Penyusunan Draft Standar Operasional Prosedur Telekonseling Apoteker Di Depo Farmasi Rawat Jalan

LAPORAN AKTUALISASI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 4

PENYUSUNAN DRAFT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TELEKONSELING APOTEKER DI DEPO FARMASI RAWAT JALAN RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2021

DISUSUN OLEH apt. DIDI PERMANA, M.Farm NIP. 198712242020121002

BAPELKES CIKARANG KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2021

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam kita panjatkan pada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Berkat limpahan rahmat dan berkah-Nya, penyusun mampu menyelesaikan laporan Aktualisasi “ PENYUSUNAN DRAFT STANDAR

OPERASIONAL PROSEDUR TELEKONSELING APOTEKER DI DEPO FARMASI RAWAT JALAN RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2021” dalam rangka memenuhi tugas pada pelatihan dasar CPNS Golongan III Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada: 1. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan baik moril maupun material kepada penulis setiap saat sehingga penulis memiliki kekuatan dalam menyelesaikan semua kewajiban penulis pada masa latsar.

2. Plt Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yakni dr. Irayanti Sp.M(K), MARS. yang telah memberikan dukungan kepada penulis untuk dapat mengikuti kegiatan pelatihan dasar CPNS Golongan III ini dengan sebaik-baiknya.

3. dr. Titiek Resmisari, MARS. selaku coach yang senantiasa dengan sabar, cermat, teliti dan sepenuh hati membimbing penulis dalam menyusun rancangan aktualisasi ini.

4. apt. Cherry Rahayu S.Si, MKM. sebagai kepala IFRS dan mentor penulis yang telah banyak membantu dalam memberikan saran dan masukan mengenai perkiraan rencana kegiatan dalam pelaksanaan rancangan aktualisasi di instansi.

5. Koordinator Pelatihan Manajemen dan Teknis Non Kesehatan Pelatihan Dasar CPNS Golongan III, Balai Pelatihan Kesehatan Cikarang Ibu Verawati Lenny, SKM, MKM. 6. apt. Pratiwi, M.Farm selaku Kepala Sub Pelayanan IFRS Hasan Sadikin yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas latsar.

7. Bapak/Ibu Widyaiswara serta seluruh panitia yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas kebaikan Bapak/Ibu semua.

8. Seluruh rekan rekan Apoteker di Depo Farmasi rawat inap pusat yang telah memberikan dukungan kepada penulis menyelesaikan tugas 9. Seluruh peserta latsar CPNS kemenkes golongan 3

10. Seluruh peserta latsar CPNS Kemenkes Golongan 3 Angkatan 4 Kelompok C yang sudah memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan rancangan kegiatan aktualisasi ini jauh dari kata sempurna, tapi semoga lewat karya sederhana ini, bisa memberikan manfaat yang luas bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Cikarang, 1 November 2021 Penulis

Didi Permana

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii DAFTAR ISI .............................................................................................................. v BAB I ........................................................................................................................ 7 PENDAHULUAN....................................................................................................... 7 1.1.

Latar Belakang ........................................................................................... 7

1.2.

Tujuan Aktualisasi....................................................................................... 7

1.1.

Manfaat Aktualisasi..................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................... 1 GAMBARAN UMUM ORGANISASI .......................................................................... 1 2.1.

Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung .................................................... 1

2.2.

Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) ............................................... 4

2.3.

Profil Peserta Latsar ................................................................................... 9

2.4.

Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara ............................................................. 10

2.5.

Peran dan Kedudukan PNS dalam NKRI .................................................. 15

2.6.

Konseling .................................................................................................. 16

BAB III ...................................................................................................................... 1 RANCANGAN AKTUALISASI ................................................................................... 1 3.1 Identifikasi Isu ................................................................................................. 1 3.2 Teknik penapisan Isu....................................................................................... 5 3.3. Deskripsi Core Isu .......................................................................................... 7 3.4 Analisis Penyebab .......................................................................................... 9 3.5 Analisis Dampak............................................................................................ 10 3.6 Gagasan Penyelesaian Isu ............................................................................ 10 Matriks Rancangan Aktualisasi Peserta Pelatihan Dasar CPNS tahun 2021 .......... 11 Tabel Jadwal Pelaksanaan Rencana Aktualisasi .................................................... 22 BAB IV .................................................................................................................... 24 AKTUALISASI......................................................................................................... 24 4.1 Pelaksanaan Aktualisasi................................................................................ 24 4.2 Deskripsi Pelaksanaan Aktualisasi ................................................................ 25 4.3 Rencana Tindak Lanjut.................................................................................. 55 BAB V ..................................................................................................................... 56

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 56 A.

Kesimpulan .................................................................................................. 56

B.

Saran ........................................................................................................... 56

REFERENSI ........................................................................................................... 57 LAMPIRAN ............................................................................................................. 59

vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan bagian dari Aparatur Sipil Negera (ASN) yang memiliki peranan penting untuk pembangunan nasional dan berperan vital terhadap pemerintahan. Menurut Undang-Undang Aparatur Sipil Negara No.5 Tahun 2014, ASN berfungsi sebagai Pelaksana Kebijakan Publik, ASN sebagai Pelayan Publik, dan ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa. Untuk mewujudkan ketiga fungsi ASN tersebut maka sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib mengikuti Pelatihan Dasar (Latsar).

Berdasarkan Peraturan Kepala LAN-RI Nomor 38 Tahun 2014 serta Peraturan Pemerintah (PP) No. 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS mengamanatkan CPNS Latsar. Peserta latsar diharapkan mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara melaksanakan aktualisasi pada tempat tugas serta dapat merasakan manfaatnya secara langsung. Nilai-nilai dasar tersebut diantaranya adalah Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi atau sering disebut ANEKA. Setiap ASN yang mengikuti Latsar diwajibkan mengaktualisasikan nilai-nilai dasar ASN sebagai tolak ukur peserta untuk diangkat menjadi PNS. Oleh karena itu, peserta latsar menyusun rancangan aktualisasi yang berisi nilai-nilai dasar ASN yang selanjutnya akan diaktualisasikan pada tempat kerja masing-masing.

Latsar CPNS diharapkan dapat mewujudkan ASN yang memiliki integritas, professional, melayani dan sejahtera. Kemudian, pengelolaan dan pengembangan SDM diharapkan untuk memacu potensi yang ada. Sehingga, pada akhirnya dapat menjadi aset dan modal dalam sistim pemerintahan.

1.2. Tujuan Aktualisasi Tujuan dari kegiatan aktualisasi adalah sebagai berikut: 1. Melakukan internalisasi dan aktualisasi nilai-nilai dasar ASN yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) sebagai Aparatur Sipil Negara di instansi tempat bekerja agar mampu melaksanakan

tugas sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apartur Sipil Negara 2. Membentuk ASN yang professional dan berkarakter.

1.1. Manfaat Aktualisasi Manfaat dari aktualisasi nilai-nilai dasar Pegawai Negeri Sipil adalah sebagai berikut: 1.3.1 Bagi PNS Bagi peserta Latsar, dapat mengimplementasikan nilai-nilai dasar ASN dalam setiap kegiatannya sehingga terbentuk ASN yang profesional dan berkarakter 1.3.2 Bagi Instansi Kerja ASN yang professional diharapkan dapat selalu meningkatkan kinerja sehingga berkontribusi untuk mewujudkan pelayanan prima pada instans

2

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI 2.1. Profil RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung (RSHS) adalah rumah sakit vertikal yang berada dalam naungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

RSHS beralamat Jalan Pasteur no. 38 kelurahan Pasteur RT 2 RW 8 Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Provinsi Jawa Barat.

Pada tahun 1920, rumah sakit ini dibangun dengan kapasitas 300 tempat tidur oleh pemerintah Belanda dan selesai tahun 1923. Pada tanggal 15 Oktober 1923 diresmikan dan diberi nama Met Algemeene Bandoengsche Ziekenhui. Lima tahun kemudian, tepatnya tanggal 30 April 1927, namanya berubah menjadi Gemeente Ziekenhuis Juliana. Tenaga dokter pada waktu itu hanya ada 6 dokter berkebangsaan BeLanda dan 2 orang dokter berkebangsaan Indonesia, yaitu dr.

Tjokro Hadidjojo dan dr. Djundjunan Setiakusumah. Diantara ke enam dokter Belanda itu ada seorang ahli bedah yang tidak bekerja penuh.

Pada tahun 1942, pecah Perang Paslflk dan rumah sakit ini oleh Belanda dijadikan rumah sakit militer yang pengelolaannya diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Militer. Kemudian, masih di tahun 1942 bala tentara Jepang menduduki Pulau Jawa, fasilitas rumah sakit dijadikan rumah sakit militer Jepang dan diberi nama menjadi Rigukun byoin sampai tahun 1945.

Setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, pada tanggal 17 Agustus 1945 Bung Karno rnemproklamasikan kemerdekaan Indonesia, namun rumah sakit masih tetap dikuasai oleh Belanda sebagai rumah sakit militer dibawah pimpinan WJ. van Thiel.

Pada tahun 1948, fungsi rumah sakit diubah kembali menjadi peruntukan bagi kalangan umum.

Pada perkembangan selanjutnya, rumah sakit masuk ke dalam naungan Kotapraja Bandung dan diberi nama Rumah Sakit Rantja Badak (RSRB), sesuai dengan sebutan nama kampung lokasi berdirinya rumah sakit ini yaitu Rantja Badak.

Pimpinan masih tetap oleh W. J. van Thiel sampai tahun 1949, Setelah itu rumah sakit dipimpin oleh Dr Paryono Suriodipuro sampai tahun 1953. Pada tahun 1954, oleh Menteri Kesehatan, RSRB ditetapkan menjadi RS Propinsi dan langsung di bawah Departemen Kesehatan. Pada tahun 1956, RSRB ditetapkan menjadi Rumah

1

Sakit Umum Pusat dengan kapasitas perawatan meningkat menjadi 600 tempat tidur. Pada tanggal 8 Oktober 1967, RSRB berganti nama menjadi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin sebagai penghormatan terhadap almarhum Direktur Rumah Sakit yang meninggal dunia pada tanggal 16 Juli 1967 sewaktu masih menjabat sebagai Direktur dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (UNPAD).

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, RSHS mengembangkan berbagai fasilitas (sarana, prasarana dan alat) sesuai dengan Master Plan Pengembangan RSHS sebagai Teaching Hospital Master Plan RSHS yang mendukung fungsi RSHS sebagai RS Pendidikan, pertama kali dirancang pada tahun 1972, yang kemudian dikaji ulang dan dikembangkan menjadi Master Plan RSHS tahun 1982. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi di bidang kesehatan, dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan peningkatan cakupan, jangkauan dan mutu pelayanan rumah sakit, melalui soft loan dari OECF/JBIC (Jepang), tersusun Master Plan RSHS tahun 1995 sebagai Model RS Pendidikan di Indonesia, dengan filosofi integral pelayanan medis dan pendidikan kedokteran untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Realisasi tahap pertama dan Master Plan tersebut adalah pembangunan Gedung Gawat Darurat dan Bedah Sentral (Emergency Unit – Central Operating Theatre (EUCOT) termasuk Ruang Rawat Intensif, yang diselesaikan pada tahun 2001, dilengkapi dengan fasilitas peralatan medik yang canggih pada masanya. Dari efisiensi biaya pembangunan tersebut, telah sekailgus dapat dibangun Gedung Rawat Inap Khusus (kelas VIP), berkapasitas 75 tempat tldur, yang kemudian diberi nama Paviliun Parahyangan.

Untuk mengatasi berbagai kendala yang dihadapi RS, khususnya terkait sistem keuangan ICW, Departemen Kesehatan mengarahkan pcngelolaan RS pemerintah selaku Unit Pelaksana Teknisnya, menjadi Unit Swadana. Pada status sebagai Unit Swadana, pcriodo 1992-1993, dimungkinkan bagi pengelola rumah sakit untuk menggali berbagai potensi pendapatan disertai fleksibilitas pengelolaannya, sehingga RSHS mulai mengembangkan Kerja Sama Operasional (KSO) dalam pelayanan obat. Dengan terbitnya Undang-undang No 20 tahun 1997, pada tahun 1998 status RSHS menjadi unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), seluruh pendapatan RS harus disetorkan ke negara dalam waktu 24 jam.

Kondisi tersebut dirasakan sangat menghambat kelancaran operasional, antara lain tersendatnya penyediaan reagensia laboratorium yang diperparah dengan naiknya kurs dollar Amerika secara tajam, sehingga menyebabkan pelayanan Laboratorium

2

Patologi Klinik hampir kolaps. Salah satu jalan keluar untuk mengatasinya adalah dengan mengembangkan KSO laboratonum pada tahun 1998.

Pada periode selanjutnya, keterbatasan pemerintah dalam pembiayaan pelayanan rumah sakit yang semakin menurun, sedangkan rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanannya, pemerintah mengubah paradigmanya lebih berperan sebagai katalis dengan melepaskan bidang-bidang yang dapat dikerjakan oleh rumah sakit. Untuk itu dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor .119/2000 yang menetapkan RSHS sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan). Dengan otonomi dan flekslbilitas yang lebih luas dalam pengelalaan rumah sakit, kinerja RSHS dirasakan semakin membaik. Status Perjan rumah sakit terkendala dengan perundang-undangan yang baru, sehingga sejak tahun 2005 RSHS bersama 12 rumah sakit lainnya, berubah status menjadi unit yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).

2.1.1

Visi dan Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Visi: “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong” Misi: “Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia” Motto: “Kesehatan Anda Menjadi Prioritas Kami”

2.1.2

Janji Pelayanan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Nilai-nilai filosofis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dituangkan dalam janji layanan yaitu: PAMINGPIN PITUIN Kepemimpinan

: Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya

Profesional

: Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalan kemitraan

Inovatif

: Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang

baru

dan

senantiasa

melakukan

perbaikan

secara

berkesinambungan Tulus

: Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif

3

Unggul

: Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima

Integritas

: Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas.

2.1.3 Struktur Oganisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Struktur organisasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dapat dilihat pada Gambar 2.1

2.2. Profil Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Berdasarkan Surat Keputusan Direktur RSUP Dr. Hasan Sadikin tentang Struktur Organisasi Tata Kelola Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin, Instalasi Farmasi Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin bertugas membantu Direktur Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi Farmasi dibantu oleh empat orang Kepala SubInstalasi yaitu Sub-Instalasi Perbekalan Farmasi, Sub4

Instalasi Pelayanan Farmasi, SubInstalasi Mutu dan Pengembangan dan SubInstalasi Umum dan Operasional.

2.2.1 Tugas Pokok IFRS Instalasi farmasi RSHS berada dibawah direksi Medik dan Keperawatan.

Struktur organisasinya terdiri dari Kepala IFRS dan 4 Sub-Instalasi dengan tugas pokok antara lain: 1.

Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi.

2.

Melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif, aman, bermutu dan efisien.

3.

Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan perbekalan farmasi guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan resiko.

4.

Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien.

5.

Melaksanakan

pendidikan,

pelatihan,

dan

pengembangan

pelayanan

kefarmasian.

6.

Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit.

2.2.2 Fungsi IFRS Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : 1.

Pengelolaan perbekalan farmasi a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit. b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara efektif, efisien, dan optimal. c. Memproduksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumah sakit. d. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. e. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian.

5

f. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit. g. Melakukan penghapusan dan pemusnahan perbekalan farmasi yang sudah tidak dapat digunakan. h. Mengendalikan persediaan perbekalan farmasi. i. Melakukan pencatatan dan pelaporan pengelolaan perbekalan farmasi.

2.

Pelayanan farmasi klinik a. Mengkaji instruksi pengobatan b. Melaksanakan pelayanan resep c. Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait dengan perbekalan farmasi. d. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat. e. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain, pasien atau keluarga pasien, masyarakat, dan institusi lain. f. Memberikan konseling pada pasien dan keluarga g. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO) h. Melaksanakan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) i. Melaksanakan visite j. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) k. Melaksanakan dispensing sediaan khusus (penanganan sediaan sitotoksik, melakukan pencampuran obat suntik, menyiapkan nutrisi parenteral, dan melaksanakan pengemasan ulang sediaan yang tidak stabil).

2.2.3 Fasilitas IFRS

IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin memiliki fasilitas yang cukup memadai yang mampu menunjang pelayanan farmasi di RSUP Dr. Hasan Sadikin. Fasilitas ruangan IFRS antara lain Kantor IFRS yang terdiri dari ruang resepsionis dan tata usaha, ruang pertemuan, ruang apoteker, ruang kepala instalasi farmasi dan ruang dokumentasi. Selain kantor IFRS, fasilitas ruang lain yang dimiliki yaitu ruang pengadaaan dan perencanaan.

Berdasarkan Struktur Organisasi Tata Kelola Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki 7 depo farmasi dan 1 gudang farmasi.

Depo farmasi bertujuan untuk memudahkan dokter, perawat, dan penderita atau keluarga penderita dalam mendapatkan produk farmasi yang disebut Barang Medik Habis Pakai (BMHP), dan pelayanan farmasi.

6

Untuk menunjang sistem distribusi, IFRS ditunjang sistem informasi online serta memiliki trolley, container, coolbox untuk distribusi BMHP dengan suhu yang terkendali serta jalur Aerocom®pneumatic tube yang berfungsi untuk distribusi BMHP sesuai dengan permintaan. Fasilitas kegiatan yang terdapat di depo farmasi diantaranya: 1.

Fasilitas penyiapan obat yang terdiri dari meja racik dengan meja kegiatan lain, perlengkapan dan perbekalan farmasi untuk penyiapan obat dan fasilitas pengemasan yang menjamin mutu dan keamanan penggunaan.

2.

Fasilitas penyimpanan di tempat pelayanan terdiri dari lemari dan kotak penyimpanan obat, lemari penyimpanan cairan infus, lemari penyimpanan alat habis pakai serta lemari pendingin.

3.

Fasilitas administrasi kefarmasian di tempat pelayanan

4.

Meja untuk kegiatan administrasi

5.

Lemari penyimpanan peralatan administrasi

6.

Blanko resep

7.

Blanko salinan resep

8.

Kartu stok

9.

Buku permintaan

10. Alat tulis kantor 11. Fasilitas pemberian informasi yang mutakhir, diantaranya Buku Formularium Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung, Informasi Spesialite Obat (ISO), Monthly Index of Medical Specialitties (MIMS), Drug Information dan AHFS Drug Information Handbook.

7

2.2.4 Struktur Organisasi IFRS

apt. Didi Permana, M.Farm

8

2.3. Profil Peserta Latsar

Nama

: apt. Didi Permana, M.Farm

NIP

: 198712242020121002

Jabatan/Golongan: Apoteker Ahli Pertama/ III/b Unit Kerja

:Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Instansi

: Kementerian Kesehatan

Rancangan kegiatan aktualisasi mengacu pada Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yaitu: 1. Penyusunan laporan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi 2. Dispensing dalam mengkaji resep individual 3. Dispensing memeriksa dosis unit obat 4. Meracik obat untuk melakukan dispensing resep individual 5. Visite ke ruang rawat 6. Pelayanan Informasi Obat (PIO) 7. Konseling obat 8. Konsultasi dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehata lainnya.

9. Mendokumentasikan pemantauan penggunaan obat 10. Mengajar/melatih/membimbing

yang

berkaitan

dengan

bidang

kefarmasian/Kesehatan 11. Seminar/lokakarya atau symposium dll sebagai peserta 12. Keanggotaan dalam organisasi profesi Apoteker Tingkat Nasional/Internasional sebagai anggota aktif 13. Keanggotaan dalam organisasi profesi Apoteker Tingkat Prov/Kab/Kota sebagai anggota aktif

9

2.4. Nilai Dasar Aparatur Sipil Negara Pelatihan

Dasar

(Latsar)

CPNS

Golongan

III

bertujuan

membentuk

kemampuan ASN dalam menganalisa alternatif pemecahan terkait isu/masalah yang ditemukan serta menjadikan kebiasaan (habituasi) untuk selalu mengaktualisasikan nilai-nilai Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) serta kedudukan dan peran Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelayan publik, pelaksana kebijakan publik dan pemersatu bangsa. Dalam melaksanakan tugas ASN harus memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Penjelasan nilai dasar ASN yang meliputi: 1) Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.

Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada setiap level/unit organisasi

sebagai

suatu

kewajiban

jabatan

dalam

memberikan

pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya.

Untuk menciptakan lingkungan organisasi yang akuntabel, maka diperlukan beberapa aspek yang merupakan indikator dari nilai dasar akuntabilitas, antara lain kepemimpinan, integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah: a) Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik b) kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi; c) Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah d) keterlibatan PNS dalam politik praktis; e) Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan f)

pemerintahan dan pelayanan publik;

g) Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

10

2) Nasionalisme Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsanya. Nasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan persatuan dan kebebasan bangsa.

Nasionalisme memuat beberapa prinsip yaitu: kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi. Nasionalisme juga dapat diartikan sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan. Nilai-nilai dasar nasionalisme yang menjadi dasar dalam menjalankan tugas dan fungsi ASN termuat dalam butir butir pancasila secara jelas. i.

Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa (asas Ketuhanan).

Ketuhanan dalam kerangka Pancasila melibatkan nilai-nilai moral universal agama agama yang ada. Adanya nilai-nilai ketuhanan memberikan kebebasan masyarakat dalam memeluk dan menjalankan syariat agama sesuai yang dianutnya.

ii.

Sila Kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Pembukaan UUD 1945 alinea pertama secara jelas disebutkan bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Ini menunjukkan bahwa komitmen Indonesia tidak bisa lepas dari unsur kemanusiaan. Artinya, nilai-nilai kemanusiaan harus dijunjung tinggi oleh siapapun.

iii.

Sila Ketiga, Persatuan Indonesia.Realitas bangsa Indonesia yang tidak bisa dan tidak boleh diingkari adalah keberagaman. Indonesia beragam dalam banyak hal seperti suku, agama, ras, asal kedaerahan, kelompok kepentingan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Keberagaman adalah anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, konsep Bhineka Tungal Ika atau berbeda-beda tetap satu juga harus menjadi pegangan setiap ASN dalam bertindak atau mengambil kebijakan.

iv.

Sila Keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Sila keempat menunjukkan ciri demokrasi Indonesia.

v.

Sila Kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Peran negara dalam mewujudkan keadilan sosial setidaknya ada empat

11

kerangka. Pertama, perwujudan relasi yang adil di semua tingkat sistem kemasyarakatan. Kedua, pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan. Ketiga, proses fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber daya

3) Etika Publik Etika merupakan refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.

Kode etik dan konflik kepentingan merupakan istilah yang ada dalam sebuah organisasi terkait etika publik. Kode etik adalah rumusan eksplisit tentang kaidah-kaidah atau norma yang harus ditaati secara sukarela oleh para pegawai di dalam organisasi publik. Sedangkan yang dimaksud konflik kepentingan yaitu tercampurnya kepentingan pribadi dengan kepentingan organisasi yang mengakibatkan kurang optimalnya pencapaian tujuan organisasi. Konflik kepentingan akan mengakibatkan penyalahgunaan kekuasaan, pengerahan sumber daya publik yang kurang optimal, dan peningkatan kesejahteraan rakyat terabaikan. Berdasarkan Undang-Undang ASN, kode etik ASN meliputi: a) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab,dan berintegritas tinggi. b) Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin. c) Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan. d) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. e) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan. f)

Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.

g) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien. h) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalammelaksanakan

12

i)

tugasnya.

j)

Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

k) Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain. l)

Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN.

m) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai ASN. Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam UndangUndang ASN, yaitu sebagai berikut: a) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila. b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar NKRI 1945. c) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak. d) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian. e) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif. f)

Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.

g) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepadapublik. h) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan. i)

Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,

j)

akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

k) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi. l)

Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.

m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai. n) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan. o) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir.

4) Komitmen Mutu Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing.

13

Tugas fungsi ASN sebagai pelayan publik dituntut untuk selalu memberikan pelayanan prima. Nilai-nilai dasar komitmen mutu yang berorintasi pada mutu kualitas pelayanan meliputi : a) Efektifitas yang menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah b) direncanakan. c) Efesiensi yang menunjukkan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan

sumberdaya,

penyalahgunaan

alokasi,

penyimpangan

prosedur, dan mekanisme yang keluar alur. d) Berorintasi mutu yang artinya kondisi dinamis berkaitan dengan, produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai. e) Inovasi yang muncul karena adanya dorongan kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada di sekitarnya.

5) Anti korupsi Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Sedangkan pada UU No. 20 Tahun 2001, terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi antara lain: a) Kerugian Keuangan Negara b) 2.Suap-menyuap c) Pemerasan d) Perbuatan curang e) Penggelapan dalam jabatan f)

Benturan kepentingan dalam pengadaan,

g) Gratifikasi Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai yang terdiri dari nilai- nilai anti korupsi, yaitu: a) Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tida curang. b) Kepedulian adalah mengindahkan, memerhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.

14

c) Kemandirian berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal. d) Kedisiplinan adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan. e) Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu. f)

Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di dalam kemauan terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian.

g) Kesederhanaan yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros. h) Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran. i)

Keadilan adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.

2.5. Peran dan Kedudukan PNS dalam NKRI a. Manajemen ASN Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan pegawai negeri sipil untuk menghasilkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen PNS dalam PP 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil diantaranya berisi ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, serta perlindungan.

Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). b. Pelayanan Publik Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi

15

pelayanan. ASN sebagai sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah untuk melaksanakan amanah UUD 1945 memiliki fungsi sebagai pelayan publik yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Tiga unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu organisasi penyelenggara pelayanan publik, penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan dan kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan). c. Whole of Government (WOG) Whole of Government (WoG) merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pmerintahan dari seluruh sector dalam ruang lingkup komunikasi yang lebih luas guna mencapai tujuantujuan pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik.WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusanurusan yang relevan.Selain itu, WoG juga dipandang sebagai bentuk kerjasama antar seluruh aktor, pemerintah dan sebaliknya.

2.6. Konseling Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.

Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker.

Pemberian konseling Obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan Obat bagi pasien (patient safety).

16

Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk: a. meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien b. menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien c. membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat d. membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan Obat dengan penyakitnya e. meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan f.

mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat

g. meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi; h. mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan i.

membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan danmeningkatkan mutu pengobatan pasien.

Kegiatan dalam konseling Obat meliputi: a. membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien b. mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime Questions c. menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan Obat; d. memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan

masalah

pengunaan Obat; e. melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien f.

dokumentasi.

Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling Obat: a. Kriteria Pasien: 1) pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan menyusui); 2) pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dan lain-lain); 3) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off); 4) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, phenytoin);

17

5) pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan 6) pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah. b. Sarana dan Peralatan: 1) ruangan atau tempat konseling; dan 2) alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).

18

BAB III RANCANGAN AKTUALISASI

3.1 Identifikasi Isu Visi pemerintah Indonesia adalah terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Salah satu misi pemerintah yang berkaitan dengan bidang kesehatan adalah peningkatan kualitas manusia Indonesia. Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan tahun 2020 – 2021 arah kebijakan pemerintah yaitu meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif dengan didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi.

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan untuk: meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi standarpengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan luaran terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin.

Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangantantangan global, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional. Undang-undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas

1

bagi masyarakat. Oleh karena itu penerapan manajemen ASN, pelayanan publik dan Whole of Government (WOG) sangat diperlukan dalam kehidupan ASN sehari hari.

