Korea Selatan mulai memakai istilah-istilah untuk perempuan pada 2006. Salah satunya adalah doenjangnyeo, ditujukan untuk mereka yang suka berbelanja produk mewah dari luar negeri. Sekitar empat tahun kemudian, Ilbe, situs yang suka menyuarakan pandan gan politik kanan diluncurkan. Di situlah akun-akun anonim memopulerkan panggilan-panggilan yang meremehkan perempuan, seperti kimchi nyeo (perempuan yang ber gantung secara ekonomi kepada laki-laki) dan samilan (perempuan yang harus dipukul oleh laki-laki setidaknya sekali dalam tiga hari). Pada kenyataannya, hal-hal berbau ketidaksetaraan gender masih sering terjadi di lingkungan kampus Universitas Negeri Jakarta. Contohnya, di Fakultas Matema tika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), seperti pemberlakuan jam malam bagi wanita untuk tidak berada dalam ruang lingkup kam Penulis : Laila Nuraini Fitri Editor : Ahmad Qori pus karena dirasa berbahaya untuk para wanita. Hal tersebut justru membentuk perspektif mahasiswa bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan perlu dilindungi. Dari buku “Tak Mungkin Membuat Orang Lain Senang”, Jeong Moon Jeong memberikan gambaran realitas kehidupan. Bah wa setiap perempuan berhak me nentukan nasibnya sendiri. Mel alui pengemasan cerita dengan gaya bahasa yang tidak terlalu berat, Jeong Moon Jeong mampu membawa pembaca memahami cara-cara untuk tidak perlu lagi memikirkan perasaan orang lain, ketika diri sendiri direndahkan. Sisi lain yang membuat buku ini kurang menarik adalah hanya mengisahkan kisah Jeong dengan beberapa kalimat Korea yang tidak diberikan pengertian akan maknanya, sehingga seseorang yang awam, mungkin akan kesulitan memaknai bahasa-ba hasa Korea di dalam buku ini.

independen dengan materiil untuk memunculkan informasi. Sehingga, informasi bersifat materiil sekali gus imateriil. Peretasan bergantung pada alam yang diretas, tetapi untuk menemukannya membutuhkan materiel tertentu”. (Hlm. 18) Kutipan barusan, secara sederhana menunjukkan bahwa informasi dapat diretas kapanpun dan dimanapun. Sebab, ek sistensinya memang ada. Namun, sebelum itu, dibutuhkan suatu alat untuk menghasilkan apa yang disebut dengan informasi. Setelah itu, hasil barusan diberi nilai oleh kelas vektoral, guna dijadikan ko moditas. Karena itu, hubungan keduanya seolah sedekat nadi. Tapi, tidak semua hasil pere tasan dijadikan komoditas oleh kelas vektoral. Mereka membuat suatu nilai standar untuk informasi. Serta, memainkan monop oli kekayaan intelektual, paten dan hak cipta untuk melancarkan proses reproduksi nilai . Ketiga hal ini, turut menciptakaan suatu fenomena kelangkaan informasi. Menariknya, teori ekonomi menganggap sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia dap at bernilai mulai dari 0 (nol), yang berarti tidak berharga hingga langka. Dari situ, kita dipaksa membayar atau melakukan pengorbanan, guna pemenuhan kebutuhan hidup.

“Informasi muncul secara

Analisis Wark semakin terang, ketika menjelaskan secara rinci bagaimana komodifikasi informasi masuk ke dalam institusi pendidikan. Disini, ia Resensi

Globalisasi telah menghilan gkan batasan ruang dan waktu. Semisal hari ini, perputaran informasi dari seluruh dunia, bukan lagi sebuah kemustahilan. Hal barusan, membuat seseorang yang hanya bermodal rebahan, serta gadget dengan sambungan internet di tan gannya. Bisa memperoleh kabar suatu peristiwa dari daerah liyan. Namun, jika ditelisik lebih lanjut. Modal untuk mengakses informasi, sebenarnya bukan ha nya perangkat keras dan jaringan internet saja. Tetapi, turut adanya sejumlah biaya untuk dibayarkan, guna mendapat izin mengonsum sinya. Lantas siapa sebenarnya yang memiliki informasi dan mengontrol roda pendistribusiannya? Hal di atas, akhirnya coba dibedah oleh Mc Kenzie Wark dalam bukunya yang berjudul A Hacker Manifesto atau Manifes to Peretas. Wark, mencoba menyusun bagaimana berjalannya mekanisme produksi informasi. Buku ini, mengartikan informasi sebagai sebuah abstraksi dalam bentuk realitas virtual (dunia maya), melalui peretasan, lalu diidentifikasi, diproduksi, dan disebarkan. Subjek yang mengabstraksi peretasan virtual disebut sebagai kelas peretas. Tetapi, informasi tidak dapat dihasilkan dan disebarkan dalam bentuk imaterril oleh kelas peretas. Sebab utamanya, mereka harus berurusan dengan kelas vektoral atau pemilik properti seperti tele visi, radio, dan koran. Guna, melakukan kerja-kerja pengekstraksian dan pendistribusian informasi tadi.

Bagaimana Nilai Suatu Informasi Diproduksi? Judul Buku: A Hacker Manifesto Penulis: Mc Kenzie Wark Penerbit: Harvard University Press Tahun Terbit: 2004 ISBN: 9780674015432

Oleh karena itu, Wark memberikan sebuah tawaran, guna dilakukan di tengah dikotomi kelas tersebut. Pertama, mengembalikan semangat awal kemunculan informasi dan pendistribusiannya yang gratis. Kedua, kelas peretas jangan sampai hadir sebagai pelanggeng komodifikasi informasi. Namun, mereka seharusnya menjadi pemantik utama perjuangan dengan mem bangun lingkaran media alternatif. Terakhir, penting untuk diketahui bahwa buku ini bukan tanpa kritik. Khususnya, penggunaan bahasa akademisi oleh Wark, se hingga menjadikannya sulit di mengerti. Walau begitu, A Hacker Manifesto dapat menjadi pisau analisis tajam, terhadap komod ifikasi informasi dan pertentan gan antara kelas peretas dan kelas yang mendistribusikan informasi.

Mekanisme produksi informasi seperti di atas, akhirnya menjadi pemantik pemberontakan un tuk menuntut pembebasan atasnya. Konsep perlawan yang ditawarkan oleh Wark disebutnya sebagai politik ekspresif, guna melawan monopoli pasar dan birokratis ne Penulis : Siti Nuraini Editor : Abdullah Mukhtar gara. Sehingga nantinya, informasi tidak lagi eksis menjadi properti dengan bentuk kepemilikan priba di namun, bisa dimiliki siapapun.

menggunakan istilah pengetahuan untuk menyebut informasi. Baginya, Kelas vektoral menjadi pendor ong utama kekuasaan kapitalis di lembaga-lembaga itu dengan menjamin ketersediaan pengetahuan. Terbukti dengan anggapan kebanyakan masyarakat, bahwa institusi pendidikan memberikan pengetahuan yang bernilai. Sebab, ijazahnya dapat menjadi modal untuk melamar pekerjaan. Pada hal, standar pengetahuan atau intelektualitas sendiri, sebenarnya diciptakan oleh kelas-kelas pen guasa. Ditambah, beberapa pro duk-produk lain bikinan kelas vektoral, berbentuk platform digital sebagai pendukung pembelajaran bagi siswa ataupun mahasiswa. Semisal Scribd, sebuah plat form yang mendukung pembelajaran dengan misi utamanya untuk mengubah cara dunia membaca. Perusahaan ini, menyediakan berb agai bahan bacaan baik dalam format cetak maupun audio. Tentu saja dengan beragam harga bagi kreator dan konsumen. Jadinya, ketika ingin membaca sesuatu secara keseluruhan, kita disarankan untuk membuat akun langganan berbayar, seharga Rp. 70.000/bu lan. Hal tersebut, akhirnya mengakibatkan banyak anak muda tanpa uang di kantongnya, tidak dapat mengakses informasi di Scribd. Selanjutnya, bagi kontributor bahan bacaan dalam Scribd. Mereka diberi sebuah ilusi, seo lah-olah bayarannya seperti men jual buku di toko penjualan buku elektronik. Sayangnya, platform ini, memiliki lebih banyak pers yaratan royalti bagi mereka. Sebab utamanya, Scribd telah menandatangani perjanjian distribusi dengan masing-masing mitranya. Contoh di atas membuk tikan bahwa pemilik Scribd, berperan sebagai kelas vektoral dengan kepemilikan properti, guna mendistribusikan informasi. Sementara para kontrib utor berperan sebagai kelas peretas yang memproduksi informasi. Kemudian, Scribd juga secara tegas menyebut perannya sebagai

pelindung Hak Kekayaan Intelektual (HAKI). Serta, menganggap serius segala jenis masalah pel anggaran terhadapnya. Inilah yang membuat informasi menjadi berharga, karena diberikan abstraksi nilai berupa kebermaknaan informasi. Misal lainnya, dapat dilihat dari kebijakan Jurnal Internasional Bereputasi (JIB) agar ter-indeks Scopus. Lewat kebijakan barusan, platform ini diberikan abstraksi nilai, guna menciptakan persepsi bahwa penelitian ter-indeks Scopus sangat hebat. Akibatnya, para kontributor tertarik untuk memba yar dan mengirimkan jurnalnya ke JIB. Khususnya, para akademisi yang mengejar gelar profesor. Pa dahal, secara tidak langsung ke untungan mereka telah diambil.

Bukan Aku yang Terakhir Berdiri

“Kalau direpresi, kita semua bergerak. Betul, kan?” semua memang akhirnya setuju dengan pendapatku. Namun ternyata, malam itu, semalam suntuk, semua kerja sudah dibuat dan siap dibagi besok hari, seperti biasa. Ketika pembagian selesai, yang aku lihat di ponselku adalah keramaian pada bar notifika si. Grup Angkatan, program studi Astronomi. Mereka ramai membicarakan yang bahkan sebenarnya aku ingin memilih tidak peduli. Tapi ketika namaku disebut, aku segera mencari tahu untuk apa aku disebut? Malam memang tak pernah diam. Aku masih menyelesaikan peker jaan lainnya. Satu hal yang baru aku sadari: aku dan teman-temanku sedang direpresi secara verbal. Aku menyimpan semua ini sendirian. Aku tidak peduli, masih ada pek erjaan lainnya yang harus dikerjakan, masalah ini, aku akan diam. Sampai akhirnya, ada yang menyadari tentang hal ini. Iya, dia pacarku, perempuan yang setiap pagi bahkan mengantarkan sarapan ke gedung ini. Dia men yadari perubahan sikap yang aku Sastra

Semua orang punya perspektif soal jiwa manusia. Sigmund Freud dengan id, ego, dan superego lalu Jung dengan Jungian Archetypes miliknya persona, ego, shadow dan animus. Intinya, aku tidak menulis untuk mereka, tapi untuk diri sendi ri. Soal diri, di usia 27 tahun, usia matang untuk menikah katanya, aku tidak memilihnya. Kata orang, kalau punya tingkat kesehatan men tal lemah, maka jangan jadi jurnalis. Sulit dibayangkan ketika aku sendiri duduk di balkon dengan secangkir kopi arabika temanggu ng yang diseduh pemimpin redak si yang bahkan usianya lima tahun di bawahku dan masih berkuliah semester akhir. Banyak yang aku pikirkan akhir-akhir ini: perspek tif orang lain yang pernah membebaniku selama perkuliahan. Aku tidak bisa mengerti semua orang. “Mas Ion, jangan ngelembur ya, aku nggak kuat bayar lemburan, kantor kita kecil, segeralah pulang,” itu dia, Aya, mahasiswa tingkat akhir yang hobi menceramahiku. “Willdo, Aya. Santai, aku akan pulang sebelum Pak Romi mengunci pintu!” sekarang aku sendiri lagi. Perusahaan penerbitan yang bahkan tak sebesar National Geographic ini memang menyenangkan ketika sore. Semuanya bisa menentukan pilihan, mau pulang, melamun, atau main sampai menginap. Kalau dunia bisa diputar balik, mungkin ketika aku tahu bekerja di perusahaan penerbitan dan meliput bencana alam yang ada di dalamn ya, aku tidak akan pindah kampus di semester tiga, menghadapi semua kekacauan di jurusanku bersama teman-teman di Pers Mahasiswa. Mari mengulang cerita, di mana sore itu aku meminum segelas kopi americano. Kata orang, belum pers mahasiswa kalau belum merokok ataupun minum kopi. Itu Oleh : Namira Pratiwi memang membantu fokusku saat menulis. Tahap reportase sudah lewat, memang saat yang tepat un tuk menuangkan keterangan yang didapat, ya meskipun berakhir dengan kontra kepada pejabat kampus dan berpihak pada mahasiswa. Tapi satu hari ini, rasanya ponselku leb ih ramai dari biasanya. Semua rubrik sudah ditata sesuai tempatnya. Tahap selanjutnya memang pence takan dan dibagikan kepada maha siswa. Tapi kali ini, teman-temanku menemukan tindak penindasan.

“Bagaimana kalo mereka menyangkal kita berat sebelah? Lawan main kita punya kuasa di kam pus, kenapa kita nggak cari aman? Untuk menurut kata mereka,” ya, sekali lagi ini temanku yang protes.

“Sesuai fakta aja. Jangan ditambahkan, jangan dikuran gi. Kita menulis atas dasar kebenaran yang kita dapat,” memang saat itu aku seorang yang memi liki keperluan penting, tapi tak sepenting seorang redaktur.

“Maaf pak, mungkin bapak kecewa dengan saya, tapi itu keputusan saya. Saya ingin men gundurkan diri dari kampus ini.”

“Oke. Gue udah sita HP si Ori sih, bahaya juga. Gue pamit ke psikiater bawa Ori ya,” Kirana, perempuan kaya raya yang masih ingin bersamaku, sejak SMA.

Dibawanya aku ke psikiater, seperti biasa. Tapi kali ini aku malu, semua orang di redaksi mendengar itu. Jujur saja, aku memang bingung akan seperti apa jadinya masalah ini. Gadis itu masih membonceng di belakangku dan aku memikirkan kemungkinan yang terjadi. Hujan hujatan yang makin lebat setelah keluar dari grup, semua sangat pintar menekan, secara serempak. “Ori, sorry gue lancang buka HP lo. Gue mau mengumpulkan bukti-bukti yang ada, Biar selanjutnya, orang-orang yang terlibat ada rasa jera.”

“Orion. Kamu itu salah satu anak kebanggaan bapak, berapa IPK-mu? 3.89? Sudah menang PKM, lalu kamu pamit undur diri? Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi? Bagaimana UKMmu?” Pak Hari, sekali lagi menco ba membujukku untuk bertahan.

tampilkan, meskipun dia berada di pihak yang menyerangku, pagi itu dia mengajakku bicara. Aku benci mengatakannya, tapi akh irnya gadis itu yang mengajakku duduk di tangga, bahkan untuk makan saja, rasanya tidak selera. “Orion, pakai ponselku, aku akan bicara ke dalam,” tapi akhirnya, aku hanya bisa menahan tangannya. “Tidak perlu. Masalah itu, biar aku yang menangani.” Aku memang masih bersikeras untuk membiarkan apa yang terjadi dengan angkatanku yang merepresi. Tapi pacarku juga sama kerasnya ketika memiliki keinginan untuk menuntut teman-temanku yang melakukan tindakan represi, padahal tugasku mencari fakta dan memastikan hal terse but benar, bahkan aku juga terlalu lelah soal tuntut menuntut. Pacarku akhirnya membicarakan ini kepada kuasa hukum keluarg anya mungkin dengan pertimbangan organisasi yang menaungiku. “Iya bang. Baiknya gimana ya? Gue mungkin bukan anak pers mahasiswa ya, gue ex-Hima. Tapi kalo udah kaya gini, bisa nggak sih dimajuin ke meja hijau? Soal nya kan kalian direpresi lewat si Orion. Gue siap ngasih pengacara kalo kasus ini berlanjut,” aku tetap mengerjakan apa yang harus aku kerjakan, sementara perempuan itu terus memberi pertimbangan. “Ini kan masih lingkup kampus ya. Bagi gue ya mung kin perselisihan kaya gini bisa diselesaikan di kemahasiswaan. Kalo nggak selesai juga, ya Orion nggak bisa disidang di meja hi jau, tapi siapin aja kuasa hukum, kita bikin rencana jaga-jaga.”

Sampai di psikiater, seperti biasa, Ibu Bella memintaku bercer ita lebih jelas, tapi nyatanya, sepan jang cerita aku menahan semua air mata yang seharusnya keluar. Memang, jika harus menuntut teman sendiri, rasanya tidak tega. Aku memang punya pilihan lain: kuliah di Perth. Aku memang tidak pernah mencapai negeri koala itu. “Saran saya, kalau seandain ya kamu mau pindah kuliah ke Perth, apakah kamu akan sanggup ketika berhadapan antara redaksi dan teman perkuliahan lagi? Saya masih banyak berharap untuk penyelesaian masalah kamu melalui perantara orang lain. Saya psikiater kamu, mungkin saya bisa ber saksi bagaimana kosongnya kamu setelah peristiwa itu,” Ibu Bella kembali memberikan nasihat, selagi meresepkan obat; sertraline 75mg. Orion Maheswara Setiadi, dengan rekam medis buruk, kadang aku juga pesimis untuk kuliah di Perth. Tapi setelah ini, aku akan mi num obat terlebih dahulu, kemudi an aku akan berpikir. Efek serotonin obat saat dikonsumsi memang nyata. Aku memang tidak terlalu kepikiran soal represi oleh angkatanku. Tapi tetap, aku ingin pergi ke Perth, aku langsung menghubungi Pembimbing Akademik untuk bertanya cara mengundurkan diri. Toh aku juga masih semester empat, nyaris lima.

ia digital marketing. Lalu bagaimana teman-temanku di redaksi? Mereka masih vokal soal kebenaran yang ada di lapangan, meskipun adanya represi. Hah, tapi setidaknya mereka masih berdiri dan bukan aku yang terakhir berdiri. Kalau kau tanya soal teman-temanku di jurusan, aku memilih untuk tidak menjawab, karena aku memang tidak peduli lagi, mau jadi saintis atau apa, itu hidup mereka, aku tidak mau ikut campur.

“Tidak pak. Saya sudah yakin. Saya ingin mengundurkan diri. Saya mau memulai hidup yang baru. Masalah UKM, mere ka tetap teman-teman saya,” sekali lagi, air mataku jatuh. Akhirnya, memang Pak Hari mengiyakan sembari memberi pe san kepadaku untuk hidup dengan baik, bahkan untuk lebih baik daripada saat masih di universitas ini. Katanya, memulai hidup baru lebih baik di tempat di mana semua orang tidak mengenalmu, dan itu Perth. Pacarku menenangkanku saat itu, lalu kita kembali ke ruang redak si, dimana semua dinamika dimu lai, dan tempat yang membuatku hidup dan paham bagaimana kebebasan itu, danbalidisetelahdirtakitusebenarnya,meskipunsemuautopis.Memangdisangka,takbegitudekat,enamtahunPerth,akukemkeIndonesiakembalididun

Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.