6 minute read

Berita IV

Next Article
Berita II

Berita II

Masih Banyak Keluhan Tentang PJJ

Perkuliahan Jarak Jauh (PJJ) telah berjalan hampir satu setengah tahun. Karena itu, kami dari tim LPM Didaktika melakukan jajak pendapat kepada 46 mahasiswa mengenai pengalaman mereka selama mengikuti perkuliahan secara daring.

Advertisement

Tabel 1 BERITA IV

Sejak 2020 lalu, pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Dalam surat tersebut, pemerintah menyebut bahwa pembelajaran diwajibkan secara daring/online. Oleh karena itu, Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Komarudin, mengeluarkan Surat Edaran Rektor No. 7/UNJ39/SE/2020 tentang Upaya Peningkatan Kewaspadaan dan Pencegahan terhadap Covid-19 di Lingkungan UNJ dan Labschool yang dikeluarkan per tanggal 14 Maret 2020. Akhirnya, pembelajaran daring/online itu sendiri telah dilaksakan selama tiga semester dari semester 112 hingga 114. Sehubungan dengan ini, kami dari tim LPM Didaktika melakukan jajak pendapat kepada 46 mahasiswa soal pengalaman mereka selama mengikuti perkuliahan secara daring. Sekitar 81% dari mereka memasuki perkuliahan pada 2020, dan sisanya pada 2019. Pada tabel 1, menunjukkan: 15 orang dari Fakultas Ekonomi, 8 orang dari Fakultas Bahasa dan Seni, 13 orang dari

Fakultas Teknik, 7 orang dari Fakultas Ilmu Sosial, dan 3 orang dari Fakultas Pendidikan Psikologi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terbagi menjadi tiga tema besar, yaitu: Fasilitas dan Perangkat Elektronik, Kegiatan Belajar Mengajar saat PJJ, dan paradigma pendidikan baru yang ingin dibangun UNJ. memiliki perangkat yang memadai. Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2, 58% responden mengaku mengalami kendala pada perangkat mereka selama PJJ. Selain itu, sebanyak 54% memiliki masalah pada jaringan internet, seperti yang terlihat pada tabel 3. Berkaitan dengan hal tersebut,

Perangkat seperti Smartphone/Laptop tidak mengalami kendala selama PJJ

Tabel 2

Tabel 3

Fasilitas dan Perangkat Elektronik

Sehubung dengan fasilitas kampus yang tidak digunakan, mahasiswa diharuskan memakai laptop, komputer, ataupun smartphone pribadi sebagai perangkat utama pelaksanaan PJJ. Namun, tidak semua responden Mia Ivana, mahasiswi Tata Busana angkatan 2020 mengeluhkan bahwa UNJ masih minim dalam menyediakan fasilitas belajar. Walaupun bukan berupa gedung, kelas, dan fasilitas kampus, setidaknya mahasiswa diberikan kuota gratis sebagai kompensasi dari beberapa

Tabel 4

fasilitas kampus yang tak digunakan. Selanjutnya, sarana yang digunakan pun beragam, mulai dari; Google Classroom, Zoom Meeting, Youtube, WhatsApp, Google Meet, Microsoft Teams, dan Learning Management System (LMS) milik UNJ. Sekitar 40 orang mengaku menggunakan Zoom Meeting sebagai sarana yang sering digunakan dan 16 lainnya menggunakan sarana Youtube dalam pembelajaran online. Dari data yang ada, Zoom Meeting ternyata lebih diminati oleh dosen sebagai media Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Walaupun begitu, pihak kampus masih belum menyadiakan Zoom Meeting Premium. Menurut Annisa Larasati, mahasiswi Pendidikan Tata Boga 2020. Pihak kampus perlu menyiapkan Zoom Unlimited agar mahasiswa tidak kerepotan menyediakan Zoom Meeting dan KBM dapat berjalan lancar.

Kegiatan Belajar Mengajar saat Pandemi

Smartphone alam tabel 5 menyebutkan beberapa persoalan yang menyangkut kegiatan pembelajaran selama PJJ. Perihal materi yang diberikan, 52% responden setuju bahwa dosen sudah bisa menyampaikan materinya dengan baik. Walaupun, 37% tidak mengakui demikian dan 2% kurang setuju. Selain itu, kebanyakan responden setuju bila tugas-tugas yang diberikan tidak memberatkan mereka. 58% responden mengakuinya dan sisanya merasa keberatan. Menanggapi hal itu, Ferdy Fernando, mahasiswa Pendidikan Ekonomi 2019 menyebutkan bahwa sebaiknya dosen tidak sekadar memberikan link Youtube, namun lebih bertanggungjawab atas materi yang ia berikan. “Beberapa tenaga pendidik hanya memberikan tugas hampir 80% dan 20% materi,” lanjut Ferdy.

Selama PJJ, 69% responden mengaku perkuliahan mereka sudah berjalan tepat waktu. Namun 30% diantaranya tidak menyetujui hal demikian. Seperti kata Rachmadona Ardilla, mahasiswa Pendidikan Ekonomi 2020. Ia mengatakan, beberapa mata kuliah tidak berjalan tepat waktu, sehingga jadwal kuliahnya berantakan. Menyoal keaktifan dan kecakapan dosen, 72% responden menyatakan bahwa dosen sudah aktif dan komunikatif dalam mengajar secara online. Walaupun begitu, 26% responden menyatakan sebaliknya. Menurut Dini Septia, mahasiswi Tata Boga 2020, sebagian dosen khususnya Mata Kuliah Umum (MKU) kurang aktif selama PJJ, sehingga ia tidak terlalu paham materi dari dosen tersebut. “Saya tidak terlalu paham materi selama pembelajarannya tapi saya juga berusaha belajar mandiri,” ujarnya. Walaupun dengan keterbatasan interaksi secara langsung, 60% responden mengaku bahwa komunikasi dan diskusi berjalan lancar selama PJJ. Lebih banyak dari responden yang mengaku sebaliknya yaitu 39%. Perihal kesehatan mata para responden selama PJJ. Sekitar 86% responden mengaku, PJJ mempengaruhi kesehatan mata mereka. Seperti yang terjadi pada, Andhika Chandra Kias Chahyadi mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2020. Ia merasakan