Identifikasi isu dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS). Dalam kegiatan sehari hari sebagai seorang apoteker klinis, saya menemukan beberapa isu yang bisa diangkat untuk diberikan solusinya. Isu ini dapat diidentifikasi dari tugas dan fungsi saya, diantaranya yaitu: No

Kegiatan Tugas Pokok Jabatan

1

Meracik obat untuk melakukan Sudah dilakukan dispensing resep individual sesuai SOP Visite ke ruangan Visite ke ruangan belum optimal karena masih dilakukan secara mandiri Memberikan Pelayanan Informasi PIO pasien pulang Semua apoteker Obat (PIO) belum dilakukan melakukan PIO oleh apoteker untuk pasien rawat inap yang akan pulang Memberikan Konseling obat Telekonseling Telekonseling apoteker belum apoteker dilakukan dilakukan Konsultasi dengan dokter, perawat, Sudah dilakukan Sudah dilakukan dan tenaga kesehatan lainya sesuai SOP sesuai SOP Mendokumentasikan pemantauan Sudah dilakukan Sudah dilakukan penggunaan obat sesuai SOP sesuai SOP Mengajar/melatih/membimbing Sudah dilakukan Sudah dilakukan yang berkaitan dengan bidang sesuai SOP sesuai SOP kefarmasian/kesehatan Mengikuti seminar/lokakarya atau Sudah dilakukan Sudah dilakukan symposium dll sesuai SOP sesuai dengan SOP Menyusun laporan kegiatan Sudah dilakukan Sudah dilakukan pengelolaan perbekalan farmasi sesuai SOP sesuai SOP Dispensing dalam mengkaji resep Sudah dilakukan Sudah dilakukan individual sesuai SOP sesuai SOP Dispensing memeriksa dosis unit Sudah dilakukan Sudah dilakukan obat sesuai SOP sesuai SOP

2

3

4

5 6 7

8

10 11 12

Kondisi Saat ini

2

Kondisi yang diharapkan Sudah dilakukan sesuai SOP Dilakukan bersama tim kesehatan lain.

Berdasarkan tabel diatas didapatkan beberapa isu yaitu : No Masalah yang ditemukan terkait SKP

Keterkaitan

Terhadap

agenda 3 1

Belum optimalnya visite ruangan oleh apoteker Whole of Government karena masih dilakukan secara mandiri

2

Belum dilaksanakanya Pelayanan informasi obat Pelayanan Publik oleh apoteker pada pasien rawat inap pulang di RSUP Dr. Hasan Sadikin.

3

Belum dilakukanya telekonseling apoteker di Depo Pelayanan publik Farmasi rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin.

A.

Apoteker belum melakukan visite bersama tenaga kesehatan lain ke ruangan rawat inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin hingga tahun 2021

Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung visite apoteker sudah dilakukan secara mandiri. Apoteker melakukan visite pasien diruangan yang menjadi tanggung jawabnya. Kegiatan apoteker dalam visite adalah mengkaji resep dokter, melakukan pemantauan terapi obat dan monitoring efek samping obat.

Visite apoteker adalah kunjungan rutin yang dilakukan apoteker kepada pasien di ruang rawat dalam rangka mencapai hasil terapi (clinical outcome) yang lebih baik. Di RSHS apoteker belum melakukan visite bersama tenaga kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi.

Visite bersama diperlukan supaya komunikasi antar tenaga kesehatan lebih terljalin, dan permasalahan aktual terkait terapi pasien dapat segera ditangani oleh tim. Hal ini tentunya akan meningkatkan luaran terapi pasien.

Visite bersama diperlukan namun tidak urgent karena komunikasi masih bisa dilakukan tanpa tatap muka, konfirmasi obat masih bisa dilakukan dengan menelepon atau menggunakan social media lain.

3

B.

Pelayanan informasi obat pasien rawat inap pulang di RSUP Dr. Hasan Sadikin belum dilakukan oleh apoteker hingga tahun 2021

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker.

Tujuan umum pelayanan informasi obat adalah : a)

menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga

kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit b)

menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan

dengan obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi; c)

menunjang penggunaan obat yang rasional.

d)

membuat kajian obat secara rutin sebagai acuan penyusunan

Formularium Rumah Sakit e)

membuat kajian obat untuk uji klinik di rumah sakit

f)

mendorong penggunaan obat yang aman dengan meminimalkan efek

yang merugikan g)

mendorong penggunaan obat yang efektif dengan tercapainya tujuan

terapi secara optimal serta efektifitas biaya Pelayanan informasi obat pasien rawat inap di RSHS masih dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian. Menurut petunjuk teknis standar kefarmasian di rumah sakit, yang melakukan Pelayanan informasi obat adalah apoteker.

Kemampuan apoteker yang lebih dalam ilmu farmakologi, komunikasi diharapapkan memiliki nilai lebih dalam memberikan informasi obat kepada pasien atau keluarganya sehingga diharapkan efek terapi pasien menjadi optimal.

Dalam hal ini apoteker masih bisa mendelegasikan pemberian informasi obat kepada tenaga teknis kefarmasian yang terlatih, sehingga informasi yang diberikan kepada pasien dan keluarganya dapat diterima dengan baik.

4

C.

Telekonseling belum dijalankan di Depo Farmasi rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung hingga tahun 2021 Konseling menjadi sangat prioritas karena konseling sangat berperan terhadap kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan. Apoteker berperan dalam mengatur jadwal minum obat, monitor efek samping, mencegah munculnya interaksi obat. Jika konseling sudah dapat terlaksana, maka banyak manfaat yang dapat dirasakan baik oleh pasien maupun profesi apoteker, antara lain: membantu pasien untuk mengatur pemberian obat, membantu pasien menyesuaikan diri terhadap penggunaan obat dan penyakitnya, meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi, meminimalkan masalah terkait obat dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap apoteker.

3.2 Teknik penapisan Isu Dari 3 isu yang ada dilakukan penapisan untuk memperoleh isu prioritas dengan menggunakan metode USG. Isu-isu tersebut dianalisis menggunakan metoda penapisan isu USG (Urgency, Seriousness, Growth). Urgency menunjukkan seberapa mendesak isu

tersebut harus diatasi, seriousness

menunjukkan seberapa serius atau seberapa besar isu tersebut, dan growth menunjukkan seberapa besar potensi isu tersebut memburuk. Skala 1 (tidak memenuhi) hingga 5 (sangat memenuhi) digunakan untuk menganalisis isu-isu tersebut.

Metode USG No 1

Isu

Belum

optimalnya

U

S

G

Total

3

2

3

8

3

3

3

9

visite ruangan oleh apoteker masih

karena dilakukan

secara mandiri 2

Belum dilaksanakanya Pelayanan informasi obat oleh apoteker pada pasien rawat

5

inap pulang di RSUP Dr. Hasan Sadikin 3

Belum

dilakukanya

5

4

4

13

telekonseling apoteker

di

Depo

Farmasi rawat jalan RSUP

Dr.

Hasan

Sadikin.

Bobot nilai kualitas metode USG Urgency /mendesak

Seriousness (kegawatan)

Growth (Pertumbuhan)

5 = sangat mendesak

5 = sangat gawat

5= sangat cepat

4= mendesak

4= Gawat

4= cepat

3= cukup mendesak

3= cukup mendesak

3= cukup cepat

2= kurang mendesak

2= kurang mendesak

2= kurang cepat

1 = sangat kurang mendesak

1= sangat kurang mendesak

1 = sangat kurang cepat

Dengan menggunakan teknik USG maka isu yang terpilih adalah (Belum dilakukanya telekonseling apoteker di Depo Farmasi rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin).

Dalam menganalisis penapisan Isu, pada isu pertama (Belum optimalnya visite ruangan oleh apoteker karena masih dilakukan secara mandiri) untuk poin urgensi diberi skor 3 karena isu tersebut tidak termasuk sangat mendesak tapi cukup saja, cukup mendesak karena visite bersama masih dapat diganti dengan konfirmasi viat telepon atau whatsapp ke dokter penanggung jawab pasien, perawat ruangan atau ahli gizi.

Pada poin serious, visite bersama tidak begitu serius karena pemantauan terapi pasien masih tetap dapat dilakukan apoteker secara mandiri dan konfirmasi terapi ke dokter penanggung jawab pasien masih bisa dilakukan via telepon.

Pada poin growth, Isu ini jarang diperbicangkan dan belum banyak pihak yang menginginkan apoteker terlibat dalam visite bersama.

Pada isu kedua ( Belum dilaksanakanya Pelayanan informasi obat oleh apoteker pada pasien rawat inap pulang di RSUP Dr. Hasan Sadikin) dengan skor total 9.

PIO oleh apoteker dapat di delegasikan kepada Tenaga Teknis Kefarmasian

6

(TTK) yang terlatih dibawah pengawasan Apoteker. Sehingga Isu ini tingkat urgensinya tidak tinggi, tingkat serius nya juga tidak tinggi dan growth nya tidak tinggi.

Isu ketiga (Belum dilakukanya telekonseling apoteker di Depo Farmasi rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin) mendapat skor tinggi karena Konseling sesuai permenkes harus dilakukan oleh Apoteker. Apoteker memahami ilmu farmakoterapi, farmkologi dan komunikasi sehingga diharapkan tujuan dari konseling dapat tercapai dengan hadirnya pelayanan konseling langsung oleh apoteker.

Data pendukung Visite : RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung memiliki xx ruang rawat inap, namun hanya 1 yang sudah dilakukan visite bersama oleh apoteker yaitu MIC ( Medium Intermediate Care) Data Pendukung PIO : PIO oleh apoteker belum dilakukan untuk pasien rawat inap yang akan pulang Data Pendukung Konseling : No

Bulan

Jumlah pasien

Jumlah pasien

total

di konseling

1

Juni 2021

10404

40

2

Juli 2021

8769

40

3

Agustus 2021

8921

40

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pasien yang sudah dilakukan konseling di depo farmasi rawat jalan baru sedikit. Sehingga kegiatan telekonseling perlu dilakukan dengan harapan jumlah pasien yang tercover bertambah.

3.3. Deskripsi Core Isu Konseling obat adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Berdasarkan Permenkes no 72 tahun 2016, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud 7

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam konsep

pelayanan

kefarmasian,

apoteker

tidak

hanya

melakukan

kegiatan compounding dan dispensing saja, tetapi apoteker juga bertanggung jawab dalam mengoptimalkan terapi dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan obat (Drug Related Problems).

Ketidakpatuhan (non compliance) dan kurangnya pengetahuan pasien tentang obat dan cara penggunaannya merupakan salah satu faktor penyebab kegagalan terapi. Untuk itu, konseling adalah hal yang harus dilakukan terutama di rumah sakit dimana kompleksitas penyakit dan obatnya lebih banyak.

Konseling diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang pengobatannya dan memastikan bahwa pasien dapat menggunakan obat dengan benar.

Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari apoteker kepada pasien dan keluarganya. Konseling dapat dilakukan kepada pasien rawat jalan maupun rawat inap atas inisiatif apoteker sendiri, rujukan dari dokter atau keinginan pasien/keluarganya. Tujuan pemberian konseling obat adalah untuk mengoptimalkan terapi, meminimalkan resiko dari reaksi obat yang tidak dikehendaki dan meningkatkan keamanan pasien (patient safety).

Memulai konseling di rumah sakit merupakan hal yang tidak mudah. Hal terpenting yang diperlukan adalah niat yang kuat untuk menunjukkan perhatian dan kepedulian terhadap pasien dalam rangka mewujudkan pelayanan kefarmasian yang optimal. Jika konseling sudah dapat terlaksana, maka banyak manfaat yang dapat dirasakan baik oleh pasien maupun profesi apoteker, antara lain: membantu pasien untuk mengatur pemberian obat, membantu pasien menyesuaikan diri terhadap penggunaan obat dan penyakitnya, meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi, meminimalkan masalah terkait obat dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap apoteker.

Telekonseling apoteker Telefarmasi adalah pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien dengan memanfaatkan teknologi informasi, sehingga pasien tidak langsung berinteraksi dengan apoteker. Telekonseling merupakan salah satu layanan telefarmasi.

8

Pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh baldoni dkk pada tahun 2019, telefarmasi terbukti menurunkan angka medication error. Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang sudah terkualifikasi dan professional berperan dalam memberikan saran terkait terapi kepada pasien.

Penggunaan teknologi dan informasi dalam sektor kesehatan dapat membuka pandangan baru dalam memberikan pelayanan kesehatan dan berkontribusi dalam memecahkan keterbatasan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan.

Telekonseling diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi pasien maupun bagi apoteker dan memberikan efek sinergis dalam rangka menghasilkan efek terapi yang optimal bagi pasien.

Dengan kemajuan dan kemudahan teknologi saat ini, telekonseling apoteker diharapkan menjadi suatu metode yang membantu apoteker dalam memonitor keberhasilan terapi pasien.

3.4 Analisis Penyebab

Penyebab belum dilakukan telekonseling farmasi 1. Penyebab SDM Kurangnya pengetahuan SDM tentang telekonseling apoteker 2. Penyebab prosedur

9

Belum ada standar operasional prosedur untuk telekonseling farmasi 3. Penyebab Lingkungan Layanan Telemedicine sangat mendukung proses telekonseling namun belum terlaksana dan tidak semua pasien mempunya care giver sehingga menyulitkan telekonseling.

4. Penyebab sarana dan prasarana Belum ada data pasien prioritas telekonseling dan data kepatuhan pasien serta belum terintegrasinya telekonseling ke rekam medis elektronik.

3.5 Analisis Dampak Konseling memiliki banyak manfaat yang dapat dirasakan baik oleh pasien maupun profesi apoteker, antara lain: membantu pasien untuk mengatur pemberian obat, membantu pasien menyesuaikan diri terhadap penggunaan obat dan penyakitnya, meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi, meminimalkan masalah terkait obat dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap apoteker. Jika konseling tidak dilakukan maka akan berpotensi menyebabkan medication error berupa kesalahan minum obat, yang dapat berepengaruh terhadap penurunan tingkat kepatuhan dan penurunan luaran terapi.

Bagi rumah sakit, pelaksanaan telekonseling apoteker dapat meningkatkan kepercayaan pasien, meningkatkan kepuasan pasien dan memenuhi standar pelayanan rumah sakit. Sehingga diharapkan reputasi pelayanan kefarmasian RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung akan sesuai dengan standar.

3.6 Gagasan Penyelesaian Isu Isu yang telah terpilih melalui penapisan USG yaitu telekonseling farmasi di instalasi farmasi, kemudian dibuat gagasan untuk pemecahan isu. Gagasan pemecahan isu dibuat berdasarkan SKP dan inovasi. Gagasan yang dibuat harus dilakukan dengan mengimplementasikan nilai-nilai dasar PNS (nilai ANEKA), dan menunjang visi misi organisasi, serta penguatan nilai organisasi tempat unit bekerja. Gagasan utama penyelesaian Isu adalah : PENYUSUNAN DRAFT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TELEKONSELING APOTEKER DI DEPO FARMASI RAWAT JALAN RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2021

10

Gagasan penyelesaian isu tersebut diuraikan dalam beberapa kegiatan sebagai berikut No 1

Kegiatan Penyampaian gagasan dan penyusunan konsep kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit

2

Penyusunan draft SOP Telekonseling Apoteker

3

Sosialisasi SOP

4

Uji Coba SOP

5

Evaluasi SOP

6

Pengesahan Draft SOP

Matriks Rancangan Aktualisasi Peserta Pelatihan Dasar CPNS tahun 2021 Oleh : Didi Permana

Unit Kerja

: Apoteker Ahli Pertama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Identifikasi Isu :

1. Apoteker belum melakukan visite bersama tenaga kesehatan lain di ruang rawat inap RSHS Bandung hingga 2021 2. Pelayanan informasi obat pasien rawat inap pulang di RSUP Dr. Hasan Sadikin belum dilakukan oleh apoteker hingga tahun 2021 3. Telekonseling belum dijalankan di Depo Farmasi rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung hingga tahun 2021

Isu yang diangkat

: Belum dilakukanya Telekonseling apoteker di depo farmasi rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2021

11

No

1

Kegiatan

Tahapan Kegiatan

Penyampaian gagasan dan 1

Meminta

penyusunan konsep kepada kepada kepala

Instalasi

Rumah Sakit

Farmasi Instalasi

izin kepala

Farmasi

RSHS Bandung

Output

Persetujuan penyusunan izin

Keterkaitan

Kontribusi

substansi mata

terhadap visi/misi

pelatihan

organisasi

Pada

tahap

dengan Nilai filosofi RSHS

pertama kali saya visi RSHS yang (Pamingpin pituin),

SPO

meminta

Telekonseling

kepada

oleh kepala IFRS

ini Sesuai

izin sejalan kepala visi

dengan yaitu:

Pemerintah Kepeminpinan

IFRS dalam hal ini Kabinet Indonesia memuat nilai yang saya menerapkan Maju

2

yaitu menggambarkan

nilai Etika publik. Terwujudnya Kemudian

saya Indonesia

membuat janji dan yang menemui

kepeloporan

dan

Maju menyiapkan

Berdaulat, talenta

beliau Mandiri

talenta

dan terbaik

tepat waktu saya Berkepribadian

dibidangnya.

menerapkan nilai Berlandaskan

Profesional : nilai

Anti

Korupsi. Gotong Royong. yang

Kemudian

saya Sejalan

menyampaikan konsep kepada

12

Penguatan nilai organisasi

dengan pada

pencapaian

misi RSHS untuk kinerja

SOP peningkatan beliau

berorientasi

perjalanan kemitraan

melalui

dengan

kualitas manusia

berdiskusi 2

Membuat

janji hadir tepat waktu

yaitu Indonesia

saya menerapkan nilai

temu

nasionalisme.

3

Menyampaikan konsep tersampaikan ide konsep SOP

Nilai Akuntabilitas juga

ditunjukkan

dengan

adanya

transparansi yaitu mendorong kerjasama, komunikasi

dan

kepercayaan terhadap pimpinan.

2

Penyusunan draft SOP Telekonseling Apoteker

1 Studi literatur

Pemahaman

Pada tahap ini sy Sesuai

Literatur

melakukan

13

dengan Nilai filosofi RSHS

studi visi RSHS yang (Pamingpin pituin),

literatur

sejalan

menunjukkan

visi

dengan yaitu:

Pemerintah

pengamalan nilai Kabinet Indonesia Inovatif : Nilai yang antikorupsi yaitu Maju Kerja didasari

2

yaitu menggambarkan

keras Terwujudnya dengan Indonesia

adanya kemauan yang

keinginan

untuk

Maju menghasilkan

Berdaulat, suatu yang baru

di dalam kemauan Mandiri

dan dan

senantiasa

terkandung

Berkepribadian

melakukan

ketekadan,

Berlandaskan

perbaikan

secara

ketekunan, daya Gotong Royong. berkesinambungan tahan, daya kerja, Sejalan pendirian

misi RSHS untuk

keberanian

peningkatan

kemudian

kualitas manusia

menghubungi

Indonesia

kepala sub mutu 2 membuat draft

Drat SOP

SOP 3

sebagai

bentuk

implementasi nilai Menghubungi Janji temu tepat

kepala

sub

mutu waktu

etika Kemudian

publik. sy

mengidentifikasi

farmasi

14

dengan

Unggul : Keinginan untuk

menjadi

yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima.

3

Memperbaiki

Draft SOP sudah kebutuhan di unit

draft SOP

diperbaiki

kerja

sebagai

bentuk penerapan nilai

komitmen

mutu yaitu efektif dan efisien. Nilai Akuntabilitas ditunjukkan dengan merevisi draft yang sudah diberi masukan.

3

Sosialisasi Draft SOP

1Membuat

Surat

undangan

sosialiasi

sosialisasi

kepada

Apoteker IFRS

undangan Saya

(dokumen pendukung : surat undangan,

hasil

notulensi,

daftar

hadir )

membuat Sesuai

dengan Kepemimpinan

undangan

visi RSHS yang Nilai

sosialisasi

sejalan

menunjukkan

visi

dengan menggambarkan

Pemerintah kepeloporan

profesional.

2

yaitu

Terwujudnya

Melakukan rapat Indonesia zoom dan diskusi yang

15

yang

menerapkan nilai Kabinet Indonesia menyiapkan etika publik yaitu Maju

:

talenta-talenta terbaik

Maju

Berdaulat,

dibidangnya

dan

menerapkan nilai Mandiri

dan Profesional : Nilai

nasionalisme

Berkepribadian

yang

berorientasi

yaitu

Berlandaskan

pada

pencapaian

bermusyarah dan Gotong Royong. kinerja. menghargai pendapat

Sejalan

orang misi RSHS untuk

lain.

2

Menyiapkan Draft SOP

Antikorupsi

kualitas manusia

ditunjukkan

Indonesia

dengan

saya 3

melakukan Terlaksananya

sosialisasi 4

sosialisasi

finalisasi

draft Draft SOP final

sikap

mampu

memberikan informasi terbaru mengenai

SOP

konseling kepada

SOP

rekan 5

Nilai peningkatan

kemandirian yaitu

bahan sosialisasi

verifikasi Pemahaman

pemahaman

apoteker.

rekan Nilai

SOP oleh seluruh Akuntabilitas apoteker ditunjukkan dengan melakukan revisi

16

dengan

drafts

sesudah

mendapat masukan

dari

rekan rekan IFRS 4

Uji Coba SOP

1 Pemilihan pasien Data Telekonseling

pasien Pada tahap ini, Sesuai

telekonseling

memprioritaskan

dengan Profesional : Nilai

visi RSHS yang yang

pasien konseling sejalan menunjukkan

visi

dengan pada

yaitu

Maju

yaitu

yang Indonesia yang

Pelaksanaan

Mandiri

telekonseling

Berkepribadian

Berdaulat, dan

bentuk Berlandaskan

penerapan

nilai Gotong Royong.

etika publik yaitu Sejalan

dengan

memberikan

misi RSHS untuk

pelayanan

peningkatan

kepada

publik

Inovatif : Nilai yang menggambarkan keinginan

Maju

membutuhkan.

sebagai

17

2

menolong Terwujudnya

orang

pencapaian

Pemerintah kinerja

pengamalan nilai Kabinet Indonesia nasionalisme

berorientasi

untuk

menghasilkan suatu yang baru dan

senantiasa

melakukan perbaikan

secara

berkesinambungan Tulus : Keinginan untuk

memberi

tanpa

pamrih,

proaktif

dan

secara

jujur, kualitas manusia responsif Unggul :

tanggap,

cepat. Indonesia

Keinginan

untuk

Monitoring pasien

menjadi

yang

sebagai

terbaik

dan

penerapan

nilai

nasionalisme

kualitas

dan

Integritas

komitmen

mutu

yaitu

berempati

dan

Pelaksanaan telekonseling

pasien

4 menyusun laporan laporan uji coba

telekonseling

18

yang menggambarkan

dan

sudah

menjunjung

etika yang tinggi

informasi

obat

dalam

dengan

baik.

menjalankan tugas

Serta

nilai

menyusun

monitoring data pemahaman pembuatan

konseling pasien

Nilai

pasien

yaitu 3

:

kejujuran, amanah,

akuntabilitas

telekonseling

prima

memastikan

menerapkan

2

menghasilkan

laporan.

5

Evaluasi SOP

1 rekapitulasi hasil Data

Pada tahap ini sy Sesuai

uji coba

menerapkan nilai visi RSHS yang yang

berorientasi

anti korupsi yaitu sejalan

pencapaian

telekonseling

dengan Profesional : Nilai

dengan pada

bekerja

keras visi

Pemerintah kinerja

merekap

data. Kabinet Indonesia

Kemudian

saya Maju

2

yaitu

juga menerapkan Terwujudnya nilai

Indonesia

akuntabilitas

yang

yaitu

Maju

Berdaulat,

transparan Mandiri

dan

dalam mengolah Berkepribadian data.

Dan Berlandaskan

bertanggung jawab

Gotong Royong.

dalam Sejalan

dengan

memperbaiki draft misi RSHS untuk SOP

peningkatan kualitas manusia Indonesia

2 mengolah data

data telekonseling

19

Tulus : Keinginan untuk

memberi

tanpa

pamrih,

proaktif

dan

responsif Unggul : Keinginan

untuk

menjadi

yang

terbaik

dan

menghasilkan kualitas prima

3 pelaporan hasil Laporan Evaluasi evaluasi 4

perbaikan

draft

SOP 6

Pengesahan draft

1

membuat

Draft sop final

janji Draft SOP Final

Pada

tahap

ini Sesuai

dengan Profesional : Nilai

temu dengan kepala

saya menerapkan visi RSHS yang yang

berorientasi

IFRS

nilai etika publik sejalan

pencapaian

dalam

membuat visi

dengan pada

Pemerintah kinerja

janji temu dengan Kabinet Indonesia kepala

ifrs

dan Maju

2

yaitu

saya datang tepat Terwujudnya waktu

Indonesia

menerapkan nilai yang anti

Maju

Berdaulat,

korupsi. Mandiri

Sedangkan

dan

nilai Berkepribadian

akuntabilitas

Berlandaskan

ditunjukkan

Gotong Royong.

Sejalan

dengan

misi RSHS untuk peningkatan

20

Tulus : Keinginan untuk

memberi

tanpa

pamrih,

proaktif

dan

responsif Unggul : Keinginan

untuk

menjadi

yang

terbaik

dan

menghasilkan kualitas prima

kualitas manusia Indonesia 2 pengesahan draft Draft SOP sudah oleh Kepala IFRS

disahkan Kepala IFRS

21

oleh

Tabel Jadwal Pelaksanaan Rencana Aktualisasi Jadwal Kegiatan September 2021

1

Penyampaian gagasan dan penyusunan konsep kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Meminta izin kepada kepala Instalasi Farmasi RSHS Bandung

Membuat janji temu

Menyampaikan ide konsep SOP

2

Penyusunan draft SOP Telekonseling Apoteker

Studi literatur

membuat draft

3

Sosialisasi SOP

v

v

v

v

v

Memperbaiki draft

v

v

v

v

22

16

15

14

13

12

11

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

30

29

28

27

26

25

24

v

v

Menyiapkan bahan sosialisasi

23

v

Menghubungi kepala sub mutu farmasi

Membuat undangan sosialisasi kepada Apoteker IFRS

22

21

20

19

18

17

16

15

Kegiatan

14

No.

Oktober 2021

Tahapan Kegiatan

melakukan sosialisasi

v

finalisasi draft SOP

v

Verifikasi Pemahaman SOP

4

Uji Coba SOP

Pemilihan pasien Telekonseling

v

v

v

Pelaksanaan telekonseling

v

Monitoring

Evaluasi SOP

Rekapitulasi data

v

v v v

v

v

v

Pelaporan hasil evaluasi

Pengesahan draft

v

v

Pengolahan data

6

v

v

Menyusun laporan uji coba

5

v

v

v

v

Perbaikan draft SOP

v

Membuat janji temu dengan kepala IFRS

v

Pengesahan draft oleh Kepala IFRS

v

23

v

BAB IV LAPORAN AKTUALISASI 4.1 Pelaksanaan Aktualisasi Kegiatan aktualisasi ini berlangsung mulai dari tanggal 13 September 2021- 9 Oktober 2021 di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Berikut adalah daftar kegiatan dan waktu pelaksanaan aktualisasi yang dilakukan.

Tabel 4.1 Daftar Kegiatan dan realisasi waktu pelaksanaan aktualisasi

No

Waktu

Kegiatan

Keterangan

Pelaksanaan 1

Penyampaian penyusunan

gagasan konsep

dan 13 - 14 September Terlaksana kepada 2021

kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit 2

3

Penyusunan

draft

SOP 15 - 17 September Terlaksana

Telekonseling Apoteker

2021

Sosialisasi Draft SOP

20 - 24 September Terlaksana 2021

4

Uji Coba SOP Telekonseling

27 September - 1 Terlaksana Oktober 2021

5

Evaluasi SOP

4 - 5 Oktober 2021

Terlaksana

6

Pengesahan Draft SOP

6- 8 Oktober 2021

Terlaksana

24

4.2 Deskripsi Pelaksanaan Aktualisasi 1. Kegiatan 1 : Penyampaian gagasan dan penyusunan konsep kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit. a. Tanggal Pelaksanaan Kegiatan : 13 – 14 September 2021 b. Tahap Kegiatan

:

-

Meminta izin kepada kepala Instalasi Farmasi RSHS Bandung

-

Membuat janji temu

-

Menyampaikan ide konsep SOP

c. Output : -

Persetujuan penyusunan izin SPO Telekonseling oleh kepala IFRS

-

Hadir Tepat waktu

-

Konsep tersampaikan

d. Uraian Kegiatan Kegiatan yang pertama kali dilakukan adalah membuat janji temu dengan kepala IFRS. Kepala IFRS mengijinkan saya untuk bertemu pada tanggal 14 september 2021, saat pertemuan saya sudah membawa ide konsep SOP telekonseling. Data pendukung kegiatan ini adalah dokumentasi berupa hasil tangkapan layar percakapan dengan kepala IFRS untuk meminta izin bertemu dan rancangan konsep SOP. 1. Penerapan Nilai-nilai Dasar PNS Pada tahap ini pertama kali saya meminta izin kepada kepala IFRS dalam hal ini saya menerapkan nilai Etika publik. Kemudian saya membuat janji dan menemui beliau tepat waktu saya menerapkan nilai Anti Korupsi. Kemudian saya menyampaikan konsep SOP kepada beliau dengan berdiskusi yaitu saya menerapkan nilai nasionalisme. Nilai Akuntabilitas juga ditunjukkan dengan adanya transparansi yaitu mendorong kerjasama, komunikasi dan kepercayaan terhadap pimpinan.

25

2. Dokumentasi a. Meminta Izin Kepada Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit

b. Membuat Janji temu

26

c. Menyampaikan Ide Konsep SOP

e. Pencapaian Visi, Misi serta penguatan nilai organisasi Sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju

yang Berdaulat, Mandiri

dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Sejalan dengan misi RSHS untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia. Nilai Filosofi RSHS (pamingpin pituin), yaitu Kepemimpinan memuat nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya. Profesional: nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalanan kemitraan.

f.

Analisa Dampak 1. Sebagai staff dan rekan kerja dari Kepala IFRS jika saya tidak menerapkan nilai etika publik maka saya melanggar norma sopan santun dan memungkinkan komunikasi tidak akan berjalan baik 2. Kepala IFRS memiliki kesibukan yang padat sehingga jika saya tidak datang tepat waktu, maka akan mengganggu jadwal beliau (Anti korupsi) 3. Nilai Nasionalisme yaitu diskusi diperlukan karena saya memerlukan penyempurnaan ide atau umpan balik dari kepala IFRS, jika tidak dilakukan maka konsep Telekonseling apoteker tidak akan tersusun dengan baik

27

4. Nilai akuntabilitas jika tidak diterapkan maka komunikasi dan kerjasama dengan kepala IFRS tidak akan terjalin dengan baik

g. Hambatan/Kendala Kendala yang dihadapi secara umum tidak ada. Pencapaian dari kegiatan ini SOP Konseling sudah dilakukan perbaikan dari sebelumnya tahun 2018.

h. Manfaat Bagi peserta : melatih menyampaikan ide inovatif, melatih komunikasi efektif dan membangun kerja sama Bagi unit kerja : pelayanan telekonseling apoteker rawat jalan akan menjadi pilot project pelayanan farmasi klinik untuk layanan telemedicine Bagi Rumah Sakit : Pelayanan Telekonseling yang baik dapat membantu memberikan pelayanan prima pada telemedisin.

2. Kegiatan 2 : Penyusunan draft SOP Telekonseling Apoteker a. Tanggal Pelaksanaan Kegiatan : 15 – 17 September 2021 b. Tahap Kegiatan

:

-

Studi Literatur

-

Membuat Draft SOP

-

Menghubungi kepala Sub Pelayanan Mutu dan Pengembangan

-

Memperbaiki draft SOP

c. Output : -

Pemahaman Literatur

-

Draft SOP

-

Janji Temu Tepat Waktu

-

Draft SOP Sudah diperbaiki

d. Uraian Kegiatan Pada kegiatan ini pertama kali saya melakukan studi literature, literature yang saya pelajari yaitu Peraturan Menteri Kesehatan No 72 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit beserta petunjuk teknisnya. Pada Permenkes ini konseling adalah pelayanan farmasi klinik yang wajib dilakukan apoteker di rumah sakit. Saya kemudian membuat draft SOP Telekonseling kemudian saya menemui Ibu Eni selaku kepala sub pelayanan mutu dan

28

pengembangan. Beliau yang mengurusi masalah SOP di Farmasi, jadi saya berkonsultasi terkait pengembangan SOP Telekomseling dan menerima banyak masukan dari beliau. Terakhir saya memperbaiki draft SOP yang sudah mendapat banyak masukan.

Data pendukung pada kegiatan ini yaitu PMK No 72 tahun 2016, draft SOP dan dokumentasi

pertemuan

dengan

kepala

sub

pelayanan

mutu

dan

pengembangan.

1. Penerapan Nilai-nilai Dasar PNS Pada tahap ini sy melakukan studi literatur menunjukkan pengamalan nilai antikorupsi yaitu Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di dalam kemauan terkandung ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian. kemudian menghubungi kepala sub mutu sebagai bentuk implementasi nilai etika publik. Kemudian sy mengidentifikasi kebutuhan di unit kerja sebagai bentuk penerapan nilai komitmen mutu yaitu efektif dan efisien.

Nilai Akuntabilitas ditunjukkan dengan merevisi draft yang sudah diberi masukan.

2. Dokumentasi a. Studi Literatur

29

b. Membuat draft SOP

c. Bertemu dengan Kepala Sub Mutu dan Pengembangan

30

d. Memperbaiki Draft SOP

e. Pencapaian Visi, Misi serta penguatan nilai organisasi Sesuai dengan visi

RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet

Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Sejalan dengan misi RSHS untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia.

Nilai

filosofi

RSHS

(Pamingpin

pituin),

yaitu:

Inovatif

:

Nilai

yang

menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan Unggul : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima.

f.

Analisa Dampak

1. Jika saya tidak menerapkan nilai Anti Korupsi yaitu bekerja keras, tekun dengan cara mempelajari dan memahami literature, maka konsep SOP telekonseling akan tidak berdasar karena rujukan SOP sebaiknya berasar dari literatur.

2. Jika saya tidak menerapkan nilai etika publik dalam menghubungi Kepala sub Mutu Pelayanan dan pengambangan, maka mungkin komunikasi tidak akan berlangsung baik dan belum tentu saya bisa menemui beliau untuk diskusi dan mendapat masukan mengenai SOP

31

3. Nilai komitmen mutu ditunjukkan dengan mengidentifikasi kebutuhan di lapangan, jika hal ini tidak dilakukan maka dikhawatirkan pelayanan Telekonseling Apoteker akan sulit dilakukan.

4. Nilai Akuntabilitas ditunjukkan dengan memperbaiki draft SOP yang sudah mendapat masukan dari dari kepala seksi pelayanan mutu dan pengembangan, jika nilai ini tidak diterapkan maka tidak ada perbaikan SOP sehingga alur SOP akan tidak efektif dan mempersulit pelayanan. g. Hambatan/Kendala Kendala yang dihadapi yaitu perubahan format SOP menjadi SOPAP membuat penyusunan SOP menjadi sangat detail dan penyusun juga baru pertama kali menyusun rancangan SOP. Capaian pada kegiatan ini adalah sebelum aktualisasi rencana pasien yang dikonseling belum dipertegas sesuai dengan PMK no 72 tahun 2016, sekarang pasien konseling sudah diprioritaskan sesuai dengan ketentuan PMK. h. Manfaat Bagi peserta : melatih peserta mengenai alur dan penyusunan SOP Bagi unit kerja : melatih apoteker untuk mengerjakan SOP Bagi Rumah sakit : mempersiapkan SOP untuk persiapan akreditasi

3. Kegiatan 3 : Sosialisasi Draft SOP a. Tanggal Pelaksanaan Kegiatan: 20 – 24 September 2021 b. Tahap Kegiatan

:

-

Membuat undangan sosialisasi kepada Apoteker IFRS.

-

Menyiapkan Bahan Sosialisasi

-

Melakukan Sosialisasi

-

Finalisasi Draft SOP

-

Verifikasi Pemahaman SOP Oleh Apoteker

c. Output : -

Surat undangan sosialisasi

-

Draft SOP

-

Terlaksananya Sosialisasi

-

Draft SOP Final

-

Pemahaman SOP oleh seluruh Apoteker

32

d. Uraian Kegiatan Pada kegiatan 3 yaitu sosialisasi draft SOP, tujuanya adalah menyampaikan SOP pelayanan konseling farmasi dengan menitikberatkan pada telekonseling apoteker.

Kegiatan

ini

diharapkan

dapat

memperkaya

masukan

dan

penyempurnaan penyusunan SOP, terutama mengenai alur pelayanan sehingga memudahkan pelaksanaan pelayanan telekonseling apoteker di lapangan. Data pendukung kegiatan ini yaitu, undangan sosialisasi via WA, drafts SOP, materi sosialisasi berupa power point, absensi peserta sosialisasi dan data pemahaman apoteker.

1. Penerapan Nilai-nilai Dasar PNS Saya membuat undangan sosialisasi menunjukkan menerapkan nilai etika publik yaitu profesional. Melakukan rapat zoom dan diskusi menerapkan nilai nasionalisme yaitu bermusyarah dan menghargai pendapat orang lain. Nilai Anti korupsi ditunjukkan dengan sikap kemandirian yaitu saya mampu memberikan informasi terbaru mengenai SOP konseling kepada rekan rekan apoteker. Nilai Akuntabilitas ditunjukkan dengan melakukan revisi draft sesudah mendapat masukan dari rekan rekan IFRS.

2. Dokumentasi 1. Membuat undangan sosialisasi kepada Apoteker IFRS

33

2. Menyiapkan Bahan Sosialisasi

3. Melakukan Sosialisasi a. Presentasi Didi Permana

b. Absensi sosialisasi

34

35

b. Notulensi Sosialisasi

36

4. Finalisasi Draft SOP

5. Verifikasi Pemahaman Apoteker

37

e. Pencapaian Visi, Misi serta penguatan nilai organisasi Sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Sejalan dengan misi RSHS untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia.

Penguatan Nilai Organisasi Kepemimpinan : Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya Profesional : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja. f.

Analisa Dampak -

Nilai Etika publik ditunjukkan dengan bersikap professional untuk menyelesaikan SOP dengan baik jika nilai ini tidak diterapkan maka informasi SOP tidak akan tersampaikan ke seluruh apoteker di unit kerja sehingga apoteker lain yang akan melaksanakan telekonseling akan tidak terarah.

-

Nilai

Nasionalisme

ditunjukkan

dengan

melakukan

diskusi

dan

musyawarah, jika tidak dilakukan maka tidak akan mendapat masukan yang positip dan membangun untuk kesempurnaan penyusunan SOP sehingga diharapkan kegiatan telekonseling apoteker akan lebih mudah dilakukan.

-

Nilai Antikorupsi ditunjukkan dengan mampu menyampaikan informasi secara mandiri kepada seluruh apoteker di unit kerja, jika ini tidak dilakukan maka informasi mengenai SOP telekonseling tidak akan tersampaikan kepada seluruh apoteker.

-

Nilai Akuntabilitas ditunjukkan dengan memperbaiki draft SOP yang sudah mendapat masukan, jika hal ini tidak dilakukan makan SOP akan sulit dijalankan.

g. hambatan/ Kendala Tidak ada kendala pada kegiatan ini. Capaian kegiatan ini adalah Penyusunan SOP biasanya hanya melibatkan kepala sub pelayanan farmasi mutu dan pengembangan dan beberapa apoteker namun setelah aktualisasi seluruh apoteker berkontribusi untuk memberi masukan SOP.

38

h. Manfaat Bagi peserta : melatih peserta dalam memimpin diskusi, menerima saran dan pendapat.

Bagi unit kerja : apoteker menjadi berperan aktip dalam penyusunan SOP Bagi Rumah sakit : unit kerja dapat mempersiapkan SDM Apoteker untuk meenyusun SOP yang berkaitan dengan farmasi.

3. Kegiatan 4 : Uji Coba SOP Telekonseling a. Tanggal Pelaksanaan Kegiatan b. Tahap Kegiatan

: 27 September - 1 Oktober 2021

:

-

Pemilihan pasien telekonseling

-

Pelaksanaan Telekonseling

-

Monitoring konseling pasien

-

Menyusun laporan uji coba

c. Output kegiatan

:

-

Data Pasien telekonseling

-

Telekonseling Apoteker

-

Data Pemahaman Pasien

-

Laporan telekonseling

d. Uraian Kegiatan Pada kegiatan saya melakukan uji coba pelaksanaan telekonseling Apoteker di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tahap pertama yaitu memilih pasien prioritas untuk diberikan konseling apoteker sesuai dengan permenkes no 72 tahun 2016. Pelaksanaan telekonseling dilakukan melalui panggilan video Whatsapp kepada pasien dan keluarga, kemudian 1 hari setelahnya apoteker melakukan monitoring konseling dengan cara menghubungi pasien atau keluarga untuk memverifikasi kebenaran cara minum obat. Kemudian terakhir penyusun menyusun laporan uji coba telekonseling .

Data pendukung kegiatan ini yaitu formulir konseling, data pasien telekonseling, data pemahaman pasien dan laporan telekonseling.

- Penerapan nilai-nilai dasar PNS Pada tahap ini, memprioritaskan pasien konseling menunjukkan pengamalan nilai nasionalisme

yaitu menolong

orang

yang

membutuhkan.

Pelaksanaan

telekonseling sebagai bentuk penerapan nilai etika publik yaitu memberikan

39

pelayanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat. Monitoring pasien sebagai penerapan nilai nasionalisme dan komitmen mutu yaitu berempati dan memastikan pasien sudah menerapkan informasi obat dengan baik. Serta nilai akuntabilitas yaitu menyusun pembuatan laporan - Dokumentasi Tahapan kegiatan : Pemilihan pasien telekonseling Output : Data Pasien telekonseling

40

Tahapan Kegiatan : Teleonseling Apoteker Output : Kegiatan Telekonseling

41

42

Tahapan : Monitoring Konseling Pasien Output : Verifikasi pemahaman pasien

43

44

Tahapan kegiatan : Menyusun Laporan Uji Coba

45

46

a. Pencapaian Visi, misi serta penguatan nilai organisasi Sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Sejalan dengan misi RSHS untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia.

Penguatan Nilai Organisasi Profesional: Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja Inovatif: Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan Tulus: Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif Unggul: Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima Integritas: Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas. b. Analisa Dampak - Nilai Nasionalisme ditunjukkan dengan memprioritaskan pasien yang mendapatkan telekonseking, jika hal ini tidak dilakukan maka pasien pasien prioritas akan tidak mendapatkan pelayanan konseling yang dibutuhkan - Nilai etika publik ditunjukkan dengan memberikan pelayanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, jika hal ini tidak dilakukan maka pasien tidak akan mendapatkan informasi obat dari apoteker - Nilai komitmen mutu juga ditunjukkan dengan monitoring memastikan pasien sudah menerapkan informasi obat dengan baik jika hal ini tidak dilakukan maka memungkinkan pasien belum meminum obat dengan benar.

- Nilai akuntabilitas ditunjukkan dengan membuat laporan jika hal ini tidak dilakukan maka tidak ada laporan dokumentasi c. Hambatan/kendala Belum

berjalannya

telemedisin

sehingga

pasien

masih

ada

yang

menghendaki pemberian konseling tatap muka. Capaian aktualisasi adalah, sebelum aktualisasi belum terlaksananya kegiatan telekonseling apoteker dan Sesudah konseling: terlaksananya kegiatan konseling apoteker

d. Manfaat Bagi peserta: apoteker dapat melakukan pelayanan telekonseling Bagi unit kerja: pilot project telekonseling apoteker berjalan lancar Bagi rumah sakit : telekonseling dapat mendukung pelayanan telemedisin.

47

5. Kegiatan 5: Evaluasi SOP a. Tanggal Pelaksanaan kegiatan: 4 – 5 Oktober 2021 b. Tahap kegiatan - Perbaikan Draft SOP - Rekapitulasi Hasil Uji Coba - Mengolah Data - Pelaporan Hasil evaluasi c. Outoput kegiatan - Draft SOP Final - Data Telekonseling - Data Telekonseling - Laporan Evaluasi d. Uraian Kegiatan

Pada kegiatan ini saya melakukan perbaikan draft SOP dari hasil uji coba, kemudian saya melakukan rekapitulasi data kegiatan telekonseling apoteker dan membuat laporan evaluasi untuk diserahkan kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Data pendukung kegiatan ini adalah draft SOP, data online telekonseling dan laporan evaluasi.

- Penerapan Nilai – nilai Dasar PNS Pada tahap ini sy menerapkan nilai anti korupsi yaitu bekerja keras merekap data. Kemudian saya juga menerapkan nilai akuntabilitas yaitu transparan dalam mengolah data. Dan bertanggung jawab dalam memperbaiki draft SOP.

48

- Dokumentasi 1. Perbaikan Draft SOP

2. Rekapitulasi hasil Uji Coba dan mengolah data

49

3. Laporan Evaluasi

50

e. Pencapaian Visi, misi serta penguatan nilai organisasi Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi Sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Sejalan dengan misi RSHS untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia.

Penguatan Nilai Organisasi Profesional: Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja Tulus: Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif Unggul: Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima.

f.

Analisis Dampak - Jika saya tidak menerapkan nilai Anti Korupsi yaitu bekerja keras dalam merekap data, maka tidak akan ada laporan telekonseling - Jika saya tidak menerapkan nilai Akuntabilitas yaitu transparan dalam mengolah data dan bertanggung jawab dalam memperbaiki draft SOP maka tidak ada pertanggungjawaban kegiatan telekonseling dan penyempurnaan alur telekonseling tidak akan diperbaiki.

g. Masalah /Kendala Kendala pada kegiatan ini adalah penyusun mempelajari laporan online dan capaian aktualisasi yaitu sebelum aktualisasi Laporan konseling masih secara manual dan Kondisi setelah aktualisasi Laporan Konseling secara online h. Manfaat Bagi peserta : melatih peserta latsar mampu mengelola laporan online Bagi unit kerja : menggunakan laporan online mempermudah rekapitulasi laporan Bagi rumah sakit : memperbaiki pengelolaan laporan online

6. Kegiatan 6

: Pengesahan Draft SOP

a. Tanggal Pelaksanaan Kegiatan

: 6 – 8 Oktober 2021

b. Tahap Kegiatan

:

-

Membuat janji temu dengan kepala IFRS

-

Pengesahan Draft Oleh kepala IFRS

c. Output: -

Kesepakatan waktu pertemuan

51

-

Draft SOP Final

d. Uraian Kegiatan

Pada kegiatan ini saya sudah merevisi SOP dengan masukan masukan dari berbagai pihak dan Draft SOP sudah siap untuk disahkan oleh kepala IFRS. Saya membuat janji temu dengan kepala IFRS untuk penandatanganan Dratf SOP telekonseling. Dokumen pendukung kegiatan ini adalah draft SOP final yang siap untuk ditanda tangani kepala IFRS -

Penerapan nilai-nilai Dasar PNS Pada tahap ini saya menerapkan nilai etika publik dalam membuat janji temu dengan kepala ifrs dan saya datang tepat waktu menerapkan nilai anti korupsi. Nilai Akuntabilitas ditunjukkan dengan menyelesaikan Drafts SOP hingga pengesahan oleh kepala IFRS

-

Dokumentasi 1. Membuat Janji temu

52

2. Pengesahan Draft SOP oleh Kepala IFRS

e. Pencapaian Visi, Misi serta penguatan nilai organisasi Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi Sesuai dengan visi RSHS yang sejalan dengan visi Pemerintah Kabinet Indonesia Maju 2 yaitu Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Sejalan dengan misi RSHS untuk peningkatan kualitas manusia Indonesia.

Penguatan Nilai Organisasi Profesional: Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja Tulus: Keinginan untuk memberi tanpa pamrih proaktif dan responsive Unggul: Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima f.

Analisa Dampak -

Nilai etika publik ditunjukkan dengan membuat janji temu dengan kepala IFRS, jika hal ini tidak dilakukan maka akan sulit untuk bertemu kepala IFRS karena kesibukan beliau dan tidak sopan jika saya tiba tiba datang ke ruangan beliau.

53

-

Nilai anti korupsi ditunjukkan dengan datang tepat waktu menemui kepala IFRS jika hal ini tidak dilakukan maka kita tidak menghargai waktu dan dapat mengganggu kesibukan kepala IFRS.

-

Nilai akuntabilitas ditunjukkan dengan bertanggung jawab menyelesaikan Draft SOP hingga pengesahan, jika hal ini tidak dilakukan maka Drafts SOP akan lambat untuk bergerak ke alur selanjutnya yaitu ke bagian Umum dan Direktur.

g. Masalah/ Kendala Tidak ada kendala pada kegiatan ini, kepala IFRS sangat mendukung pengesahan SOP. Capaian aktualisasi ini adalah sebelum aktualisasi: belum adanya SOP telekonseling Apoteker dan kegiatan Telekonseling Apoteker belum dilakukan dan sesudah aktualisasi: Kegiatan telekonseling Apoteker sudah dilakukan. h. Manfaat Bagi peserta: apoteker lebih berperan dalam kegiatan farmasi klinik di depo farmasi rawat jalan khususnya konseling obat.

Bagi unit kerja: jumlah pasien yang mendapat konseling apoteker secara kuantitas meningkat.

Bagi rumah sakit : SOP telekonseling dapat dipersiapkan dalam pemenuhan kelengkapan akreditasi rumah sakit.

54

4.3 Rencana Tindak Lanjut No

1

Kegiatan

Meneruskan

Output

SOP

Draft SOP ke telekonseling

Waktu

Para pihak

Sumber

Pelaksanaan

terlibat

biaya

Desember

-kepala

2021

IFRS

bagian Umum Apoteker

-

dan Direktur

Tata

-

Kasub

Usaha - Direktur Utama 2

Menjalankan

Telekonseling

Desember

Telekonseling

apoteker

2021

Apoteker yang dilakukan terintegrasi

secara

dengan

konsisten

telemidisn

55

- Apoteker

-

keterangan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kegiatan aktualisasi yang berjudul “Penyusunan Pedoman Telekonseling Apoteker di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2021” ini berlangsung mulai dari tanggal 13 September 2021-8 Oktober 2021 yang terdiri atas 6 kegiatan.

2. Kegiatan aktualisasi ini terkait dengan Pelayanan Publik yang dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS (ANEKA) serta telah sesuai dengan misi dan nilai budaya kerja RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.

3. Draft SOP Telekonseling Apoteker telah disosialisakan kepada seluruh apoteker di IFRS Hasan Sadikin 4. Dalam pelaksanaannya ditemukan beberapa kendala namun secara umum seluruh kegiatan telah tercapai dan terlaksana dengan baik dengan persentase 100%.

B. Saran 1. Layanan Telemedisin akan segera diberlakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung maka layanan Telekonseling Apoteker harus segera bisa menyesuaikan 2. Pengembangan Draft SOP menjadi SOP harus segera dilakukan 3. Laporan Online Telekonseling harus dijalankan secara konsisten.

56

REFERENSI Kemenkes RI, 2016, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI, 2019, Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta LAN RI, 2014, Modul Pelatihan Dasar Calon PNS : Anti Korupsi, Lembaga Administrasi Negera Republik Indonesia, Jakarta.

LAN RI, 2014, Modul Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS : Akuntabilitas, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.

LAN RI, 2014, Modul Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS : Etika Publik, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.

LAN RI, 2015, Modul Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS : Komitmen Mutu Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta LAN RI, 2015, Modul Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS : Nasionalisme, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.

LAN RI, 2017, Modul Pelatihan Dasar Calon PNS : Habituasi, Lembaga Administrasi Negera Republik Indonesia, Jakarta.

LAN RI, 2017, Modul Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS : Manajemen Aparatur Sipil Negara, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.

LAN RI, 2017, Modul Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS : Pelayanan Publik, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta LAN RI, 2017, Modul Pelatihan Latihan Dasar Calon PNS : Whole of Government, Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, Jakarta.

LAN RI, 2019, Modul Pelatihan Dasar Calon PNS : Analisis Isu Kontemporer Lembaga Administrasi Negera Republik Indonesia, Jakarta.

LAN RI, 2019, Modul Pelatihan Dasar Calon PNS : Kesiapsiagaan Bela Negara, Lembaga Administrasi Negera Republik Indonesia, Jakarta.

57

LAN RI, 2019, Modul Pelatihan Dasar Calon PNS : Wawasan Kebangsaan dan Nilainilai Bela Negara, Lembaga Administrasi Negera Republik Indonesia, Jakarta

58

LAMPIRAN 1. Bukti Pelaksanaan Kegiatan a. Penyelesaian drafts SOP

59

60

61

62

b. Laporan Telekonseling Laporan Uji Coba Telekonseling

Jumlah pasien Uji Coba Telekonseling No

Nama Pasien

Asal Poli

1

Tn. AN

Saraf

2

Ny. JU

Jantung

3

Ny. ER

Penyakit Dalam

4

Tn. LR

Geriatri

Diagnosa Belpasi CAD, POST PCI DM Tipe 2, CAD, Dislipidemia CAD, STROKE, DM TIPE 2, HHD

Data Minat Pasien/Keluarga Terhadap Telekonseling No

Nama Pasien

Ketertarikan

1

Tn. AN

Ya

2

An. AG

Tidak

3

Tn. LR

Ya

4

Ny. ER

Ya

5

Ny. ET

Tidak

6

Ny. JU

Ya

7

Ny. AP

Tidak

8

Tn. BH

Ya

63

INSTALASI FARMASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG Tanggal Nama Pasien Usia Alamat No. Telepon

FORMULIR KONSULTASI OBAT

28/9/2021 Ny. ER 43 Tahun Jl Tera no 20 089681293612

Resep

R/ Aspilet 80 mg No XXX S 1 dd 1 R/ Ramipril 5 mg No XXX S 1 dd 1 R/ Bisoprolol 2,5 mg No XXX S 1 dd 1 R/ Atorvastatin 40 mg No XXX S 1 dd 1 R/ Lantus No 1 S 0-0-0-20 R/ Metformin 500 mg No LX S 2 dd 2

Riwayat Alergi

Tidak

Riwayat Penyakit

Tidak ada penyakit lain

Riwayat Pengobatan

Tidak ada konsumsi obat lain

Poli Nama Dokter Diagnosa Depo BB/TB Pasien

64

Penyakit Dalam HS DM Tipe 2, CAD, Dislipidemia Rawat Jalan 65/165

Kondisi Khusus

Informasi dan Terapi

□Hamil Trimester

□Menyusui

□Anak

□Lansia

□Tidak ada

1. Aspilet diminum pagi pukul 7 sesudah makan dikunyah. Aspilet memiliki indikasi sebagai antiplatelet.

2. Ramipril diminum jam 12 siang sesudah makan, ramipiril memiliki indikasi sebagai penstabil tekanan darah 3. Bisoprolol diminum 8 pagi, indikasi bisoprolol sebagai anti angina dan meningkatkan pompa jantung.

4. Atorvastatin diminum saat mau tidur jam 8 malam. Indikasi atorvastatin sebagai penstabil plak sehingga mengurangi resiko serangan jantung 5. Lantus solostar diberikan 20 unit malam hari, sebagai penstabil gula darah 6. Metformin diberikan pagi dan malam ditengah ditengah makan sebagai antidiabetes oral

Potensi Efek samping obat yang muncul 1. Hipoglikemia 2. Hipotensi 3. Pusing 4. Dada berdebar Potensi interaksi obat : Aspirin berpotensi berinteraksi dengan Ramipril : meningkatkan penurunan fungsi ginjal Saran : pertimbangkan alternative terapi dan monitoring fungsi ginjal

Pasien Apoteker (………………………………) ( apt. Didi Permana, M.Farm)

65

KARTU MINUM OBAT

Nama Pasien

: Ny ER

Usia

: 43 Tahun

Nama Obat

Waktu Minum

Pagi 1 tablet Aspilet

Jam 7 pagi sesudah makan

1 tablet Metformin

Jam 7 pagi ditengah makan

1 tablet Bisoprolol

Jam 8 pagi sesudah makan

Siang

1 tablet Ramipril 5 mg

Jam 12 siang sesudah makan

Sore 1 tablet Metformin

Jam 18 ditengah makan

Malam 1 tablet Atorvastatin

Jam 20 sebelum tidur

20 unit dose Lantus Subcutan

Jam 19 sesudah makan

Apoteker

apt. Didi Permana, M.Farm 198712242020121002

66

KARTU KONSELING INSTALASI FARMASI RS HASAN SADIKIN BANDUNG NAMA PASIEN UMUR DIAGNOSA Tgl Kunjungan

28 Sept 2021

: Ny. ER : 43 Tahun : CAD, dm TIPE 2, dyslipidemia R. Inap/ R. Jalan

R. Jalan

Nama Obat

1. aspilet 80 mg 2. Ramipril 5 mg 3. Bisoprolol 2,5 mg 4. atorvastatin 40 mg 5. lantus solostar 6. metformin 500 mg

NO. REGISTRASI : 0000 ALAMAT / TELP : jl Tera no 20 ( 089681293612) RIWAYAT ALERGI : Tidak Ada Aturan Pakai

1.

2.

3.

4.

5.

Jam 7 pagi 1 tablet sesudah makan Jam 12 siang 1 tablet sesudah makan Jam 8 pagi sesudah makan Jam 8 malam 1 tablet sebelum tidur Disuntik subkutan malam 20 unit

Pemahaman Pasien (B/C/K)*

Baik

67

Materi Konseling

Apoteker

6.

Jam 7 pagi ditengah makan dan jam 18 ditengah makan

*Keterangan : (B/C/K)* = Baik/Cukup/Kurang

INSTALASI FARMASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

FORMULIR KONSULTASI OBAT

Tanggal

28/9/2021

Poli

Jantung

Nama Pasien

Ny. J

Nama Dokter

Gk, Sp.JP

Usia

61 Tahun

Diagnosa

CAD, POST PCI

Alamat

Desa Cipangaran

Depo

Rawat Jalan

No. Telepon

085810653978

BB/TB Pasien

41/ 150

68

Resep

R/ Aspilet 80 mg No XXX S 1 dd 1 R/ Clopidogrel No XXX S 1 dd 1 R/ Bisoprolol 5 mg No XXX S 1 dd 1 R/ Atorvastatin 40 mg No XXX S 1 dd 1 R/ Candesartan 16 mg No XXX S 1 dd 1 R/ Spironolakton 25 mg No XXX S 1 dd 1 R/ lansoprazole No XXX S 1 dd 1

Riwayat Alergi

Tidak

Riwayat Penyakit

Tidak ada penyakit lain

Riwayat Pengobatan

Tidak ada konsumsi obat lain □Hamil Trimester

□Menyusui

□Anak

Kondisi Khusus

69

□Lansia

□Tidak ada

Pemberian konseling meliputi review pemahaman pasien terhadap penggunaan obat 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Aspilet indikasinya sebagai antiplatelet diminum pagi sesudah makan 1 tablet Clopidogrel indikasi sebagai antiplatelet diminum siang 1 tablet sesudah makan Bisoprolol diminum pagi 1 tablet sesudah makan sebagai anti angina Atorvastatin 40 mg diminum sebelum tidur jam 8 malam sebagai penstabil plak Candesartan diminum sore jam 18 sebagai penurun tekanan darah Spironolakton diminum pagi 1 tablet sesudah makan Lansoprazole diminum pagi 1 kapsul, 30 menit sebelum makan sebagai anti ulser

Informasi dan Terapi Keluarga pasien memberikan spironolakton malam hari sehingga pasien sering buang air kecil, apoteker menjelaskan kembali bahwa spironolakton sebaiknya diberikan pagi hari.

Potensi efek samping yang mungkin timbul : 1.pusing 2. nyeri otot 3. hipotensi 4. pendarahan Saran apoteker : monitoring tanda tanda pendarahan seperti bab hitam, gusi berdarah, monitoring tekanan darah

Pasien

Apoteker

(………………………………)

( apt. Didi Permana, M.Farm)

70

KARTU MINUM OBAT

Nama Pasien

: Ny. J

Usia

: 61 Tahun

Nama Obat

Waktu Minum

Pagi 1 tablet aspilet

Pagi jam 7 sesudah makan

1 tablet Bisoprolol

Pagi jam 7 Sesudah makan

1 tablet spironolakton

Pagi jam 10 sesudah makan

1 kapsul Lansoprazole

Pagi , 30 menit sebelum makan

Siang 1 tablet Clopidogrel

Siang jam 12 sesudah makan

Sore

Malam 1 tablet Atorvastatin

Jam 20 sebelum tidur

1 tablet Candesartan

Jam 18 sesudah makan

Apoteker

apt. Didi Permana, M.Farm NIP. 198712242020121002

71

KARTU KONSELING INSTALASI FARMASI RS HASAN SADIKIN BANDUNG NAMA PASIEN UMUR DIAGNOSA Tgl Kunjungan

28 Sep 2021

: Ny. J : 61 Tahun : CAD POST PCI R. Inap/ R. Jalan

R. jalan

NO. REGISTRASI : 000 ALAMAT / TELP : Desa Cipangeran RIWAYAT ALERGI : Tidak ada Nama Obat

1. aspilet 80 mg 2. clopidogrel 3. Bisoprolol 5 mg 4. atorvastatin 40 mg 5. candesartan 8 mg 6. spironolakton 25 mg 7. lansoprazole 30 mg

Aturan Pakai

1. pagi 1 tablet sesudah makan 2. siang 1 tablet sesudah makan 3. pagi 1 tablet sesudah makan 4. malam sebelum tidur 1 tablet 5. sore 1 tablet sesudah makan 6. pagi 1 tablet sesudah makan 7. pagi 1 kapsul 30 menit sebelum makan

*Keterangan : (B/C/K)* = Baik/Cukup/Kurang

72

Pemahaman Pasien (B/C/K)*

BAIK

Materi Konseling

Apoteker

INSTALASI FARMASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

FORMULIR KONSULTASI OBAT

Tanggal

28/9/21

Poli

saraf

Nama Pasien

tn AN

Nama Dokter

Aih Cahyani

Usia

44 tahun

Diagnosa

Belpalsi

Alamat

Babakan tarogong

Depo

No. Telepon

083174709335 ( Ny dewi) R/ Prednison 5 mg tab No 50 S 4-3-3 TAB ( 50 MG/HARI) UNTUK 5 HARI

BB/TB Pasien

Rawat Jalan 56/168

R/ Prednison 5 mg No 8 S 3-3-2 TAB Resep

R/ Prednison 5 mg No 6 S 2-2-2 TAB R/ Prednison 5 mg no 6 S 2 dd 1 R/ omeprazole 20 mg No XX S 2 dd 1

Riwayat Alergi

Tidak

Riwayat Penyakit

Tidak ada penyakit lain

Riwayat Pengobatan

Tidak ada konsumsi obat lain

73

□Hamil Trimester

□Menyusui

□Anak

□Lansia

□Tidak ada

Kondisi Khusus Obat yang diberikan adalah prednisone dan omeprazole Prednisone merupakan sterioid. Pada kasus ini prednisone diberikan karena pasien didiagnosis belpalsi sehingga indikasi prednisone untuk kondisi inflamasinya

Informasi dan Terapi

Aturan minum obat 1. Hari pertama sampai ke 5 prednison diminum pagi 4 tablet, siang 3 tablet dan sore 3 tablet sesudah makan 2. Hari ke 6 prednison diminum pagi 3 tablet, siang 3 tablet dan malam 2 tablet sesudah makan 3. Hari ke 7 prednison diminum pagi 2 tablet, siang 2 tablet, siang 2 tablet sesudah makan 4. Hari ke 8, 9 dan 10 prednison diminum pagi 2 tablet dan sore 2 tablet sesudah makan 5. Omeprazole mempunyai indikasi sebagai anti ulcer untuk melindungi lambung karena penggunaan prednisone aturan minumnya sehari 2 kali pagi 1 kapsul dan malam 1 kapsul 30 menit sebelum makan.

Potensi efek samping obat yang di sampaikan yaitu tanda tanda cushing habitus yaitu a. Moon face b. Buffalo hump c. Striae d. Obesitas sentral Pasien (………………………………)

74

KARTU MINUM OBAT Nama Pasien

: Tn. AN

Usia

: 44 Tahun Nama Obat

Waktu Minum

Pagi Prednison 5 mg

4 tablet ( 5 hari pertama) 3 tablet ( hari ke 6) 2 tablet ( hari ke 7) 2 tablet ( hari ke 8-10)

Omeprazol

1 kapsul ( 30 menit sebelum makan)

Siang Prednisone 5 mg

3 tablet ( 5 hari pertama) 3 tablet ( hari ke 6) 2 tablet ( hari ke 7)

Sore Prednisone 5 mg

3 tablet ( 5 hari pertama ) 2 tablet ( hari ke 6) 2 tablet ( hari ke 7) 2 tablet ( hari ke 8 -10)

Malam Lansoprazol

1 kapsul 30 menit sebelum makan

Apoteker

apt. Didi Permana, M.Farm NIP. 198712242020121002

75

KARTU KONSELING INSTALASI FARMASI RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG NAMA PASIEN UMUR DIAGNOSA Tgl Kunjungan

28/9/2021

: Tn. AN : 44 Tahun : Belpalsi

NO. REGISTRASI : 000 ALAMAT / TELP : Babakan Tarogong ( 083174709335) RIWAYAT ALERGI : Tidak ada

R. Inap/ R. Jalan

Nama Obat

Aturan Pakai

R. Jalan

1. Prednison 5 mg 2. prednisone 5 mg 3. Prednison 5 mg 4. Prednison 5 mg 5. Omeprazol 20 mg

1. pagi 4 tablet, siang 3 tablet, sore 3 tablet sesudah makan ( selama 5 hari)

Pemahaman Pasien (B/C/K)*

Baik

2. hari ke 6 : pagi 3 tablet, siang 3 tablet, sore 2 tablet sesudah makan 3. hari ke 7 : pagi 2 tablet siang 2 tablet dan sore 2 tablet sesudah makan 4. hari ke 8-10 : pagi 2 tablet dan sore sesudah makan.

5. Omeprazol diminum 30 menit sebelum makan pagi 1 kapsul dan malam 1 kapsul.

76

Materi Konseling

Apoteker

*Keterangan : (B/C/K)* = Baik/Cukup/Kurang

INSTALASI FARMASI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG

FORMULIR KONSULTASI OBAT

Tanggal

28/9/21

Poli

Geriatri

Nama Pasien

Tn. LR

Nama Dokter

KS

Usia

80 Tahun

Diagnosa

CAD, STROKE, DM TIPE 2, HHD

Alamat

Sarijadi Blok 1

Depo

RAWAT JALAN

No. Telepon

08128884907 R/ Amlodipin 5 mg XXX S 1 dd 1 R/ Candesartan 8 mg XXX S 1 dd 1 R/ Bisoprolol 2,5 mg XXX S 1 dd 1 R/ Aspilet XXX S 1 dd 1 R/ Allopurinol 100 mg XXX S 1 dd 1 R/ Dutaseride 0,5 mg xxx S 1 dd 1 R/ tamsulosin 0,4 mg XXX S 1 dd 1 R/ Acarbose 50 mg XXX S 3 dd 1 R/ Atorvastatin 10 mg xxx S 1 dd 1

BB/TB Pasien

60/165

Resep

Riwayat Alergi

Tidak

77

Riwayat Penyakit

Tidak ada penyakit lain

Riwayat Pengobatan

Tidak ada konsumsi obat lain

Kondisi Khusus

□Hamil Trimester

□Menyusui

□Anak

□Lansia

□Tidak ada

Informasi obat yang diberikan : 1. Amlodipine 5 mg diberikan sehari 1 kali 1 tablet jam 8 pagi sesudah makan, sebagai antihipertensi 2. Candesartan 16 mg diminum 1 tablet sesudah makan jam 19 sebagai anti hipertensi 3. Bisoprolol sebagai anti angina diminum pagi jam 8 sesudah makan 1 tablet 4. Aspilet sebagai antiplatelet diminum jam 10 pagi sesudah makan 1 tablet 5. Allopurinol sebagai antihiperurisemia diminum jam 2 siang sesudah makan 1 tablet 6. Avodart untuk terapi prostat diminum siang jam 2 1 tablet sesudah makan 7. Tamsulosin diminum jam 2 siang 1 tablet sesudah makan 8. Acarbose sebagai antidiabetic oral diminum sehari 3 kali di jam makan, saat suapan pertama 1 tablet 9. Atorvastatin 40 mg diminum sebelum tidur 1 tablet untuk anti kolesterol dan penstabil plak.

Informasi dan Terapi Potensi efek samping obat yang mungkin timbul : 1. Hipotensi 2. Dada berdebar 3. Pusing 4. Nyeri otot Potensi interaksi obat yang mungkin timbul 1.bisoprolol vs candesartan : efek sinergisme 2. aspirin vs bisoprolol : aspirin menurunkan efek bisoprolol 3. candesartan vs aspirin : meningkatkan efek toksik satu sama lain Pasien (………………………………)

78

KARTU MINUM OBAT Nama Pasien

: Tn. LR

Usia

: 81 Tahun Nama Obat

Waktu Minum

Pagi 1 Tablet Bisoprolol

Jam 8 pagi sesudah makan

1 tablet Amlodipin

Jam 8 pagi sesudah makan

1 tablet Aspilet

Jam 10 pagi sesudah makan

1 tablet Acarbose

Jam 8 pagi pertama

saat

suapan

Siang 1 tablet Allopurinol

Jam 14 siang sesudah makan

1 tablet Tamsulosin

Jam 14 siang sesudah makan

1 tablet Avodart

Jam 14 siang sesudah makan

1 tablet Acarbose

Jam 14 saat suapan pertama

Sore 1 tablet Candesartan

Jam 19 sesudah makan

1 table Acarbose

Jam 19 saat suapan pertama

Malam 1 tablet Atorvastatin

Jam 21 atau sebelum tidur malam

Apoteker

apt. Didi Permana, M.Farm NIP. 198712242020121002

79

KARTU KONSELING INSTALASI FARMASI RS HASAN SADIKIN BANDUNG NAMA PASIEN UMUR DIAGNOSA Tgl Kunjungan

28/9/2021

: Tn. LR : 80 Tahun : HHD, CAD, DM Tipe 2 R. Inap/ R. Jalan

R. Jalan

NO. REGISTRASI : 0000007772 ALAMAT / TELP : 08128884907 RIWAYAT ALERGI : Tidak Ada

Nama Obat

Aturan Pakai

1. bisoprolol 2. amlodipine 3.aspilet 4. acarbose 5. allopurinol 6. tamsulosin 7. Avodart 8. candesartan 9. atorvastatin

1. pagi jam 8 1 tablet sesudah makan 2. pagi 1 tablet jam 8 sesudah makan 3. jam 10 pagi 1 tablet sesudah makan 4. acarbose sesaat sebelum makan sehari 3 kali 5.jam 2 siang 1 tablet 6. jam 2 siang 1 tablet

Pemahaman Pasien (B/C/K)*

BAIK

80

Materi Konseling

Apoteker

7. jam 2 siang 1 tablet sesudah makan 8. jam 7 malam 1 tablet sesudah makan 9. jam 9 malam 1 tablet sebelum tidur *Keterangan : (B/C/K)* = Baik/Cukup/Kurang

81

2. Bukti Bimbingan dengan Coach

Kegiatan bimbingan dengan coach dr Titiek Resmisari dilakukan pada saat menyusun rancangan, pelaksanaan aktualisasi dan dalam proses menyusun Laporan Aktualisasi.

Pada kegiatan ini coach memberi arahan dan masukan mengenai rancangan, pelaksanaan, dan pembuatan laporan, baik itu isi ataupun segi penulisan.

82

3. Bukti Bimbingan dengan Mentor

83

84

85

86

87

88

89

90

apt. Didi Permana, M.Farm 198712242020121002 Apoteker Ahli Pertama/ III/b Instalasi Farmasi Rumah Sakit RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Kementerian Kesehatan

PENYUSUNAN DRAFT SOP TELEKONSELING APOTEKER DI DEPO FARMASI RAWAT JALAN RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2021 Seminar Aktualisasi Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan 4

OUTLINE • Latar belakang • Struktur organisasi • Tugas dan Fungsi Apoteker

Pendahuluan

•Penapisan Isu •Analisis Dampak •Analisis Penyebab •Gagasan Pemecahan Isu

Isu Teridentifikasi

• Kegiatan • Tahapan • Output • Manfaat • Analisa dampak • Rencana Tindak Lanjut • Dokumentasi

Aktualisasi

Penutup

-

Kesimpulan Saran Testimoni

Latar Belakang

UU No 5 Tahun 2014

1. Nilai dasar 2. kode etik dan perilaku

Berpikir kritis

Analisis Isu Kritis

Penetapan Core Isu

Gagasan Pemecahan Isu

Visi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

Misi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

“Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia”

Janji Pelayanan (Nilai) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Nilai-nilai filosofis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dituangkan dalam janji layanan yaitu: PAMINGPIN PITUIN Kepemimpinan Profesional Inovatif Tulus Unggul Integritas

: Nilai yang menggambarkan kepeloporan dan menyiapkan talenta-talenta terbaik dibidangnya : Nilai yang berorientasi pada pencapaian kinerja melalui perjalan kemitraan : Nilai yang menggambarkan keinginan untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan secara berkesinambungan : Keinginan untuk memberi tanpa pamrih, proaktif dan responsif : Keinginan untuk menjadi yang terbaik dan menghasilkan kualitas prima : Nilai yang menggambarkan kejujuran, amanah, dan menjunjung etika yang tinggi dalam menjalankan tugas.

Tugas dan Fungsi Apoteker Ahli Pertama No.

Sasaran Kerja Pegawai

1

Penyusunan laporan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi

2

Dispensing dalam mengkaji resep individual

3

Dispensing memeriksa dosis unit obat

4

Meracik obat untuk melakukan dispensing resep individual

5

Visite ke ruang rawat

6

Pelayanan Informasi Obat (PIO)

7

Konseling obat

8

Konsultasi dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehata lainnya.

9

Mendokumentasikan pemantauan penggunaan obat

10

Mengajar/melatih/membimbing yang berkaitan dengan bidang kefarmasian/Kesehatan

11

Seminar/lokakarya atau symposium sebagai peserta

Isu Teridentifikasi No

Masalah yang ditemukan terkait SKP

1

Belum optimalnya visite ruangan Whole of Government oleh

apoteker

karena

Keterkaitan Terhadap agenda 3

masih

dilakukan secara mandiri.

2

Belum dilaksanakanya Pelayanan Pelayanan Publik informasi obat oleh apoteker pada pasien rawat inap pulang di RSUP Dr. Hasan Sadikin.

3

Belum dilakukanya telekonseling Pelayanan publik apoteker di Depo Farmasi rawat

jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin.

Penapisan Isu No

Isu

U S G

Total

3 2 3

8

apoteker pada pasien rawat inap pulang di RSUP Dr. 3 3 3

9

Belum optimalnya visite ruangan oleh apoteker karena 1

masih dilakukan secara mandiri Belum dilaksanakanya Pelayanan informasi obat oleh 2

Hasan Sadikin Belum dilakukanya telekonseling apoteker di Depo 3

Farmasi rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin.

Urgency /mendesak 5 = sangat mendesak 4= mendesak 3= cukup mendesak 2= kurang mendesak 1= sangat kurang mendesak

“Belum

Seriousness (kegawatan) 5 = sangat gawat 4= Gawat 3= cukup mendesak 2= kurang mendesak 1= sangat kurang mendesak

5 4 4

13

Growth (Pertumbuhan) 5= sangat cepat 4= cepat 3= cukup cepat 2= kurang cepat 1 = sangat kurang cepat

dilakukanya telekonseling apoteker di Depo Farmasi rawat jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin”

Data Pendukung Konseling :

No

Bulan

Jumlah pasien total

Jumlah pasien di konseling

1

Juni 2021

10404

40

2

Juli 2021

8769

40

3

Agustus 2021

8921

40

DESKRIPSI ISU TERPILIH PERMENKES 72 TAHUN 2016

TELE KONSELING APOTEKER

MASALAH TERKAIT OBAT

Analisis Dampak Isu

Analisis Penyebab

Gagasan Pemecahan Isu PENYUSUNAN DRAFT SOP TELEKONSELING APOTEKER DI DEPO FARMASI RAWAT JALAN RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG PADA TAHUN 2021

Kegiatan 1 - Penyampaian gagasan dan penyusunan konsep kepada kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit ( 13-14 September 2021)

1.

2.

3.

Tahapan kegiatan Meminta izin kepada kepala IFRS Membuat janji temu Menyampaikan konsep ide SOP

1.

2.

3.

Manfaat 1. Melatih menyampaikan ide inovatif, melatih komunikasi dan membangun kerja sama 2. Telekonseling akan menjadi pilot project pelayanan farmasi klinik pada telemedisin 3. Pelayanan Telekonseling yang baik dapat membantu memberikan pelayanan prima pada telemedisin.

Kendala

Output Persetujuan penyusunan SPO Telekonseling Hadir tepat waktu Konsep tersampaikan

ANEKA Etika publik : Meminta izin Anti korupsi : Bertemu tepat waktu Nasionalisme : diskusi Akuntabilitas : Transparansi

Analisa Dampak Tidak menerapkan ANEKA

Konsep Ide SOP akan sulit disampaikan

Penguatan Nilai Organisasi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong

-

Kepemimpinan - Profesional

Kegiatan 2 – Penyusunan draft SOP Telekonseling Apoteker ( 15-17 September 2021)

1.

2.

3.

4.

Tahapan kegiatan studi Literatur Membuat draft SOP Menghubungi kepala sub mutu dan pengembangan Memperbaiki draft

Manfaat 1. Melatih peserta mengenai alur dan penyusunan SOP 2. Melatih apoteker untuk mengerjakan SOP

3. mempersiapkan SOP untuk persiapan akreditasi Kendala Peserta baru pertama menyusun SOP dan format baru SOP membuat peserta harus sering berkonsultasi

1.

2.

3.

4.

Output Pemahaman literatur Draft SOP Janji temu Tepat waktu Draft SOP telah diperbaiki ANEKA Etika publik : Menghubungi kepala sub mutu Anti korupsi : Kerja keras Nasionalisme : diskusi Komitmen mutu : Identifikasi kebutuhan Akuntabilitas : merevisi draft

Analisa Dampak Tidak menerapkan ANEKA

Peserta akan sulit memahami penyusunan SOP

Penguatan Nilai Organisasi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong

-

Inovatif Unggul

Kegiatan 3 – Sosialisasi draft SOP( 20-24 September 2021) Tahapan kegiatan 1. Membuat undangan sosialisasi kepada apoteker IFRS 2. Menyiapkan bahan sosialisasi 3. Melakukan sosialisasi 4. Finalisasi draft SOP 5. Verifikasi Pemahaman SOP oleh Apoteker Manfaat 1. Melatih peserta dalam memimpin diskusi, menerima saran dan pendapat 2. Apoteker berperan aktif dalam menyusun SOP 3. unit kerja dapat mempersiapkan SDM Apoteker untuk meenyusun SOP yang berkaitan dengan farmasi Kendala Diskusi berjalan lancar

1.

2.

3.

4.

5.

Output Surat undangan sosialisasi Draft SOP Terlaksananya sosialisasi Draft SOP final Pemahaman SOP oleh seluruh Apoteker

ANEKA Etika publik : Profesional Anti korupsi : Kemandirian Nasionalisme : diskusi Komitmen mutu : berorientasi mutu Akuntabilitas : merevisi draft

Analisa Dampak Tidak menerapkan ANEKA Apoteker IFRS akan sulit memahami alur SOP dan Penyusunan SOP tidak mendapat masukan dari rekan rekan Apoteker Penguatan Nilai Organisasi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong -

Kepemimpinan - Profesional

Kegiatan 4 – Uji coba SOP Telekonseling ( 27 September-1 Oktober 2021

1.

2.

3.

4.

Tahapan kegiatan Pemilihan Pasien Telekonseling Pelaksanaan telekonseling Monitoring konseling pasien Menyusun laporan uji coba

1.

2.

3.

4.

Manfaat 1. Apoteker dapat melakukan pelayanan telekonseling 2. Pilot project telekonseling apoteker berjalan lancar 3. telekonseling dapat mendukung pelayanan telemedisin.

Kendala Belum berjalanya telemedisin sehingga ada pasien yang menginginkan konseling tatap muka

Output Data Pasien telekonseling Telekonseling Apoteker Data Pemahaman Pasien Laporan telekonseling ANEKA Etika publik : memberi pelayanan Nasionalisme : Prioritas pasien telekonseling, monitoring pasien Komitmen mutu : monitoring pasien Akuntabilitas : menyusun laporan

Analisa Dampak Tidak menerapkan ANEKA Pasien yang dikonseling tidak sesuai PMK dan Pemahaman Pasien akan Informasi Obat tidak termonitor

Penguatan Nilai Organisasi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong -

Kepemimpinan - Profesional - Tulus - Unggul

Kegiatan 5 – Evaluasi SOP ( 4-5 Oktober 2021)

1.

2.

3.

4.

Tahapan kegiatan Perbaikan Draft SOP Rekapitulasi hasil uji coba Mengolah data Pelaporan hasil evaluasi

1.

2.

3.

4.

Manfaat 1. Melatih peserta mengelola laporan online 2. Unit kerja mampu menggunakan laporan online sehingga mempermudah rekapitulasi 3. SOP telekonseling dapat dipersiapkan dalam pemenuhan kelengkapan akreditasi rumah sakit.

Kendala Tidak ada

Output Draft SOP Final Data Telekonseling Data telekonseling Laporan evaluasi

ANEKA

Komitmen mutu : menyusun laporan evaluasi Akuntabilitas : transparan, tanggung jawab Anti korupsi : kerja keras

Analisa Dampak Tidak menerapkan ANEKA Tidak ada evaluasi dan tindak lanjut terkait pelaksanaan telekonseling

Penguatan Nilai Organisasi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong -

Kepemimpinan - Profesional - Tulus - Unggul

Kegiatan 6 – Pengesahan Draft SOP ( 6-8 Oktober 2021) Tahapan kegiatan 1. Membuat janji temu dengan kepala IFRS 2. Pengesahan Draft SOP oleh Kepala IFRS Manfaat 1. Apoteker lebih berperan dalam kegiatan farmasi klinik di depo farmasi rajal khusunya telekonseling 2. Jumlah pasien yang mendapatkan konseling meningkat 3. SOP telekonseling dapat dipersiapkan dalam pemenuhan kelengkapan akreditasi rumah sakit.

Kendala

Output 1. Kesepakatan waktu temu 2. Draft SOP final ANEKA Etika publik : membuat janji temu Akuntabilitas : menyelesaikan draft SOP hingga pengesahan Anti korupsi : bertemu tepat waktu

Analisa Dampak Tidak menerapkan ANEKA

Draft SOP akan sulit diselesaikan

Penguatan Nilai Organisasi Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong -

Kepemimpinan - Profesional - Tulus - Unggul

Rencana Tindak Lanjut No

Kegiatan

Output

Waktu

Para pihak

Sumber

Pelaksana

terlibat

biaya

an

1

Meneruskan

SOP

11

Nov

-kepala IFRS

Draft SOP ke telekonseli 2021

- Kasub Tata

bagian

Usaha

Umum ng

dan Direktur

Apoteker

-

-

Direktur

Utama 2

Menjalankan

Telekonse 1

Telekonseling

ling

Apoteker

yang apoteker

terintegrasi

dilakukan

dengan

secara

telemidisin

konsisten

Desember 2021

-

Apoteker

-

keterangan

Kesimpulan dan saran Kesimpulan :

1.

Kegiatan aktualisasi yang berjudul “Penyusunan Pedoman Telekonseling Apoteker di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2021” ini berlangsung mulai dari tanggal 13 September 2021-8 Oktober 2021 yang terdiri atas 6 kegiatan.

2.

Kegiatan aktualisasi ini terkait dengan Pelayanan Publik yang dilaksanakan dengan menerapkan nilai-nilai dasar PNS (ANEKA) serta telah sesuai dengan misi dan nilai budaya kerja RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung.

3.

Draft SOP Telekonseling Apoteker telah disosialisakan kepada seluruh apoteker di IFRS Hasan Sadikin

4.

Dalam pelaksanaannya ditemukan beberapa kendala namun secara umum seluruh

kegiatan telah tercapai dan terlaksana dengan baik dengan persentase 100%.

SARAN : 1. Layanan Telemedisin akan segera diberlakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung maka layanan Telekonseling Apoteker harus segera bisa menyesuaikan 2. Pengembangan Draft SOP menjadi SOP harus segera dilakukan 3. Laporan Online Telekonseling harus dijalankan secara konsisten

Testimoni Apoteker anis