Tabel 5

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

saat harus berlarut-larut menatap layar komputer itu cukup melelahkan mata. Kebanyakan dari responden mengakui bahwa PPJ masih kurang efektif. Sebanyak 52% tidak setuju dan 2% sangat tidak setuju bahwa PJJ sudah efektif. "

Pihak kampus perlu menyiapkan Zoom Unlimited agar mahasiswa tidak kerepotan menyediakan Zoom Meeting dan KBM dapat berjalan lancar.

Paradigma Baru Learning Management System

LMS UNJ merupakan situs pembelajaran online yang dibuat oleh UNJ dan telah digunakan sejak semester 113 lalu. Situs pembelajaran ini, menganut tiga paradigma pendidikan baru, Yaitu: 1) Heutagogy (Pendekatan pembelajaran yang mendorong mahasiswa mampu mengarahkan diri sendiri dan dapat membekali soft skills yang dibutuhkan di era digital). 2) Peeragogy (pendekatan pemeblajaran yang berfokus pada upaya belajar dan mencipta bersama dengan pendekatan case-based, problem-based, dan project-based learning). 3) Cybergogy (sistem layanan pendidikan berbasis siber yang merupakan bentuk layanan di era digital), Pada tabel 6 menunjukan, 66% dari responden merasa sudah bisa mengoperasikan perangkat digital dan ini sejalah dengan paradigma Cybergogy dan 10% diantaranya sudah bisa namun masih merasa kurang untuk pembelajaran online. Namun 13% lainnya masih belum bisa. Sementara itu, sebanyak 60% responden setuju bahwa LMS mampu membuat mahasiswa mandiri dalam belajar. Namun, 23% responden lain berkata berbeda, mereka meras LMS masih belum bisa mendorong mereka belajar mandiri.

Apakah anda setuju bahwa LMS UNJ telah menerapkan Cybergogy dengan optimal?

Tabel 6

Apakah anda setuju bahwa LMS UNJ telah menerapkan Heutagogy dengan optimal?

Apakah anda setuju bahwa LMS UNJ telah menerapkan Peeragogy dengan optimal?

Tabel 7

Tabel 8

Menanggapi hal tersebut, Fayza Eka Fardani mahasiswi Pendidikan Ekonomi 2020 mengaku bahwa LMS UNJ masih lelet untuk diakses. Kesulitan juga dialami oleh Ridwan Guci, mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial 2020. Ia menyarankan, “Server LMS mohon diperluas lagi agar tidak gampang down,” ujarnya. Terkait unsur peeragogy, yang salah satu indikatornya adalah kerja sama. Sebagian besar responden (72%) setuju bahwa LMS UNJ sudah optimal mengarahkan mahasiswa berkerjasama dalam mengerjakan tugas. Tidak seluruh responden berpendapat sama, 28% lainnya menganggap bahwa LMS UNJ masih belum optimal dalam penerapan peeragogy ini. Keseluruhan jawaban respon-

HALUAN MAHASISWA EDISI KETIGA

den menyimpulkan bahwa LMS UNJ lumayan berhasil dalam mengamalkan “paradigmanya”. Walaupun beberapa kendala seperti server yang rentan down dan terkadang masih lamban dapat mengurangi keutuhan pengalaman belajar. Sehubungan dengan jajak pendapat Didaktika mengenai PJJ, Yudrik Jahja, Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) setuju bahwa PJJ memang masih belum efektif. Menurutnya, hal ini disebabkan karena belum terjalinnya interaksi timbal balik antara mahasiswa dan dosen. “Mahasiswa kurang antusias seperti berbicara sendiri tanpa ada teman untuk berdiskusi langsung. Kuliah tatap maya menjadikan kita bosan, jenuh, dan stres,” ujarnya. Masih berhubungan dengan efektivitas PJJ, Yudrik perpendapat bahwa memberikan tugas yang bersifat “pemecahan masalah” dapat membangun kreativitas mahasiswa. Contohnya, seperti tugas yang ia berikan, “Misal membuat esai tentang pembangunan sekolah sesuai ide dan kreativitas mahasiswa tanpa memikirkan luas lahan, besarnya biaya operasional, dan lain sebagainya. Jadi mahasiswa dapat melatih kreativitasnya,” ucapnya. Berkenaan dengan LMS, Yudrik berpendapat bahwa aplikasi ini justru membuat dosen malas mencari materi yang akhirnya membuat KBM menjadi pasif. Pasalnya, dosen hanya mencopy saja materi yang sudah ada tanpa mengetahui tujuan dan maksud dari pembuatan materi itu. ‘’Saya khawatir pada akhirnya dosen dan mahasiswa berkurang atau malah hilang daya juang, kreatifitas, kebebasan berinovasi, dan menjadi kuper (kurang pergaulan),’’ pungkasnya.

"Yudrik Jahja, Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) setuju bahwa PJJ memang masih belum efektif. Menurutnya, hal ini disebabkan karena belum terjalinnya interaksi timbal balik antara mahasiswa dan dosen."

Penulis: Asbabur Riyasy Editor: Ihsan Dwirahman

This article is from: